Anda di halaman 1dari 14

LAPORAN PRAKTIKUM

KEGIATAN III
MEREKAM GERAKAN MATA SAAT MEMBACA

A. Tujuan
1. Tujuan kegiatan
a. Merekam reflex gerakan mata saat membaca dengan
menggunakan alat perekam elektro-okulograph (EOG).
b. Menerangkan factor-faktor yang mempengaruhi reflex gerakan
mata saat membaca
2. Kompetensi Khusus
a. Mahasiswa dapat merekam reflex gerakan mata saat membaca
dengan menggunakan alat perekam elektro-okulograph (EOG).
b. Mahasiswa dapat menerangkan factor-faktor yang mempengaruhi
reflex gerakan mata saat membaca.

B. Tinjauan Teori
Alat penglihatan manusia adalah mata yang mengandung
fotoreseptor. Mata berbentuk suatu bola yang terletak dalam rongga mata
yang dibatasi oleh tulang-tulang kepala. Bola mata dibagi menjadi dua
ruang, yaitu ruang anterior danruang posterior. Ruang anterior terletak
antara kornea dan lensa, berisi cairan bening yang disebut aqueus humor.
Sedangkan ruang posterior adalah ruang yang terletak di belakang lensa,
dan ruang ini berisi cairan kental bening yang disebut vitreus humor,
berfungsi menyumbang pada tekanan dalam bola mata (Soewolo dkk,
2005: 137-138).
Bola mata diikat dan digerakkan oleh enam otot mata ekstrinsik,
yaitu otot lurus atas dan otot lurus bawah, otot lurus samping dan otot
lurus tengah, otot serong atas dan otot serong bawah. Dinding bola mata
terdiri dari tiga lapis jaringan, yaitu sklera, koroid, dan retina. Sklera,
lapisan dinding bola mata yang paling luar, tersusun dari suatu jaringan

28
fibrosa yang kuat. Koroid, lapisan tengan dari dinding bola mata., lapisan
berpigmen dan merupakan lapisan yang penuh dengan pembuluh darah.
Dan retina, lapisan paling dalam dari bola mata, yang tersusun atas (dari
luar ke dalam): suatu lapisan berpigmen, lapisan fotoreseptor, lapisan
bipolar, dan lapisan ganglion (Soewolo dkk, 2005: 138-139).
Pengaturan otot pergerakan mata diatur oleh tiga pasang (enam otot
mata ekstrinsik), yaitu:
1. M. Rectus lateralis dan medialis: berkontraksi timbale balik untuk
menggerakkan mata dari sisi ke sisi
2. M. Rectus superior dan inferior: berkontraksi menggerakkan mata ke
atas dan ke bawah.
3. M. Obligus superior dan inferior: memutar bola mata dalam
mempertahankan lapang penglihatan dan posisi berdiri (Syaifuddin,
2009: 233).
Mata sebagai indera penglihatan dapat bergerak ke segala
arah dalam orbitnya untuk memperluas medan penglihatan.  Dalam 
keadaan normal, kedua bola mata kita selalu bergerak searah atau disebut
gerakan mata konyugatif. Gerakan bola mata dapat direkam karena bola
mata merupakan suatu dipole listrik yang dapat bergerak. Hal ini
disebabkan antara kornea dan retina terdapat beda potensial yang tetap
(steady); kornea bermuatan positif terhadap retina dan beda potensial ini
akan tetap berada biarpun mata dikeluarkan (eksisi) dari kantung mata
(Anonim, 2012).
 Berbeda dengan EKG, karena beda potensial ini bukan suatu
fenomena elektro-fisiologik yang berkala. Beda potensial ini akan hilang
bilamana retina rusak. Adanya penempatkan dua elektroda pada garis yang
tegak lurus pada sumbu kornea-retina, maka potensial kornea
retina ini akan menimbulkan fluktuasi potensial yang sesuai dengan
gerakan bola mata. Disebabkan karena kornea atau retina, yang
berbeda polaritas muatannya akan mendekati atau menjauhi kedua
elektroda tersebut sesuai dengan gerakan bola mata. Fluktuasi potensial

