Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH

TERAPI ANALGETIK

Dosen Pengampu : Jonnefi,Apt,M.Kes

Disusun Oleh:
INTAN FAUZIAH PUTRI
200325022

PROGRAM STUDI DIII-KEPERAWATAN


STIKES ABDI NUSANTARA
2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan ke hadirat Allah SWT, karena atas rahmat, karunia
serta kasih sayang-Nya kami dapat menyelesaikan makalah mengenai Terapi Analgetik ini
dengan sebaik mungkin. Sholawat serta salam semoga tetap tercurah
kepada Nabi terakhir, penutup para Nabi sekaligus satu-satunya uswatun hasanah kita,
Nabi Muhammad SAW. Tidak lupa pula saya ucapkan terima kasih kepada Bapak
Jonnefi,Apt,M.Kes selaku dosen mata kuliah Farmakologi.

Dalam penulisan makalah ini, saya menyadari masih banyak terdapat kesalahan dan
kekeliruan, baik yang berkenaan dengan materi pembahasan maupun dengan teknik
pengetikan, walaupun demikian, inilah usaha maksimal saya selaku penulis
usahakan.

Semoga dalam makalah ini para pembaca dapat menambah wawasan ilmu
pengetahuan dan diharapkan kritik yang membangun dari para pembaca guna
memperbaiki kesalahan sebagaimana mestinya.

Jakarta, 24 Agustus 2021


Penyusun

1
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .................................................................................................................... 1


DAFTAR ISI................................................................................................................................... 2
BAB I .............................................................................................................................................. 3
PENDAHULUAN .......................................................................................................................... 3
BAB II............................................................................................................................................. 4
PEMBAHASAN ............................................................................................................................. 4
A. DEFINISI ANALGETIK ....................................................................................................... 4
B. PATOFISIOLOGI NYERI ..................................................................................................... 4
C. GOLONGAN OBAT ANALGETIK...................................................................................... 5
BAB III ......................................................................................................................................... 11
PENUTUP..................................................................................................................................... 11
A. KESIMPULAN .................................................................................................................... 11
B. SARAN ............................................................................................................................. 11

2
BAB I

PENDAHULUAN

Hampir seluruh anggota masyarakat pernah mengobati diri sendiri


sebelum mengunjungi puskesmas atau dokter. Hal ini berkat tersedianya obat
bebas yang dapat diperoleh diberbagai toko obat atau apotik tanpa resep dokter.
Swamedikasi adalah upaya masyarakat untuk melakukan pengobatan terhadap
dirinya sendiri, umumnya dilakukan untuk mengatasi keluhan-keluhan dan
penyakit ringan yang banyak dialami masyarakat. Swamedikasi menjadi salah
satu alternatif yang diambil masyarakat untuk meningkatkan keterjangkauan
pengobatan terhadap keluhan ataupun penyakit yang dialami masyarakat.
Tujuan swamedikasi adalah untuk menanggulangi secara cepat dan efektif
keluhan yang tidak memerlukan konsultasi medis sehingga mengurangi beban
pelayanan kesehatan pada keterbatasan sumber daya dan tenaga, serta
meningkatkan keterjangkauan masyarakat yang jauh dari pelayanan kesehatan.
Alasan pengobatan sendiri adalah kepraktisan waktu, kepercayaan pada obat
tradisional, masalah privasi, biaya, jarak, dan kepuasan terhadap pelayanan
kesehatan
Keluhan-keluhan ringan yang dapat ditangani dengan swamedikasi,
misalnya sakit kepala, demam, sakit gigi, diare, konstipasi, wasir, influenza, dan
sebagainya dapat diswamedikasi dengan menggunakan obat-obat yang di rumah
atau membeli langsung ke toko obat atau ke apotek. Jadi, kalau merasa pusing
atau demam, pasien bisa langsung meminum parasetamol yang ada di kotak obat
di rumahnya, tentunya setelah mengetahui aturan pakainya.
Keluhan ini sangat sering dialami masyarakat sehingga dalam melakukan upaya
swamedikasi dan untuk memperoleh keamanan serta mendapatkan efektivitas obat secara
optimal,masyarakat sebaiknya mencari tahu mengenai informasi obat yang digunakan.
Informasi dapat diperoleh dari media seperti internet, koran, buku ataupun dari
apoteker tempat obat dibeli.
Pada makalah ini akan dipaparkan mengenai swamedikasi yang dapat
dilakukan untuk keluhan nyeri baik dengan menggunakan terapi farmakologi

