Anda di halaman 1dari 12

BAB V

PEMBAHASAN

5.1. Teknik Massage Effleurage


Pengkajian pada Ny. R dilakukan pada tanggal 5 April 2021 dengan usia 26
tahun, agama islam, pendidikan terakhir Perguruan Tinggi, pekerjaan sebagai
karyawan swasta. Ny. R masuk rumah sakit melalui IGD pada tanggal 5 April
2021 pukul 17.30 WIB keluar lendir dan bercampur darah dari vagina dan masuk
ke ruang bersalin pada pukul 19.00 WIB, Nyeri yang dirasakan Ny. R berawal
dari perut dan merambat ke pinggang, nyeri yang dirasakan hilang timbul dengan
skala nyeri 8 nyeri berat, Ny. R mengatakan hamil anak pertama. Hasil
pemeriksaan tekanan darah 130/70 mmHg, nadi 86x/menit, suhu tubuh 36,5°C.
pada pemeriksaan tinggi fundus uteri 30 cm dengan usia kehamilan 40 minggu.
Kontraksi rahim terjadi 2 kali dalam 10 menit selama 40 detik. Ny. R tampak
gelisah, Ny. R mengatakan ia sedikit cemas karena ini adalah pertama kalinya ia
mengalami proses persalinan normal dan merasakan nyeri melahirkan.
Pengkajian pada Ny. D dilakukan pada tanggal 15 April 2021 dengan usia 24
tahun, agama islam, pendidikan terakhir SMK, pekerjaan sebagai ibu rumah
tangga. Ny. D masuk rumah sakit melalui IGD pada tanggal 15 April 2021 pukul
13.30 WIB keluar lendir dan bercampur darah dari vagina dan masuk ke ruang
bersalin pada pukul 17.30 WIB, nyeri yang dirasakan Ny. D berawal dari perut
dan merambat ke pinggang, nyeri yang dirasakan hilang timbul dengan skala nyeri
8 nyeri berat, Ny. D mengatakan hamil anak pertama. Hasil pemeriksaan fisik
tekanan darah 130/70 mmHg, nadi 86x/menit, suhu tubuh 36,5°C. Pada
pemeriksaan tinggi fundus uteri 30 cm dengan usia kehamilan 36 minggu.
Kontraksi rahim terjadi 2 kali dalam 10 menit selama 40 detik. Ny. D tampak
gelisah, Ny. D mengatakan ia sedikit cemas karena ini pertama kalinya mengalami
proses persalinan normal dan merasakan nyeri melahirkan.
Saat sedang pengkajian, sebelum dan sesudah melaksanakan teknik massage
effleurage peneliti menggunakan skala numeric, didapatkan hasil skala nyeri pada
pasien 1 (Ny. R) dan pasien 2 (Ny. D) sebesar 8.
Skala penilaian numerik (Numerical rating scales, NRS) lebih digunakan
sebagai pengganti alat pendeskripsi kata. Dalam hal ini, klien menilai nyeri
dengan
menggunakan skala 0-10. Skala paling efektif digunakan saat mengkaji intensitas
nyeri sebelum dan setelah intervensi terapeutik. Apabila digunakan skala untuk
menilai nyeri, maka direkomendasikan patokan 10 cm. (Handayani et al., 2011)
Skala nyeri pada kedua pasien adalah 8 termasuk skala nyeri berat, secara
objektif klien terkadang tidak dapat mengikuti perintah tetapi masih berespons
terhadap tindakan, dapat menunjukkan lokasi nyeri, tidak dapat
mendeskripsikannya, tidak dapat diatasi dengan perubahan posisi, napas panjang,
dan distraksi. Skala tersebut termasuk dalam tingkat nyeri berat yaitu secara
objektif klien terkadang tidak dapat mengikuti perintah tetapi masih berespons
terhadap tindakan, dapat menunjukkan lokasi nyeri, tidak dapat
mendeskripsikannya, tidak dapat diatasi dengan perubahan posisi, napas panjang,
dan distraksi.
Terdapat perbedaan pada lokasi nyeri yang dirasakan oleh kedua pasien,
yaitu pada pasien 1 (Ny. R) mengatakan nyeri yang dirasakan berawal dari perut
dan merambat ke pinggang hingga bokong, sedangkan pada pasien 2 (Ny. D)
mengatakan nyeri yang dirasakan berawal dari perut hingga ke pinggang saja.
Nyeri yang dirasakan oleh kedua pasien disebabkan oleh kontraksi uterus dan
dilatasi serviks. Perberdaan lokasi nyeri pada kedua pasien dikarenakan nyeri
yang dirasakan bersifat subjektif karena perasaan nyeri berbeda pada setiap orang
dalam hal skala atau tingkatannya, dan hanya orang itulah yang dapat
menjelaskan, menunjukkan lokasi nyeri dan mengevaluasi rasa nyeri yang
dialami. (Ilmiah, 2015) Nyeri yang dirasakan oleh kedua pasien harus dikontrol
karena rasa nyeri selama proses persalinan mengakibatkan pengeluaran adrenalin.
Pengeluaran adrenalin ini akan mengakibatkan pembuluh darah berkontraksi
sehingga akan mengurangi aliran darah yang membawa oksigen ke uterus dan
