Anda di halaman 1dari 18

PETUNJUK LAPANGAN

(PETLAP)

PANEN DAN PASCAPANEN


TANAMAN KEDELAI

BADAN PENYULUHAN DAN PENGEMBANGAN SDM PERTANIAN


PUSAT PELATIHAN PERTANIAN
2015
PETUNJUK LAPANGAN
(PETLAP)

PANEN DAN PASKA PANEN KEDELAI

A. DEFINISI
Mutu dan produksi kedelai sangat dipengaruhi oleh penanganan panen dan
pasca panen. Penanganan panen dan pasca panen yang tidak tepat atau tidak
memenuhi syarat mengakibatkan mutu yang rendah dan kehilangan hasil,
sehingga produksi berkurang.
Panen adalah suatu proses akhir dari tindakan manusia dalam hal budidaya
tanaman dimana pertumbuhan tanaman biasanya akan terjadi perubahan
secara fisiologis (contoh rasa, kandungan bahan kimia) dan morphologis
(contoh warna, ukuran, bentuk).
Penanganan Pascapanen adalah tahapan/rangkaian kegiatan yang dilakukan
pada saat dan setelah panen agar hasil pertanian siap dan aman digunakan
oleh konsumen dan atau diolah lebih lanjut oleh industri.

B. TUJUAN
Setelah berlatih peserta diharapkan dapat melaksanakan penanganan
panen dan pasca panen yang diawali dengan menentukan waktu panen dan
cara panen yang tepat sampai dengan kegiatan pascapanen (penjemuran
brangkasan, perontokan, pembersihan dan sortasi, penjemuran biji,
pengepakan, penyimpanan) kaitannya dengan mutu dan produksi.
1. Mempertahankan mutu kedele agar tetap baik.
2. Mendapatkan harga jual yang tinggi.
3. Agar petani mengetahui kegiatan
pengangkutan,pengeringan,perontokan,pembersihan sampai penyimpanan.
4. Mengurangi susut tercecer,
5. Mendapatkan harga jual yang tinggi.
C. MANFAAT
Peserta Diklat dapat melaksanakan kegiatan panen dan pasca panen sehingga
dalam praktek budidaya tanaman kedelai pada pertanaman berikutnya dapat
dilakukan dengan baik dan benar.

D. METODE
1, cramah
2. Tanya Jawab
3. Sumbang saran
4. Diskusi
5.Praktek

E. ALAT DAN BAHAN


1.Peralatan panen, arit, karung goni
2.Perlatan pascapanen : pedal treser/perontok

F. TEMPAT
Kelas dan Lapangan/ usaha agribisnis

G. LANGKAH KEGIATAN

NO TAHAPAN URAIAN KEGIATAN ALAT BANTU


1. Menentukan a. Amati lahan pertanaman
waktu panen kedelai Catat dan
dskusikan ciri-ciri tanaman
kedelai siap panen di lahan
yang telah disiapkan
b. Sebagian besar/95 % daun
rontok
c. Polong 95 % menguning
sampai kecoklatan bahkan
mengering
2. Cara panen a. Melakukan panen secara
hati hati
b. Pemotongan batang
dengan menggunakan sabit
yang tajam
c. Potong tanaman kedelai
sedekat mungkin dengan
pangkal batang agar tidak
ada polong yang tertinggal.
d. Panen tanaman kedelai
sebanyak 10
tanaman/kelompok Catat
jenis dan kondisi alat panen
yang digunakan serta
hitung biji kedelai yang
jatuh atau polong yang
tertinggal?
3. Pengumpulan Hasil panen dikumpulkan de -Terpal
menggunakan alas -Karung
karung/terpal
4. Pengangkutan Pengangkutan menggunakan -Karung
wadah karung/dingkut agar -Dingkul
tidak ada yang tercecer.
5. Pengeringan biji 1. Jemur kedele dilantai jemur 1. Lantai jemur, tikar
kedele di lantai ketebalan 10-15 cm 2. Alat pengecek
jemur 2. Memerlukan waktu 6,5 jam kadar air
untuk menurunkan kadar
air biji dari 15 % ke13 % .
3. Lakukan pembalikan
secara periodik
4. Lakukan penegcekan kadar
air