3
BAB II

PEMBAHASAN

A. DEFINISI ANALGETIK
Analgetika atau obat penghilang nyeri adalah zat-zat yang mengurangi
atau menghalau rasa nyeri tanpa menghilangkan kesadaran (perbedaan dengan
anestetika umum) (Tjay, 2007).
Nyeri adalah perasaan sensoris dan emosional yang tidak nyaman,
berkaitan dengan (ancaman) kerusakan jaringan keadaan psikis sangat
mempengaruhi nyeri,misalnya emosi dapat menimbulkan sakit (kepala) atau
memperhebatnya,tetapi dapat pula menghindarkan sensasi rangsangan nyeri.
Nyeri merupakan suatu perasaan subjektif pribadi dan ambang toleransi nyeri
berbeda-beda bagi setiap orang. batas nyeri untuk suhu adalah konstan, yakni pada
44-45o C (Tjay, 2007).

B. PATOFISIOLOGI NYERI
Proses rangsangan yang menimbulkan nyeri bersifat destruktif terhadap
jaringan yang dilengkapi dengan serabut saraf penghantar impuls nyeri. Reseptor
untuk stimulus nyeri disebut nosiseptor. Terdapat tiga reseptor nyeri yaitu
Nosiseptor mekanis yang berespon terhadap kerusakan mekanis, misalnya
tusukan, benturan, atau cubitan. Nosiseptor termal yang berespon terhadap suhu
berlebihan terutama panas. Nosiseptor polimodal yang berespon setara terhadap
semua jenis rangsangan yang merusak, termasuk iritasi zat kimia yang
dikeluarkan dari jaringan yang cedera. Distribusi nosiseptor bervariasi di seluruh
tubuh dengan jumlah terbesar terdapat di kulit. Nosiseptor terletak di jaringan
subkutis, otot rangka, dan sendi. Nosiseptor yang terangsang oleh stimulus yang
potensial dapat menimbulkan kerusakan jaringan. Rangsangan atau stimulus
tersebut memicu pelepasan zat-zat tertentu yang disebut mediator nyeri antara lain
histamin, bradikin, leukotrien, dan prostaglandin.

4
C. GOLONGAN OBAT ANALGETIK
Analgesik di bagi menjadi 2 yaitu:
I. Analgesik Opioid/analgesik narkotika
Analgesik opioid merupakan kelompok obat yang memiliki sifat-sifat seperti opium atau
morfin. Golongan obat ini digunakan untuk meredakan atau menghilangkan rasa nyeri
seperti pada fractura dan kanker.

Macam-macam obat Analgesik Opioid:

1) Metadon. Mekanisme kerja : Kerja mirip morfin lengkap, sedatif lebih lemah. Indikasi :
Detoksifikas ketergantungan morfin, Nyeri hebat pada pasien yang di rumah sakit. Efek tak
diinginkan: Depresi pernapasan, konstipasi, gangguan SSP, hipotensi ortostatik, mual dam
muntah pada dosis awal

2) Fentanil. Mekanisme kerja : Lebih poten dari pada morfin. Depresi pernapasan lebih kecil
kemungkinannya. Indikasi : Medikasi praoperasi yang digunakan dalan anastesi. Efek tak
diinginkan : Depresi pernapasan lebih kecil kemungkinannya. Rigiditas otot, bradikardi ringan.
3) Kodein Mekanisme kerja : Sebuah prodrug 10% dosis diubah menjadi morfin. Kerjanya
disebabkan oleh morfin. Juga merupakan antitusif (menekan batuk) Indikasi : Penghilang rasa
nyeri minor Efek tak diinginkan : Serupa dengan morfin, tetapi kurang hebat pada dosis yang
menghilangkan nyeri sedang. Pada dosis tinggi, toksisitas seberat morfin.

