Anda di halaman 1dari 13

LABORATORIUM BIOLOGI

FISIOLOGI TUMBUHAN
Dormansi

Oleh:
Maradona
1901140019

LABORATORIUM BIOLOGI

PROGRAM STUDI TADRIS BIOLOGI

JURUSAN PENDIDIKAN MIPA

FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGRI PALANGKA RAYA

TAHUN 2021 M/1444 H


I. Topik
Dormansi
II. Tujuan
Untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi terhadap masa dormansi biji.
III. Dasar Teori

Kemampuan benih untuk menunda perkecambahan sampai waktu dan tempat yang tepat adalah
mekanisme pertahanan hidup yang penting dalam tanaman. Dormansi benih diturunkan secara genetik,
dan merupakan cara tanaman agar dapat bertahan hidup dan beradaptasi dengan lingkungannya. Intensitas
dormansi dipengaruhi oleh lingkungan selama perkembangan benih. Lamanya (persistensi) dormansi dan
mekanisme dormansi berbeda antar spesies, dan antar varietas. Dormansi pada spesies tertentu
mengakibatkan benih tidak berkecambah di dalam tanah selama beberapa tahun. Hal ini menjelaskan
keberadaan tanaman yang tidak diinginkan (gulma) di lahan pertanian yang ditanami secara rutin
(Cahyono, 2001).

Dormansi didefinisikan sebagai status di mana benih tidak berkecambah walaupun pada kondisi
lingkungan yang ideal untuk perkecambahan. Beberapa mekanisme dormansi terjadi pada benih baik fisik
maupun fisiologi, termasuk dormansi primer dan sekunder (Cahyono, 2001)

Biji dibentuk dengan adanya perkembangan bakal biji. Biji masak terdiri dari 3 bagian yaitu
embrio, endosperm (hasil pembuahan ganda), dan kulit biji yang dibentuk oleh dinding bakal biji
termasuk kedua integumennya. Embrio adalah sporofit muda yang tidak segera melanjutkan
pertumbuhannya, melainkan memasuki masa dorman. Saat itu biasanya embrio tahan stres. Embrio
senantiasa diiringi cadangan makanan baik organik maupun anorganik yang berada disekeliling embrio
atau di dalam jaringannya sendiri. Kulit biji atau testa bersifat tahan atau kadang-kadang memiliki
permukaan yang memudahkan penyebarannya oleh angin. Biji mampu bertahan pada lingkungan yang
keras. Cadangan makanan dalam biji menunjang sporofit muda yang muncul dari biji yang berkecambah
sampai mampu berfotosintesis. Sebab itu, penyimpanan cadangan makanan merupakan salah satuu fungsi
utama biji. Penyimpanan makanan terutama dilakukan di luar embrio, yakni dalam endosperm atau
perisperm. Endosperm dibentuk oleh hasil pembelahan penyatuan inti sel jantan dengan inti sel sentral.
Perisperm merupakan jaringan nuselus yang menyimpan cadangan makanan. Namun, dibanyak tumbuhan
dikotil, kredua jenis jaringan tersebut hidup singkat saja dan amkana diserap oleh embrio yang sedang
berkembang sebelumbiji memasuki masa istirahat. Dalam hal itu, makanan disimpan dalam tubuh embrio,
yakni dalam keping bijinya (Hidayat, 1995).

Dormansi merupakan kondisi fisik dan fisiologis pada biji yang mencegah perkecambahan pada
waktu yang tidak tepat atau tidak sesuai. Dormansi membantu biji mempertahankan diri terhadap kondisi
yang tidak sesuai seperti kondisi lingkungan yang panas, dingin, kekeringan dan lain-lain. Sehingga dapat
dikatakan bahwa dormansi merupakan mekanisme biologis untuk menjamin perkecambahan biji
berlangsung pada kondisi dan waktu yang tepat untuk mendukung pertumbuhan yang tepat. Dormansi bisa
diakibatkan karena ketidakmampuan sumbu embrio untuk mengatasi hambatan (Suyitno, 2007).

Dormansi benih berhubungan dengan usaha benih untuk menunda perkecambahannya, hingga
waktu dan kondisi lingkungan memungkinkan untuk melangsungkan proses tersebut. Dormansi dapat
terjadi pada kulit biji maupun pada embryo. Biji yang telah masak dan siap untuk berkecambah
membutuhkan kondisi klimatik dan tempat tumbuh yang sesuai untuk dapat mematahkan dormansi dan
memulai proses perkecambahannya. Pretreatment skarifikasi digunakan untuk mematahkan dormansi kulit
biji, sedangkan stratifikasi digunakan untuk mengatasi dormansi embryo (Salisbury, 1985).