6. Pengeringan 1. Pastikan bahwa peralatan 1. Alat bantu drayer


Mekanis pada kondisi bersih
2. Pastikan bhw komponen.
alat berfungsi
3. Pastikan bhw suhu tlh
sesuai
4. Lakukan pengamatan suhu
dan kadar.air setiap 2 jam
5. Lakukan pengamatan kadar
air
6. Lakukan pembalikan setiap
2 jam.
7. Perontokan 1. Siapkan polong kedele Benih pecah kurang.
manual 2. Polong dirontokan dengan Kapasitas rendah
digebot/mesin perontok (berkisar 10 – 20
3. Tampung biji kedele kg/jam/orang)
ditempat yang bersih Berpeluang
terjadinya
penundaan
Memungkinkan
terjadinya
kontaminasi
cendawan
Memungkinkan
serangan hama,

8. Perontokan 1. Siapkan berangkasan Kapasitas 1,4 ton


Mekanis kedele berangkasan
2. Siapkan mesin perontok kedele/jam
3. Hidupkan mesin perontok Kualitas hasil pipilan
4. Masukkan berangkasan :
kemesin perontok 1. Biji pecah
5. Tampung biji hasil 0,20%,
perontokan 2. kadar kotoran
0,20%
3. Biji tidak terpipil
0,10%.
9. Pembersihan 1. Siapkan biji yang akan di Dilakukan setelah 2
2. Lakukan sortir hari pengeringan.
3. Lakukan pengkelasan ( Dilakukan secara
grading) mutu I, II dan III manual (visual)
Tujuan memisahkan
biji kedele dari :
1. Biji yang
berjamur.
2. Biji dengan biji
warna lain.
3. Bijiyang tidak
normal (kecil).
Dilakukan setelah
pengeringan untuk
memisahkan dalam
kelompok mutu I, II,
atau III.
10. Sortasi biji secara 1. Siapkan biji kedele yang
manual akan disortir
2. Siapkan alat sortir biji
kedele
3. Lakukan penyortiran biji
kedele

11. Sortasi biji dan 1. Siapkan biji kedele yang Mempercepat


grading secara akan disortir proses sortasi
mekanis 2. Siapkan mesin sortir Pada umumnya Biji
3. Lakukan penyortiran dan kedele dapat
pengkelasan (grading) dipisahkan dengan
4. Tampung hasil sortir sesuai tiga macam

12. Sortasi biji dan 1. Siapkan biji kedele yang Mempercepat


grading secara akan disortir proses sortasi
mekanis 2. Siapkan mesin sortir Pada umumnya Biji
3. Lakukan penyortiran dan kedele dapat
pengkelasan (grading) dipisahkan dengan
4. Tampung hasil sortir sesuai tiga macam
ukuran

13. Penyimpanan Simpan kedele yang sudah Gudang


dimasukan dalam karung penyimpanan
Lantai diberi alat papan
-Ditumpuk keatas
I. HASIL :

Bagaimana hasil kerja Saudara dalam Panen dan pascapanen tanaman kedelai
?.

……………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………
……………………………………………………

E. EVALUASI DIRI

Dalam proses panen dan pascapanen, apakah saudara mengalami kesulitan ?

Beri tanda pada gambar berikut !!!

……. …….. …….

