Anda di halaman 1dari 19

Pendekatan Klinis pada perempuan Berusia 25 Tahun yang Mengalami Nyeri

di Pipi Kanan

Richard Jefferson-102018022

Windy Arya P.P-102018096

Kellyn-102018026

Kezia kakerissa -102017169

Annisa Hanief W.- 102018026

Farianti Wiranda -102018089

Ghina Yuliasari B.U.- 102018136

C2

Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana

Jl. Arjuna utara No.6, Jakarta Barat 11510 Telp. 021-56942061

Abstrak

Rinosinusitis adalah istilah yang melibatkan proses inflamasi pada mukosa hidung dan sinus
paranasal. Rinosinusitis dibagi menjadi tiga kategori: akut, subakut dan kronis. Dalam
epidemiologi, tulang ethmoid dan sinus maksilaris paling sering terkena. Penyebab utamanya
adalah flu biasa, yaitu infeksi virus yang diikuti oleh infeksi bakteri. Rinosinusitis dapat bersifat
akut (berlangsung selama 3 minggu atau kurang) atau kronis (berlangsung selama 3-8 minggu,
tetapi dapat berlangsung selama berbulan-bulan atau bahkan bertahun-tahun). Gejala utama
rinosinusitis akut adalah hidung tersumbat, disertai nyeri / tekanan pada wajah dan lendir
bernanah, yang seringkali menetes ke tenggorokan (post nasal drip). Bisa disertai gejala
sistemik, seperti demam dan lesu. Prinsip pengobatannya adalah membersihkan sumbatan,
sehingga sinus hidung dapat berventilasi dan sembuh secara alami. Komplikasi berat biasanya
terjadi pada sinusitis akut atau sinusitis kronik dengan eksaserbasi akut berupa komplikasi orbital
atau intrakranial. Komplikasi infeksi rinosinusitis sangat jarang terjadi, paling sering terjadi pada
anak-anak, dan memiliki sistem kekebalan yang lemah. Perluasan penyakit bakteri atau jamur
yang tidak terkontrol dapat menyebabkan invasi ke struktur sekitarnya, terutama orbit dan otak.
Sinusitis sendiri tidak menyebabkan kematian besar. Namun, sinusitis kompleks dapat
menyebabkan penyakit dan dalam kasus yang jarang terjadi dapat menyebabkan kematian.
Sekitar 40% kasus sinusitis akut membaik secara spontan tanpa antibiotik.

Kata kunci : Rinosinusitis, sinus paranasal, inflamasi


Abstract

Was a term rinosinusitis a process involving the nose and inflammatory in the mucosa of the
paranasal sinuses. Rinosinusitis were divided into three categories: acute , subakut and chronic.
In epidemiology, of the ethmoid bone and sinuses maxillary most often affected. The cause of
this thing is the common cold, namely viral infection followed by bacterial infection.
Rinosinusitis can be acute in nature would last for 3 weeks or less or chronic (lasting during 3-8
sunday , but can last for months or even years). Its principal symptom rinosinusitis acute is the
nose is congested, accompanied by pain/pressure on the face and mucus fester, which is often
dripping the windpipe of (post nasal drip). Can accompanied a symptom of systemic, as, a fever
and listless. The principle of treatment is clean a heaviness, so that nasal sinuses can naturally
ventilated and cured. Heavy complications usually occurring in acute or chronic fatigue with
sinusitis sinusitis exacerbation of acute in the form of a complication

Keywords : rhinosinusitis, paranasal sinuses, inflammatory


Pendahuluan

Rinosinusitis adalah istilah yang melibatkan proses inflamasi pada mukosa hidung dan sinus
paranasal, yang merupakan salah satu masalah Kesehatan yang sangat meningkat dan
mempengaruhi pengeluaran masyarakat. Rinitis dan sinusitis biasanya terjadi pada waktu yang
bersamaan, sehingga istilah yang lebih luas adalah rhinosinusitis. Rhinosinusitis dibagi menjadi
tiga kategori yaitu, akut subakut dan kronis. Rhinosinusitis dapat menyebabkan gangguan
kualitas hidup, oleh karena itu sangat penting bagi dokter umum maupun spesialis lainnya untuk
memiliki pemahaman yang utuh tentang pengertian, gejala dan diagnosis penyakit rhinosinusitis
ini. Penybab utamanya adalah adalah infeksi virus diikuti oleh infeksi bakteri. Dalam
epifemiologi, tulang ethmoid dan sinus maksilaris paling sering terkena. Bahaya sinusitis terletak
pada komplikasi orbital dan intracranial, yang terjadi karena pengobatan yang tidak tepat atau
factor prdisposisi yang tidak dapat dihindari. Untuk pengobatan dan pengenalan sinusitis sangat
penting. Pengobatan antibiotic pada awalnya diberikan. Jika terdapat hipertrofi, mukosa
polypoid, dan atau polip atau pembentukan kista, perlu dilakukan pembedahan.1

Pembahasan

Skenario

Seorang perempuan berusia 25 tahun datang dengan keluhan nyeri di pipi kanan.