29
yang timbul pada dua elektode pengukur tersebut dapat direkam secara
elektro-fisiologik hingga dapat dikatakan bahwa elektrode-
okulografi ialah: merubah kualitas gerakan bola mata menjadi kuantitas
beda potensial yang direkam pada koordinat kartesius (Anonim, 2012).
Gerakan mata yang paling penting adalah gerakan
yang menyebabkan mata itu ter”fiksasi” pada bagian yang luas pada dari
lapangan pandangan. Gerakan fiksasi ini diatur oleh dua mekanisme
saraf, pertama adalah pengaturan yang menyebabkan orang dapat
menggerakan mata secara volenter untuk menemukan objek dalam
penglihatannya yang kemudian akan difiksasinya. Gerakan ini disebut
mekanisme fiksasi volunteer. Kedua adalah mekanisme yang dapat
menahan mata secara tetap pada obyek seketika setelah itu ditemukan oleh
mata; keadaan ini disebut sebagai mekanisme fiksasi involunteer (Anonim,
2012).
Gerakan mata yang lain adalah gerakan saccadic. Gerakan saccadic
merupakan lompatan-lompatan dari fokus fiksasi mata yang terjadi secara
cepat, kira-kira dua atau tiga lompatan per detik. Ini terjadi ketika lapang
pandang bergerak secara kontinu di depan mata. Gerakan saccadic ini
terjadi secara sangat cepat, sehingga lamanya gerakan tidak lebih dari 10%
waktu pengamatan. Pada gerakan saccadic ini, otak mensupresi gambaran
visual selama saccade, sehingga gambaran visual selama perpindahan
tidak disadari. Selain itu mata juga dapat terfiksasi pada obyek yang
bergerak; gerakan ini disebut gerakan mengejar (smooth pursuit
movement). Gerakan vestibular merupakan gerakan dimana mata
menyesuaikan pada stimulus dari kanalis semisirkularis saat kepala
melakukan pergerakan. Dan gerakan konvergensi adalah gerakan kedua
mata mendekat saat objek digerakkan mendekat (Fransisca, 2010).
Refleks merupakan fenomena stimulus-respons yang dapat
terjadi tanpa disadari. Lengkung refleks (reflex arc) merupakan unit
fungsional tersederhana dari fungsi sistem nervosum. Lengkung reflex
terdiri atas beberapa komponen yaitu: reseptor (penerima rangsangan),

30
neuron sensoris, neuron motoris, dan efektor (otot). Jenis dan macam
reseptor syaraf banyak sekali sebagai contoh: pada kulit (panas, dingin,
sentuh, nyeri), pada persendian (pacini), pada tendo (alat golgi), dan pada
otot skelet (muscle spindle) (Anonim, 2012).
Berdasarkan banyaknya sambungan neuron (sinapsis), maka dapat
dibedakan menjadi reflex monosinaptik, disinaptik, dan polisinaptik.
Refleks monosinaptik jika memiliki 1 sambungan neuron, disinaptik jika
terdiri dari 2 sambungan neuron, dan disebut polisinaptik jika terdiri lebih
dari 2 sambungan neuron (Anonim, 2012).

C. Metode Praktikum
1. Jenis kegiatan : Observasi
2. Obyek pengamatan : Probandus
3. Alat dan bahan
Alat dan bahan yang digunakan untuk melakukan rekaman reflex
gerakan mata saat membaca adalah:
a. Elektro-okulograph (EOG)
b. Elektroda perekam
c. Gel elektroda
d. Kapas
e. Alkohol
f. Teks bacaan dalam bahasa Indonesia dan Inggris
4. Prosedur kerja
a. Membersihkan kulit di canthus lateralis mata dengan kapas
alkohol untuk menghilangkan kotoran yang dapat mengganggu
sensitiftas rekam sebelum ektroda perekam dipasang.
b. Mengoleskan pasta perekam (gel elektroda) untuk memudahkan
antaran listrik pada bagian yang akan ditempeli elektroda.
c. Memasang elektroda perekam pada canthus lateralis mata kanan
dan kiri, juga pada kening (elektroda warna merah untuk canthus

31
lateralis mata kanan dan elektoda warna hitam canthus lateralis
mata kiri).
d. Probandus menyiapkan diri untuk membaca.
e. Probandus mulai membaca.
f. Menganalisis hasil rekaman gerakan mata saat membaca.