bisa melakukan kegiatan panen dan pasca panen tanpa dibimbing

bisa melakukan kegiatan panen dan pasca panen dengan dibimbing

belum bisa melakukan kegiatan panen dan pasca panen


J. INFORMASI

Pemanenan merupakan kegiatan yang sangat menentukan baik atau


buruknya hasil serta berpengaruh terhadap tinggi atau rendahnya hasil, sehingga
akan mempengaruhi pendapatan usahatani secara ekonomi. Hal-hal yang perlu
diperhatikan dalam pemanenan adalah umur panen, waktu panen, dan cara
pemanenan.
Sedangkan Kegiatan pascapanen kedelai dimulai dari pemanenan,
penanganan lanjutan (menjemur, merontok dan seterusnya sampai penyimpanan).
Penanganan pascapanen juga merupakan kegiatan yang sangat penting karena
penanganan pascapanen yang tidak benar dapat menyebabkan: terjadinya susut
jumlah hasil, menurunkan mutu hasil panen secara cepat, dan menurunkan harga
jual dan pendapatan petani.
1. Umur Panen
Kematangan kedelai hingga siap dipanen sangat bergantung pada
varietas dan ketinggian tempat. Akan tetapi saat pemanenan juga bergantung
kepada tujuan penggunaan.
Berdasarkan varietasnya terdapat varietas umur pendek atau genjah yaitu
kedelai yang sudah dapat mencapai umur panen kurang dari 80 hari, kedelai
umur sedang yaitu dapat mencapai umur panen pada 80-85 hari, dan kedelai
umur dalam yang mencapai umur panen lebih dari 86 hari.
Ketinggian tempat mempengaruhi kematangan fisiologis. Pada daerah
yang semakin tinggi dari permukaan laut pada umumnya kematangan fisiologis
tertunda, sedangkan semakin rendah daerahnya akan semakin cepat mencapai
kematangan fisiologis. Perbedaan umur panen antara daerah dataran tinggi
dengan daerah dataran rendah sekitar 10-20 hari.
Tujuan penanaman kedelai menentukan umur panen. Kedelai yang akan
digunakan untuk bahan konsumsi dipanen pada umur 75-100 hari, sedangkan
untuk dijadikan benih dipanen pada umur 100 – 110 hari.
Dengan adanya berbagai varietas dan tujuan penanaman maka untuk
mengetahui kedelai siap panen dapat dilihat dari ciri-cirinya agar panen dapat
dilakukan pada saat yang tepat.
Adapun kedelai yang sudah matang secara fisiologis, cirinya adalah
sebagian besar daun (90-95%) sudah menguning kecoklatan lalu gugur, tetapi
bukan karena serangan hama atau penyakit. Batang-batangnya sudah kering,
demikian juga buah mulai berubah warna dari hijau menjadi kuning kecoklatan
dan retak-retak, atau polong sudah kelihatan tua, batang berwarna kuning agak
coklat dan gundul.

Kedelai yang sudah siap dipanen

Pemanenan kedelai yang terlalu awal yakni stadium belum cukup


umurnya atau polongnya masih hijau dapat mengakibatkan kuantitas dan
kualitas produksi menurun. Selain itu, pemanenan yang terlalu awal dapat
menyebabkan polong mudah busuk, bercendawan, dan berkeriput sehingga
mutu bijinya kurang baik. Jika biji dipergunakan untuk benih akan rendah daya
kecambahnya.

Pemanenan yang tertunda, pada musim


kemarau, menyebabkan polongnya akan
semakin tua, kering, pecah, dan biji
keluar jatuh sebelum panen dan selama
panen sehingga banyak kehilangan hasil

Gambar Biji kedelai dan menurunkan produktivitasnya.


berhamburan Kehilangan hasil dapat terjadi di kebun
dan selama
Disamping itu, kehilangan hasil dapat terjadi pengangkutan
karena tangkaidari
buahkebun ke
mengering
tempatpenundaan
dan lepas dari cabangnya. Sedangkan pengumpulan brangkasan.
panen, jika musim hujan,
akan menyebabkan banyak biji yang membusuk ditumbuhi cendawan.
2. Cara dan Waktu Panen
Pemananen dilakukan dengan menggunakan sabit bergerigi atau sabit
biasa. Penggunaan sabit bergerigi lebih efisien. Untuk seluas 100 m², dengan
sabit bergerigi membutuhkan waktu 40 menit, sedangkan sabit biasa 60 menit.

Pangkal batang dan akar tanaman


kedelai tetap ditinggalkan dalam tanah karena
mengandung rhizobium sebagai sumber
nitrogen dan penyubur tanah. Pemotongan
harus dilakukan dengan hari-hati karena
kedelai yang sudah tua mudah rontok. Hasil
Kedelai saat dipanen
pemotongan dalam bentuk brangkasan harus
segera dikumpulkan pada suatu tempat dan
Dari tempat pengumpulan ini, selanjutnya hasil panen diangkut ke
dipisahkan
tempat penjemuran dengan alat menurut
bantu karung tingkat kematangan
atau bakul.Pemanenan kedelai
sebaiknya dilakukan pada pagipolong.
hari pada saat cuaca cerah, dan kedelai masih
agak segar sehingga tidak mudah pecah. Pemanenan yang dilakukan pada
saat hujan menyebabkan biji dapat rusak setelah dilakukan pengumpulan dan
penumpukan.