Anamnesis

Anamnesis merupakan langkah penting dalam mendiagnosis rhinosinusitis. Saat melakukan


pemeriksaan, harus dilakukan dengan hati-hati, detail, dan teliti. Dalam anamnesis, pertama
menanyakan identitas pasien seperti nama pasien umur, alamat, pekerjaan, keluhan utama yang
menyebabkan pasien untuk dating ke dokter. Di dapati pasien perempuan usia 25 tahun datang
dengan keluhan nyeri di pipi kanan sudah sejak 2 minggu yang lalu, disertai pilek sudah sejak
sebulan yang lalu, ingus berwarna kental kuning kehijauan, berbau, hidung tersumbat (terjadi di
sebelah kanan). Terkadang pasien mengalami sakit kepala dan demam. Pasien sering terkena
pilek dikarenakan ada alergi pada debu, dan cairan tidak mengalir ke tenggorokan.
Pemeriksaan fisik

Pada skenario ini, pasien datang dengan tampak sakit sedang dengan kesadaran compos mentis.
Pasien perempuan usia 25 tahun memiliki tekanan darah 120/70 mmHg, frekuensi napas 16 kali
per menit dan nadi normal. Dari hasil pemeriksaan, hidung pasien tidak ada kelainan bentuk dan
tidak ada inflamasi. Cavum nasi kanan pasien konka media terdapat hiperemis dan edema, ada
secret berwarna kuning kental di meatus medius kanan. Pipi kanan pasien terdapat nyeri pada
wajah, kepala telinga.

Pemeriksaan penunjang

Foto polos rontgen posisi Cadwell

Posisi ini dapat dicapai dengan menempatkan hidung dan dahi di atas meja sehingga garis
vertikal orbital (menghubungkan kelopak mata luar dengan tepi atas saluran pendengaran
eksternal) tegak lurus dengan film. Sudut sinar-X dan titik keluar lubang hidung membentuk
sudut tengkorak 15 derajat.

Foto polos rontgen posisi waters

Lokasi ini paling sering digunakan. Tujuan dari posisi ini adalah untuk menonjolkan vertebra
sehingga berada di bawah sinus maksilaris. Ini dilakukan dengan memiringkan kepala pasien
sehingga dagu menyentuh permukaan meja. Pesawat yang melewati kaleng bagian dalam dan
tragus mata membentuk sudut sekitar 37 ° dengan lapisan air jet dengan mulut terbuka, dan
semua sinus paranasal dapat dilihat.

Foto polos rontgen posisi lateral

Kaset dan film diletakkan paralel terhadap bidang sagital utama tengkorak

CT-scan

Terdapat air-fluid level pada 87% pasien yang mengalami infeksi pernafasan atas dan 40% pada
pasien yang asimtomatik. Pemeriksaan ini dilakukan untuk luas dan beratnya sinusitis.