D. Hasil dan Pembahasan


1. Hasil
Data yang diperoleh pada praktikum kali ini ada dua macam, yaitu
rekaman untuk teks berbahasa Indonesia dan teks dengan Bahasa
Inggris. Jumlah baris pada teks berbahasa Indonesia adalah 7 baris,
sedangkan teks berbahasa Inggris sebanyak 5 baris. Jumlah kata untuk
teks berbahasa Indonesia adalah 54 kata dan teks berbahasa Inggris 49
kata.
Analisis data untuk memperoleh data satuan membaca dan kecepatan
membaca dengan menggunakan rumus dibawah ini:
Satuan membaca = ∑ Kata (kata)
∑ Fiksasi
Kecepatan membaca = ∑ Fiksasi (satuan baca/detik)
∑ Durasi
Berikut tabulasi data dan hasil analisisnya:

a. Analisis Data Hasil Individu


Data hasil Wiworo
Baris Teks B. Teks B.
Indonesia Inggris
I 6 7
II 6 9
III 7 8
IV 7 6
V 6 8
VI 8 -
VII 5 -

32
∑x 45 38
X bar 6.42 7.6
Durasi 12.4 11
(detik)
Durasi per 1.77 2.2
baris
(detik)
Satuan 1.2 1,29
membaca
Kecepatan 3.63 3.45
membaca

b. Analisis Data Hasil Kelompok


1) Analisis Data Hasil Kelompok Teks Bahasa Indonesia
teks berbahasa Indonesia
kecepat
Satuan
Durasi an
∑ Fiksasi/ ∑ memb
/ memba
aca
Kelompok Nama ca
(satuan
Fiksasi Baris Durasi Baris (kata) baca/det
ik)
    (detik)      
Jumlah 259.00 36.08 68.60 9.79 5.27 18.87
I Rata-rata 51.80 7.22 13.72 1.96 1.05 3.77
Standar deviasi 5.93 1.12 1.46 0.21 0.12 0.09
Jumlah 274.00 39.20 71.20 10.20 5.00 19.30
II Rata-rata 54.80 7.84 14.24 2.04 1.00 3.86
Standar deviasi 10.16 1.44 3.08 0.45 0.19 0.47
Jumlah 185.00 26.41 37.00 5.29 2.78 15.12
III Rata-rata 61.67 8.80 12.33 1.76 0.93 5.04
Standar deviasi 16.65 2.37 3.80 0.54 0.29 0.37
IV Jumlah 247.00 35.31 81.60 11.64 5.55 15.87
Rata-rata 49.40 7.06 16.32 2.33 1.11 3.17
Standar deviasi 6.47 0.92 5.05 0.72 0.15 0.67
Jumlah 231.00 33.00 57.00 8.00 3.85 16.36
V Rata-rata 57.75 8.25 14.25 2.00 0.96 4.09
Standar deviasi 11.44 1.59 3.52 0.49 0.18 0.20
2) Analisis Data Hasil Kelompok Teks Bahasa Inggris

33
teks berbahasa Indonesia

kecepata
Fiksas Duras Satuan
∑ ∑ n
i/ i/ membaca
Kelomp membaca
Nama
ok
(satuan
Fiksasi Baris Durasi Baris (kata) baca/deti
k)
    (detik)      
Jumlah 237.00 47.40 65.80 13.16 5.25 18.05
I Rata-rata 47.40 9.48 13.16 2.63 1.05 3.61
Standar
deviasi 6.39 1.28 1.66 0.33 0.15 0.34
Jumlah 234.00 46.80 71.00 14.20 4.70 16.60
II Rata-rata 46.80 9.36 14.20 2.84 0.94 3.32
Standar
deviasi 11.23 2.25 4.13 0.84 0.25 0.41
Jumlah 178.00 35.60 38.50 7.70 2.76 13.72
III Rata-rata 59.33 11.87 12.83 2.57 0.92 4.57
Standar
deviasi 24.83 4.97 4.45 0.89 0.35 0.44
Jumlah 198.00 39.60 85.00 16.86 6.36 12.87
IV Rata-rata 39.60 7.92 17.00 3.37 1.27 2.57
Standar
deviasi 7.23 1.45 6.68 1.35 0.23 0.92
Jumlah 216.00 43.20 54.80 10.74 3.71 15.81
V Rata-rata 54.00 10.80 13.70 2.69 0.93 3.95
Standar
deviasi 9.59 1.92 2.29 0.41 0.15 0.37

