Anda di halaman 1dari 10

LAPORAN PRAKTIKUM BOTANI FARMASI

“DORMANSI DAN PERKECAMBAHAN BIJI”

NAMA: BRILYAN WAHYU PURWANINGRUM


DINDA IZZATUL WARIS
MAUZA OCTAVIANI
NITA KARMELIA SARI
SAKANDO
PRODI: S1 FARMASI (PAGI)

STIKes Bani Saleh


Tahun Akademik 2018/2019
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Dormansi adalah suatu keadaan berhenti bertumbuh yang dialami organisme hidup atau
bagiannya sebagai tanggapan atas suatu keadaan yang tidak mendukung pertumbuhan normal.
Dengan demikian, dormansi merupakan suatu reaksi atas keadaan fisik, kimiawi atau
lingkungan tertentu. Pemicu dormansi dapat bersifat mekanis, keadaan fisik lingkungan, atau
kimiawi.
Banyak factor yang mengontrol proses perkecambahan biji, baik yang bersifat internal
dan eksternal. Secara internal proses perkecambahan biji ditentukan keseimbangan antara
promotor dan inhibitor perkecambahan, terutama asam giberelin dan asam absisat. Factor
eksternal yang merupakan ekologi perkecambahan meliputi air, suhu, kelembaban, cahaya, dan
adanya senyawa-senyawa kimia tertentu yang berperilaku sebagai inhibitor perkecambahan.

B. TUJUAN
1. Mengetahui respon perkecambahan beberapa jenis biji terhadap factor lingkungan (air,
suhu, cahaya, zat kimia, dst).
2. Mengetahui laju perkecambahan menurut ketebalan kulit biji.
3. Mengetahui batas-batas kebutuhan air dalam perkecambahan suatu biji.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

Perkecambahan merupakan suatu proses dimana radikula (akar embrionik) memanjang keluar
menembus kulit biji (Salibury, 1985). Dibalik gejala morfologi dengan permunculan radikula tersebut,
terjadi proses fisiologi biokemis yang kompleks, dikenal sebagai proses perkecambahan fisiologis.
Secara fisiologis, proses perkecambahan berlangsung dalam beberapa tahapan penting meliputi:
1. Absorbsi air dan metabolisme pemecahan materi cadangan makanan.
2. Transport materi hasil pemecahan dari endosperm ke embrio yang aktif bertumbuh.
3. Proses-proses pembentukan kembali materi-materi baru.
4. Respirasi.
5. Pertumbuhan.

Proses perkecambahan biji (Jann dan Amen dalam Khan, 1934)


1. Penyerapan air
a. Masuk air secara imbibisi dan osmosis
b. Kulit biji
c. Pengembangan embrio dan endosperm
d. Kulit biji pecah, radikal keluar
2. Pencernaan
Merupakan proses terjadinya pemecahan zat atau senyawa bermolekul besar dan kompleks
menjadi senyawa bermolekul lebih kecil, sederhana, larut dalam air dan dapat diangkut melalui
membrane dinding sel.
Makanan cadangan utama biji yaitu pati hemiselulosa, lemak, protein:
a. Tidak larut dalam air atau berupa senyawa alkaloid
b. Terdapat dalam jumlah besar pada endosperm dan kotiledon
c. Senyawa kompleks bermolekul besar
d. Tidak dapat diangkut (immobile) ke daerah yang memerlukan embrionikaksis
Proses pencernaan dibantu oleh enzim:
a. Senyawa organic yang dihasilkan oleh sel hidup
b. Berupa protein
c. Katalisator organic
d. Memiliki fungsi pokok:
1) Enzim amylase: merubah pati dan hemiselulosa menjadi gula
2) Enzim protease: merubah protein menjadi asam amino
3) Enzim lipase: merubah lemak menjadi asam lemak dan gliserin
e. Aktivasi enzim dilakukan oleh air setelah terjadi imbibisi
f. Enzim yang telah diaktivasi masuk ke dalam endosperm atau kotiledon untuk mencerna
cadangan makanan
3. Pengangkutan zat makanan
Hasil pencernaan diangkut dari jaringan penyimpanan makanan menuju titik-titik tumbuh pada
embrionik axis, radicle, dan plumulae. Biji belum memiliki jaringan pengangkut, sehingga
pengangkutan dilakukan secara difusi atau osmosis dari satu sel hidup ke sel hidup lainnya.
4. Asimilasi
Tahapan terakhir dalam penggunaan cadangan makanan. Termasuk proses pembangunan
kembali , misalnya protein yang sudah dirombak menjadi asam amino disusun kembali menjadi
protein baru, tenaga atau energy berasal dari proses pernafasan.
5. Pernafasan
Proses perombakan karbohidrat menjadi senyawa lebih sederhana dengan membebaskan
sejumlah tenaga. Pertama kali terjadi pada embrionik axis setelah cadangan habis baru beralih
ke endosperm atau kotiledon. Aktivasi respirasi tertinggi adalah pada saat radicle menembus
kulit.
6. Pertumbuhan
Ada 2 bentuk pertumbuhan embrionik axis:
a. Pembesaran sel-sel yang sudah ada.
b. Pembentukan sel-sel yang baru pada titik-titik tumbuh.
BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. ALAT DAN BAHAN


Alat:
1. Polybag ukuran sedang 6 pcs
2. Bunsen, kawat, dan kaki tiga
3. Pipet tetes
4. Mistar
5. Beaker glass 1000 mL
6. Pinset
7. Kertas amplas
8. termometer

Bahan:
1. Larutan H2SO4 2N
2. Aquadest/air mineral biasa
3. Biji kacang merah
4. Biji jagung
5. Biji salak
6. Biji asam
7. Media tanam (tanah)

B. PROSEDUR
1. Menanam semua biji yang telah diberi perlakuan di dalam polybag yang berisi tanah.
2. Mengamati biji yang telah ditanam sampai tumbuh daun pertama.