II. Obat Analgetik Non-narkotik Obat Analgesik Non-Nakotik dalam Ilmu Farmakologi juga
sering dikenal dengan istilah Analgetik/Analgetika/Analgesik Perifer. Analgetika perifer
(non-narkotik), yang terdiri dari obat-obat yang tidak bersifat narkotik dan tidak bekerja
sentral. Penggunaan Obat Analgetik Non-Narkotik atau Obat Analgesik Perifer ini
cenderung mampu menghilangkan atau meringankan rasa sakit tanpa berpengaruh pada
sistem susunan saraf pusat atau bahkan hingga efek menurunkan tingkat kesadaran. Obat
Analgetik Non-Narkotik / Obat Analgesik Perifer ini juga tidak mengakibatkan efek
ketagihan pada pengguna (berbeda halnya dengan penggunanaan Obat Analgetika jenis
Analgetik Narkotik). Efek samping obat-pbat analgesik perifer: kerusakan lambung,
kerusakan darah, kerusakan hati dan ginjal, kerusakan kulit.

Macam-macam obat Analgesik Non-Narkotik:

5
a. Ibupropen Ibupropen merupakan devirat asam propionat yang diperkenalkan banyak negara.
Obat ini bersifat analgesik dengan daya antiinflamasi yang tidak terlalu kuat. Efek analgesiknya
sama dengan aspirin. Ibu hamil dan menyusui tidak di anjurkan meminim obat ini.

b. Paracetamol/acetaminophen Merupakan devirat para amino fenol. Di Indonesia penggunaan


parasetamol sebagai analgesik dan antipiretik, telah menggantikan penggunaan salisilat. Sebagai
analgesik, parasetamol sebaiknya tidak digunakan terlalu lama karena dapat menimbulkan
nefropati analgesik. Jika dosis terapi tidak memberi manfaat, biasanya dosis lebih besar tidak
menolong. Dalam sediaannya sering dikombinasikan dengan cofein yang berfungsi
meningkatkan efektinitasnya tanpa perlu meningkatkan dosisnya.

c. Asam Mefenamat Asam mefenamat digunakan sebagai analgesik. Asam mefenamat sangat
kuat terikat pada protein plasma, sehingga interaksi dengan obat antikoagulan harus
diperhatikan. Efek samping terhadap saluran cerna sering timbul misalnya dispepsia dan gejala
iritasi lain terhadap mukosa lambung.

Biasanya analgesik di golongkan menjadi beberapa kelompok, antara lain:

1) Analgesik – Antipiretik Contoh parasetamol, fenasetin

2) Analgesik – AntiInflamasi contoh ibuprofen, asam mefenamat

3) Analgesik – Antiinflamasi kuat contoh Aspirin, Natrium Salisilat

Selain digolongkan berdasarkan efeknya, analgesik juga di golongkan berdasar tempat kerjanya.
Penggolongan ini membedakan analgesik menjadi:

1) Analgesik Sentral yaitu analgesik yang menduduki reseptor miu contohnya tramadol,
morphine

2) Analgesik Perifer yaitu analgesik yang bekerja pada saraf perifer contohnya parasetamol Atas
kerja farmakologisnya, analgesic dibagi dalam dua kelompok besar, yaitu:

1) Analgetik Perifer (non narkotik) Terdiri dari obat-obat yang tidak bersifat narkotik dan tidak
bekerja sentral.

2) Analgetik Narkotik Khusus digunakan untuk menghalau rasa nyeri hebat, seperti fraktur dan
kanker.