MRI

MRI sangat bagus untuk mengevaluasi kelainan pada jaringan lunak yang menyertai sinusitis,
tapi memiliki nilai yang kecil untuk mendiagnosis sinusitis akut.4
Kultur
Karena pengobatan harus dilakukan dengan mengarah kepada organisme penyebab, maka kultur
dianjurkan. Bahan kultur dapat diambil dari meatus medius, meatus superior, atau aspirasi sinus.
Mungkin ditemukan bermacam-macam bakteri yang merupakan flora normal di hidung atau
kuman patogen, seperti pneumococcus, streptococcus, staphylococcus dan haemophylus
influensa. Selain itu mungkin juga ditemukan virus atau jamur.4
Laboratorium
Terdapat pemeriksaan laboratorium 10.400/mm3. 4
Diagnosis banding
Rhinosinusitis kronis
Rinosinusitis kronis adalah peradangan kronis pada mukosa hidung dan sinus paranasal,
berlangsung setidaknya selama 12 minggu berturut-turut. Hal ini ditandai dengan dua atau lebih
gejala, salah satunya adalah hidung tersumbat atau hidung tersumbat atau nasal discharge (nasal
drip depan dan belakang). Kondisi ini berhubungan dengan nyeri wajah yang spontan atau
menindas, bau berkurang atau hilang, dan polip atau lendir ditemukan pada endoskopi. Urin
berasal dari saluran telinga tengah dan / atau edema / obstruksi mukosa primer dan / atau
perubahan mukosa yang ditemukan pada CT scan digabungkan dalam kompleks berdaging dan /
atau sinus paranasal. Rinosinusitis kronis sangat umum terjadi pada orang dewasa, terutama yang
berusia antara 30-69 tahun. Prevalensinya meningkat seiring bertambahnya usia. Distribusi
penyakit berdasarkan jenis kelamin menunjukkan bahwa rinosinusitis kronis lebih sering
menyerang wanita.5
Rinitis akut
Rinitis akut merupakan peradangan akut pada mukosa hidung, yang ditandai dengan rinorea,
sumbatan pada nasi, bersin, dan gejala umum malaise umum serta peningkatan suhu tubuh
(Adams et al., 2007). Rinitis disebabkan oleh infeksi virus (rhinovirus, myxovirus, Coxsakie
virus dan virus ECHO) atau infeksi bakteri, terutama Haemophilus influenzae, cocci sekunder,
pneumococcus, dll. Selain virulensi, faktor predisposisi juga memegang peranan penting, yaitu
faktor eksternal atau lingkungan yang paling penting adalah faktor dingin atau perubahan suhu
secara tiba-tiba dari dingin menjadi panas, sedangkan faktor internal meliputi penurunan
imunitas dan resistensi lokal terhadap rongga hidung. Gejala klinis rinitis akut prodromal
mempunyai gejala yang mirip dengan sindroma alergi, yaitu: bersin, rinorea dan hidung
tersumbat. Selain istirahat, tidak ada pengobatan khusus untuk rinitis akut. Obat simptomatik,
seperti pereda nyeri dan dekongestan, dapat digunakan.5
Rhinitis Alergi
Rinitis alergi adalah penyakit radang pada mukosa hidung yang disebabkan oleh reaksi alergi
pasien. berdasarkan WHO-ARIA (efek rinitis alergi pada asma. Rinitis alergi adalah peradangan
yang diperantarai oleh imunoglobulin E (IgE), yang akan menyebabkan peradangan alergi bila
terpapar kembali allergen. Gejala khas rinitis alergi adalah bersin berulang, disertai gejala lain,
seperti pilek, hidung tersumbat, hidung dan mata gatal, serta banyak mata berair, biasanya
dengan hidung tersumbat sebagai satu-satunya gejala. Prevalensi rinitis alergi di Indonesia
mencapai 1,5-12,4% dan cenderung mengalami peningkatan setiap tahunnya.5

Diagnosis Kerja
Rhinosinusitis akut sinus maxillaris dextra
Rhinosinusitis didefinisikan sebagai inflamasi mukosa sinus paranasal. Umumnya disertai atau
dipicu oleh rinitis sehingga sering disebut rinosinusitis. Penyebab utamanya ialah selesma
(common cold) yang merupakan infeksi virus, yang selanjutnya dapat diikuti oleh infeksi bakteri.
Sinusitis dikarakteristikkan sebagai suatu peradangan pada sinus paranasal. Sinusitis diberi nama
sesuai dengan sinus yang terkena. Bila mengenai beberapa sinus disebut multisinusitis. Bila
mengenai semua sinus paranasalis disebut pansinusitis. Disekitar rongga hidung terdapat empat
sinus yaitu sinus maksilaris (terletak di pipi), sinus etmoidalis (kedua mata), sinus frontalis
(terletak di dahi) dan sinus sfenoidalis (terletak di belakang dahi).1,2
Dari 5 guidelines yakni European Position Paper on Rhinosinusitis and Nasal Polyps 2007
(EP3OS), British Society for Allergy and Clinical Immunology (BSACI) Rhinosinusitis
Initiative (RI), Joint Task Force on Practice Parameters (JTFPP), dan Clinical Practice
Guidelines : Adult Sinusitis (CPG:AS), 4 diantaranya sepakat untuk mengadopsi istilah
rinosinusitis sebagai pengganti sinusitis, sementara 1 pedoman yakni JTFFP, memilih untuk
tidak menggunakan istilah tersebut. Istilah rinosinusitis dipertimbangkan lebih tepat untuk
digunakan mengingat konka nasalis media terletak meluas secara langsung hingga ke dalam
sinus ethmoid, dan efek dari konka nasalis media dapat terlihat pula pada sinus ethmmoid
anterior. Secara klinis, inflamasi sinus (yakni, sinusitis) jarang terjadi tanpa diiringi inflamasi
dari mukosa nasal di dekatnya. Namun, para ahli yang mengadopsi istilah rinosinusitis tetap
mengakui bahwa istilah rinosinusitis maupun sinusitis sebaiknya digunakan secara bergantian,
mengingat istilah rinosinusitis baru saja digunakan secara umum dalam beberapa dekade
terakhir.6

