“NEGARA”
DISUSUN OLEH :
1. ADINDA SEKARDINI
KATA PENGANTAR
Dengan materi kuliah ini kami mengharapkan agar mahasiswa mampu memahami
makna dari Negara. Dengan demikian kami sadar, bahwa materi ini masih terdapat
banyak kekurangan. Oleh sebab itu, kami mengharapkan adanya kritik dan saran yang
bersifat membangun dari berbagai pihak, agar dapat membantu kami lebih baik lagi.
Semoga tulisan ini dapat memberikan informasi yang berguna bagi pembacanya,
terutama mahasiswa. Akhir kata kami ucapkan terima kasih kepada semua pihak yang
telah membantu dalam pembuatan makalah ini.
i
i
Daftar Isi
KATA PENGANTAR ....................................................................................................
1
Daftar Isi .........................................................................................................................
2
BAB I..............................................................................................................................1
PENDAHULUAN..........................................................................................................1
1.1 Latar Belakang.....................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah.................................................................................................1
1.3 Tujuan Penulisan...................................................................................................2
BAB II.............................................................................................................................3
PEMBAHASAN.............................................................................................................3
2.1 Konsep Dasar Negara...........................................................................................3
2.2 Unsur-Unsur Negara............................................................................................3
2.3 Teori terbentuknya Negara...................................................................................5
2.4 Bentuk-bentuk Negara..........................................................................................6
2.5 Relasi Negara dan Agama....................................................................................9
BAB III.........................................................................................................................12
KESIMPULAN.............................................................................................................12
3.1 Kesimpulan.........................................................................................................12
Daftar Pustaka...............................................................................................................13
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
UUD 1945 yang selama ini disakralkan, dan tidak boleh diubah kini telah
mengalami beberapa perubahan. Perubahan terhadap UUD 1945 merupakan
tuntutan atas penataan ulang terhadap kehidupan berbangsa dan bernegara. Dengan
kata lain, upaya ini memulai “kontrak sosial” baru antara warga negara dengan
negara untuk mewujudkan apa yang dicita-citakan bersama yang dituangkan dalam
sebuah peraturan dasar (konstitusi).
1
1.3 Tujuan Penulisan
1.3.1 Untuk mengetahui konsep dasar suatu negara
2
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Konsep Dasar Negara
Negara merupakan istilah dari beberapa kata asing: state (Inggris), staat
(Belanda dan Jerman), atau etat (Perancis).1 Secara terminologi, negara diartikan
sebagai organisasi tertinggi di antara satu kelompok masyarakat yang memiliki
cita-cita untuk bersatu, hidup didalam satu kawasan, dan mempunyai
pemerintahan yang berdaulat.
2
Pengertian ini mengandung nilai konstitutif yang pada galibnya dimiliki
oleh suatu negara berdaulat; rakyat, wilayah dan pemerintahan yang berdaulat.
Ketiga unsur ini perlu di tunjang dengan unsur lainnya seperti adanya konstitusi
dan pengakuan dunia Internasional yang oleh Mahfud M.D. disebut dengan unsur
deklaratif3.
Unsur unsur Negara sebagai prasyarat berdirinya suatu Negara yang dapat
dikatakan telah menjadi kesepakatan global saat ini telah ditentukan atas empat
unsur. Berikut merupakan unsur-unsur negara:
2.2.1 Rakyat
1 A. Ubaedillah & Abdul Rozak, Pendidikan Kewarga[negara]an (Civic Education), (Jakarta: Kencana, 2012),
hlm.120
2 Ibid
3 Moh. Mahfud M.D., Dasar dan Struktur Kenegaraan, (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2001), hlm.2
3
2.2.2 Wilayah
2.2.3 Pemerintahan
4
2.2.4 Pengakuan dari Negara Lain
Pengakuan dari Negara Lain bukan termasuk unsur pembentuk negara,
tetapi sifatnya hanya menerangkan saja tentang adanya negara. Adanya
pengakuan dari negaranegara lain merupakan tanda bahwa negara baru itu
telah diterima sebagai anggota baru dalam pergaulan antarnegara. Pengakuan
negara lain ada dua macam, yaitu :
Menurut Plato (429-347 SM) Negara merupakan suatu keluarga besar yang
setiap anggotanya saling berhubungan, bekerja sama, serta memiliki tugas
sendiri untuk memenuhi kebutuhan mereka.
5
Teorri ini dikenal sebagai doktrin teokrasi tentang asal mula negara. Teori
ini dipakai untuk membenarkan kekuasaan raja yang mutlak.
Kekuasaan dan hak-hak raja untuk memerintah dan bertahta berasal dari
Tuhan. Pelanggaran terhadap kekuasaan raja merupakan pelanggaran terhadap
Tuhan. Raja serta pemimpin-pemimpin negara hanya bertanggung jawab
kepada Tuhan, tidak kepada siapa pun. Penganjur teori ini adalah Agustinus,
F.J.
Stahl, Thomas Aquinas, Ludwig Von Halfer, serta F.Hegel.
Kehidupan menurut teori ini dipisahkan menjadi dua zaman, yaitu: zaman
sebelum ada Negara (Pranegara) dan zaman sesudahnya. Zaman sebelum ada
negara disebut kadaan alamiah, individu pada zaman ini hidup tanpa organisasi
serta pimpinan, tanpa hukum, tanpa negara serta tanpa pemerintah yang
mengatur kehidupan mereka. Keadaan ini harus diakhiri dengan mengadakan
perjanjian bersama.
