Anda di halaman 1dari 19

KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Pneumonia adalah suatu penyakit radang akut pada sistem pernafasan yang menyerang
jaringan paru dan sekitarnya. Pneumonia disebabkan oleh mycoplasma, virus, jamur, aspirasi
benda asing, dan bacteria. Menurut Wonodi, dkk, 2012 dalam (Irma et al, 2016) beberapa faktor
penyebab yang mempengaruhi terjadinya peningkatan kasus pneumonia pada balita yaitu faktor
nutrisi, faktor lingkungan serta riwayat penyakit yang pernah diderita. Tanda dan gejala klinis
ialah demam disertai gangguan pada kebutuhan oksigenasi, misalnya batuk berdahak dan tidak
berdahak, dan juga dapat menyebabkan sesak dimana sesak merupakan gejala utama dari
pneumonia, serta gambaran foto thoraks/dada yang menunjukkan infiltrat paru akut. (IDAI,
2016).
Data dan profil kesehatan Kementerian Kesehatan Republik Indonesia tahun 2016, menemukan
penderita pneumonia pada balita di Indonesia tercatat 503.738 jiwa (57,84 %) dan jumlah kematian 551
jiwa (0,11%). Di Sulawesi Tenggara penderita pneumonia pada balita mencapai 3.106 jiwa (0,62%).
(Kemenkes RI, 2017)

Pada laporan tahunan RSU Bahteramas Prov. Sultra, penderita pneumonia pada anak balita tahun
2015 sebanyak 305 kasus, tahun 2016 sebanyak 324 kasus, tahun 2017 sebanyak 301 kasus. (Laporan
tahunan RSU Bahteramas Prov. Sultra, 2018)

Anak dengan pneumonia akan mengalami gangguan pernapasan yang disebabkan karena adanya
inflamasi dialveoli paru-paru. Infeksi ini akan menimbulkan masalah pada pemenuhan kebutuhan
oksigenasi seperti peningkatan produksi sputum, pola napas tidak teratur, pernapasan cuping hidung,
terdapat tarikan dinding dada, dypsneu dan suara krekels saat diauskultasi. Apabila kebutuhan
oksigenasi terganggu maka menghambat pemenuhan suplai oksigen ke otak dan sel-sel diseluruh tubuh,
jika dibiarkan dalam waktu yang lama keadaan ini akan menyebabkan hipoksemia lalu terus berkembang
menjadi hipoksia berat, dan penurunan kesadaran hingga berujung pada kematian. (Sari, 2016)

Berdasarkan uraian diatas, maka peneliti tertarik untuk menyajikan studi kasus mengenai “Asuhan
Keperawatan Pada By. R Dengan Pneumonia Dalam Pemenuhan Kebutuhan Oksigenasi Di Ruang Lambu
Barakati Anak RSU Bahteramas Prov. Sultra”

B. TUJUAN PENULISAN
1. Tujuan Umum

Untuk menggambarkan asuhan keperawatan pada pasien pneumonia dalam pemenuhan


kebutuhan oksigenasi.

2. Tujuan Khusus
a. Mampu menggambarkan pengkajian keperawatan pada pasien pneumonia dalam pemenuhan
kebutuhan oksigenasi di Ruang Lambu Barakati Anak RSU Bahteramas Prov. Sultra.

b. Mampu menggambarkan diagnosa keperawatan pada pasien pneumonia dalam pemenuhan


kebutuhan oksigenasi di Ruang Lambu Barakati Anak RSU Bahteramas Prov. Sultra.

c. Mampu menggambarkan intervensi keperawatan pada pasien pneumonia dalam pemenuhan


kebutuhan oksigenasi di Ruang Lambu Barakati Anak RSU Bahteramas Prov. Sultra.5

d. Mampu menggambarkan implementasi keperawatan pada pasien pneumonia dalam pemenuhan


kebutuhan oksigenasi di Ruang Lambu Barakati Anak RSU Bahteramas Prov. Sultra.