Jenis Perlakuan
a. Biji kulit tipis
1. Merendam biji dengan air panas pada suhu 80-90’C selama 5 menit kemudian
merendam kembali dalam air biasa selama 2 menit.
2. Merendam biji dengan air panas pada suhu 30-40’C selama 5 menit kemudian
merendam kembali dalam air biasa selama 2 menit.
b. Biji kulit keras
1. Merendam biji dengan air panas pada suhu 80-90’C selama 5 menit kemudian
merendam kembali dalam air biasa selama 2 menit.
2. Merendam biji dengan air panas pada suhu 30-40’C selama 5 menit kemudian
merendam kembali dalam air biasa selama 2 menit.
3. Mengikir biji dengan amplas kemudian merendam biji yang telah diamplas dengan
air biasa selama 2 menit.
4. Merendam biji dengan larutan H2SO4 selama 5 menit, kemudian merendam
kembali dengan air biasa selama 2 menit.
5. Merendam biji dengan larutan H 2SO4 selama 10 menit, kemudian merendam
kembali dengan air biasa selama 2 menit.
6. Merendam biji dengan larutan H 2SO4 selama 15 menit, kemudian merendam
kembali dengan air biasa selama 2 menit.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

NO GAMBAR KETERANGAN

Biji jagung, kacang merah, salak, dan asam yang


telah direndam dengan air panas dengan suhu 30-
40°C selama 5 menit kemudian direndam kembali
dalam air biasa selama 2 menit.
Setiap perlakuan disertai control
1 ( hanya direndam air biasa )

Biji jagung, kacang merah, dan asam yang telah


direndam dengan air panas dengan suhu 80-90°C
selama 5 menit kemudian direndam kembali dalam
air biasa selama 2 menit.
Setiap perlakuan disertai control
2 ( hanya direndam air biasa )

Biji jagung dan kacang merah yang telah diberi


perlakuan perendaman dengan air panas suhu 30-
40°C dan air biasa kemudian ditanam dimedia
3
tanah yang telah disiapkan

Biji jagung dan kacang merah yang telah diberi


perlakuan perendaman dengan air panas suhu 80-
90°C dan air biasa kemudian ditanam dimedia
4
tanah yang telah disiapkan
TABEL PENGAMATAN
Minggu Suhu 30- Suhu 80- H2SO4 H2SO4 H2SO4
Kontrol
ke - 40°C 90°C 5 menit 10 menit 15 menit
Tidak Tidak Tidak Tidak
Tidak terjadi Tidak terjadi
1 terjadi apa terjadi apa terjadi apa terjadi apa
apa – apa apa – apa
– apa – apa – apa – apa
2 - - - - - -
3 - - - - - -
4 - - - - - -
1 tumbuh 1 tumbuh
1 tumbuh perkecamb perkecamb
perkecambaha ahan 1 ahan 1
5 - - -
n 2 biji lain belum belum
belum tumbuh mulai mulai
tumbuh tumbuh
6 - - - - - -
7 - - - - - -
1 biji
tumbuh 1
cm, 1 biji
8 - - - - -
mulai
berkecamb
ah
1 tumbuh 4 cm 1 tumbuh 4
dan 1 biji cm dan 1
9 mulai tumbuh - - sisanya - -
perkecambaha tidak
n tumbuh
1 tumbuh 3 1 mulai
cm 1 tumbuh 1
10 - - sisanya - - sisanya
tumbuh 1 tidak
cm tumbuh
1 tumbuh 7 1 tumbuh 7
cm, 1 biji lain cm, 1
11 tumbuh 3 cm, - - sisanya - -
1 sisanya tidak
belum tumbuh tumbuh
BAB V
PENUTUP

Kesimpulan
1. Dormansi adalah suatu keadaan berhenti bertumbuh yang dialami organisme hidup atau
bagiannya sebagai tanggapan atas suatu keadaan yang tidak mendukung pertumbuhan normal.
Dengan demikian, dormansi merupakan suatu reaksi atas keadaan fisik, kimiawi atau
lingkungan tertentu. Pemicu dormansi dapat bersifat mekanis, keadaan fisik lingkungan, atau
kimiawi.
2. Faktor internal proses perkecambahan biji ditentukan keseimbangan antara promotor dan
inhibitor perkecambahan, terutama asam giberelin dan asam absisat.
Faktor eksternal yang merupakan ekologi perkecambahan meliputi air, suhu, kelembaban,
cahaya, dan adanya senyawa-senyawa kimia tertentu yang berperilaku sebagai inhibitor
perkecambahan

Anda mungkin juga menyukai