mengakibatkan penurunan kontraksi uterus yang akan menyebabkan
memanjangnya waktu persalinan, sehingga menghilangkan rasa takut dan nyeri
selama proses persalinan menjadi hal yang cukup penting. (Herinawati et al.,
2019) Jika nyeri melahirkan tidak diatasi dapat menyebabkan tekanan darah ibu
meningkat dan kontraksi selama proses melahirkan terganggu.
Peneliti juga mengkaji cemas kedua pasien. Terdapat perbedaan pada kedua
pasien, yaitu pada pasien 1 (Ny. R) mengalami ansietas berat sedangkan pada
pasien 2 (Ny. D) mengalami ansietas sedang. Perasaan cemas dan takut selama
persalinan dapat memicu sistem syaraf simpatis dan parasimpatis, sehingga dapat
lebih meningkatkan intensitas nyeri yang dirasakan. (Hidayat, 2006) Dengan
makin meningkatnya kecemasan akan semakin meningkatkan intensitas nyeri.
Perasaan takut dan cemas sendiri merupakan faktor utama yang menyebabkan
rasa sakit dalam persalinan. Fenomena hubungan antara cemas dan nyeri serta
sebaliknya merupakan hubungan yang berkorelasi positif. Dengan semakin
majunya proses persalinan, perasaan ibu hamil akan semakin cemas dan rasa
cemas tersebut menyebabkan rasa nyeri semakin intens, demikian pula sebaliknya.
(Sunarsih, 2019)
Nyeri saat persalinan bisa menyebabkan tekanan darah meningkat dan
konsentrasi ibu selama persalinan menjadi terganggu, tidak jarang kehamilan
membawa “stress” atau rasa khawatir/cemas yang membawa dampak dan
pengaruh terhadap fisik dan psikis, baik pada ibu maupun pada janin yang
dikandungnya. Misalnya mengakibatkan kecacatan jasmani dan kemunduran
kepandaian serta mental emosional nyeri dan rasa sakit yang berlebihan akan
menimbulkan rasa cemas. Rasa cemas yang berlebihan juga menambah nyeri.
(Herinawati et al., 2019)
Peneliti menunjukkan perhatiannya juga menjelaskan mengenai nyeri dan
memberitahu cara beradaptasi dengan nyeri melahirkan termasuk cara
memberikan pijatan ringan menggunakan teknik massage effleurage pada daerah
pinggang. Pada pasien 1 Ny. R dan pasien 2 Ny. D peneliti mengangkat diagnosa
keperawatan Nyeri Melahirkan berhubungan dengan Dilatasi Serviks.
Nyeri melahirkan ditandai dengan adanya kontraksi rahim, kontraksi
sebenarnya telah terjadi pada minggu ke-30 kehamilan yang disebut kontraksi
Braxton hicks akibat perubahan-perubahan dari hormon estrogen. Kekuatan
kontraksi braxton hicks ini akan menjadi kekuatan his dalam persalinan dan
sifatnya teratur. (Handayani et al., 2011)
Nyeri melahirkan adalah pengalaman sensorik dan emosional yang
bervariasi dari menyenangkan sampai tidak menyenangkan yang berhubungan
dengan persalinan. (SDKI, 2016)
Nyeri melahirkan dapat memengaruhi kontraksi uterus melalui sekresi kadar
katekolamin dan kortisol yang dapat memengaruhi durasi persalinan. Nyeri juga
dapat menyebabkan aktivitas uterus yang tidak terkoordinasi dan akan
mengakibatkan persalinan lama. Adapun nyeri melahirkan yang berat dan lama
dapat memengaruhi verifikasi sirkulasi maupun metabolisme yang harus segera
ditangani karena dapat menyebabkan kematian janin. (Mander, 2004)
Kala I melahirkan dimulai sejak terjadinya kontraksi uterus yang teratur dan
meningkat (frekuensi dan kekuatannya) hingga serviks membuka lengkap (10
cm). (Depkes RI, 2008)
Intensitas dan lama kontraksi uterus pada kala I Fase laten di mana
pembukaan serviks berlangsung lambat dimulai sejak awal kontraksi yang
menyebabkan penipisan dan pembukaan secara bertahap sampai pembukaan 3 cm.
Fase aktif meningkat dan kontraksi terjadi lebih sering (setiap 3-5 menit). Dilatasi
serviks mencapai 4-10 cm, secara umum merasakan peningkatan
ketidaknyamanan dan nyeri mulai tidak dapat di kontrol, berkeringat, mual dan
muntah, kemerahan, mengalami gemetar pada paha dan kaki, tekanan pada
kandung kemih dan rektum, pucat sekitar mulut, berfokus pada diri sendiri
mungkin lebih sensitif. (Reeder, 2011)
Pada kegiatan implementasi, penulis melakukan kontrak terlebih dahulu
dengan kedua pasien agar siap dari segi fisik maupun psikis dalam menerima
asuhan keperawatan. Implementasi diberikan berdasarkan diagnosa yang diangkat
dengan berfokus pada prioritas masalah yaitu nyeri melahirkan. Penulis