e. Mampu menggambarkan evaluasi keperawatan pada pasien pneumonia dalam pemenuhan


kebutuhan oksigenasi di Ruang Lambu Barakati Anak RSU Bahteramas Prov. Sultra.
BAB II
PEMBAHASAN

A. Definisi
Secara klinis pneumonia dapat menjadi penyakit primer atau menjadi komplikasi
dari penyakit lain. Terjadinya inflamasi parenkim paru merupakan penyakit yang sering
terjadi pada anak namun lebih sering terjadi pada bayi dikarenakan sistem imun bayi
masih rendah. (Wong et al, 2008)
Pneumonia adalah salah satu infeksi saluran napas bawah akut (ISNBA) yang
mengenai parenkim paru, distal dari bronkiolus terminalis yang mencakup bronkiolus
respiratorius, dan alveoli, serta menimbulkan konsolidasi jaringan paru dan gangguan
pertukaran gas setempat. (Setiati, et al, 2014)
Dari beberapa definisi diatas, maka dapat kita simpulkan bahwa pneumonia
adalah penyakit infeksi saluran napas bawah akut yang mengalami peradangan alveoli
atau pada parenchyma paru yang sering terjadi pada bayi dan anak yang disebabkan istem
imun masih rendah.
1. Etiologi
Pneumonia disebabkan oleh infeksi bakteri, virus, dan jamur. Menurut hasil penelitian penyebab
pneumonia adalah bakteri (70%), kemudian virus dan jamur yang sangat jarang ditemukan sebagai
penyebab pneumonia. Penyebab pneumonia pada anak dapat digolongkan menjadi:

a. Bacteria: Staphylococcus aureus, Hemophilus influinzae, Streptococcus Pneumoniae, dan


Klebsiella Pneumoniae.

b. Virus: Respiratory syncytial virus, dan Virus influenza.

c. Mycoplasma pneumonia.

d. Jamur: Pneumocystis jiroveci (PCP)

e. Aspirasi: makanan, kerosene (bensin, minyak tanah), cairan amnion, dan benda asing.

f. Pneumonia hipostatik.

g. Sindrom loeffler.

2. Klarifikasi
3. Patofisiologi
Pneumonia dapat timbul melalui aspirasi kuman atau menyebar langsung dari saluran
pernapasan atas. Akibat sekunder dari Viremia atau bacteremia hanya sebagian kecil. Saluran
pernapasan bawah dimulai dari sublaring hingga unit terminal umumnya dalam keadaan steril.
Sistem pertahanan tubuh yang terlibat adalah sekresi lokal oleh immunoglobulin A,
respon inflamasi oleh sel-sel leukosit, komplemen, sitokin, immunoglobulin, alveoli dan cell
mediated immunity. Pneumonia terjadi apabila salah satu sistem pertahanan diatas mengalami
gangguan. Inokulasi pathogen menyebabkan pada saluran pernapasan megalami reaksi
inflamasi akut yang berbeda sesuai pathogen penyebabnya.
Virus akan menyerang saluran pernapasan kecil dan alveoli, yang lebih banyak mengenai
lobus. Pada infeksi virus awalnya ditandai oleh lesi berupa kerusakan silia epitel dengan
akumulasi debris kedalam lumen. Respon inflamasi awal adalah infiltrasi sel-sel mononuclear
kedalam submukosa dan perivascular. Sebagian sel poly morponucleus (PMN) akan didapatkan
dalam saluran napas kecil.
Ketika bakteri mencapai alveoli, beberapa sistem pertahanan tubuh akan diaktifkan.
Saat terjadi kontak antara bakteri dan dinding alveoli maka bakteri akan ditangkap oleh lapisan
cairan epitel yang mengandung opsonin dan akan terbentuk antibodi immunoglobulin G spesifik.
Selanjutnya terjadi fagositosis oleh makrofag alveolar, sebagian kuman akan dilisis melalui
perantara komplemen. Ketika mekanisme ini gagal merusak bakteri dalam alveolar, leukosit
PMN dengan aktivitas fagositosi akan dibawa oleh sitokin sehingga muncul respons inflamasi.
Proses inflamasi mengkibatkan terjadinya kongesti vascular dan edema yang luas. Area
edema akan membesar dan membentuk area sentral yang terdiri dari eritrosit, eksudat,
purulent (fibrin, sel-sel lekosit PMN) dan bakteri. Fase ini secara histopatologi dinamakan
hepatisasi merah.
Seseorang yang terkena pneumonia akan mengalami gangguan pada proses ventilasi
yang disebabkan karena penurunan volume paru. Untuk mengatasi gangguan ventilasi, tubuh
akan meningkatkan volume tidal dan frekuensi napas sehingga terlihat takipnea dan dyspnea.
Sehingga proses difusi gas akan terganggu dan menyebabkan hipoksia bahkan gagal napas.
(Dosen KMB Indonesia, 2015)