IV. Alat dan Bahan


a. Alat

No Nama alat Jumlah

1 Cawan petri 5 buah

2. amplas 1 lembar

3. pipet 1 buah

4. Gelas beker 1 buah

b. Bahan

No Nama bahan Jumlah

Biji lamtoro / bunga pukul


1.
empat 50 biji

2. Larutan HCl 10 % dan 20 %

3. Kapas 10

V. Prosedur Kerja
1. Siapkan 5 buah cawan petri, kemudian beri label A, B, C, D dan E
2. Siapkan lapisan kapas yang diberi air pada masing-masing cawan petri.
3. Ambil 10 biji yang baik kemudian masukkan dalam cawan petri A secara teratur ( sebagai kontrol).
4. Ambil 10 biji dan rendam dalam larutan HCl 10 % selama 10 menit, selanjutnya cuci dengan air
sampai bersih, kemudian masukkan ke dalam cawan petri B secara teratur.
5. Pada cawan petri C perlakuan sama seperti pada no. 4, tetapi biji direndam dalam larutan HCl 20 %.
6. Ambil 10 biji, gosoklah salah satu biji dengan amplas, kemudian masukkan dalam cawan D secara
teratur
7. Ambil 10 biji, gosoklah kedua sisi biji dengan amplas, kemudian masukkan ke dalam cwan petri E
secara teratur
8. Tempatkan semua cawan petri di tempat yang gelap dan aman dan kondisikan keadaan kapas tetap
jenuh air selama bercobaan berlangsung
9. Amati jumlah biji yang berkecambah pada masing-masing cawan setiap hari, dan catatlah hasilnya
selama 14 hari
10. Carilah masa dormansi biji rata-rata untuk masing-masing cawan dengan menggunakan rumus sebagai
berikut :
MD = ¿ ¿
Keterangan : MD = masa dormansi biji
H = hari ke-berapa berkecambah
N = jumlah biji yang berkecambah selama pengamatan berlangsung
n = jumlah iji yang berkecambah pada hari tertentu
VI. Hasil Pengamatan
a. Biji lamtoro

Biji berkecambah hari ke-


Perlakua
No
n
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14

1. Kontrol - - - - - - - - - - - - - -

HCL
2. - - - - - - - - - - - - - -
10%

HCL
3. - - - - - - - - - - - - - -
20%

Amplas 1
4. - - - - - - - - - - - - - -
sisi

Amplas 2
5. - - - - - - - - - - - - - -
sisi

b. Biji bunga pukul empat

No Perakuan Berkecambah hari ke-


1
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13
4

1. Kontrol - - - - - - - - - - - - - -

HCL
2. - - - - - - - - - - - - -
10%

HCL
3. - - - - - - - - - - - - - -
20%

c. Biji lamtoro

No. Perlakuan H N n Mo

1. Kontrol - - - -

2. HCL 10% - - - -

3. HCL 20% - - - -

4. Amplas 1 sisi - - - -

5. Amplas 2 sisi - - - -

d. Biji bunga pukul empat

No. Perlakuan H N n Mo

1. Kontrol - - - -

2. HCL 10% - - - -

3. HCL 20% - - - -

Start = 13 novenver 2021


Finish = 26 November 2021
VII. Pembahasan
A. Klasikasi
1. Klasikasi Biji Lamtoro
Kingdom : Plantae
Divisi : Spermatophyta
Kelas : Dicotylodonae
Ordo : Fabeles
Famili : Fabaceae
Genus : Leucaena
Spesies : Leucaena leucephala
2. Klasikasi biji bunga pukul empat
Kingdom : Plantae
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Magnoliopsida
Ordo : Caryophyllales
Famili : Nyctaginaceae
Genus : Mirabilis
Spesies : Mirabilis jalapa L
B. Hasil Pengamatan

Pada praktikum kali ini yaitu mengenai masa dormansi pada bji lamtoro dan bunga pukul empat.
Dari kedua biji tersebey terdapat lima perlakuan, perlakuan pertaa yaitu kontor yang digunakan adalah
aquade, perlakuan kedua mengguanakan larutan HCL 10 %, perlakuan ketiga menggunakan larutan
HCL 20%, perlakuan selanjutnya yaitu dengan mengamplas 1 sisi dan dua sisi unruk biji lamtoro.
Masing-masing biji yang digunakan sebanyak lima biji setiap perlakuan. Percobaan kali ini
dilaksankan selama 14 hari yaitu dari tanggal 13 November 2021 sampai tanggal 26 November 2021.
Dari hasil pengamatan maka diperoleh data yang didapatkan yaitu, disetiap perlakuan tidak ada
tumbuhnya perkecambahan dimana yang berarti terjadinya proses dormansi, pengertian dormansi itu
sendiri adalah kondisi fisik dan fisiologis pada biji yang mencegah perkecambahan pada waktu yang
tidak tepat atau tidak sesuai. Dormansi membantu biji mempertahankan diri terhadap kondisi yang
tidak sesuai seperti kondisi lingkungan yang panas, dingin, kekeringan dan lain-lain.