6
Obat-obat golongan analgetik dibagi dalam beberapa kelompok, yaitu:
parasetamol,salisilat, (asetasol, salisilamida, dan benorilat), penghambat Prostaglandin (NSAID)
ibuprofen, derivate-derivat antranilat ( mefenamilat, asam niflumat glafenin, floktafenin,
derivatederivat pirazolinon (aminofenazon, isoprofilpenazon, isoprofilaminofenazon), lainnya
benzidamin. Obat golongan analgesic narkotik berupa, asetaminofen dan fenasetin. Obat
golongan anti-inflamasi nonsteroid berupa aspirin dan salisilat lain, derivate asam propionate,
asam indolasetat, derivate oksikam, fenamat, fenilbutazon.

Macam-macam obat Antipiretik:

a. Benorylate

Benorylate adalah kombinasi dari parasetamol dan ester aspirin. Obat ini digunakan
sebagai obat antiinflamasi dan antipiretik. Untuk pengobatan demam pada anak obat ini bekerja
lebih baik dibanding dengan parasetamol dan aspirin dalam penggunaan yang terpisah. Karena
obat ini derivat dari aspirin maka obat ini tidak boleh digunakan untuk anak yang mengidap
Sindrom Reye.

b. Fentanyl

Fentanyl termasuk obat golongan analgesik narkotika. Analgesik narkotika digunakan


sebagai penghilang nyeri. Dalam bentuk sediaan injeksi IM (intramuskular) Fentanyl digunakan
untuk menghilangkan sakit yang disebabkan kanker. Menghilangkan periode sakit pada kanker
adalah dengan menghilangkan rasa sakit secara menyeluruh dengan obat untuk mengontrol rasa
sakit yang persisten/menetap. Obat Fentanyl digunakan hanya untuk pasien yang siap
menggunakan analgesik narkotika. Fentanyl bekerja di dalam sistem syaraf pusat untuk
menghilangkan rasa sakit. Beberapa efek samping juga disebabkan oleh aksinya di dalam sistem
syaraf pusat. Pada pemakaian yang lama dapat menyebabkan ketergantungan tetapi tidak sering
terjadi bila pemakaiannya sesuai dengan aturan. Ketergantungan biasa terjadi jika pengobatan
dihentikan secara mendadak. Sehingga untuk mencegah efek samping tersebut perlu dilakukan
penurunan dosis secara bertahap dengan periode tertentu sebelum pengobatan dihentikan.

c. Piralozon

Di pasaran piralozon terdapat dalam antalgin, neuralgin, dan novalgin. Obat ini amat
manjur sebagai penurun panas dan penghilang rasa nyeri. Namun piralozon diketahui

7
menimbulkan efek berbahaya yakni agranulositosis (berkurangnya sel darah putih), karena itu
penggunaan analgesik yang mengandung piralozon perlu disertai resep dokter.

NSAID (Non-Steroidal Anti-Inflamatory Drugs) Obat golongan Antiinflamasi non


Steroid

a. Turunan asam salisilat : aspirin, salisilamid,diflunisal. Aspirin adalah agen antiinflamasi


yang tertua, merupakan penghambat prostaglandin yang menurunkan proses inflamasi dan
dahulu merupakan agen antiinflamasi yang paling sering dipakai sebalum adanya ibuprofen.

Indikasi : Meringankan rasa sakit, nyeri otot dan sendi, demam, nyeri karena haid, migren, sakit
kepala dan sakit gigi tingkat ringan hingga agak berat. Kontra Indikasi : Tukak lambung dan
peka terhadap derivet asam salisilat, penderita asma dan alergi, penderita yang pernah atau sering
mengalami pendarahan di bawah kulit, penderita hemofilia; anak-anak di bawah umur 16 tahun.

b. Turunan paraaminofenol : Paracetamol Parasetamol (asetaminofen) seringkali


dikelompokkan sebagai NSAID, walaupun sebenarnya parasetamol tidak tergolong jenis obat-
obatan ini, dan juga tidak pula memiliki khasiat anti nyeri yang nyata. Merupakan penghambat
prostaglandin yang lemah. Parasetamol mempunyai efek analgetik dan antipiretik, tetapi
kemampuan antiinflamasinya sangat lemah. Intoksikasi akut parasetamol adalah N-asetilsistein,
yang harus diberikan dalam 24 jam sejak intake parasetamol.