A
4. Manifestasi Klinis
Menurut Wong (2008), tanda-tanda umum pneumonia pada anak yaitu: a. Demam tinggi b.
Pernapasan: batuk tidak produktif sampai produktif dengan sputum berwarna keputihan,
takipnea, bunyi napas ronki atau ronki kasar, pekak pada saat perkusi, nyeri dada, pernapasan
cuping hidung, pucat Agen infeksi Aspirasi benda asing Aspirasi cairan lambung Inflamasi
dijaringan paru Edema membran alveolar Alveoli terisi oleh eksudat dari hasil inflamasi Gas tidak
dapat melewati membrane alveolar yang mengalami edema Udara tidak dapat masuk karena
alveoli diisi oleh cairan Terjadi hipoksia dan retensi CO2 Pernapasan menjadi pendek, lelah,
krekels, di paru penurunan suara napas14 sampai sianosis (bergantung pada tingkat keparahan),
frekuensi pernapasan >60 kali/menit. c. Foto toraks: infiltrasi difus atau bercak-bercak dengan
distribusi peribronkial. d. Perilaku: sensitive, gelisah, dan letargik e. Gastrointestinal: anoreksia,
muntah, diare, dan nyeri abdomen.
5. Pemeriksaan Diagnostik
Menurut Ardiansyah (2012), pemeriksaan diagnostik yang dilakukan untuk memperkuat
diagnose ialah sebagai berikut: a. Pemeriksaan Laboratorium Dalam pemeriksaan ini, jumlah
leukosit yang didapatkan ialah 15.000-40.000 per mm dalam keadaan leukopenia. Biasanya
lanjut endap darah meningkat hingga 100 mm/jam. b. Pemeriksaan Radiologis Pemeriksaan
sebaiknya dibuat dengan cara foto toraks posterior, anterior, dan lateral untuk melihat
keberadaan konsolidasi rentrokadial. c. Foto Rontgen Dada (Chest X-Ray) Untuk mengidentifikasi
penyebaran gejala, misalnya pada lobus dan bronchial. d. ABGs/Pulse Oximetry Abnormalitas
mungkin timbul, tergantung pada luasnya kerusakan paru.
6. Penatalaksanaan Medis
Penatalaksanaan yang umum dilakukan pada penderita pneumonia yaitu (Ardiansyah, 2012):
a. Oksigen 1-2 liter/menit
b. Intra vena fluid drip dextrose 10%, NaCl 0,9% = 3:1, KCl 10 mEq/500 ml cairan, jumlah cairan
disesuaikan dengan berat badan, kenaikan suhu dan status hidrasi.
c. Pemberian makanan enteral diberikan secara bertahap melalui selang nasogastric dengan
feeding drip jika sesak tidak terlalu berat.
d. Jika terdapat sekresi lendir berlebihan dapat dilakukan pemberian inhalasi dengan salin
normal dan beta agonis untuk meperbaiki transport mukosilier. Seperti pemberian terapi
nebulizer dengan flexoid dan ventolin yang bertujuan untuk mempermudah mengeluarkan
dahak juga dapat meningkatkan lebar lumen bronkus.
e. Pemberian antibiotic sesuai jenis pneumonia.