Epidemiologi

Rinosinusitis merupakan penyakit yang sering ditemukan, dengan dampak signifikan pada
kualitas hidup dan pengeluaran biaya kesehatan, dan dampak ekonomi pada mereka yang
produktivitas kerjanya menurun. Diperkirakan setiap tahun 6 miliar dolar dihabiskan di Amerika
Serikat untuk pengobatan rinosinusitis. Pada tahun 2007 di Amerika Serikat, dilaporkan bahwa
angka kejadian rinosinusitis mencapai 26 juta individu. Di Indonesia sendiri, data dari DEPKES
RI tahun 2003 menyebutkan bahwa penyakit hidung dan sinus berada pada urutan ke-25 dari 50
pola penyakit peringkat utama atau sekitar 102.817 penderita rawat jalan di rumah sakit.
Rinosinusitis lebih sering ditemukan pada musim dingin atau cuaca yang sejuk ketimbang
hangat.1,8

Klasifikasi rhinosinusitis akut dan rhinosinusitis kronis

Klasifikasi Rhinosinusitis menurut the American Academy of Otolaryngic Allergy (AAOA) dan
American Rhinologic Society (ARS)

Rhinosinusitis akut (RSA)

Jika gejala Rinosinusitis berlanjut hingga 4 minggu. Gejala yang biasanya disebabkan oleh
infeksi virus muncul secara tiba-tiba dan menghilang 4 minggu yang lalu. Setelah itu, semua
gejala akan hilang. Gejala Rhinosinusitis akut virus memburuk setelah 5 hari atau gejala yang
menetap setelah 10 hari menunjukkan adanya infeksi bakteri (RSA bakteri).

Rinosinusitis akut berulang (Recurrent acute rhinosinusitis).

Gejala dan tanda konsisten dengan Rhinosinusitis akut, tetapi memburuk setelah 5 hari atau
bertahan selama lebih dari 10 hari. Kriteria gejala untuk Rhinosinusitis akut berulang sama
dengan Rhinosinusitis akut. Serangan itu berlangsung selama 7-10 hari. Serangan berulang
selanjutnya bisa sampai 4 kali atau lebih dalam waktu 1 tahun. Di antara setiap episode, tidak ada
periode asimtomatik dengan pengobatan antibiotik.
Rinosinusitis sub akut (RSSA)

Gejala rinosinusitis berlangsung dari 4 hingga 12 minggu. Keadaan ini merupakan kelanjutan
dari perkembangan Rhinosinusitis akut yang tidak sembuh dalam waktu 4 minggu. Gejalanya
tidak separah Rhinosinusitis akut. Pasien Rinosinusitis sub akut mungkin pernah menerima
pengobatan Rhinosinusitis akut, tetapi mengalami kegagalan atau kekurangan pengobatan.

Rinosinusitis kronis (RSK)

Bila gejala Rhinosinusitis berlangsung lebih dari 12 minggu.

Rinosinusitis kronis dengan eksaserbasi akut

Rinosinusitis kronis biasanya memiliki gejala yang menetap. Kapan saja, karena infeksi
berulang, gejala bisa tiba-tiba memburuk. Gejala akan kembali normal setelah perawatan
antibiotik, tetapi tidak akan sembuh.1

Etiologi

Penyebab utama rinosinusitis adalah sumbatan pada sinus hidung mulut. Berbagai faktor lokal
dan sistemik dapat menyebabkan peradangan atau menyebabkan obstruksi lubang sinus.
Berbagai faktor ini termasuk infeksi saluran pernapasan bagian atas, alergi, iritasi kontak,
kelainan anatomi, defisiensi imun, dan lain-lain. Infeksi bakteri atau virus, alergi dan berbagai
iritan dapat menyebabkan radang mukosa hidung. Infeksi saluran pernafasan atas akut
disebabkan oleh virus adalah penyebab paling umum dari rinosinusitis virus. 80% pasien flu
biasa menemukan bahwa udem mukosa hidung dan sinus maksilaris menyebabkan stenosis sinus
maksilaris. Kehadiran cairan dapat menjadi penyebab sekunder dari pertumbuhan bakteri gejala
peradangan akut (rinosinusitis bakterial akut) muncul.

