Anda di halaman 1dari 153

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM POSING TIPE

WITHIN SOLUTION POSING TERHADAP PENGUASAAN KONSEP


PESERTA DIDIK PADA MATA PELAJARAN PAI KELAS VII DI SMP N
3 TULANG BAWANG TENGAH

Skripsi
Diajukan Untuk Melengkapi Tugas-tugas dan Memenuhi Syarat-syarat Guna
Mendapatkan Gelar Sarjana dalam Pendidikan Agama Islam

Oleh:

Badriyah
NPM : 1611010100

Jurusan : Pendidikan Agama Islam

Pembimbing I : Prof. Dr. H. Syaiful Anwar, M.P.d


Pembimbing II : Dr. H. Agus Pahrudin, M.Pd

FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN


UNIVERSITAS ISLAM NEGERI RADEN INTAN
LAMPUNG
1442 H / 2020 M
ABSTRAK

Penelitian ini dilatar belakangi oleh kemampuan penguasaan konsep peserta


didik yang masih rendah. Proses pembelajaran peserta didik kelas VII SMP N 3
Tulang Bawang Tengah penguasaan konsep rendah sehingga dibutuhkan model
pembelajaran baru dalam mata pelajaran pendidikan agama islam untuk
meningkatkan penguasaan konsep. Tujuan penelitian ini untuk menganalisis
pengaruh model pembelajaran problem posing tipe whitin solution posing
terhadap penguasaan konsep PAI peserta didik kelas VII di SMP N 3 Tulang
Bawang Tengah.
Metode penelitian yang digunakan adalah Quasi Eksperimen Design. Populasi
penelitian adalah seluruh peserta didik kelas VII di SMP N 3 Tulang Bawang
Tengah yang berjumlah 144 peserta didik dan sampel penelitian adalah peserta
didik kelas VII A sebagai kelas eksperiment dan kelas VII B sebagai kelas kontrol
yang berjumlah 56 peserta didik. Teknik pengambilan sampel yang digunakan
dengan cara undian. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah tes dan
dokumentasi dalam penelitian.
Peneliti melakukan uji coba instrument sebelum instrument digunakan untuk
penelitian dengan soal pilihan ganda dengan jumlah 25 soal kemudian peneliti
menghitung uji validasi diperoleh 20 soal valid dan 5 soal drop. Setelah
mendapatkan soal yang valid dilakukan uji reliabiltas yang diperoleh 0,997
dengan criteria sangat kuat, sehingga instrument layak digunakan. Uji tingkat
kesukaran diperoleh 11 soal mudah dan 9 soal sedang dan uji daya beda diperoleh
1 soal buruk, 15 soal cukup, 8 soal cukup, 1 soal sangat baik.
Hasil uji normalitas kelas eksperimen diperoleh nilai pretes 0,17 > 0,05 dan
nilai postest 0,18 > 0,05 sedangkan untuk kelas kontrol diperoleh nilai pretest 0,05
= 0,05 dan nilai postest 0,08 > 0,05. Uji homogenitas diperoleh 0,101 > 0,05
artinya instrument homogeny. Selanjutnya dilakukan uji t dengan taraf signifikasi
0,05 atau 5% didapat nilai sig 0,00 < 0,05 maka H1 diterima. Dapat disimpulkan
bahwa terdapat pengaruh yang signifikan model pembelajaran problem posing
tipe within solution posing terhadap penguasaan konsep peserta didik pada mata
pelajaran PAI kelas VII di SMP N 3 Tulang Bawang Tengah.

Kata kunci : Model Pembelajaran Problem Posing Tipe Within Solution Posing,
Penguasaan Konsep

ii
MOTTO

    

Artinya : “Karena Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan”. (Q.S.