c. Analisis Data Hasil Kelas


1) Analisis Data Hasil Kelas Teks Bahasa Indonesia

34
teks berbahasa Indonesia
Satuan
Fiksasi kecepatan
∑ ∑ Durasi/ membac
/ membaca
No Nama a
(satuan
Fiksasi Baris Durasi Baris (kata) baca/detik
)
1 Wiworo 45 6.42 12.4 1.77 1.20 3.63
2 Naomi 56 8 14.6 2.08 0.96 3.84
3 Bekti 54 7.7 14.2 2.03 1.00 3.80
4 Dita 46 5.67 12 1.71 1.17 3.83
5 Fitri 58 8.29 15.4 2.20 0.93 3.77
6 Titik 66 9.4 18.2 2.60 1.2 3.6
7 Siti Muhajir 60 8.6 13.8 2.00 1.1 4.3
8 Hafizah G.H 44 6.3 13.2 1.90 0.8 3.3
9 Cahya 60 8.6 16 2.30 1.1 3.7
10 Widi 44 6.3 10 1.40 0.8 4.4
11 Soraya 43 6.14 8.5 1.21 1.26 5.06
12 Winda 67 9.57 12.4 1.77 0.81 5.40
13 Arifatul 75 10.7 16.1 2.30 0.72 4.66
14 Nrz 56 8.00 17.20 2.46 0.96 3.26
15 Tfq 43 6.17 13.00 1.85 1.26 3.31
16 Iks 42 6.00 13.00 1.85 1.29 3.23
17 Ftz 52 7.43 24.80 3.54 1.04 2.10
18 Yn 54 7.71 13.60 1.94 1.00 3.97
19 Dzawati 49 7 11.6 1.6 1.10 4.22
20 Din 48 6.9 11.2 1.6 1.13 4.29
21 Rina 62 8.9 15.6 2.2 0.87 3.97
22 Andi 72 10.2 18.6 2.6 0.75 3.87
44.915
Jumlah 1196 170 315.4 22.449 85.51265
7
Rata-rata 54.36 7.73 14.34 2.04 1.02 3.89
Standar deviasi 9.83 1.44 3.44 0.49 0.18 0.69

2) Analisis Data Hasil Kelas Teks Bahasa Innggris

35
teks berbahasa Inggris
Satuan
Fiksasi Durasi kecepatan
∑ ∑ membac
N / / membaca
Nama a
o
(satuan
Fiksas
Baris Durasi Baris (kata) baca/detik
i
)
1 Wiworo 38 7.6 11 2.2 1.29 3.45
2 Naomi 50 10 13.8 2.76 0.98 3.62
3 Bekti 44 8.8 13.4 2.68 1.11 3.28
4 Dita 51 10.2 12.2 2.44 0.96 4.18
5 Fitri 54 10.8 15.4 3.08 0.91 3.51
6 Titik 62 12.4 21.4 4.3 1.3 2.9
7 Siti Muhajir 55 11 13.8 2.8 1.1 4
8 Hafizah G.H 41 8.2 12.4 2.5 0.8 3.3
9 Cahya 41 8.2 12.2 2.4 0.8 3.3
10 Widi 35 7 11.2 2.2 0.7 3.1
11 Soraya 39 7.8 8.5 1.7 1.26 4.59
12 Winda 52 10.4 12.6 2.52 0.94 4.13
13 Arifatul 87 17.4 17.4 3.48 0.56 5.00
14 Tfq 35 7 10.6 2.12 1.4 3.3
15 Iks 46 9.2 12.2 2.44 1.07 3.77
16 Ftz 38 7.6 23.6 4.72 1.29 1.61
17 Nrz 48 9.6 24.8 4.96 1.02 1.94
18 Yn 31 6.2 13.8 2.62 1.58 2.25
19 Dzawati 45 9 11 2.2 1.09 4.09
20 Din 49 9.8 12.6 2.5 1.00 3.89
21 Rina 55 11 15.8 3.02 0.89 3.48
22 Andi 67 13.4 15.4 3.02 0.73 4.35
Jumlah 1063 212.6 315.1 62.66 22.7844 77.0448
Rata-rata 48.32 9.66 14.32 2.85 1.04 3.50
Standar deviasi 12.49 2.50 4.17 0.84 0.25 0.82

