Disusun oleh :
A. Pengertian Platyhelminthes
Platyhelminthes berasal dari Bahasa Yunani, dari kata Platy = pipih
dan helminthes = cacing. Sehingga dapat diartikan bahwa Platyhelminthes
adalah cacing bertubuh pipih. Tubuh Platyhelminthes memiliki tiga lapisan sel
(triploblastik), yaitu ektoderm,mesoderm, dan endoderm. Platyhelminthes
merupakan cacing yang mempunyai bentuk tubuh simetri bilateral, dan
tubuhnya pipih secara dorsoventral. Platyheminthes tidak memiliki rongga
tubuh (aselom), sehingga mereka disebut hewan aselomata. Tubuhnya tidak
bersegmen-segmen. Bentuk tubuhnya bervariasi, dari yang berbentuk pipih
memanjang, pita, hingga menyerupai daun. Ukuran tubuh bervariasi mulai
yang tampak mikroskopis beberapa milimeter hingga berukuran panjang 25
meter (Taeniarhynchus saginatus). Sebagian besar cacing pipih berwarna putih
atau tidak berwarna. Sementara yang hidup bebas ada yang berwarna cokelat,
abu-abu, hitam,atau berwarna cerah.
Bentuk tubuhnya pipih dengan membentuk sebuah simetris dan juga tidak
bersegmen.
Pada bagian mulutnya mempunyai satu lubang mulut dan tidak memiliki
dubur.
Kelangsungan hidupnya menjadi sebuah parasit, yang memiliki sebuah
alat hisap.
Proses dari sistem Reproduksi dengan secara generatif dengan hasil dari
perkawinan silang, kemudian dengan secara vegetatif yakni dengan cara
membelah diri (fragmentasi).
Tempat berlangsung hidupnya berada di air tawar dan juga laut, atau pada
suatu tempat lembab, bahkan berada di dalam tubuh hewan lain.
Pada jenis ini sangat sensitif akan cahaya apapun.
C. Struktur Tubuh Platyhelminthes
Platyhelminthes ialah merupakan hewan yang tidak mempunyai
sebuah rongga tubuh maka oleh sebab itu pada hewan ini kerap disebut
dengan aselomata. Kemudian pada bagian tubuhnya tersusun atas tiga lapisan
yang diantaranya ialah seperti (triploblastik), lapisan luar (ektoderm), pada
lapisan tengah (mesoderm) kemudian pada lapisan dalam (Endoderm).
Pada bagian dinding tubuh yang terdapat dibagian luar disebut dengan
epidermis dan selubungi oleh sel halus yang bersilia. Sedangkan pada lapisan
dalam yakni tersusun atas otot yang mengalami perkembangan dengan baik.
Selanjutnya pada bagian ujung pada tubuhnya terdapat kepala yang bulat,
namun pada bagian ujung lainnya ada bagian ekor yang berbentuk meruncing.
Selain itu pada bagian ujung depan dari tubuhya yang mana terdapat
bagian sensorik yang bisa cepat merespon adanya suatu perubahan pada
lingkungan yang ada disekitar dengan cepat. Maka dengan adanya bagian
sensoriknya, selain dapat merespon terhadap lingkungan yang mana pada
sonsorik tersebut bisa merespon cahaya dan juga zat kimia, dan pada jenis
hewan ini juga bisa bergerak dengan cepat menuju kesumber makanan.
Kemudian pada Platyhelminthes juga mempunyai bagian mulut, lalu
faring, dan juga usus yang sangat berperan dalam proses pencernaan, namun
hewan ini tidak mempunyai anus sehingga hasil dari sisa makanan akan
dibuang ata dikeluarkan kembali dengan melalui anus. Pada sistem saraf
berupa tali dengan berpusat pada ganglion otak pada bagian depan tubuhnya.
D. Habitat
Platyhelminthes mampu hidup bebas di perairan air tawar, air laut, atau
tempat yang lembap dengan cara memakan sisa-sisa organisme dan tumbuhan
atau hewan kecil. Namun, sebagian platyhelminthes juga Ada cacing yang
hidup sebagai endoparasit atau parasit di dalam tubuh inang, misalnya pada
manusia, sapi, babi, kucing, burung, katak, siput air, dan ikan. Dan ada pula
yang hidup sebagai ektoparasit, yaitu dengan memakan lendir dan sel-sel di
permukaan tubuh inang.
E. Klasifikasi Platyhelminthes
Menurut Hala (2007) Platyhelminthes dibedakan menjadi tiga kelas,
yaitu Turbellaria (cacing berambut getar), Trematoda (cacing isap), dan
Cestoda (cacing pita):
1. Kelas Turbellaria
Hewan dari kelas Turbellaria memiliki tubuh bentuk tongkat atau bentuk
rabdit (Yunani: rabdit = tongkat). Hewan ini biasanya hidup di air tawar yang
jernih, air laut atau tempat lembab dan jarang sebagai parasit. Tubuh memiliki
dua mata dan tanpa alat hisap, Hewan ini mempunyai kemampuan yang besar
untuk beregenerasi dengan cara memotong tubuhnya (Brotowidjojo, 1989).
Turbellaria pada umunya hidup bebas di alam, tetapi beberapa jenis ada
yang bersifat ektokomensal atau endokomensal atau parasit. Tubuhnya tidak
bersegmen, tertutup oleh epidermis. Epidermis ada yang tersusun oleh sel-sel
yang terpisah dan sel sinsitium, yang diantaranya sel-sel itu sebagian ada yang
bersilia (Kastawi, dkk, 2005).
Anggota-anggota Turbellaria hidup soliter dalam air tawar, air laut, atau
di daratan yang lembab, jarang yang hidup sebagai parasit. Epidermis bersilia
dan tubuh berbentuk seperti tongkat. Umumnya berwarna coklat kehitaman.
Contoh Turbellaria antara lain Planaria (Dugesia), Geoplama, Bipalia,
Pseudobicero, Prostheceraeus (Maskoeri, 1992).