3. Taksasi Hasil
Menaksir hasil dilakukan dengan teknik ubinan atau sampel. Kegunaan ubinan
adalah untuk menentukan rata-rata hasil hektar.
Petak ubinan dibuat dengan cara sebagai berikut:
a. Buat garis diagonal di lahan.
b. Tentukan 3 tempat di tengah-tengah diagonal.
c. Buat tata letak bujursangkar di tempat tadi dengan ukuran 2,5 x 2,5 m.
d. Gunakan tali, ajir, dan meteran untuk menetapkan tanda lokasi ubinan.
Dari petak ubinan seluas 6,25 m² tersebut, misalnya diperoleh hasil biji kedelai
1,2 kg. Maka, ditaksir produksinya adalah 1,92 ton per hektar.
4. Pengeringan Brangkasan
Tujuan pengeringan adalah untuk mengeluarkan sebagian air dari biji
sampai batas aman untuk disimpan atau memudahkan penanganan
selanjutnya. Penjemuran dilakukan sesegera mungkin. Brangkasan tidak boleh
ditumpuk sebab dapat menimbulkan panas yang akan berakibat kepada
menurunnya kualitas biji, terutama biji untuk keperluan benih. Tata laksana
pengeringan dapat dilakukan sebagai berikut :
a.Penjemuran
Penjemuran dilakukan di bawah terik
matahari dengan cara dihamparkan di
atas lantai semen atau menggunakan
alas dari anyaman bambu, tikar atau
plastik.

Penjemuran dilakukan dengan cara sebagai berikut :


1) Brangkasan kedelai dihamparkan di atas alas setebal 25 cm, atau
sedapat mungkin didirikan. Dengan didirikan pengeringan dapat lebih
merata.
2) Lakukan pembalikan brangkasan, terutama jika brangkasan
dihamparkan.
3) Lakukan penjemuran sampai kadar air biji ± 17% yang ditandai dengan
polong sangat mudah pecah bila ditekan dengan jari. Penjemuran pada
cuaca baik memerlukan waktu sekitar 1-2 jam
Pengeringan brangkasan kedelai jangan sampai terlambat atau tertunda
karena dapat menimbulkan kerusakan hasil. Lama penundaan pengeringan
2 hari dapat menyebabkan kerusakan kedelai hingga 32%, sedangkan
penundaan 3, 4, dan 5 hari, masing-masing dapat menyebabkan kerusakan
hasil kedelai sebesar 35%, 48%, dan 48,6%
b. Pengeringan Buatan
Pengeringan buatan dilakukan pada saat panenan bertepatan dengan
musim hujan. Hal ini perlu dilakukan karena brangkasan yang dipanen harus
segera dilakukan agar tidak mengalami penurunan kualitas.
Pengeringan buatan dilakukan dengan mesin pengering dengan suhu
maksimun 60 ºC

Brangkasan diikat ditempatkan secara teratur pada rak pengeringan yang


terbuat dari bambu dengan posisi terbalik. Panas yang dihasilkan dari
tungku sekam akan mengalir melalui pipa udara yang berada di bawak rak
karena adanya hembusan dari kipas (blower) sehingga menghasilkan udara
panas yang langsung masuk ke rak-rak bambu.

5. Perontokan Biji
Perontokkan biji kedelai yang tidak tepat dapat menyebabkan kehilangan hasil
yang tinggi. Perontokan yang dilakukan pada tingkat kadar air masih tinggi
menyebabkan banyaknya biji yang rusak atau pecah. Sedangkan keterlambatan
perontokan dapat menyebabkan polong menjadi basah kembali sehingga
menyulitkan pembijian atau pengupasan.
Perontokan biji kedelai dari polongnya dapat dilakukan secara tradisional,
dengan pedal theser, dan dengan mesin.
a.Perontokan secara tradisional
Kadar air biji kedelai untuk dirontokkan secara tradisional adalah 12-13 %

Perontokkan dengan cara tradisional


dilakukan dengan cara memukul- mukul
tumpukan brangkasan, dengan
menggunakan gebuk yang terbuat dari
kayu atau pelepah kelapa sampai batang
kedelai dan kulit polong hancur.