ASY-SYARH : 5)1

1
Departemen Agama RI, (Al-Qur’an dan Terjemahannya),(Bandung :Diponegoro, 2016), h.596

iv
PERSEMBAHAN

Allhamdulillahirabbbil’alamin, dengan penuh syukur kepada Allah SWT, skripsi ini ku

persembahkan kepada :

1. Ayahanda dan ibunda ku tercinta dan tersayang, ayahanda Wartono dan ibunda Lestari yang

telah bersusuah payah mengasuh, senantiasa memberi kasih sayang, semangat dan dukungan

baik secara moril ataupun materi, doa yang tak pernah terputus serta bimbingan yang sangat

berguna bagiku.

2. Keluarga besarku tersayang yang selalu menjadi penyemangat bagi penulis.

3. Almamater Universitas Islam Raden Intan Lampung yang selalu saya banggakan yang

menjadi tempat menimba ilmu pengetahuan dan memperbanyak teman dan sahabat untuk

menjalin silahturahmi.

v
RIWAYAT HIDUP

Badriyah, dilahirkan di desa Mulya Kencana, Kabupaten Tulang Bawang Barat pada tanggal

03 Juni 1998, penulis merupak anak pertama pasangan Bapak Wartono dengan ibu Lestari.

Penulis menyelesaikan pendidikan Taman Kanak-kanak (TK) pada tahun 2004, kemudian

melanjutkan di SD N 3 Mulya Kencana berijazah pada tahun 2010, kemudian melanjutkan di

SMP N 3 Tulang Bawang Tengah berijazah pada tahun 2013, kemudian melanjutkan ke SMA N

2 Tumijajar berijazah pada tahun 2016. Dengan mengucapkan Alhamdulillah dan puji syukur

kehadiran Allah SWT serta berkat dorongan dan dukungan ayah dan ibu serta keluarga, akhirnya

penulis memiliki kesempatan untuk melanjutkan ke jenjang perguruan tinggi di UIN Raden Intan

Lampung, Fakultas Tarbiyah, Jurusan Pendidikan Agama Islam hingga sekarang.

vi
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr.Wb.

Dengan meyebut nama Allah yang Maha Pengasih lagi Maha Penyanyang, puji syukur

penulis panjatkan kehadiran Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayahNya berupa

ilmu pengetahuan dan kesehatan, sehingga penulis dapat menyelesaikan peneliti skripsi yang

berjudul “Pengaruh Model Pembelajaran Problem Posing Tipe Within Solution Posing Terhadap

Penguasaan Konsep Peserta Didik Pada Mata Pelajaran PAI Kelas VII di SMP N 3 Tulang

Bawang Tengah” ini dengan baik. Shalawat serta salam semoga tetap terlimpahkan kepada Nabi

Agung Muhammad SAW dan juga keluarga, sahabat, serta para pengikut beliau.

Skripsi ini ditulis merupakan bagian dari prasyarat untuk menyelesaikan studi pendidikan

program stara satu (satu) di Fakultas Tarbiyah, Universitas Islam Negeri Raden Intan Lampung

guna memperoleh gelar sarjana pendidikan (S.Pd) atas selesainya skripsi ini tak lupa penulis

mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang turut berperan dalam proses

penyelesainnya. Secara rinci penulis ungkap kan terima kasih kepada:

1. Prof. Dr. Hj. Nirva Diana, M.Pd. selaku dekan Fakultas Tarbiyah UIN Raden Intan

Lampung bersama jajarannya yang telah memberikan izin penelitian kepada penulis.

2. Drs. Sa’idy, M.Ag. selaku ketua jurusan Pendidikan Agama Islam, Fakultas Tarbiyah,

UIN Raden Intan Lampung serta jajarannya atas petunjuk dan arahan yang telah

diberikan selama masa studi di Uin Raden Intan Lampung.

3. Prof. Dr. H. Syaiful Anwar, M.Pd. selaku pembimbing I yang telah banyak menyediakan

waktunya untuk membimbing penulis dalam menyusun skripsi dengan penuh kesabaran.

