PERKECAMBAHAN
BAB I
PENDAHULUAN
1
Berdasarkan latar belakang tersebut maka kami melakukan praktikum untuk
mengetahui bagaimana perkecambahan pada macam-macam biji.
2
BAB II
TUJUN PUSTAKA
Perkecambahan adalah proses munculnya atau keluarnya radikula atau bakal
akar dari dalam biji yang diawali oleh masuknya air ke dalam biji (imbibisi).
Penyerapan air oleh biji, membuat kulit biji perah dan membesar serta memicu
embrio untuk melanjutkan pertumbuhannya. Radikula adalah organ yang pertama kali
muncul dari biji yang sedang berkecambah yang kemudian diikuti oleh munculnya
taruk dan pucuk. Kecambah yang sedang berkembang mendapat nutrisi dari
endosperm atau kotiledon sampai daun pertama muncul dan tanaman siap untuk
berfotosintesis (Kistinnah, 2009).
Perkecambahan merupakan tahap awal perkembangan suatu tumbuhan khususnya
tumbuhan berbiji. Dalam tahap ini, embrio di dalam biji yang semula berada pada
kondisi dorman mengalami sejumlah perubahan fisiologis yang menyebabkan ia
berkembang menjadi tumbuhan muda. Dimulainya proses perkecambahan ditentukan
oleh kemampuan untuk melakukan metabolisme. Kemampuan metabolisme pada
tumbuhan dipengaruhi enzim metabolik (Reece, et al., 2014).
Biji yang berkecambah belum memiliki kemampuan untuk menyintesis
cadangan makanan sendiri.Kebutuhan karbohidrat didapatkan dari cadangan makanan
(endosperma).Umumnya cadangan makanan pada biji berupa amilum (pati). Pati
tidak dapat ditransportasikan ke sel-sel lain, oleh karena itu pati harus diubah terlebih
dahulu kedalam bentuk gula yang terlarut dalam air. Menurut Faktor-faktor yang
mempengaruhi perkecambahan biji adalah : faktor internal faktor internal adalah
faktor yang berasal dari dalam biji, ada beberapa hal yang mempunyai kaitan yaitu :
1. tingkat kematangan biji, pada umumnya biji yang muda tidak mempunyai
kemampuan daya tahan hidup yang cukup serta tidak memiliki daya kecambah
yang baik, karena biji tidak cukup memiliki cadangan makanan serta embrio
belum terbentuk secara sempurna.
3
2. Berat dan ukuran biji, berat dan ukuran biji yang besar akan memiliki cadangan
makanan yang cukup, yang berada dalam kotiledonnya dan cadangan makanan
tersebut akan digunakan embrio sebagai energy untuk berkecambah.
3. Dormansi, biji dalam keadaan dormansi tidak bisa berkecambah meskipun
lingkungannya sudah cukup dalam menunjang perkecambahan.
faktor eksternal meliputi:
1. Air, sebagai pengurai karbohidrat dalam kotiledon biji, untuk dipergunakan
dalam pertumbuhan embrio
2. Suhu, suhu dapat mempengaruhi kecepatan pertumbuhan biji dengan suhu
sekitar 25 – 35oC.
3. Oksigen dapat diserap oleh biji melalui proses respirasi yang akan mendorong
pertumbuhan kecambah dengan cepat.
4. Cahaya, digunakan untuk proses pelapukan cangkang (Junaidi, 2021).
Untuk berkecambah, biji harus memenuhi syarat-syarat tertentu yang
menunjang terjadinya proses perkecambahan. Beberapa syarat tersebut antara lain
cadangan makanan berupa kotiledon untuk mendukung proses metabolismenya
sebelum melakukan perkecambahan dan pertumbuhan. Ketersediaan air cukup juga
diperlukan untuk proses imbibisi biji yang merangsang perkecambahan. Proses
imbibisi ini menyebabkan biji menjadi lunak dan berkembang serta mengaktifkan
enzim-enzim hidrolitik untuk menguraikan cadangan makanan dan meningkatkan
respirasi. Enzim ini merupakan syarat penting untuk perkecambahan biji karena
berfungsi mengubah cadangan makanan menjadi produk yang dapat digunakan
tanaman baru untuk tumbuh dan berkecambah. Biji memerlukan kondisi yang
berbeda-beda untuk berkecambah, ada yang perlu kondisi kering, dingin, bahkan
panas atau terbakar. Namun secara umum, perkecambahan biji memerlukan air,
udara, serta keadaan yang hangat atau lembab (Dawes, 2013).