Hal ini dapat menyebabkan berbagai variasi atau kelainan anatomi, seperti sel agger nasi yang
menonjol ke arah anterior dan penonjolan superior dari turbinat tengah, bula bulosa yang
menyentuh bagian medial, kelainan pada proses non-neonatal, dan kelainan bentuk bulosa pada
telinga luar (pneumatisasi konka media) dan septum deviasi dapat menyebabkan penyempitan
ostiomeatal secara mekanik.1
Patofisiologi

Kegagalan transpor lendir dan berkurangnya ventilasi sinus merupakan faktor utama terjadinya
sinusitis. Patofisiologi Rinosinusitis digambarkan sebagai loop tertutup, dimulai dengan
peradangan pada mukosa hidung, terutama kompleks membran okular. Secara skematis,
patofisiologi Rhinisinusitis adalah sebagai berikut:

Terjadinya inflamsi di mukosa hidung menyebabkan pembekakkan dan eksudasi pada mukosa
hidung. Obtruksi ostium sinus menyebabkan gangguan ventilasi dan drainase, repsorpsi oksigen
dalam rongga sinus maka meyebabkan terjadinya hipoksia dalam artian oksigen menurun, pH
menurun, tekanan negatif. Permeabilitas kapiler meningkat menyebabkan transudasi yaitu
peningkatan eksudasi serous, penurunan fungsi silia, maka terjadinya retensi sekresi di sinus atau
terjadinya pertumbuhan kuman.

Sebagian besar kasus Rhinosinusitis di sebabkan karena inflamasi akibat dari infeksi virus dan
rhinitis alergi. Infeksi virus yang menyerang hidung dan sinus paranasal menyebabkan
pembekakkan mukosa dengan tingkat keparahan yang berbeda. Virus penyebab tersering adalah
corona virus, rhino virus, virus influensa A dan respiratory syncytial virus. 1

Manifestasi klinis

Keluhan utama rinosinusitis akut ialah hidung tersumbat disertai dengan nyeri/rasa tekanan pada
muka dan ingus purulen, yang seringkali turun ke tenggorok (post nasal drip). Dapat disertai
dengan gejala sistemik seperti demam dan lesu.

Keluhan nyeri atau rasa tekanan di daerah sinus yang terkena merupakan ciri khas sinusitis akut,
serta kadang-kadang nyeri juga terasa di tempat lain (referred pain) . nyeri pipi menandakan
sinusitis maksila, nyeri di antara atau di belakang kedua bola mata menandakan sinusitis
etmoida, nyeri di dahi atau kepala menandakan sinusitis frontal. Pada sinusitis maksila kadang-
kadang terdapat nyeri alih ke gigi dan telinga.

Gejala lain adalah sakit kepala, hiposmia/anosmia, halitosis, post-nasal drip yang dapat
menyebabkan batuk dan sesak pada anak.

Keluhan sinusitis kronik tidak khas sehingga sulit didiagnosis. Kadang-kadang hanya 1
atau 2 dari gejala-gejala di bawah ini:
a) Sakit kepala kronik
b) Post-nasal drip
c) Batuk kronik
d) Ganguan tenggorok
e) Ganguan telinga akibat sumbatan di muara tuba Eustachius
f) Ganguan ke paru seperti bronkitis (sino-bronkitis), brokietakasis, serangan asma yang
meningkat dan sulit diobati.

Pada anak, mukopus yang tertelan dapat menyebakan gastroenteritis.1

Penatalaksanaan

Pengobatan tergantung pada etiologi dari gejala rhinosinus. Tujuan terapi sinusitis adalah:

a) Mempercepat penyembuhan,
b) Mencegah komplikasi
c) Mencegah perubahan menjadi kronik.

Prinsip pengobatan adalah membuka sumbatan sehingga drenase dan ventilasi sinus-sinus pulih
alami.6,1