4. Dr. Agus Pahrudin, M.Pd selaku pembimbing yang telah banyak menyediakan waktunya

untuk membimbing penulis dalam menyusun skripsi dengan penuh kesabaran.

vii
5. Bapak dan ibu dosen Universitas Islam Negeri Raden Intan Lampung yang selama ini

telah mencurahkan pikiran dalam mendidik dan memberikan ilmu kepada penulis selama

menuntut ilmu di Universitas Islam Negeri Raden Intan Lampung.

6. Kepala SMP N 3 Tulang Bawang Tengah dan dewan guru yang telah memberikan izin

dan bantuan kepada penulis hingga terselesainnya sekripsi ini.

7. Sahabat seperjuangan tercinta Resti Yuliyanti, Nurul Anisa, Fitrohtus Sholihah, Lina

Widi Astuti, Lina Tri Yanti, Alvia, Novi, Nurkhalisah, Ria, Suci, yuni, sulis, Kakak

Riza, Kakak Lina, Gusma yang selalu membantu.

8. Semua pihak yang tidak bisa penulis sebutkan satu per satu. Terima kasih atas segalannya

do’a dan dukungannya selama ini.

Kepada Allah SWT penulis berdo’a semoga mereka yang telah memberikan bantuan,

bimbingan dan dorongan kepada penulis mendapatkan ridha dan mendapat imbalan yang

sepatasnya dari Allah SWT. Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh kesempurnaan,

akan tetapi sedikit harapan semoga dapat berguna bagi semua pihak.

Bandar Lampung, 2020

Badriyah
NPM. 1611010100

viii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ......................................................................................................... i
ABSTRAK ......................................................................................................................... ii
PERSETUJUAN ................................................................................................................ iii
MOTO ................................................................................................................................ iv
PERSEMBAHAN .............................................................................................................. v
RIWAYAT HIDUP ........................................................................................................... vi
KATA PENGANTAR ....................................................................................................... vii
DAFTAR ISI ...................................................................................................................... ix
DAFTAR TABEL ............................................................................................................. xi
DAFTAR GAMBAR ......................................................................................................... xii
DAFTAR LAMPIRAN ..................................................................................................... xiii

BAB I PENDAHULUAN
A. Penegasan Judul...................................................................... ........................... 1
B. Alasan Memilih Judul............................................................. ........................... 3
C. Latar Belakang Masalah ......................................................... ........................... 3
D. Identifikasi Masalah ............................................................... ........................... 11
E. Pembatasan Masalah............................................................... ........................... 11
F. Perumusan Masalah ................................................................ ........................... 12
G. Tujuan dan Kegunaan Penelitian ............................................ ........................... 12
H. Ruang Lingkup Penelitian ...................................................... ........................... 13
BAB II LANDASAN TEORI
A. Model Pembelajaran ........................................................................................... 14
1. Pengertian Model Pembelajaran .................................................................... 14
2. Ciri-ciri Model Pembelajaran ........................................................................ 14
3. Model Probolem Posing (Pengajuan Soal) .................................................... 15
a. Pengertian Problem Posing ....................................................................... 15
b. Kelebihan dan Kekurangan Problem Posing ............................................ 19
c. Problem Posing Secara Kelompok ............................................................ 20
d. Langkah-langkah Model Pembelajaran Problem Posing .......................... 21
B. Hakikat Penguasaan Konsep ............................................................................. 22
1. Pengertian Konsep ......................................................................................... 22
2. Teori Tentang Belajar Konsep ....................................................................... 24
3. Tingkatan-tingkatan Pencapaian Konsep....................................................... 24
4. Penguasaan Konsep ....................................................................................... 26
5. Indikator Penguasaan Konsep ........................................................................ 28
C. Pendidikan Agama Islam .................................................................................. 28
1. Pengertian Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam .................................... 28
2. Pengertian Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam Disekolah................... 29
3. Tujuan Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam.......................................... 30
4. Karakteristik Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam ................................ 31
D. Komponen Utama Pembelajaran....................................................................... 32
E. Penelitiaan Relevan ........................................................................................... 33
F. Kerangka Berpikir ............................................................................................. 34
G. Hipotesis Penelitian........................................................................................... 36