Selanjutnya batang dan kulit polong dipisahkan dari biji- biji dengan cara
ditampi menggunakan nyiru atau tampah. Biji yang busuk, cacat, kerikil dan
tanah harus dibuang.
Kelemahan perontokan secara tradisional adalah, antara lain, kehilangan
hasil tinggi, mutu fisik biji menjadi rendah, banyak biji yang patah dan rusak,
tenaga kerja yang digunakan banyak, memerlukan waktu yang lama dan
biaya tinggi.
Besarnya kehilangan hasil dengan cara perontokkan tradisional dapat
mencapai 8 %. Tingkat produktivitas tenaga kerja sekitar 10 kg biji bersih per
jam per orang. Dengan demikian, pada tingkat hasil kedelai 1 ton per hektar
dibutuhkan tenaga kerja perontok sebanyak 20 orang. Dengan cara
tradisional, biji utuh yang diperoleh dari hasil perontokkan adalah 69,99%.

c. Perontokan dengan Pedal


Perontok kedelai dengan pedal dapat dilakukan dengan pedal injak atau
dengan pedal kontinyu. Dengan pedal memberikan hasil lebih baik jika
dibandingkan secara tradisional, baik ditinjau dari kapasitas kerja maupun
mutu fisik biji. Kapasitas kerja perontok pedal injak adalah 11,6 kg per jam
per orang dan perontok pedal kontinyu adalah 11 kg per jam per orang.
Dengan menggunakan perontok pedal injak kehilangan hasil mencapai
16,32% dan biji utuh 80,9 %. Sedangkan menggunakan pedal kontinyu
kehilangan hasil mencapai 17,14 % dan biji utuh 81,9 %.
d. Perontokan dengan mesin “Power Thresser”

Perontokan kedelai dengan Power

Threser dilakukan pada kadar air biji 14-

15% dan dengan kecepatan putar silider

600-700 rpm

Perontokan dengan mesin dapat mempertahankan mutu kedelai, kehilangan


hasil lebih rendah, tenaga kerja yang diperlukan sedikit, menghemat waktu,
hemat biaya, dan dapat meningkatkan produktivitas.
Kapasitas mesin perontok kedelai bervariasi dari yang rendah (17,42 kg/jam)
sampai dengan yang tinggi (80,40 kg/jam). Dengan menggunakan mesin
perontokan 80,40 kg/jam/orang akan menghasilkan biji utuh 98 % atau biji
rusak 2 %, dan persentase kotoran 6,5 %.
Cara penggunaannya adalah sebagai berikut:
a. Siram dengan air terlebih dulu brangkasan kedelai yang sudah
dikeringkan. Tujuannya untuk mencegah biji-biji pada saat dirintok tidak
pecah.
b. Siapkan ember penampung biji kedelai dan letakkan di bawah saluran
pengeluaran.
c. Masukkan brangkasan kedelai dalam corong penampungan.
d. Hidupkan mesin, maka kedelai akan terkupan dan biji kedelai akan keluar
melalui saluran pengeluaran.
Biji yang diperoleh selanjutnya dibersihkan dengan ditampi atau
menggunakan kipas (blower). Pembersihan ini dimaksudkan untuk
memisahkan kotoran yang berupa sisa-sisa kulit polong, batang, daun, dan
kotoran-kotoran lain yang ringan. Untuk kotoran berupa tanah kerikil yang
tidak terpisah dari biji harus dibuang.
6. Pengeringan Biji

Biji yang sudah dirontokkan harus


dikeringkan. Pengeringan dilakukan
hingga mencapai kadar air 9% jika
untuk keperluan benih.