Jika syarat-syarat tersebut tidak terpenuhi, maka biji akan mengalami masa
dorman. Dormansi didefinisikan sebagai keadaan dari biji yaitu suatu keadaan benih
mengalami masa tidur atau dorman dimana benih tidak akan mengalami pertumbuhan
4
atau perkecambahan walaupun ditanam dalam kondisi yang optimum. Lamanya
dormansi dan rendahnya daya berkecambah pada benih dikarenakan hal-hal seperti
tingginya proporsi benih hampa, adanya penyakit terbawa benih, serta adanya
inhibitor pada benih. Inhibitor ini dapat berupa efek antagonis dari dua fitohormon
berbeda, asam absisat (ABA) dan giberelin (GA). Pensinyalan ABA umumnya
terlibat dalam meningkatkan sintesis protein penyimpanan benih dan lipid, dan
mempromosikan desikasi benih dan dormansi. GA adalah fitohormon esensial yang
mengontrol banyak aspek perkembangan tanaman, termasuk perkecambahan biji,
ekspansi daun, pemanjangan batang, pembungaan dan pengembangan benih.
Dormansi benih dimulai sebagian besar tergantung pada keseimbangan dua hormon
ini (Nakashima et al. 2013)
5
BAB III
METODE PERATIKUM
Hasil Pengamatan
6
BAB IV
HASIL PENGAMATAN
7
4 Hari keempat Biji berkecambah
Kacang tanah : 2
Jagung : 0
Kacang hijau :10
Padi : 0
8
7 Hari ketujuh Biji berkecambah
Kacang tanah : 6
Jagung : 2
Kacang hijau : 14
Padi : 1
2
Jagung : x 100% = 10%
20
1
Padi : x 100% = 5 %
20
6
Kacang tanah : x 100% = 30%
20
14
Kacang hijau : x 100% = 70%
20
9
BAB V
PEMBAHASAN
10
Perkecambahan biji ada 2 macam yaitu epigeal dan hypogeal. Perkecambahan
epigeal adalah perkecambahan yang mengakibatkan kotiledon terangkat ke atas
tanah. Hal ini disebabkan oleh hipokotil yang tumbuh memanjang. Akibatnya,
plumula dan kotiledon terdorong ke permukaan tanah, misalnya pada perkecambahan
kacang hijau (Phaseolus radiatus) dan kacang tanah (Arachis hypogaea). Sedangkan
perkecambahan hipogeal adalah perkecambahan yang mengakibatkan kotiledon tetap
tertanam di dalam tanah. Hal ini disebabkan oleh pertumbuhan memanjang dari
epikotil yang menyebabkan plumula keluar menembus kulit biji dan muncul di atas
tanah, sedangkan kotiledon tetap di dalam tanah, misalnya pada perkecambahan
jagung (Zea mays), dan padi (Oryza sativa).
11
BAB VI
PENUTUP
6.1 Kesimpulan
Dari praktikum ini dapat disimpulkan bahwa persentase perkecambahan pada
biji jagung , padi, kacang hijau dan kacang tanah berbeda-beda. Biji yang masuk
dalam kategori epigeal yaitu kacang tanah dan kacang hijau dan hypogeal yaitu
jagung dan padi.
6.2 Saran
Semoga praktikum kedepannya dapat memberikan hasil yang lebih maksimal
dari kelompok kami
12
DAFTAR PUSTAKA
Reece, J. B., Urry, L. A., Cain, M. L. 1., Wasserman, S. A., Minorsky, P. V., Jackson,
R., & Campbell, N. A. 2014. Campbell biology (Tenth edition.). Boston:
Pearson.
13