Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN

“NEGARA”

DISUSUN OLEH :

1. ADINDA SEKARDINI

2. YANRI DESANTO SELAN

3. MARITO SEPTI MANILA

SEKOLAH TINGGI ILMU EKONOMI (STEI INDONESIA)


AKUNTANSI 2019

KATA PENGANTAR

Assalamualaikum, Wr. Wb.


Dengan mengucapkan puji syukur atas kehadirat Allah SWT, karena atas rahmat
dan hidayah-Nya kami mampu menyelesaikan makalah ini. Adapun tujuan dari
penulisan makalah ini adalah untuk memberikan wawasan mengenai mata kuliah
Pendidikan Kewarganegaraan, dengan judul “NEGARA”.

Dengan materi kuliah ini kami mengharapkan agar mahasiswa mampu memahami
makna dari Negara. Dengan demikian kami sadar, bahwa materi ini masih terdapat
banyak kekurangan. Oleh sebab itu, kami mengharapkan adanya kritik dan saran yang
bersifat membangun dari berbagai pihak, agar dapat membantu kami lebih baik lagi.

Semoga tulisan ini dapat memberikan informasi yang berguna bagi pembacanya,
terutama mahasiswa. Akhir kata kami ucapkan terima kasih kepada semua pihak yang
telah membantu dalam pembuatan makalah ini.

Wassalamualaikum, Wr. Wb.

i
i
Daftar Isi
KATA PENGANTAR ....................................................................................................
1
Daftar Isi .........................................................................................................................
2

BAB I..............................................................................................................................1
PENDAHULUAN..........................................................................................................1
1.1 Latar Belakang.....................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah.................................................................................................1
1.3 Tujuan Penulisan...................................................................................................2
BAB II.............................................................................................................................3
PEMBAHASAN.............................................................................................................3
2.1 Konsep Dasar Negara...........................................................................................3
2.2 Unsur-Unsur Negara............................................................................................3
2.3 Teori terbentuknya Negara...................................................................................5
2.4 Bentuk-bentuk Negara..........................................................................................6
2.5 Relasi Negara dan Agama....................................................................................9
BAB III.........................................................................................................................12
KESIMPULAN.............................................................................................................12
3.1 Kesimpulan.........................................................................................................12
Daftar Pustaka...............................................................................................................13
iii
BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
UUD 1945 yang selama ini disakralkan, dan tidak boleh diubah kini telah
mengalami beberapa perubahan. Perubahan terhadap UUD 1945 merupakan
tuntutan atas penataan ulang terhadap kehidupan berbangsa dan bernegara. Dengan
kata lain, upaya ini memulai “kontrak sosial” baru antara warga negara dengan
negara untuk mewujudkan apa yang dicita-citakan bersama yang dituangkan dalam
sebuah peraturan dasar (konstitusi).

Memasuki era baru, supremasi hukum dengan melakukan serangkaian


reformasi bik dibidang politik maupun reformasi sistem hukum yang dapat
menjamin sendi-sendi kehidupan konstitusional yang berbasiskan kepada
kedaulatan rakyat. Negara konstitusional didefinisikan sebagai negara yang
memiliki kekuasaan-kekuasaan untuk memerintah, hak-hak pihak yang diperintah
(rakyat) dan hubungan diantara keduanya.

Melihat kembalidari hail-hasil perubahan tersebut, kita akan dapat menilai


apakah rumusan-rumusan perubahan yang dihasilkan memang dapat dikatakan
lebih baik dan sempurna. Perubahan yang menjadi kerangka dasar dan sangat
berarti bagi perubahan-perubahan selanjutnya. Konstitusi merupakan monumen
sukses atas keberhasilan sebuah perubahan.