2. Pembahasan

36
Praktikum merekam gerakan mata saat membaca ini bertujuan
untuk merekam reflex gerakan mata saat membaca dengan
menggunakan alat perekam elektro-okulograph (EOG) dan
menerangkan factor-faktor yang mempengaruhi reflex gerakan mata
saat membaca. Teks yang dibaca terdiri dari dua macam, teks
berbahasa Indonesia dan teks berbahasa Inggris.
Menurut Guyton dan Hall (1996: 850 dalam Anonim, 2012),
gerakan pada mata merupakan gerakan refleks. Pergerakan mata yang
bergerak ke kiri dan ke kanan, ke atas dan bawah,
dan berputar, disebabkan karena mata mengikuti arah gerakan objek
yang dilihat tanpa dipengaruhi oleh sistem kendali (otak). Bila
penglihatan bergerak secara terus-menerus mendahului gerakan mata,
misalnya sewaktu orang mengendarai mobil atau berputar-putar,
maka mata akan terfiksasi pada satu sorotan cahaya ke sorotan cahaya
lainnya dalam lapang pandangan, melompat-lompat dari satu tempat
ke tempat lainnya dengan kecepatan dua sampai tiga lompatan
per detik.
Lebih lanjut menurut Guyton dan Hall (1996: 851 dalam Anonim,
2012), mata juga dapat terfiksasi pada saat benda bergerak, disebut
gerakan mengejar. Contohnya bila ada gerakan ke atas
ke bawah ataupun ke kiri dan ke kanan. Elektro-okulograph (EOG)
yang digunakan dalam praktikum ini capat memperlihatkan gerakan
fiksasi tersebut. Adanya data fiksasi tersebut, dapat dihitung nilai
satuan membaca setiap probandus dengan cara membagi jumlah kata
yang dibaca dengan jumlah fiksasi. Satuan membaca menunjukkan
banyaknya kata yang terbaca untuk satu kali fiksasi (satu lompatan).
Kecepatan membaca pun dapat dihitung dengan cara membagi jumlah
fiksasi dengan jumlah durasi waktu yang diperlukan untuk membaca
teks yang telah disediakan.
Hasil analisis data menunjukkan kecepatan membaca antara
probandus yang satu dengan yang lain berbeda-beda. Pada hasil

37
rekaman untuk teks berbahasa Indonesia, Faqih tercatat sebagai
pembaca paling cepat dengan kecepatan membaca = 5.38 satuan baca/
detik. Diantara probandus yang lain, Winda merupakan pembaca
terpelan dengan kecepatan membaca = 5.40 satuan baca/detik.
Sedangkan Wiworo R.R.H tercatat mempunyai satuan membaca 1.20 ≈
1 kata dan kecepatan membaca = 3.63 satuan baca/detik.
Pada hasil rekaman untuk teks berbahasa Inggris, pembaca paling
cepat adalah Faqih dengan kecepatan membaca = 1.61 satuan
baca/detik. Sedangkan probandus yang memiliki hasil rekaman sebagai
pembaca paling pelan adalah Ariftul dengan kecepatan membaca = 5.
satuan baca/detik. Dan hasil rekaman Wiworo R.R.H adalah satuan
membaca 1.29 ≈ 1 kata dan kecepatan membaca = 3.45 satuan
baca/detik.
Perbedaan kecepatan membaca antara probandus satu dan yang lain
disebabkan oleh beberapa faktor. Faktor-faktor tersebut yang dapat
mempengaruhi refleks gerakan mata saat membaca antara lain:
1) Tingkat kebiasaan membaca probandus yang telah terbentuk;
2) Gerakan-gerakan muka/Seringkali menggerak-gerakkan kepala;
3) Jarak antara teks dengan mata;
4) Suasana hati, tegang atau santai, ketika membaca teks; dan
5) Sikap duduk ketika membaca teks.
Rata-rata satuan membaca dan kecepatan membaca antara hasil
rekaman teks berbahasa Indonesia dan berbahasa Inggris menunjukkan
selisih yang sedikit dan yang paling cepat adalah membaca teks
berbahasa Indonesia. Rata-rata satuan membaca teks berbahasa
Indonesia adalah 1,02 ≈ 1 kata dan rata-rata kecepatan membaca 3,89
satuan baca/detik. Sedangkan rata-rata satuan membaca teks berbahasa
Inggris adalah 1.04 ≈ 1 kata dan rata-rata kecepatan membaca 3,50
satuan baca/detik.
Gerakan mata yang paling penting adalah gerakan
yang menyebabkan mata itu ter”fiksasi” pada bagian yang luas pada