ix
BAB III METODE PENELITIAN
A. Pendekatan dan Jenis Penelitian ....................................................................... 37
B. Populasi, Teknik Pengambilan Sampel dan Sampel Penelitian ....................... 37
1. Populasi ...................................................................................................... 37
2. Teknik Pengambilan Sampel ...................................................................... 38
3. Sampel Penelitian ....................................................................................... 38
C. Variabel Penelitian ........................................................................................... 39
D. Metode Pengumpulan Data .............................................................................. 40
E. Prosedur Penelitian ........................................................................................... 41
F. Instrumen Penelitian ......................................................................................... 42
G. Validitas dan Reliabilitas Instrumen ................................................................ 43
1. Uji Validasi ................................................................................................ 44
2. Uji Reabilitas .............................................................................................. 45
3. Uji Tingkat Kesukaran ............................................................................... 46
4. Uji Daya Beda ............................................................................................ 47
H. Metode Analisis Data ....................................................................................... 48
1. Uji Normalitas ............................................................................................ 48
2. Uji Homogenitas ........................................................................................ 49
3. Uji Hipotesis............................................................................................... 50
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian ................................................................................................ 53
1. Deskripsi data ............................................................................................ 53
2. Analisis Uji Coba Instrumen ..................................................................... 55
B. Uji Instrumen ................................................................................................... 60
1. Uji Normalitas ........................................................................................... 60
2. Uji Homogenitas ....................................................................................... 61
3. Uji Hipotesis ............................................................................................. 61
C. Pembahasan ..................................................................................................... 63
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan ....................................................................................................... 66
B. Saran .................................................................................................................. 66
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................................ 68
LAMPIRAN-LAMPIRAN ............................................................................................... 70

x
DAFTAR TABEL

1.1 Hasil Ulangan Hariaan Semester Ganjil PAI Kelas VII SMP N 3 Tulang
Bawang Tengah Tahun Ajaran 2020/2021 .................................................................. 8
1.2 Persentase Ketuntasan Hasil Ulangan Harian PAI Kelas VII A SMP N 3
Tulang Bawang Tengah Tahun Ajaran 2019/2020 ...................................................... 9
3.1 Data Populasi Peserta Didik Kelas VII SMP N 3 Tulang Bawang Tengah ................. 37
3.2 Klasifikasi Koefisien Reliabilitas ................................................................................ 44
3.3 Kriteria Daya Pembeda ................................................................................................ 47
4.1Data Nilai Pretest dan Nilai Postest ............................................................................... 51
4.2 Nilai Postest Kelas Eksperimen Kelas VII A............................................................... 52
4.3 Nilai Postest Kelas Kontrol Kelas VII B ..................................................................... 53
4.4 Kriteria Validasi ........................................................................................................... 53
4.5 Hasil Uji Validasi Soal Pilihan Ganda ......................................................................... 54
4.6 Hasil Uji Reliabilitas Soal Pilihan Ganda .................................................................... 55
4.7 Inteprestasi Tingkat Kesukaran Butir Soal ................................................................. 56
4.8 Hasil Uji Tingkat Kesukaran........................................................................................ 56
4.9 Hasil Uji Daya Beda .................................................................................................... 57
4.10Hasil Uji Normalitas Pretest Postest Kelas Eksperimen dan Kontrol .......................... 58
4.11Hasil Uji Homogenitas pretes dan Postest ................................................................... 59
4.12Hasil Uji T-test Pretest dan Postest .............................................................................. 60

xi
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran ........................................................................................ 35