1.2 Rumusan Masalah


1.2.1 Apa yang dimaksud dengan konsep dasar negara?

1.2.2 Apa saja yang menjadi unsur-unsur negara?

1.2.3 Bagaimanakah teori terbentuknya suatu negara?

1
1.3 Tujuan Penulisan
1.3.1 Untuk mengetahui konsep dasar suatu negara

1.3.2 Untuk mengetahui teori terbentuknya suatu negara

1.3.3 Untuk mengetahui unsur-unsur negara

2
BAB II

PEMBAHASAN
2.1 Konsep Dasar Negara

Negara merupakan istilah dari beberapa kata asing: state (Inggris), staat
(Belanda dan Jerman), atau etat (Perancis).1 Secara terminologi, negara diartikan
sebagai organisasi tertinggi di antara satu kelompok masyarakat yang memiliki
cita-cita untuk bersatu, hidup didalam satu kawasan, dan mempunyai
pemerintahan yang berdaulat.
2
Pengertian ini mengandung nilai konstitutif yang pada galibnya dimiliki
oleh suatu negara berdaulat; rakyat, wilayah dan pemerintahan yang berdaulat.
Ketiga unsur ini perlu di tunjang dengan unsur lainnya seperti adanya konstitusi
dan pengakuan dunia Internasional yang oleh Mahfud M.D. disebut dengan unsur
deklaratif3.

2.2 Unsur-Unsur Negara

Unsur unsur Negara sebagai prasyarat berdirinya suatu Negara yang dapat
dikatakan telah menjadi kesepakatan global saat ini telah ditentukan atas empat
unsur. Berikut merupakan unsur-unsur negara:

2.2.1 Rakyat

Rakyat dalam pengertian keberadaan suatu Negara adalah sekumpulan


manusia yang dipersatukan oleh persamaan dan bersama-sama mendiami
wilayah tertentu.

1 A. Ubaedillah & Abdul Rozak, Pendidikan Kewarga[negara]an (Civic Education), (Jakarta: Kencana, 2012),
hlm.120

2 Ibid

3 Moh. Mahfud M.D., Dasar dan Struktur Kenegaraan, (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2001), hlm.2

3
2.2.2 Wilayah

Dalam rangka menjamin aktifitas kehidupan rakyatnya, suatu Negara


harus memiliki wilayah. Wilayah yang ditempati oleh rakyatsuatu Negara
haruslah didiami dan dikelola secara bersinambungan dan memiliki
batasbatas yang jelas, agar dapat memperoleh legimitas/pengakuan sebagai
wilayah negara. Berikut merupakan ruang yang meliputi wilayah.

1. Daratan : Seluruh wilayah permukaan tanah yang tampak muncul diatas


wilayah perairan.

2. Perairan : Ruang perairan yang berada pada perairan pedalaman, laut


teritotial, zona tambahan dan zona ekonomi ekslusif suatu Negara.

3. Udara : Ruang udara yang berada di atas permukaan daratan ataupun


perairan suatu Negara.

4. Ekstrateritoral : Menurut hukum internasional, daerah ini merupakan


wilayah. Kapal-kapal laut yang berlayar di laut terbuka berbendera suatu
negara tertentu juga merupakan wilayah negara bersangkutan.

2.2.3 Pemerintahan

Pemerintah adalah pemegang dan penentu kebijakan yang berkaitan


dengan bela Negara. Pemerintah yang berdaulat memiliki kekuasaan ke
dalam dan ke luar. Kekuasaan ke dalam berarti kekuasaan pemerintah itu
dihormati dan ditaati oleh seluruh rakyat Negara itu. Kekuasaan ke luar
berarti kekuasaan pemerintah itu dihormati dan diakui oleh negara-negara
lain. Kedaulatan merupakan sesuatu yang membedakan antara negara yang
satu dengan yang lain. Di negara diktaktor, kedaulatan didasarkan atas
kekuatan, sedangkan di negara demokrasi kedaulatan didasarkan atas
persetujuan.