memberikan implementasi keperawatan teknik massage effleurage dan pendidikan
kesehatan mengenai nyeri dan teknik massage effleurage terhadap nyeri
melahirkan sebagai diagnosa utama.
Selanjutnya peneliti melakukan massage effleurage dan mengatur posisi
pasien dengan miring ke kiri di tempat tidur. Massage effleurage dilakukan saat
rahim mulai berkontraksi dengan cara menggunakan ujung jari yang lembut dan
ringan. Melakukan usapan dengan ringan dan tanpa tekanan kuat, tetapi usahakan
ujung jari tidak lepas dari permukaan kulit. Pemberian implementasi keperawatan
teknik massage effleurage ini diharapkan dapat membantu pasien dalam
mengontrol nyeri yang dialami sehingga pasien dapat beradaptasi dengan nyeri
tersebut.
Sebelum diberikan tindakan massage effleurage pasien 1 (Ny. R) terlihat
meringis sambil menahan nyeri, Ny. R mengatakan nyeri pada perut dan
pinggangnya dan berkeringat. Pasien 2 (Ny. D) juga terlihat meringis menahan
nyeri, pasien mengatakan nyeri pada perut dan pinggangnya, Ny. D juga
berkeringat. Ny. D selalu memanggil bidan rungan menanyakan apakah
pembukaan sudah lengkap karena pasien merasa ingin melahirkan. Pasien sesekali
meminta dipanggilkan ibunya untuk menemani sebentar. Pasien 1 dan pasien 2 ini
belum memiliki pengalaman melahirkan sebelumnya karena ini merupakan
kelahiran anak pertama.
Rasa nyeri saat melahirkan adalah manifestasi dari adanya kontraksi
(pemendekan) otot rahim. Kontraksi inilah yang menimbulkan rasa sakit pada
pinggang, daerah perut dan menjalar kearah paha. Kontraksi ini menyebabkan
adanya pembukaan mulut rahim (serviks). Dengan adanya pembukaan servik ini
maka akan terjadi persalinan. (Judha, 2012)
Saat melakukan teknik massage effleurage pasien 1 (Ny. R) dan pasien 2
(Ny. D) sangat kooperatif selama pemberian implementasi keperawatan sehingga
teknik massage effleurage dapat berpengaruh untuk mengontrol rasa nyeri yang
dialaminya. Setalah diberikan tindakan massage effleurage pada pasien pertama
yaitu Ny. R mengatakan mampu mengontrol nyeri dan beradaptasi terhadap nyeri
yang dialami dengan skala 8 menjadi skala 5. Pada pasien kedua yaitu Ny. D juga
mengatakan setelah dilakukan massage effleurage selama kontraksi Ny. D
mengatakan mampu mengontrol nyeri dan beradaptasi terhadap nyeri yang
dialami dengan skala 8 menjadi skala 5. Artinya ada perbedaan signifikan tingkat
nyeri pada pasien inpartu kala I antara sebelum diberikan teknik massage
effleurage dan setelah diberikan teknik massage effleurage.
Jadi penulis menyimpulkan bahwa teknik massage effleurage efektif
dalam mengontrol nyeri sehingga kedua pasien dapat beradaptasi dengan nyeri
melahirkan.
Hasil Penelitian ini didukung dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh
peneliti sebelumnya Tri Handayani (2020) dengan hasil penelitian menunjukkan
bahwa terdapat perubahan nyeri pada kala I fase aktif saat sebelum dan sesudah
melakukan teknik massage effleurage, yaitu sebelumnya ada 15 responden
mengalami nyeri berat menjadi 14 responden dengan nyeri tingkat sedang. Teknik
massage effleurage berpengaruh secara signifikan dalam penurunan nyeri
melahirkan pada kala I. Sehingga dapat disimpulkan bahwa teknik massage
effleurage dapat berpengaruh secara efektif untuk mengontrol nyeri melahirkan.
Pemberian implementasi teknik massage effleurage pada pasien 1 (Ny. R)
dan Pasien 2 (Ny. D) tidak terdapat kesenjangan antara teori dengan praktik
pelaksanaan teknik massage effleurage karena pemberian teknik massage
effleurage ini sesuai dengan teori. Adapun respon dari kedua pasien saat
pelaksanaan teknik massage effleurage yaitu kedua pasien kooperatif selama
pemberian implementasi sehingga kedua pasien dapat merasakan manfaat dari
teknik massage effleurage.
Menurut penulis berdasarkan hasil penelitian dan teori terkait, teknik
massage effleurage dapat mengurangi nyeri melahirkan kala 1, dalam melakukan
teknik massage effleurage dapat memberikan efek relaksasi dengan dilakukan
secara teratur dan sesuai SOP sehingga dapat mengurangi rasa nyeri pada
punggung ibu.