B. Kebutuhan Oksigenasi Dengan Gangguan Pneumonia


1. Definisi
Menurut Poston (2009 (dalam Mariyam et al, 2013), kebutuhan oksigenasi merupakan
kebutuhan fisiologis dasar bagi semua manusia untuk kelangsungan sel dan jaringan serta
metabolisme tubuh. Kebutuhan oksigen anak lebih tinggi dibandingkan orang dewasa.
Kebutuhan oksigenasi dapat ditentukan dengan keadekuatan dari sistem pernapasan dan sistem
kardiovaskuler.
Kebutuhan oksigenasi merupakan kebutuhan dasar manusia yang digunakan sebagai
kelangsungan metabolisme sel tubuh dalam mempertahankan hidup dan aktivitas berbagai
organ atau sel.
Oksigen merupakan zat terpenting bagi kehidupan manusia, setiap sel tubuh manusia
membutuhkan oksigen untuk melaksanakan fungsi metabolisme tubuh. Mempertahankan
oksigenasi adalah upaya untuk memastikan kecukupan pasokan oksigen kejaringan atau sel.

2. Sistem Tubuh Yang Berperan Dalam Kebutuhan Oksigenasi

Sistem tubuh yang berperan dalam kebutuhan oksigenasi terdiri dari saluran pernapasan
bagian atas dan saluran pernapasan bagian bawah.

a. Saluran pernapasan bagian atas terdiri dari hidung, faring, laring (tenggorokan), dan
epiglottis.

b. Saluran pernapasan bagian bawah terdiri dari trakea, bronkus, bronkiolus dan paru-paru.

3. Proses Oksigenasi

Proses pemenuhan kebutuhan oksigenasi dalam tubuh terdiri dari 3 tahap yaitu:

a. Ventilasi Proses keluar dan masuknya oksigen dari atmosfer kedalam alveoli atau alveoli ke
atmosfer disebut ventilasi.
Proses ventilasi dipengaruhi oleh beberapa hal, yaitu:
1) Perbedaan tekanan antara atmosfer dengan paru-paru
2) Kemampuan torak dan paru pada alveoli dalam melaksanakan ekpansi
3) Jalan napas

4) Compliance dan recoil (mengembang dan mengempis)

5) Medulla oblongata dan pons, CO2 dapat merangsang pusat pernapasan.


Peningkatan CO2 dalam batas 60mmHg dapat18 merangsang pusat pernapasan dan bila
pCO2 kurang dari sama dengan 80mmHg dapat menyebabkan depresi pusat pernapasan

b. Difusi gas Pertukaran antara oksigen dialveoli dengan kapiler paru dan CO2 dikapiler dengan
alveoli.

c. Transportasi gas Proses pendistribusian O2 kapiler ke jaringan tubuh dan CO2 jaringan tubuh
ke kapiler. Pada proses transportasi, oksigen akan berikatan dengan hemoglobin.
4. Masalah Kebutuhan Oksigenasi Dengan Gangguan Pneumonia

Menurut Hidayat (2009), ada beberapa masalah yang terjadi pada kebutuhan oksigenasi
dengan pneumonia diantaranya:19

a. Hipoksemia

b. Hipoksia

c. Perubahan pola pernapasan

d. Obstruksi jalan napas, dapat menghambat pemenuhan suplai oksigen ke otak dan sel-sel
diseluruh tubuh, jika dibiarkan dalam waktu yang lama keadaan ini akan menyebabkan
hipoksemia lalu terus berkembang menjadi hipoksia berat dan penurunan kesadaran.