Medikamentosa

1. Kebanyakan infeksi sinus akut disebabkan oleh virus, di mana mayoritas pasien dapat
membaik dalam 2 minggu tanpa pengobatan antibiotik.
2. Gejala awal dari infeksi saluran pernapasan atas dapat diobati dengan obat-obatan lokal
atau obat-obatan over-the-counter (OTC).
3. Irigasi dengan larutan salin normal direkomendasikan.
4. Dekongestan topikal, seperti oxymetazoline, dikombinasikan dengan dekongestan oral,
seperti pseudoephedrine, dapat membantu hidung tersumbat dan untuk drainase.
5. Untuk rinosinusitis akut yang disebabkan oleh bakteri didapatkan dari komunitas
(community-acquired bakteri), antibiotik mengurangi durasi penyakit dan membantu
membasmi infeksi. Berdasarkan uji klinis, amoksisilin, doxycycline, atau trimethoprim-
sulfametoksazol merupakan antibiotik yang disukai dan direkomendasikan selama 10
sampai 14 hari. Pada sinusitis, antibiotik diberikan selama 10-14 hari meskipun gejala
klinik sudah hilang.
6. Jika tidak ada perbaikan gejala klinis seperti penurunan batuk, penurunan nanah hidung,
resolusi demam atau berkurangnya hidung tersumbat, standar pendekatan adalah dengan
antibiotik lini kedua dengan spektrum yang lebih luas dan diberikan lebih lama. Jika
responnya kurang pada antibiotik lini pertama, maka antibiotik harus beralih ke cakupan
yang lebih luas. Antibiotik lini kedua termasuk amoksisilin-asam klavulanat, sefalosporin
dan makrolida.
7. Selain dari pembedahan, komplikasi sinusitis akut ditangani dengan antibiotik intravena.
Sefalosporin generasi ketiga (cefotaxime, ceftriaxone) dengan kombinasi vancomycin
yang memberikan penetrasi intrakranial yang adekuat, merupakan pilihan pertama.
8. Imunoterapi dapat dipertimbangkan jika pasien menderita kelainan alergi yang berat.1,5,6,7

Non medika mentosa

1. Pembedahan umumnya dicadangkan untuk pasien dengan kelainan anatomi dan hanya
setelah terapi medis maksimal gagal. Kriteria mutlak untuk operasi meliputi setiap
perluasan infeksi atau adanya tumor di rongga hidung atau sinus. Indikasi relatif
termasuk sinusitis bakteri akut berulang, obstruksi oleh poliposis hidung, rinosinusitis
kronis yang tidak responsif terhadap pengobatan dan penyakit penyerta seperti asma
yang recalcitrant. Kerjasama yang erat dengan otolaryngologist berpengalaman sangat
penting dalam kasus-kasus yang sulit. Bedah sinus endoskopi fungsional(BSEF/FESS)
merupakan operasi terkini untuk sinusitis kronik yang memerlukan operasi. Tindakan ini
telah menggantikan hampir semua jenis bedah sinus terdahulu karena memberikan hasil
yang lebih memuaskan dan tindakan lebih ringan dan tidak radikal.
2. Jika perlu, dapat diberikan terapi seperti analgetik, pencucian rongga hidung dengan
NaCl atau pemanasan (diatermi).1,5

Selain itu, simptomnya juga dapat dikurangkan dengan humidifikasi/vaporizer, kompresi hangat,
hidrasi yang adekuat dan nutrisi seimbang.6
Komplikasi

Komplikasi berat biasanya terjadi pada sinusitis akut atau pada sinusitis kronik dengan
eksaserbasi akut, berupa komplikasi orbita atau intrakranial. Komplikasi infeksi rinosinusitis
sangat jarang dan paling sering terjadi pada anak dan imunocompromised. Perluasan yang tidak
terkendali dari penyakit bakteri atau jamur mengarah kepada invasi struktur sekitarnya terutama
orbital dan otak.1,8

Komplikasi mungkin timbul dengan cepat. Komplikasi yang sering adalah selulitis atau abses
pada daerah preseptal atau orbita. Infeksi preseptal diobati dengan antibiotik dan tidak
diperlukan pembedahan. Komplikasi yang lain mungkin memerlukan pengobatan pembedahan
segera. Perluasan pada postseptal mungkin terjadi dari penyebaran infeksi melalui lamina
papyracea (lapisan kertas), tulang tipis lateral pada sinus ethmoid. Sinus yang paling sering
terkena adalah sinus ethmoid, kemudian sinus frontal dan maksila. Penyebaran infeksi melalui
tromboflebitis dan perkontinuitatum. Perluasan ini dapat melibatkan pembuluh darah ethmoid
yang mengakibatkan terjadinya trombosis . Gejalanya meliputi edema kelopak mata yang
progresif, eritema, chemosis dan proptosis, yang jika tidak diobati, dapat berkembang menjadi
oftalmoplegia dan kebutaan. Perluasan pada intrakranial termasuk terjadinya meningitis, abses
epidural atau subdural, abses otak atau sagital, atau trombosis sinus cavernosus. Setiap pasien
dengan sejarah rinosinusitis dan demam tinggi, peningkatan sakit kepala atau terjadi perubahan
status mental harus dicurigai memiliki komplikasi intrakranial.1,8

Osteomielitis dapat menyebabkan komplikasi lokal. Pada tumor Pott bengkak(Pott’s puffy
tumor), osteomyelitis dari plate anterior dari tulang frontal menyebabkan dahi edema. Hal ini
merupakan komplikasi akut yang membutuhkan bedah drainase. Osteomelitis dan abses
subperiostal paling sering timbul akibat sinusitis frontal dan biasanya ditemukan pada anak-anak.
Pada osteomielitis sinus maksila dapat timbul fistula oroantral atau fistula pada pipi.