Gambar 3.1Hubungan Antara Variabel Bebas dan Variabel Terikat .................................. 39

xii
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Perangkat Pembelajaran


1.1 Absen Kelas Kontrol Dan Kelas Eksperimen............................................ 2
1.2 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran ......................................................... 3
1.3 Kisi – Kisi Instrument ............................................................................... 13
1.4 Soal Postest ................................................................................................ 23
1.5 Kunci Jawab Postest .................................................................................. 28
1.6 Hasil Output Uji Validasi .......................................................................... 29
1.7 Hasil Output Uji Rebilitas ......................................................................... 39
1.8 Hasil Output Tingkat Kesukaran ............................................................... 41
1.9 Hasil Output Daya Beda ............................................................................ 46
1.10 Hasil Output Normalitas ......................................................................... 47
1.11 Hasil Output Homogenitas ..................................................................... 57
1.12 Hasil Output Uji T-Test .......................................................................... 58

Lampiran II Dokumentasi
2.1 Dokumentasi Kelas Eksperimen................................................................ 60
2.2 Dokumentasi Kelas Kontrol ...................................................................... 61

lampiran III Surat Menyurat Dan Lain-lain


3.1 Surat Prapenelitian ..................................................................................... 63
3.2 Surat Balasan Prapenelitian........................................................................ 63
3.3 Surat Pernyataan Validasi .......................................................................... 64
3.4 Surat Penelitian .......................................................................................... 65
3.5 Surat Balasan Penelitian ............................................................................. 66

xiii
1

BAB I
PENDAHULUAN
A. Penegasan Judul

Agar tidak terjadi kesalahan dalam memahami judul dan agar tercapai

persepsi yang sama antara penulis dengan pembaca maka terlebih dahulu

penulis menjelaskan maksud dan tujuan skripsi ini, yang berjudul tentang

―pengaruh model pembelajaran problem posing tipe within solution posing

terhadap penguasaan konsep peserta didik pada mata pelajaran PAI kelas VII

di SMP N 3 Tulang Bawang Tengah‖. Untuk memperoleh pengertian yang

lebih jelas tentang judul tersebut, maka dapatlah peneliti uraikan sebagai

berikut ini :

1. Pengaruh

Pengaruh menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia ―pengaruh adalah

daya yang ada atau timbul dari sesuatu (orang atau benda) yang ikut

membentuk watak, kepercayaan atau perbuatan seseorang‖.1

2. Model pembelajaran

Model pembelajaran merupakan istilah yang digunakan unntuk

menggambarkan proses belajar mengajar dari awal sampai akhir.

3. Problem posing tipe within solution posing

Problem posing merupakan model pembelajaran yang mengharuskan

siswa menyusun pertanyaan sendiri atau memecah suatu soal menjadi

1
Departemen Pendidikan Dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia (Jakarta: Balai
Pustaka, 2017), h 849.
2

pertanyaan-pertanyaan yang lebih sederhana.2 Diharapkan pembelajaran

dengan model problem posing dapat meningkatkan motivasi peserta didik

untuk belajar sehingga pembelajaran yang aktif akan tercipta, peserta didik

tidak akan bosan dan akan lebih tanggap. Dengan begitu akan

mempengaruhi hasil belajarnya dan akan menjadi lebih baik.

Within solution posing yaitu jika seorang peserta didik mampu

merumuskan ulang pertanyaan soal tersebut menjadi sub-sub pertanyaan

baru yang urutan penyelesaiannya seperti yang telah diselesaikan

sebelumnya.

Jadi problem posing tipe within solution posing merupakan suatu

model pembelajaran yang mewajibkan peserta didik juga harus menjawab

pertanyaan tersebut. Dalam model pembelajaran problem posing tipe

within solution posing dalam proses pembelajaran memiliki tahap

pemecahan masalah, analisa masalah, perumusan masalah, pemecahan

masalah, dan perumusan pemecahan masalah. Selain itu dalam proses

pembelajarannya yang berlangsung peserta didik akan mendapatkan

pengetahuan yang bukan disengaja, akan tetapi melalui proses mencari

hubungan-hubungan dan informasi yang dipelajarinya secara mandiri.