e. Pertukaran gas

5. Penatalaksanaan Keperawatan Pada Pneumonia Dengan Gangguan Kebutuhan Oksigenasi

a. Pemberian oksigen merupakan tindakan keperawatan dengan memberikan oksigen ke dalam


paru-paru melalui saluran pernapasan dengan menggunakan alat bantu oksigen 1-2 liter/menit.
Dalam pemberiannya terdapat tiga cara, yaitu melalui kanula, nasal, dan masker dengan tujuan
mencegah terjadinya hipoksia dan memenuhi kebutuhan oksigen.

b. Fisioterapi dada adalah sekumpulan tindakan yang dirancang untuk meningkatkan efisiensi
pernapasan, meningkatkan pengembangan paru, kekuatan dari otot pernapasan, dan eliminasi
sekret yang berasal dari sistem pernapasan.

c. Penghisapan lendir (suction) merupakan tindakan keperawatan yang dilakukan pada pasien
yang tidak mampu mengeluarkan sekret atau lendir secara mandiri seperti pada anak balita.
Tujuannya adalah untuk membebaskan jalan napas dan memenuhi kebutuhan oksigen.

d. Inhalasi (nebulizer) adalah suatu alat yang dapat mengubah cairan menjadi droplet aerosol
sehingga dapat dihirup oleh pasien. Tujuan pemberian inhalasi (nebulizer) yaitu untuk
membantu pengenceran secret, membuat rileksasi dari spasme bronkial, melancarkan jalan
napas dan melembabkan saluran pernapasan.

e. Pemberian posisi semi fowler adalah posisi tidur pasien dengan kepala dan dada lebih tinggi
daripada posisi panggul dan kaki. Pada posisi semi flower kepala dan dada dinaikkan dengan
sudut 30°-45°. Posisi ini digunakan untuk pasien yang mengalami masalah pernafasan dan
pasien dengan gangguan jantung.
C. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan Pneumonia Dalam Pemenuhan Kebutuhan Oksigenasi
Asuhan keperawatan adalah suatu proses atau tahap praktik keperawatan yang diberikan
secara langsung kepada klien atau pasien di berbagai tatanan pelayanan kesehatan. Asuhan
keperawatan memiliki komponen-komponen yang terdiri dari pengkajian, diagnosa
keperawatan, intervensi keperawatan dan implementasi keperawatan.

1. Pengkajian

a. Pengkajian fokus (Suyono, 2009)

1) Identitas terdiri dari identitas pasien (nama, umur, agama, jenis kelamin, status,
pendidikaan, pekerjaan, suku bangsa, alamat, taggal masuk, tanggal pengkajian, nomor
register, dan diagnosa medis), dan identitas penanggung jawab (nama, umur, hubungan
dengan pasien, pekerjaan, dan alamat).

2) Riwayat penyakit sekarang Hal yang perlu dikaji :

a) Keluhan yang dirasakan klien

b) Usaha yang dilakukan untuk mengatasi keluhan

3) Riwayat penyakit dahulu Hal yang perlu dikaji yaitu :

a) Pernah menderita ISPA

b) Riwayat terjadi aspirasi

c) Sistem imun anak yang mengalami penurunan

d) Sebutkan sakit yang pernah dialami

4) Riwayat penyakit keluarga

a) Ada anggota keluarga yang sakit ISPA

b) Ada anggota keluarga yang sakit pneumonia

5) Demografi

a) Usia: Lebih sering pada bayi atau anak dibawah 3 tahun

b) Lingkungan: Pada lingkungan yang sering berkontaminasi dengan polusi udara

6) Pola pengkajian Gordon (Sudoyo, 2009)

a) Pola persepsi dan pemeliharaan kesehatan Hal yang perlu dikaji yaitu kebersihan lingkungan,
biasanya orang tua menganggap anaknya benar-benar sakit jika anak sudah mengalami sesak
nafas.

b) Pola nutrisi dan metabolic Biasanya muncul anoreksia (akibat respon sistemik melalui
kontrol saraf pusat), mual dan muntah (peningkatan rangsangan gaster sebagai dampak
peningkatan toksik mikroorganisme).
c) Pola eliminasi23 Penderita sering mengalami penurunan produksi urin akibat perpindahan
cairan melalui proses evaporasi karena demam.