C. Faktor Yang Mempegaruhi Proses Dormansi

Faktor-faktor yang menyebabkan dormansi pada biji dapat dikelompokkan dalam:

(a) faktor lingkungan eksternal, seperti cahaya, temperatur, dan air;

(b) faktor internal, seperti kulit biji, kematangan embrio, adanya inhibitor, dan rendahnya zat
perangsang tumbuh;

(c) faktor waktu, yaitu waktu setelah pematangan, hilangnya inhibitor, dan sintesis zat perangsang
tumbuh. (Salisbury, 1985).

Dormansi pada biji dapat dipatahkan dengan perlakuan mekanis, cahaya, temperatur, dan bahan kimia.
Proses perkecambahan dalam biji dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu proses perkecambahan
fisiologis dan proses perkecambahan morfologis. Sedangkan dormansi yang terjadi pada tunas-tunas
lateral merupakan pengaruh korelatif dimana ujung batang akan mempengaruhi pertumbuhan dan
perkembangan bagian tumbuhan lainnya yang dikenal dengan dominansi apikal. Derajat dominansi
apikal ditentukan oleh umur fisiologis tumbuhan tersebut (Dwidjosepoetro, 1983).

D. Intergrasi
QS. Qaaf (Qaaf) – surah 50 ayat 9 [QS. 50:9]
Artinya:

Dan dari langit Kami turunkan air yang memberi berkah lalu Kami tumbuhkan dengan (air) itu
pepohonan yang rindang dan biji-bijian yang dapat dipanen.

Tafsir QS. Qaaf (50) : 9. Oleh Muhammad Quraish Shihab:

Kami menurunkan air yang membawa banyak kebaikan dan manfaat dari langit, lalu Kami
menumbuhkan, dengan air itu, kebun-kebun yang mempunyai pohon-pohonan, bunga-bungaan dan
buah- buahan. Dan dengan air itu juga Kami menumbuhkan biji tumbuhan yang dituai,

VIII. Penutup
A. Kesimpulan
Dari pembahasan diatas dapat disimpulkan bahwa proses dormansi dengan perlakuan diatas
dapat dilakukan, dimana proses dormansi Fase induksi ditandai dengan terjadinya penurunan jumlah
hormon Fase tertundanya metabolisme Fase bertahanya embrio untuk berkecambah karena faktor
lingkungan yang tidak menguntungkan, Perkecambahan, ditandai oleh meningkatnya hormon dan
aktifitas enzim. Tetapi tidak sampai proses perkecambahan karena bijinya busuk maka dapat
disimpuakan bahwa proses dormansi pada praktikum kali ini dikatakan gagal.
B. Saran

Praktikum dan prosedur dilaksnakan dengan baik, diharapkan kedapannya bisa lebih baik lagi.
DAFTAR PUSTAKA

Hharjadi, M.M Sri Setyati. 1996. Pengantar Agronomi. Cetakan ke-12. Gramedia Pustaka Utama,
Jakarta.Salisbury,

F & Ross, C.W. 1992. Fisiologi TumbuhanJilid3. Penerbit ITB, Bandung.

Sasmithahamihardja, D.1996.Fisiologi Tumbuhan. Fakultas FMIPA ITB, Bandung

Soerodikoesomo, Wibisono.1994.Anatomi dan Fisiologi Tumbuhan. Depdikbud, Jakarta


Dipindai dengan
CamScanner
'
'
LAMPIRAN PRAKTIKUM

FISIOLOGI TUMBUHAN

“DORMANSI”

Gambar 1. Menyiapkan alat dan bahan Gambar 2. Merendam biji lamtoro dan
yang akan digunakan biji pukul 4 dengan larutan HCL 10%
dan 20%

Gambar 3. Mengamplas salah satu sisi Gambar 4. Mengamplas kedua sisi biji
biji lamtoro lamtoro
Gambar 5. Membasahi kapas dengan Gambar 6. Meletakkan biji lamtoro
menggunakan aquades dan biji pukul 4 ke cawan petri dan
mengamati perkecambahan yang terjadi
selama 14 hari pengamatan

Gambar 7. Menulis laporan sementara

Anda mungkin juga menyukai