4
2.2.4 Pengakuan dari Negara Lain
Pengakuan dari Negara Lain bukan termasuk unsur pembentuk negara,
tetapi sifatnya hanya menerangkan saja tentang adanya negara. Adanya
pengakuan dari negaranegara lain merupakan tanda bahwa negara baru itu
telah diterima sebagai anggota baru dalam pergaulan antarnegara. Pengakuan
negara lain ada dua macam, yaitu :

A. Pengakuan de facto : Pengakuan secara kenyatan, berdasarkan fakta


bahwa negara itu ada.

B. Pengakuan de jure : Pengakuan secara resmi sesuai dengan hukum


internasional.

2.3 Teori terbentuknya Negara

Teori terbentuknya suatu negara dibedakan menjadi 4 bagian, berikut


merupakan macam-macam teori tentang asal mula terbentuknya negara.

A. Teori Hukum Alam

Berdasarkan teori ini, negara terbentuk secara alamiah, bersumber dari


manusia sebagai makhluk sosial yang memiliki kecenderungan berkumpul dan
saling berhubungan untuk mencapai kebutuhan hidupnya. Tokoh teori ini
adalah Plato dan Aristoteles.

Menurut Plato (429-347 SM) Negara merupakan suatu keluarga besar yang
setiap anggotanya saling berhubungan, bekerja sama, serta memiliki tugas
sendiri untuk memenuhi kebutuhan mereka.

Menurut Aristoteles (384-322 SM) Negara bermula dari keluarga,


sekelompok keluarga, kemudian bergambung menjadi lebih besar, dan
terbentuklah sebuah desa, masyarakat luas, serta akhirnya terbentuk negara.

B. Teori Ketuhanan (Teokrasi)

5
Teorri ini dikenal sebagai doktrin teokrasi tentang asal mula negara. Teori
ini dipakai untuk membenarkan kekuasaan raja yang mutlak.

Kekuasaan dan hak-hak raja untuk memerintah dan bertahta berasal dari
Tuhan. Pelanggaran terhadap kekuasaan raja merupakan pelanggaran terhadap
Tuhan. Raja serta pemimpin-pemimpin negara hanya bertanggung jawab
kepada Tuhan, tidak kepada siapa pun. Penganjur teori ini adalah Agustinus,
F.J.
Stahl, Thomas Aquinas, Ludwig Von Halfer, serta F.Hegel.

C. Teori Perjanjian (Perjanjian Masyarakat)

Kehidupan menurut teori ini dipisahkan menjadi dua zaman, yaitu: zaman
sebelum ada Negara (Pranegara) dan zaman sesudahnya. Zaman sebelum ada
negara disebut kadaan alamiah, individu pada zaman ini hidup tanpa organisasi
serta pimpinan, tanpa hukum, tanpa negara serta tanpa pemerintah yang
mengatur kehidupan mereka. Keadaan ini harus diakhiri dengan mengadakan
perjanjian bersama.

Dibentuklah negara melalui suatu perjanjian dimana individu tersebut


menjadi pesertanya. Negara berdaulat merupakan tujuanna sehingga dapat
melindungi serta menjamin kehidupan mereka. Perjanjian ini disebut perjanjian
masyarakat atau konntrak sosial. Pelopor teori ini adalah Plato, Aristoteles,
Thomas Hobbes, John Locke, dan J.J. Rousseau.

D. Teori Kekuasaan/Kekuatan

Teori ini berpendapat bahwa negara timbul karena orang-orang kuat


menaklukkan orang-orang lemah. Untuk dapat menguasai orang-orang lemah,
maka didirikanlah organisasi, yaitu negara. Teori ini dikemukakan oleh Karl
Marx (1818-1950), F. Oppenheimer, dan Leon Duguit.