d) Pola istirahat-tidur Data yang sering muncul adalah anak sulit tidur karena sesak nafas,
sering menguap serta kadang menangis pada malam hari karena ketidaknyamanan.

e) Pola akitivitas-latihan Anak tampak menurun aktivitas dan latihannya sebagai dampak
kelelmahan fisik. Anak lebih suka digendong dan bedrest.

f) Pola kognitif-persepsi Penurunan kognitif untuk mengingat apa yang pernah disampaikan
biasanya sesaat akibat penurunan asupan nutrisi dan oksigen pada otak.

g) Pola persepsi diri-konsep diri Tampak gambaran orang tua terhadap anak diam kurang
bersahabat, tidak suka bermain, ketakutan.

h) Pola peran-hubungan Anak tampak malas kalau diajak bicara, anak lebih banyak diam dan
selalu bersama orang tuanya.

i) Pola seksual-reproduksi Pada anak kecil masih sulit terkaji. Pada anak yang sudah pubertas
mungkin tergangguan menstruasi.

j) Pola toleransi stress-koping Aktivitas yang sering tampak mengalami stress adalah anak
menangis, kalau sudah remaja saat sakit yang dominan adalah mudah tersinggung.

k) Pola nilai keyakinan Nilai keyakinan mungkin meningkat seiring dengan kebutuhan untuk
mendapat sumber kesembuhan dari Allah SWT.

7) Pemeriksaan Fisik

a) Keadaan umum: tampak lemah, sesak nafas

b) Kesadaran: tergantung tingkat keparahan penyakit bisa somnolent

c) Tanda-tanda vital:

TD: hipertensi

Nadi: takikardi

RR: takipnea, dispnea, nafas dangkal

Suhu: hipertermi

d) Kepala: tidak ada kelainan

e) Mata: konjungtiva bisa anemis

f) Hidung: jika sesak akan terdengar napas cuping hidung

g) Paru: Inspeksi: pengembangan paru berat, tidak simetris jika hanya satu sisi paru, ada
penggunaan otot bantu nafas.

Palpasi: adanya nyeri tekan, paningkatan vocal fremitus pada daerah yang terkena
Perkusi: pekak terjadi bila terisi cairan, normalnya timpani

Auskultasi: bisa terdengar ronki

h) Jantung: jika tidak ada kelainan jantung, pemeriksaan jantung tidak ada kelemahan

i) Ekstremitas: sianosis, turgor berkurang jika dehidrasi.

Pathway
2. Diagnosa Keperawatan

Diagnosa keperawatan terdiri dari klasifikasi data dan analisa data. Pada penyakit pneumonia,
diagnosa keperawatan yang sering muncul dalam masalah pemenuhan kebutuhan oksigenasi
ialah:

a. Ketidakefektifan bersihan jalan napas berhubungan dengan obstruksi jalan napas: mucus
berlebih

b. Ketidakefektifan pola napas berhubungan dengan kelemahan otot pernapasan

c. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan perubahan membran alveolar-kapiler

3. Intervensi Keperawatan

Intervensi keperawatan yaitu suatu rencana tindakan keperawatan yang dibuat untuk
menangani serta mencegan terjadinya komplikasi. Berikut intervensi yang diberikan
berdasarkan Nursing Outcomes Clasification (Moorhead et al, 2016) dan Nursing Interventions
Clasification (Bulechek et al, 2016):

a. Ketidakefektifan bersihan jalan napas berhubungan dengan obstruksi

jalan napas: mucus berlebih

NOC: Status Pernapasan: Kepatenan Jalan Napas

Tujuan: setelah dilakukan pemberian asuhan keperawatan diharapkan bersihan jalan napas
efektif Kriteria Hasil:

1) Dyspnea tidak ada

2) Suara napas tambahan berkurang atau tidak ada28

3) Tidak ada penggunaan otot bantu pernapasan

4) Secret berkurang atau tidak ada

5) Batuk produktif berkurang atau tidak ada

NIC: Manajemen Jalan Napas

Intervensi:

1) Kaji tanda-tanda vital Rasional: Pada anak balita dengan pneumonia mengalami hipertermi,
takikardi dan takipnea yang disebabkan terjadinya infeksi pada parenkim paru.