5.2. Pendidikan Kesehatan


Pendidikan kesehatan dilakukan penulis pada tanggal 5 April 2021 pada
pasien 1 (Ny. R) dan tanggal 15 April 2021 pada pasien 2 (Ny. D) yang
diharapkan dapat menambah pengetahuan pasien dan keluarga tentang nyeri
melahirkan dan teknik massage effleurage.
Penulis melakukan pendidikan kesehatan kepada pasien 1 (Ny. R) dan
ibunya yang menemaninya, suami Ny. R tidak ada di tempat dikarenakan sedang
bekerja di luar kota, pada pasien 2 (Ny. D) penulis melakukan pendidikan
kesehatan dengan Ny. D yang ditemani dengan suaminya. Pada saat memberikan
pendidikan kesehatan kepada pasien 1 (Ny. R) dan pasien 2 (Ny. D), kedua pasien
kooperatif dengan materi yang disampaikan penulis. Materi yang disampaikan
penulis ke pasien berupa konsep nyeri melahirkan dan teknik massage effleurage,
disampaikan penulis dengan bahasa yang mudah dimengerti oleh pasien dan
keluarga.
Edukasi nyeri melahirkan dan teknik massage effleurage merupakan upaya
untuk meningkatkan pengetahuan pasien dan keluarga mengenai nyeri melahirkan
dan teknik massage effleurage agar pasien dan keluarga tahu, mengerti dan
mampu mengaplikasikan pengetahuan secara mandiri.
Setelah diberikan pendidikan kesehatan pada kedua pasien dan keluarga
mengenai nyeri melahirkan dan teknik massage effleurage tidak ada kesenjangan
antara teori dan dilapangan sehingga diharapkan pasien dan keluarga dapat
mengetahui apa itu nyeri melahirkan dan teknik massage effleurage yang
bertujuan agar pasien dan keluarga dapat melakukan tindakan yang tepat jika
sewaktu-waktu menjalani persalinan normal.