Pengeringan dilakukan di bawah terik matahari dengan cara sebagai berikut :


a. Hamparkan biji kedelai di atas tikar atau plastik
b. Atur jarak untuk menghindari percampuran fisik antar jenis biji, terutama jika
untuk keperluan benih.
c. Lakukan pembalikan secara periodik agar kering merata, dan jika suhu
melebihi 40 ºC tutup atau angkat ke gudang untuk menghindari kerusakan
akibat terlalu panas.
d. Keringkan biji hingga kadar air 10% dan biji dari kotoran lain dan terus
dikeringkan hingga mencapai kadar 9% untuk mendapatkan biji yang baik
untuk disimpan.

7. Pengemasan
Biji kedelai yang telah kering dengan kadar air dibawah 10 % dapat dikemas.
Pengemasan dilakukan dengan karung koni, kantong plastik, kaleng, karung
plastik. Pengemasan biji dapat dilakukan secara sendiri dalam satu macam
kantong, misalnya hanya menggunakan karung goni atau kantong plastik saja.
Berdasarkan penelitian, biji kedelai yang disimpan pada kadar air 9% lebih baik
dibandingkan dengan kadar air lebih dari 10%. Pengemasan dengan
menggunakan karung goni yang di dalamnya dilapisi plastik ternyata lebih baik
jika dibandingkan dengan karung goni atau kantong plastik saja. Pengemasan
dengan karung goni berlapis plastik dapat menekan kerusakan dan
mempertahankan kadar air awal selama enam bulan penyimpanan dalam suhu
kamar.
Pengemasan kedelai dengan karung goni, karung plastik atau kantong plastik
saja pada umumnya dilakukan jika kedelai segera akan dijual. Cara mengemas
biji dengan satu kantong atau adalah sebagai berikut: biji kedelai dimasukkan ke
dalam kantong sebanyak 20-50 kg kemudian kantong ditutup dengan sistim
rapat udara, dijahit atau diikat kuat. Apabila menggunakan kantong rangkap
goni dan plastik, caranya adalah: biji dimasukkan kantong plastik Polyetilen
terlebih dahulu sebanyak 50 kg, kemudian ditutup dengan sitim rapat udara.
Selanjutnya kantong plastik yang sudah diisi dimasukkan ke dalam karung goni
kemudian dijahit rapat.

8. Penyimpanan

Penyimpanan merupakan kegiatan yang


penting terutama dalam upaya
mengawetkan dan menjaga mutu hasil.

Dalam penyimpanan biji kedelai beberapa hal yang perlu diperhatikan adalah:
tempat penyimpanan, suhu, kelembaban, keadaan biji ( kadar air dan
kebersihan biji ), dan tata cara penyusunan.
Tempat penyimpanan dapat dilakukan dalam ruangan yang berlantai semen. Biji
kedelai yang sudah dikemas disimpan di ruangan tersebut dengan beralaskan
kayu. Hindarkan kemasan biji bersentuhan langsung dengan lantai atau dinding
untuk mengindari agar tidak mempengaruhi kelembaban biji.
Suhu ruangan yang baik untuk penyimpanan biji kedelai adalah suhu 18-20 ºC
dan kelembaban sekitar 55 %. Kondisi suhu dan kelembaban ini dapat
mempertahankan daya simpan biji kedelai dapat mencapai satu tahun lebih
dengan daya kecambah di atas 85 %.
Biji kedelai yang disimpan harus berkadar air di bawah 10 %. Dengan kadar air
seperti ini biji dapat terhindar dari cendawan dan hama gudang.
Biji kedelai yang disimpan lama kadar airnya dapat meningkat melebihi kadar air
awal. Jika kadar air mencapai 14 % biji mudah terserang hama bubuk kedelai
(Bluchus sp). Hama tersebut berupa kumbang kecil berwarna hitam yang
memakan biji kedelai. Oleh karena itu, untuk menjaga kadar air dilakukan
penjemuran secara periodik tiga bulan sekali, sedangkan untuk mengendalikan
hama gudang dapat digunakan fungisida, pembersihan gudang, dan biji yang
rusak segera di gudang.

SELAMAT MENIKMATI VIDIO


PANEN DAN PENGELOLAAN
PASCA PANEN KEDELAI

Anda mungkin juga menyukai