2) Posisikan pasien dengan posisi semi fowler Rasional: Posisi semi fowler dapat mengurangi
sesak

3) Auskultasi area paru, catat area penurunan dan bunyi napas tambahan Rasional: penurunan
aliran udara dapat terjadi pada area paru yang terdapat eksudat dan juga dapat menimbulkan
bunyi napas tambahan yaitu krekels
4) Lakukan fisioterapi dada (postural drainage, perkusi, dan vibrasi) apabila tidak terdapat
kontraindikasi Rasional: fisioterapi dada dapat membantu untuk mengeluarkan secret yang
terdapat pada jalan napas.

5) Lakukan suction Rasional: Suction dilakukan apabila SPO2 100% tanpa pemasangan
ventilator

6) Lakukan pemberian inhalasi (nebulizer)29 Rasional: membantu mempermudah secret untuk


keluar

7) Kelola oksigen yang dilembabkan sebagaimana mestinya Rasional: memenuhi kebutuhan


oksigen pasien

8) Instruksikan pada keluarga untuk tidak merokok di lingkungan sekitar pasien

9) Kolaborasi pemberian obat b. Ketidakefektifan pola napas berhubungan dengan kelemahan


otot pernapasan

NOC: Status Pernapasan

Tujuan: Setelah dilakukan pemberia asuhan keperawatan diharapkan pola napas kembali
efektif.

Kriteria Hasil:

1) Frekuensi pernapasan normal 30-60 kali/menit

2) Pernapasan cuping hidung tidak ada

3) Suara napas tambahan berkurang atau tidak ada

4) Dyspnea tidak ada

5) Pengembangan paru normal

6) Penggunaan otot bantu pernapasan tidak ada

NIC: Terapi Oksigen Intervensi

1) Atur posisi semi fowler


Rasional: Posisi semi fowler dapat mengurangi sesak
2) Kaji pernapasan, irama, kedalaman atau gunakan oksimetri nadi untuk memantau saturasi
oksigen30
Rasional: Tachipnea, pernafasan dangkal dan gerakan dada tak simetris sering terjadi
karena ketidaknyaman gerakan dinding dada.
3) Pertahankan kepatenan jalan napas
Rasional: Mempertahankan jalan napas paten
4) Kolaborasi pemberian oksigen
Rasional: Pemberian oksigen dapat mengatasi rasa sesak.

NIC: Manajemen Jalan Napas


Intervensi:

1) Kaji tanda-tanda vital


Rasional: Pada anak balita dengan pneumonia mengalami hipertermi, takikardi dan
takipnea yang disebabkan terjadinya infeksi pada parenkim paru.
2) Posisikan pasien dengan posisi semi fowler
Rasional: Posisi semi fowler dapat mengurangi sesak
3) Auskultasi area paru, catat area penurunan dan bunyi napas tambahan
Rasional: penurunan aliran udara dapat terjadi pada area paru yang terdapat eksudat dan
juga dapat menimbulkan bunyi napas tambahan yaitu krekels
4) Lakukan fisioterapi dada (postural drainage, perkusi, dan vibrasi) apabila tidak terdapat
kontraindikasi
Rasional: fisioterapi dada dapat membantu untuk mengeluarkan secret yang terdapat pada
jalan napas.
5) Lakukan suction
Rasional: Suction dilakukan apabila SPO2 100% tanpa pemasangan ventilator
6) Lakukan pemberian inhalasi (nebulizer)
Rasional: membantu mempermudah secret untuk keluar
7) Kelola oksigen yang dilembabkan sebagaimana mestinya
Rasional: memenuhi kebutuhan oksigen pasien

8) Instruksikan pada keluarga untuk tidak merokok di lingkungan sekitar pasien

9) Kolaborasi pemberian obat

c. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan perubahan membrane alveolar-kapiler

NOC: Status Pernapasan

Tujuan: setelah dilakukan pemberian asuhan keperawatan diharapkan pertukaran gas


maksimal.