D. Teori Kekuasaan/Kekuatan
6
2.4 Bentuk-bentuk Negara
1. Monarki ialah bentuk pemerintahan yang dipimpin oleh seorang raja atau kaisar.
3. Aristokrasi ialah bentuk pemerintahan yang dipimpin oleh beberapa orang yang
memiliki tingkat kepandaian tinggi untuk membuat rakyatnya lebih sejahtera.
6. Polity ialah bentuk pemerintahan yang dipimpin oleh orang banyak untuk
kepentingan rakyat. Demookrasi merupakan bentuk pemerintahan dengan
kekuasaan tertinggi dipimpin oleh rakyat. Menurut Aristoteles ini merupakan
kemunduran dari Polity.
7
1. Aristrokasi ialah bentuk pemerintahan yang dipegang oleh kaum
cendikiawan yang dilaksanakan sesuai dengan pikiran keadilan.
1. Republik Absolut
2. Republik Konstitusional
8
3. Republik Parlementer
1. Agama
2. Negara
9
B. Hubungan Agama dan Negara
Pada hakekatnya, negara merupakan suatu persekutuan hidup bersama sebagai
penjelmaan sifat kodrati manusia sebagai makhluk individu dan makhluk sosial.
Oleh karena itu, sifat dasar kodrat manusia tersebut merupakan dasar negara
pula, sehingga negara sebagai manifestasi kodrat manusia secara horisontal
dalam hubungan manusia dengan manusia lainnya untk mencapai tujuan
bersama.
Perlu disadari bahwa manusia sebagai warga negara, adalah juga makhluk
sosial dan makhluk Tuhan. Sebagai makhluk sosial, manusia mempunyai
kebebasan untuk memenuhi dan memanifestasikan kodrat kemanusiaannya.
Namun, sebagai makhluk Tuhan, manusia juga mempunyai kewajiban untuk
mengabdi kepada Nya dalam bentuk penyembahan atau ibadah yang diajarkan
oleh agama atau keyakinan yang dianutnya. Hal-hal yang berkaitan dengan
negara adalah manifestasi dari kesepakatan manusia. Sedangkan hubungan
dengan Tuhan yang tertuang dalam ajaran agama adalah wahyu dari Tuhan.
Dalam memahami hubungan antara agama dan negara ini, akan dijelaskan
hubungan antara agama dan negara dalam beberapa aliran, salah satunya adalah
paham teokrasi.
Dalam paham teokrasi, hubungan agama dan negara digambarkan sebagai dua
hal yang tidak dapat dipisahkan. Negara menyatu dengan agama, karena
pemerintahan menurut paham ini dijalankan berdasarkan firman-firman Tuhan.
Dengan demikian, kenegaraan atau politik dalam paham teokrasi juga diyakini
sebagai manifestasi firman Tuhan.
10
oleh karena itu yang memerintah adalah Tuhan pula. Sedangkan menurut
paham teokrasi tidak langsung, yang memerintah bukan Tuhan sendiri
melainkan yang memerintah adalah raja atau kepala negara atas kehendak
Tuhan.
Dalam sejarah, raja di negara Belanda diyakini sebagai mengemban tugas suci,
yaitu kekuasaan yang merupakan amanat suci ( mission scare) dari Tuhan untuk
memakmurkan rakyatnya. Politik inilah yang diterapkan oleh pemerintah
Belanda ketika menjajah Indonesia. Mereka meyakini bahwa raja mendapat
amanat suci dari Tuhan untuk bertindak sebagai wali dari wilayah jajahannya
itu. Dalam sejarah, politik Belanda ini disebut pilitik etis ( etische politic).
Paham sekuler memisahkan dan membedakan antara agama dan Negara. Dalam
Negara sekuler, tidak ada hubungan antara sistem kenegaraan dengan agama.
Dalam paham ini, Negara adalah urusan hubungan manusia dengan manusia
lain, atau urusan dunia. Sedangkan agama adalah urusan manusia dengan
Tuhan.
Dua hal ini, menurut paham sekuler, tidak dapat disatukan.
11
E. Hubungan Agama dan Negara Menurut paham Komunisme
Menurutnya, manusia ditentuka oleh dirinya sendiri. Agama dalam paham ini,
dianggap sebagai suatu kesadaran diri bagi manusia sebelum menemukan
dirinya sendiri. Manusia adalah dunia manusia sendiri yang kemudian yang
menghasilkan masyarakat negara. Sedangkan agama dipandang sebagai
realisasi fantastis makhlukk manusia, dan agama adalah keluhan makhluk
tertindas.
12
BAB III
KESIMPULAN
3.1 Kesimpulan
Dari pembahasan yang telah dibahas di atas tentang Negara maka dapat disimpulkan
bahwa Negara memiliki 4 unsur yaitu Rakyat, Wilayah, Pemerintah dan Diakui oleh
negara lain apabila salah satu dari keempat point tersebut tidak terpenuhi maka tidak
dapat dianggap sebagai sebuah negara.
Relasi antara agama dan negara dapat dipandang dari beberapa paham, diantaranya
adalah paham teokrasi, sekulerisme, dan komunisme.
Daftar Pustaka
Buku
Hurri, Ibnu H., S.Sos., M.Pd. Munajat, Asep M.Pd. 2016. PENDIDIKAN
KEWARGANEGARAAN (Panduan Untuk Mahasiswa, Pendidik dan Masyarakat
Secara Umum). Bekasi : Nurani.
S. Sumarsono, Agus Susarso, Hamdan Mansyur dll. 2001. Pendidikan
Kewarganegaraan, Ctk. Pertama, Jakarta, Gramedia Pustaka Utama.
13
14