5.3 Keterbatasan Studi Kasus


Hanya saja selama penulis melakukan asuhan keperawatan pada pasien kala
I penulis mengalami sedikit hambatan yakni penulis tidak dapat mengawasi pasien
selama 24 jam karena keterbatasan waktu yang dimiliki penulis. Untuk
mengoptimalkannya penulis mencoba untuk mencari tahu tentang keadaan pasien
dengan cara berkolaborasi dengan bidan diruangan siti walidah serta keluarga
pasien.
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN

6.1. Kesimpulan
6.1.1. Teknik Massage Effleurage
Pada saat penulis melakukan implementasi keperawatan pada pasien 1 (Ny.
R) dan pasien 2 (Ny. D) sangat kooperatif. Pada fase Evaluasi penulis
mendapatkan hasil bahwa implementasi keperawatan yang telah dilakukan
berhasil dapat dilihat dari, skala nyeri yang dialami oleh pasien 1 (Ny. R) sebelum
melakukan implementasi keperawatan teknik massage effleurage yaitu 8 dan
setelah dilakukan implementasi keperawatan skala nyeri yang dialami menjadi 5
dan pada pasien 2 (Ny. D) skala nyeri sebelum dilakukan implementasi
keperawatan yaitu 8 dan setelah dilakukan implementasi keperawatan teknik
massage effleurage skala nyeri yang dialami menjadi 5. Ada penurunan skala
nyeri pada kedua pasien yang artinya ada pengaruh pemberian teknik massage
effleurage terhadap penurunan tingkat nyeri ibu bersalin kala 1.

6.1.2. Pendidikan Kesehatan


Implementasi keperawatan pendidikan kesehatan mengenai teknik massage
effleurage dilaksanakan dengan menggunakan media leaflet yang berisi materi
mengenai teknik massage effleurage, pengertian teknik massage effleurage,
tujuan dan prosedur teknik massage effleurage. Pada penggunaan bahasa dalam
leaflet masih ada beberapa bahasa yang menggunakan bahasa medis. Tetapi dalam
pemberian pendidikan kesehatan mengenai teknik massage effleurage peneliti
menjelaskan dengan menggunakan bahasa yang mudah dimengerti oleh pasien
maupun keluarga. Sebelum dilakukan pendidikan kesehatan kepada pasien 1 (Ny.
R) 50% mengetahui tentang rasa nyeri dan proses melahirkan yang sedang
dialaminya, sedangkan pada pasien 2 (Ny. D) 40 % mengetahui tentang rasa nyeri
dan proses melahirkan yang sedang dialaminya. Setelah diberikan pendidikan
kesehatan teknik massage effleurage, pasien 1 (Ny. R) tingkat pengetahuannya
bertambah menjadi 85% sedangkan pada pasien 2 (Ny. D) bertambah menjadi
80%. Setelah diberikan pendidikan kesehatan pasien serta keluarga menjadi
paham dan mengerti apa itu teknik massage effleurage, tujuannya serta prosedur
teknik massage effleurage dan dapat menjelaskan kembali jika diminta
menjelaskan ulang.

6.2. Saran
Berdasarkan kesimpulan di atas, maka penulis berikan untuk perbaikan dan
peningkatan mutu asuhan keperawatan adalah:

6.2.1. Bagi Rumah Sakit


Bagi petugas kesehatan yang ada di ruang Siti Walidah diharapkan untuk
melakukan pendekatan dengan pasien dalam melaksanakan implementasi
keperawatan dengan memperhatikan tingkat kecemasan pasien.

6.2.2. Bagi Institusi Pendidikan


Bagi institusi pendidikan agar lebih menyiapkan semester khusus untuk
pembuatan laporan tugas akhir dan diberi waktu khusus dalam pengambilan kasus
di Rumah Sakit agar mahasiswa/i dapat menyelesaikan laporan tugas akhir dengan
baik.

6.2.3. Bagi Mahasiswa


Bagi mahasiswa hasil penelitian ini diharapkan sebagai sarana belajar serta
menambah wawasan dan pengalaman dalam melakukan implementasi keperawatan
teknik massage effleurage untuk mengurangi nyeri melahirkan kala 1.

Anda mungkin juga menyukai