Kriteria hasil:

1) Dispnea tidak ada

2) Frekuensi pernapasan normal

3) Saturasi oksigen normal

4) PaO2 normal pada GDA

5) PaCO2 normal

6) Sianosis tidak ada

7) Frekuensi nadi normal 100-160 kali/menit

NIC: Terapi Oksigen

5) Atur posisi semi fowler32


Rasional: Posisi semi fowler dapat mengurangi sesak
6) Kaji pernapasan, irama, kedalaman atau gunakan oksimetri nadi untuk memantau saturasi
oksigen
Rasional: Tachipnea, pernafasan dangkal dan gerakan dada tak simetris sering terjadi
karena ketidaknyaman gerakan dinding dada.
7) Pertahankan kepatenan jalan napas
Rasional: Mempertahankan jalan napas paten

8) Kolaborasi dalam pemeriksaan Analisa Gas Daraah

9) Kolaborasi pemberian oksigen

Rasional: Pemberian oksigen dapat mengatasi rasa sesak.

4. Implementasi Keperawatan

Implementasi keperawatan merupakan realisasi dari intervensi keperawatan untuk


mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Kegiatan pelaksanaanya juga meliputi pengumpulan
data berkelanjutan, mengobservasi respon klien selama dan sesudah memberikan tindakan
keperawatan. Keterampilan yang dibutuhkan dalam pelaksanaan ini antara lain keterampilan
kognitif, keterampilan interpersonal, dan keterampilan psikomotor.

Menurut Wahyuningsih (2015), dalam mengatasi masalah keperawatan kebutuhan


oksigenasi implementasi dilakukan selama 3x24 jam yaitu dengan melakukan monitor vital sign
(Suhu, RR, Nadi),33 auskultasi bunyi napas, berikan ASI pada bayi, kolaborasi terapi inhalasi,
kolaborasi pemberian oksigen dan kolaborasi pemberian obat. Setelah 3 hari pemberian
tindakan dilakukan evaluasi, data yang didapatkan ialah anak masih batuk, sesak napas
berkurang, respirasi 50 kali/menit, suhu 36,5°C, nadi 120 kali/menit, suara napas ronkhi ringan.
Assesment: masalah teratasi sebagian.

5. Evaluasi Keperawatan

a. Ketidakefektifan bersihan jalan napas berhubungan dengan obstruksi

jalan napas: mucus berlebihan

Evaluasi:

1) Dyspnea tidak ada

2) Suara napas tambahan berkurang atau tidak ada

3) Tidak ada penggunaan otot bantu pernapasan

4) Secret berkurang atau tidak ada

5) Batuk produktif berkurang atau tidak ada

b. Ketidakefektifan pola napas berhubungan dengan kelemahan otot pernapasan

Evaluasi:
1) Frekuensi pernapasan normal 30-60 kali/menit

2) Pernapasan cuping hidung tidak ada

3) Suara napas tambahan berkurang atau tidak ada

4) Dyspnea tidak ada

5) Pengembangan paru normal

6) Penggunaan otot bantu pernapasan tidak ada34

c. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan perubahan membrane alveolar-kapiler

Evaluasi:

1) Dispnea tidak ada

2) Frekuensi pernapasan normal

3) Saturasi oksigen normal

4) PaO2 normal pada GDA

5) PaCO2 normal

6) Sianosis tidak ada

7) Frekuensi nadi normal 100-160 kali/menit


BAB III

PENUTUP

Anda mungkin juga menyukai