Komplikasi lokal juga dapat terjadi dari mucoceles atau mucopyoceles. Mereka merupakan lesi
kronis, dimana terjadinya cystic pada sinus. Sinus frontal adalah yang paling sering terlibat.
Mereka lambat tumbuh dan mungkin memerlukan waktu bertahun-tahun sebelum gejala terjadi.
Keterlibatan sinus frontal dapat menyebabkan perubahan pada mata, mengakibatkan diplopia.
Dekompresi sering menyebabkan hilangnya gejala. Erosi posterior oleh mucopyocele dapat
menyebabkan infeksi . Mucoceles terlihat pada anak-anak dengan cystic fibrosis.8
Komplikasi lain adalah kelainan paru seperti bronkitis kronik dan bronkiektasis. Adanya
kelainan sinus paranasal disertai dengan kelainan paru disebut sinobronkitis. Selain itu juga
dapat menyebabkan kambuhnya asma bronkial yang sukar dihilangkan sebelum sinusitisnya
disembuhkan.1

Pencegahan

1. Menghindari penularan infeksi saluran pernapasan atas dengan menjaga kebiasaan cuci
tangan yang ketat dan menghindari orang-orang yang menderita pilek atau flu.
2. Disarankan mendapatkan vaksinasi influenza tahunan untuk membantu mencegah flu
dan infeksi berikutnya dari saluran pernapasan bagian atas.
3. Obat antivirus untuk mengobati flu, seperti zanamivir (Relenza), oseltamivir (Tamiflu),
rimantadine (Flumadine) dan amantadine (Symmetrel), jika diambil pada awal gejala,
dapat membantu mencegah infeksi.
4. Dalam beberapa penelitian, lozenges seng karbonat telah terbukti mengurangi durasi
gejala pilek.
5. Pengurangan stres dan diet yang kaya antioksidan terutama buah-buahan segar dan
sayuran berwarna gelap, dapat membantu memperkuat sistem kekebalan tubuh.
6. Rencana serangan alergi musiman .
a) Jika infeksi sinus disebabkan oleh alergi musiman atau lingkungan, menghindari
alergen sangat penting. Jika tidak dapat menghindari alergen, obat bebas atau obat
resep dapat membantu. OTC antihistamin atau semprot dekongestan hidung dapat
digunakan untuk serangan akut.
b) Orang-orang yang memiliki alergi musiman dapat mengambil obat antihistamin
yang tidak sedasi(non sedative) selama bulan musim-alergi.
c) Hindari menghabiskan waktu yang lama di luar ruangan selama musim alergi.
Menutup jendela rumah dan bila mungkin, pendingin udara dapat digunakan
untuk menyaring alergen serta penggunaan humidifier juga dapat membantu.
d) Suntikan alergi, juga disebut "imunoterapi", mungkin efektif dalam mengurangi
atau menghilangkan sinusitis karena alergi. Suntikan dikelola oleh ahli alergi
secara teratur selama 3 sampai 5 tahun, tetapi sering terjadi pengurangan remisi
penuh gejala alergi selama bertahun-tahun.
7. Menjaga supaya tetap terhidrasi dengan:
a) Menjaga kebersihan sinus yang baik dengan minum banyak cairan supaya sekresi
hidung tipis.
b) Semprotan hidung saline (tersedia di toko obat) dapat membantu menjaga saluran
hidung agar lembab, membantu menghilangkan agen infeksius. Menghirup uap
dari semangkuk air mendidih atau mandian panas beruap juga dapat membantu.
c) Hindari perjalanan udara. Jika perjalanan udara diperlukan, gunakan semprotan
dekongestan nasal sebelum keberangkatan untuk menjaga bagian sinus agar
terbuka dan sering menggunakan saline nasal spray selama penerbangan.
d) Hindari alergen di lingkungan: Orang yang menderita sinusitis kronis harus
menghindari daerah dan kegiatan yang dapat memperburuk kondisi seperti asap
rokok dan menyelam di kolam diklorinasi.1,7