c. Turunan 5-pirazolidindion : Fenilbutazon, Oksifenbutazon. Kelompok derivat pirazolon


tinggi berikatan dengan protein. Fenilbutazon (butazolidin) berikatan 96% dengan protein. Telah
dipakai bertahun-tahun untuk obat artritis rematoid dan gout akut. Obat ini mempunyai waktu
paruh 50-65 jam sehingga sering timbul reaksi yang merugikan dan akumulasi obat dapat terjadi.
Iritasi lambung terjadi pada 10-45% klien. Agen lain: oksifenbutazon (tandearil), aminopirin
(dipirin), dipiron (feverall), jarang dipakai kerena reaksi yang ditimbulkannya karena terjadi
toksisitas. Reaksi yang paling merugikan dan berbahaya dari kelompok ini adalah diskrasia
darah, seperti agranulositosis dan anmeia aplastik. Fenilbutazon hanya boleh dipakai untuk obat
artritis dengan keadaan NSAIA/NSAID yang berat dimana NSAIA/NSAID lainnya yang kurang
toksik telah digunakan tanpa hasil.

d. Turunan asam N-antranilat : Asam mefenamat Asam flufenamat untuk keadaan artritis akut
dan kronik. Dapat mengiritasi lambung. Klien dengan riwayat tukak peptik jangan menggunakan

8
obat ini. Efek lain: edema, pusing, tinnitus, pruritus. Fenamanat lain: meklofenamanat sodium
monohidrat (meclomen), dan asam mefenamat (ponstel).

e. Turunan asam arilasetat/asam propionat : Naproksen, Ibuprofen, Ketoprofen Kelompok ini


lebih relatif baru. Obat-obat ini seperti aspirin, tetapi mempunyai efek yang lebih kuat dan lebih
sedikit timbul iritasi gastrointestinal, tidak seperti pada aspirin, indometacin, dan fenilbutazon.
Diskrasia darah tidak sering terjadi. Agen ini yaitu: fenoprofen kalsium (nalfon), naproksen
(naprosyn), suprofen (suprol), ketoprofen (orudis), dan flurbiprofen (ansaid). Farmakokinetik
ibuprofen: diabsorpsi dngan baik melalui saluran gastrointestinal. Obatobatan ini mempunyai
waktu paruh singkat tetapi tinggi berikatan dengan protein. Jika dipakai bersama-sama obat lain
yang tinggi juga berikatan dengan protein, dapat terjadi efek samping berat. Obat ini
dimetabolisme dan dieksresi sebagai metabolit inaktif di urin. Farmakodinamik ibuprofen:
menghambat sintesis prostaglandin sehingga efektif dalam meredakan inflamasi dan nyeri. Perlu
waktu beberapa hari agar efek antiinflamasinya terlihat. Juga dapat menambah efek koumarin,
sulfonamid, banyak dari falosporin, dan fenitoin. Dapat terjadi hipoglikemia jika ibuprofen
dipakai bersama insulin atau obat hipoglikemik oral. Juga berisiko terjadi toksisitas jika dipakai
bersama-sama penghambat kalsium.

f. Turunan oksikam : Peroksikam, Tenoksikam, Meloksikam. Piroksikam/feldene adalah


NSAIA/NSAID baru. Indikasinya untuk artritis yang lama seperti rematoid dan osteoartritis.
Keuntungan utama, waktu paruh panjang sehingga mungkin dipakai satu kali sehari.
Menimbulkan masalah lambung seperti tukak dan rasa tidak enak pada epigastrium, tetapi jarang
daripada NSAIA/NSAID lain. Oksikam juga tinggi berikatan dengan protein.