6
2.4 Bentuk-bentuk Negara

Bentuk-bentuk negara dapat dibedakan sebagai berikut :


A. Bentuk Pemerintahan Aristoteles

Aristoteles membentuk suatu negara berdasarkan jumlah pemegang kekuasaan


dan kualitas pemegang kekuasaan. Aristoteles merupakan seorang filsuf Yunani
yang pemikirannya sangat berpengaruh. Aristoteles menimba ilmu kepada Pluto.
Bentuk-bentuk pemerintahan menurut Aristoteles adalah:

1. Monarki ialah bentuk pemerintahan yang dipimpin oleh seorang raja atau kaisar.

2. Tirani ialah bentuk pemerintahan oleh seorang raja yang bertindak


sewenangwenangnya untuk kepentingan sendiri. Ini merupakan bentuk
kemerosotan pemerintahan monarki.

3. Aristokrasi ialah bentuk pemerintahan yang dipimpin oleh beberapa orang yang
memiliki tingkat kepandaian tinggi untuk membuat rakyatnya lebih sejahtera.

4. Oligarki ialah bentuk pemerintahan yang dipimpin beberapa orang namun


mereka hanya mementingkan kepentingan golongan saja.

5. Plutokrasi ialah bentuk pemerintahan yang dipimpin oleh sekelompok


bangsawan untuk kepentingan golongan tersebut saja.

6. Polity ialah bentuk pemerintahan yang dipimpin oleh orang banyak untuk
kepentingan rakyat. Demookrasi merupakan bentuk pemerintahan dengan
kekuasaan tertinggi dipimpin oleh rakyat. Menurut Aristoteles ini merupakan
kemunduran dari Polity.

B. Bentuk Pemerintahan Klasik Plato

Bentuk pemerintahan ini sesuai dengan sifat manusia. Plato memiliki


pendapat berbeda dengan bentuk pemerintahan Aristoteles. Berikut merupakan
bentuk pemerintahan menurut Plato.

7
1. Aristrokasi ialah bentuk pemerintahan yang dipegang oleh kaum
cendikiawan yang dilaksanakan sesuai dengan pikiran keadilan.

2. Timokrasi ialah bentuk pemerintahan yang dipegang oleh orang-orang yang


ingin mencapai kemashuran dan kehormatan.

3. Oligarki ialah bentuk pemerintahan yang dipegang oleh golongan hartawan.

4. Demokrasi ialah bentuk pemerintahan yang dipegang oleh rakyat jelata.

5. Tirani ialah bentuk pemerintahan yang dipegang oleh seorang tirani


(sewenang-wenang) sehingga jauh dari cita-cita keadilan.

C. Bentuk Pemerintahan Modern

Bentuk pemerintahan modern diklasifikasikan menjadi bentuk


pemerintahan : Monarki, Republik, Emirat, Federal dan Negara Kota. Didunia
ini Republik ada tiga macam, berikut merupakan berbagai macam dari
Republik.

1. Republik Absolut

Ciri republic absolut ialah pemerintahan dictactor tanpa ada


pembatasan kekuasaan. Penguasa mengabaikan konstitusi dan untuk
melegitimasi kekuasaannya digunakanlah partai politik. Didalam
pemerintahan ini parlemen tidak berfungsi.

2. Republik Konstitusional

Ciri republic konstitusional ialah presiden memegang kekuaaan kepala


negara dan kepala pemerintahan dengan batasan konstitusi yang berlaku di
negara tersebut dan dengan pengawasan parlemen. Ini merupakan bentuk
pemerintahan yang ada di Indonesia.

8
3. Republik Parlementer

Ciri republic parlementer ialah presiden hanya sebagai kepala negara.


Namun, presiden tidak dapat diganggu-gugat. Sedangkan kepala
pemerintahan berada di tangan perdana menteri yang bertanggung jawab
kepada parlemen. Di dalam sistem ini kekuasaan legislatif lebih tinggi
daripada kekuasaan eksekutif.

2.5 Relasi Negara dan Agama

A. Pengertian Agama dan Negara

Negara dan agama merupakan persoalan yang banyak menimbulkan perdebatan


(discourse) yang terus berkelanjutan di kalangan para ahli. Hal ini disebabkan
oleh perbedaan pandangan dalam menerjemahkan agama sebagai bagian dari
Negara atau Negara merupakan bagian dari dogma agama.