Prognosis

Sinusitis tidak menyebabkan kematian yang signifikan dengan sendirinya. Namun, sinusitis yang
berkomplikasi dapat menyebabkan morbiditas dan dalam kasus yang jarang dapat menyebabkan
kematian. Sekitar 40% kasus sinusitis akut membaik secara spontan tanpa antibiotik. Perbaikan
spontan pada sinusitis virus adalah 98%. Pasien dengan sinusitis akut, jika diobati dengan
antibiotik yang tepat, biasanya menunjukkan perbaikan yang cepat. Tingkat kekambuhan setelah
pengobatan yang sukses adalah kurang dari 5%. Jika tidak adanya respon dalam waktu 48 jam
atau memburuknya gejala, pasien dievaluasi kembali. Rinosinusitis yang tidak diobati atau
diobati dengan tidak adekuat dapat menyebabkan komplikasi seperti meningitis, tromboflebitis
sinus cavernous, selulitis orbita atau abses, dan abses otak.8

Pada pasien dengan rhinitis alergi, pengobatan agresif gejala hidung dan tanda-tanda edema
mukosa yang dapat menyebabkan obstruksi saluran keluar sinus, dapat mengurangkan sinusitis
sekunder. Jika kelenjar gondok secara kronis terinfeksi, pengangkatan mereka dapat
menghilangkan nidus infeksi dan dapat mengurangi infeksi sinus.
Kesimpulan

Rhinosinusitis adalah suatu peradangan pada sinus yang terjadi karena alergi atau infeksi virus,
bakteri maupun jamur. Terdapat 4 sinus disekitar hidung yaitu sinus maksilaris, sinus
ethmoidalis, sinus frontalis dan sinus sphenoidalis.Penyebab utama sinusitis adalah infeksi virus,
diikuti oleh infeksi bakteri. Secara epidemiologi yang paling sering terkena adalah sinus ethmoid
dan maksilaris. Gejala umum rhinosinusitis yaitu hidung tersumbat diserai dengan nyeri/rasa
tekanan pada muka dan ingus purulent, yang seringkali turun ke tenggorol (post nasal drip).
Klasifikasi dari sinusitis berdasarkan klinis yatu sinusitis akut, subakut dan kronik, sedangkan
klasifikasi menurut penyebabnya adalah sinusitis rhinogenik dan dentogenik. Bahaya dari
sinusitis adalah komplikasinya ke orbita dan intracranial. Tatalaksana berupa terapi antibiotic
diberikan pada awalnya dan jika telah terjadi hipertrofi, mukosa polipoid dan atau terbentuknya
polip atau kista maka dibutuhkan tindakan operasi. Tatalaksana yang adekuat dan pengetahuan
dini mengenai sinusitis dapat memberikan prognosis yang baik.
Daftar Pustaka

1. Mangunkusumo, Endang, Soetjipto D. Sinusitis dalam Buku Ajar Ilmu Kesehatan


Telinga Hidung Tenggorok Kepala Dan Leher. FKUI. Jakarta 2017.
2. PERHATI. Fungsional endoscopic sinus surgery. HTA Indonesia. 2006. Hal 1-6
3. Gleadle J. Anamnesis dan pemeriksaan fisik. Jakarta: Penerbit Erlangga, 2005.h.155,191.
4. Pletcher SD, Golderg AN. 2003. The Diagnosis and Treatment of Sinusitis. In advanced
Studies in Medicine. Vol 3 no.9. PP. 495-505.
5. Pulungan , AS . Rinitis Akut Et Causa Infeksi Bakteri pada Laki – Laki Dewasa 22
Tahun . [Tanggal Publikasi 5 Oktober 2013 , Tanggal di Akses 25 Maret 2018] . Tersedia
di : http://download.portalgaruda.org/article.php?article=122537&val=5502 .
6. Meltzer EO, Hamilos DL. Rhinosinusitis diagnosis and management for the clinician: a
synopsis of recent consensus guidelines. Mayo Clin Proc. 2011; 86 (5): 427-43
7. Lasiyo , Yumma Satyani . Rinosinusitis Akut . Yogyakarta ; Fakultas Kedokteran
Universitas Gajah Mada . 2012.
8. Brook I, Benson BE, Riauba L, Cunha BA. Acute sinusitis. Tersedia di :
http://emedicine.medscape.com/article/232670-overview.
9. Mark A. Zacharek, Preeti N. Malani, Michael S. Benninger. An approach to the diagnosis
and management of acute bacterial rhinosinusitis. 2005. Diunduh dari
informahealthcare.com/doi/pdf/10.1586/14787210.3.2.271 .

Anda mungkin juga menyukai