g. Asam Paraklorobenzoat/asam asetat indol NSAIA/NSAID yang mula-mula diperkenalkan


adalah indometacin/indocin, yang digunakan untuk obat rematik, gout, dan osteoartritis.
Merupakan penghambat prostaglandin yang kuat. Obat ini berikatan dengan protein 90% dan
mengambil alih obat lain yang berikatan dengan protein sehingga dapat menimbullkan toksisitas.
Indometacin mempunyai waktu paruh sedang (4-11 jam). Indocin sangat mengiritasi lambung
dan harus dimakan sewaktu makan atau bersama-sama makanan. Derivat asam paraklorobenzoat
yang lain adalah sulindak (clinoril) dan tolmetin (tolectin), yang dapat menimbulkan penurunan
reaksi yang merugikan daripada indometacin. Tolmetin tidak begitu tinggi berikatan dengan

9
protein seperti indometacin dan sulindak dan mempunyai waktu paruh yang singkat. Kelompok
NSAIA/NSAID ini dapat menurunkan tekanan darah dan menyebabkan retensi natrium dan air.

h. Turunan asam fenilasetat : Natrium diklofenak Diklofenak sodium (voltaren), adalah


NSAIA/NSAID terbaru yang mempunyai waktu paruh plasmanya 8-12 jam. Efek analgesik dan
antiinflamasinya serupa dengan aspirin, tetapi efek antipiretiknya minimal atau tidak sama sekali
ada. Indikasi untuk artritis rematoid, osteoartritis, dan ankilosing spondilitis. Reaksi sama seperti
obat-obat NSAIA/NSAID lain. Agen lain: ketorelak/toradol adalah agen antiinflamasi pertama
yang mempunyai khasiat analgesik yang lebih kuat daripada yang lain. Dianjurkan untuk nyeri
jangka pendek. Untuk nyeri pascabedah, telah terbukti khasiat analgesiknya sama atau lebih
dibanding analgesik opioid. C. Jenis Obat Baru Obat golongan Antiinflamasi non Steroid 1.
Turunan asam salisilat : aspirin, salisilamid,diflunisal. 2. Turunan 5-pirazolidindion :
Fenilbutazon, Oksifenbutazon. 3. Turunan asam N-antranilat : Asam mefenamat, Asam
flufenamat 4. Turunan asam arilasetat : Natrium diklofenak, Ibuprofen, Ketoprofen. 5. Turunan
heteroarilasetat : Indometasin. 6. Turunan oksikam : Peroksikam, Tenoksikam

10
BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN
Analgesik atau analgetik, adalah obat yang digunakan untuk mengurangi atau
menghilangkan rasa sakit atau obat-obat penghilang nyeri tanpa menghilangkan kesadaran. Obat
ini digunakan untuk membantu meredakan sakit, sadar tidak sadar kita sering mengunakannya
misalnya ketika kita sakit kepala atau sakit gigi, salah satu komponen obat yang kita minum
biasanya mengandung analgesik atau pereda nyeri. Analgesic terbagi menjadi dua golongan yaitu
Analgesik Opioid/analgesik narkotika dan Analgesik non Narkotika.

Obat antipiretik adalah obat untuk menurunkan panas. Hanya menurunkan temperatur
tubuh saat panas tidak berefektif pada orang normal. Dapat menurunkan panas karena dapat
menghambat prostatglandin pada CNS. Jenis obatnya Benorylate, Fentanyl, Piralozon.

NSAID (non-steroidal anti-inflamatory drugs) adalah obat yang mengurangi rasa sakit,
demam, dan peradangan. Golongan obatnya Turunan asam salisilat, Turunan paraaminofenol,
Turunan 5-pirazolidindion, Turunan asam N-antranilat, Turunan asam arilasetat/asam
propionate, Turunan oksikam, Asam Paraklorobenzoat/asam asetat indol, dan Turunan asam
fenilasetat.

B. SARAN
Dengan adanya makalah ini, diharapkan untuk kedepan agar bisa bermanfaat untuk referensi
pelajaran dan bisa lebih menyempurnakan makalah ini.

11

Anda mungkin juga menyukai