1. Agama

Agama berasal dari bahasa Sansekerta yang berarti tradisi, tidak


bergerak, peraturan menurut konsep Veda. Sedangkan dalam Kamus
Bahasa Indonesia disebutkan bahwa ”Agama adalah sistem atau prinsip
kepercayaan kepada Tuhan, atau juga disebut dengan nama Dewa atau
nama lainnya dengan ajaran kebhaktian dan kewajiban-kewajiban yang
bertalian dengan kepercayaan tersebut”.

2. Negara

Definisi negara dalam Kamu Bahasa Indonesia disebutkan bahwa negara


adalahsuatu kelompok sosial yang menduduki wilayah atau daerah
tertentu yang diorganisasidibawah lembaga politik dan pemerintah yang
efektif, mempunyai kesatuan politik, berdaulat sehingga berhak
menentukan tujuan nasionalnya.

9
B. Hubungan Agama dan Negara
Pada hakekatnya, negara merupakan suatu persekutuan hidup bersama sebagai
penjelmaan sifat kodrati manusia sebagai makhluk individu dan makhluk sosial.

Oleh karena itu, sifat dasar kodrat manusia tersebut merupakan dasar negara
pula, sehingga negara sebagai manifestasi kodrat manusia secara horisontal
dalam hubungan manusia dengan manusia lainnya untk mencapai tujuan
bersama.

Perlu disadari bahwa manusia sebagai warga negara, adalah juga makhluk
sosial dan makhluk Tuhan. Sebagai makhluk sosial, manusia mempunyai
kebebasan untuk memenuhi dan memanifestasikan kodrat kemanusiaannya.
Namun, sebagai makhluk Tuhan, manusia juga mempunyai kewajiban untuk
mengabdi kepada Nya dalam bentuk penyembahan atau ibadah yang diajarkan
oleh agama atau keyakinan yang dianutnya. Hal-hal yang berkaitan dengan
negara adalah manifestasi dari kesepakatan manusia. Sedangkan hubungan
dengan Tuhan yang tertuang dalam ajaran agama adalah wahyu dari Tuhan.
Dalam memahami hubungan antara agama dan negara ini, akan dijelaskan
hubungan antara agama dan negara dalam beberapa aliran, salah satunya adalah
paham teokrasi.

C. Hubungan Agama dan Negara Menurut Paham Teokrasi

Dalam paham teokrasi, hubungan agama dan negara digambarkan sebagai dua
hal yang tidak dapat dipisahkan. Negara menyatu dengan agama, karena
pemerintahan menurut paham ini dijalankan berdasarkan firman-firman Tuhan.
Dengan demikian, kenegaraan atau politik dalam paham teokrasi juga diyakini
sebagai manifestasi firman Tuhan.

Dalam perkembangannya paham teokrasi terbagi dalam dua bagian, yaitu


paham teokrasi langsung dan paham teokrasi tidak langsung. Menurut paham
teokrasi langsung,pemerintahan diyakini sebagai otoritas Tuhan secara
langsung pula. Adanya negara di dunia ini adalah atas kehendak Tuhan, dan

10
oleh karena itu yang memerintah adalah Tuhan pula. Sedangkan menurut
paham teokrasi tidak langsung, yang memerintah bukan Tuhan sendiri
melainkan yang memerintah adalah raja atau kepala negara atas kehendak
Tuhan.

Dalam sejarah, raja di negara Belanda diyakini sebagai mengemban tugas suci,
yaitu kekuasaan yang merupakan amanat suci ( mission scare) dari Tuhan untuk
memakmurkan rakyatnya. Politik inilah yang diterapkan oleh pemerintah
Belanda ketika menjajah Indonesia. Mereka meyakini bahwa raja mendapat
amanat suci dari Tuhan untuk bertindak sebagai wali dari wilayah jajahannya
itu. Dalam sejarah, politik Belanda ini disebut pilitik etis ( etische politic).