38
dari lapangan pandangan Gerakan fiksasi bola mata dikontrol melalui
dua mekanisme neuronal. Yang pertama, memungkinkan seseorang
untuk untuk memfiksasi obyek yang ingin dilihatnya secara volunter;
yang disebut seabgai mekanisme fiksasi volunter. Gerakan fiksasi
volunter dikontrol oleh cortical field pada daerah regio premotor pada
lobus frontalis. Yang kedua, merupakan mekanisme involunter yang
memfiksasi obyek ketika ditemukan; yang disebut sebagai mekanisme
fiksasi involunter. Gerakan fiksasi involunter ini dikontrol oleh area
visual sekunder pada korteks oksipitalis, yang berada di anterior
korteks visual primer. Jadi, bila ada suatu obyek pada lapang pandang,
maka mata akan memfiksasinya secara involunter untuk mencegah
kaburnya bayangan pada retina. Untuk memindahkan fokus ini,
diperlukan sinyal volunter sehingga fokus fiksasi bisa diubah
(Fransisca, 2010).
Kebiasaan membaca dalam keseharian merupakan faktor yang
menentukan kecepatan membaca. Seseorang yang mempunyai
kebiasaan membaca yang bagus, sering membaca, kecenderungan
mempunyai kecepatan yang lebih tinggi dibandingkan dengan
seseorang yang kurang terbangun kebiasaan membaca. Selain itu,
tujuan membaca seseorang juga menentukan kecepatan membaca
seseorang.
Dari praktikum ini, ide penelitian yang dapat dikembangkan adalah
pengaruh nutrisi terhadap kecepatan membaca seseorang, analisis
kemampuan membaca pada lansia (mempertimbangkan frekuensi
membaca di masa muda), dan penelitian yang menguji hubungan
antara tingkat resiko terkena katarak dengan frekuensi membaca dalam
kehidupan sehari-hari. Dan hubungan kondisi kesehatan mata dengan
kecepatan membaca seseorang.

39
E. Kesimpulan
Kesimpulan yang dapat ditarik pada praktikum ini adalah:
1. Elektro-okulograph (EOG) adalah alat yang digunakan untuk merekam
reflex gerakan mata saat membaca.
2. Rata-rata probandus membaca teks berbahasa Inggris lebih cepat
dibandingkan dengan membaca teks berbahasa Indonesia.
3. Faktor-faktor yang dapat menyebabkan perbedaan kecepatan membaca
antara probandus satu dengan yang lain adalah tingkat kebiasaan
membaca probandus yang telah terbentuk, gerakan-gerakan
muka/seringkali menggerak-gerakkan kepala, jarak antara teks dengan
mata, suasana hati, tegang atau santai, ketika membaca teks, dan sikap
duduk ketika membaca teks.

F. Daftar Pustaka
Anonim. 2012. Kegiatan  3, merekam gerakan mata saat membaca.
Diambil pada tanggal 17 Desember 2013 dari
http://dc152.4shared.com/doc/5dWWPzmz/preview.html.

Campbell, Neil A., Reece, J.B., & Mitchell, L.G. 2000.  Biologi, edisi
kelima-jilid 3. (Terjemahan Wasmen Manalu). Jakarta: Erlangga.
(Buku asli diterbitkan tahun 1999).

Djukri & Heru Nurcahyo. 2009. Petunjuk praktikum biologi. Yogyakarta:


Prodi PSn PPs UNY.

Fransisca Dewi Kumala. 2010. Anatomi indra penglihatan. Diambil pada


tanggal 17 Desember 2013 dari
http://fransiscakumala.wordpress.com/2010/02/08/anatomi-mata/.

Soewolo, Soedjono Basoeki, & Titi Yudani. 2005. Fisiologi manusia.


Malang: Universitas Negeri Malang.

Syaifuddin. 2009. Fisiologi tubuh manusia untuk mahasiswa keperawatan.


Jakarta: Salemba Medika.

40
G. Lampiran

41

Anda mungkin juga menyukai