Dalam pemerintahan teokrasi tidak langsung, sistem dan norma-norma dalam


negara dirumuskan berdasarkan firman-firman Tuhan. Dengan demikian,
negara menyatu dengan agama dan tidak dapat dipisahkan.

D. Hubungan Agama dan Negara Menurut Paham Sekulerisme

Paham sekuler memisahkan dan membedakan antara agama dan Negara. Dalam
Negara sekuler, tidak ada hubungan antara sistem kenegaraan dengan agama.
Dalam paham ini, Negara adalah urusan hubungan manusia dengan manusia
lain, atau urusan dunia. Sedangkan agama adalah urusan manusia dengan
Tuhan.
Dua hal ini, menurut paham sekuler, tidak dapat disatukan.

Dalam Negara sekuler, sistem dan norma-norma hukum positif dipisahkan


dengan nilai dan norma-norma agama. Norma-norma dan hukum ditentukan
atas kesepakatan manusia dan tidak berdasarkan agama atau firman-firman
Tuhan, meskipun mungkin norma-norma tersebut bertentangan dengan norma-
norma agama. Meskipun memisahkan antara Negara dan agama, pada lazimnya
Negara sekuler membebaskan warga negaranya untuk memeluk agama apa saja
yang mereka yakini, tapi Negara tidak ikut campur tangan dalam urusan agama.

11
E. Hubungan Agama dan Negara Menurut paham Komunisme

Paham komunisme memandang hakikat hubungan negara dan agama


berdasarkan pada filosofi materialisme, dialektis, dan materialisme historis.
Paham ini menimbulkan paham atheis, yang berarti tidak bertuhan. Pahan yang
dipelopori oleh Karl Marx ini, memandang agama sebagai candu masyarakat.

Menurutnya, manusia ditentuka oleh dirinya sendiri. Agama dalam paham ini,
dianggap sebagai suatu kesadaran diri bagi manusia sebelum menemukan
dirinya sendiri. Manusia adalah dunia manusia sendiri yang kemudian yang
menghasilkan masyarakat negara. Sedangkan agama dipandang sebagai
realisasi fantastis makhlukk manusia, dan agama adalah keluhan makhluk
tertindas.

12
BAB III

KESIMPULAN
3.1 Kesimpulan
Dari pembahasan yang telah dibahas di atas tentang Negara maka dapat disimpulkan
bahwa Negara memiliki 4 unsur yaitu Rakyat, Wilayah, Pemerintah dan Diakui oleh
negara lain apabila salah satu dari keempat point tersebut tidak terpenuhi maka tidak
dapat dianggap sebagai sebuah negara.

Relasi antara agama dan negara dapat dipandang dari beberapa paham, diantaranya
adalah paham teokrasi, sekulerisme, dan komunisme.

a. Paham Teokrasi menjelaskan negara adalah amanat dari agama.


b. Paham sekularisme antara agama dan negara adalah dua hal yang tidak
dapat dipisahkan.
c. Paham komunisme beranggapan bahwa antara negara dan agama tidak
dapat disatukan.

Daftar Pustaka
Buku
Hurri, Ibnu H., S.Sos., M.Pd. Munajat, Asep M.Pd. 2016. PENDIDIKAN
KEWARGANEGARAAN (Panduan Untuk Mahasiswa, Pendidik dan Masyarakat
Secara Umum). Bekasi : Nurani.
S. Sumarsono, Agus Susarso, Hamdan Mansyur dll. 2001. Pendidikan
Kewarganegaraan, Ctk. Pertama, Jakarta, Gramedia Pustaka Utama.

Web http://ovaovi.blogspot.com/2015/02/relasi-negara-dan-agama.html diakses 2


oktober 2019 12.00

13
14

Anda mungkin juga menyukai