4. Penguasaan konsep

Penguasaan konsep merupakan suatu keadaan dimana seseorang harus

dapat membedakan antara benda yang satu dengan benda yang lain,

peristiwa satu dengan peristiwa lain. Dengan menguasi konsep peserta

2
Aris Suharsimi, 68 Model Pembelajaran Inovatif Dalam Kurikulum 2013 (yogyakarta: Ar-ruzz
Media, 2017), h 133.
3

didik dapat menggolongkan dunia sekitarnya menurut jumlah, warna,

besar, dan sebagainya. Dengan menguasai konsep dimungkinkan untuk

memperoleh pengetahuan yang tidak terbatas. 3

5. Pendidikan Agama Islam

Pendidikan agama islam adalah mata pelajaran wajib yang telah

ditetapkan oleh lembaga pendidikan untuk meningkatkan keimanan dan

ketakwaan .

B. Alasan Memilih Judul

Adapun alasan memilih judul ini yaitu :

1. Di SMP N 3 Tulang Bawang Tengah guru PAI masih menggunakan

model pembelajaran konvensional dengan metode ceramah, sedangkan

model pembelajaran problem posing within solution posing belum

pernah digunakan dalam proses pembelajaran.

2. Peserta didik kurang memahami penguasaan konsep PAI dilihat dari nilai

kognitif ulangan harian dimana nilainya banyak yang belum mencapai

KKM.

C. Latar Belakang

Pendidikan berasal dari kata ―didik‖, kemudian kata didik mendapatkan

imbuan ―me‖ sehingga menjadi ―mendidik‖, yang artinya memberi latihan

dan memelihara. Di dalam memberi latihan dan memelihara diperlukan

adanya ajaran, pimpinan mengenai akhlak, tuntunan dan kecerdasan berfikir.

3
Trianto, ‗Mendesain Model Pembelajaran Inovetif-Progresif Konsep, Landasan Dan
Implementasinya Pada KTSP‘, in Jakarta: Kencana. (Jakarta: Kencana Prenada Media Group,
2015), h 67.
4

Sedangkan, pengertian ―pendidikan‖ secara Kamus Besar Bahasa Indonesia

adalah proses pengubahan sikap dan tata laku seseorang atau kelompok orang

dalam mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan pelatihan.

dDalam pancasila dan UUD 1945 pendidikan diarahkan untuk

meningkatkan kecerdasan dan martabat bangsa, mewujudkan manusia dan

masyarakat yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa,

berkualitas dan mandiri serta mampu membangun dirinya masyarakat di

sekelilingnya serta dapat memenuhi pembangunan nasional dan bertanggung

jawab atas pembangunan bangsa.4 Pendidikan setiap manusia merupakam

kebutuhan wajib yang harus dipenuhi sepanjang hidupnya demi mewujudkan

cita – citanya. Semakin tinggi cita – cita manusia maka semakin tinggi mutu

pendidikan yang diraihnya sebagai sarana untuk mewujudkan cita – citanya.5

pPentingnya pendidikan tertuang dalam Undang – Undang Nomor 20

Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Pendidikan merupakan

usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses

pembelajaran sehingga peserta didik secara aktif mengembangkan potensi

dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri,

kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta ketrampilan yang diperlukan

masyarakat, bangsa, dan Negara.6

4
S.L.La Umar Tirtaraharja & Sulo, Pengantar Pendidikan (Jakarta: Rineka Cipta, 2018), h 37.
5
Muhibin Syah, Psikologi Pendidikan Dengan Pendekatan Baru, 19th edn (Bandung: PT Remaja
Roesda Karya, 2015), h 34.
6
Undang – Undang SISDIKNAS (Sistem Pendidikan Nasional) No. 20 Tahun 2003 Tentang Sistem
Pendidikan Nasional” Pasal 1ayat (1) (Jakarta: sinar grafika, 2007),h 3.
5

Pembelajaran dapat dikatakan terjadi belajar, apabila terjadi proses

perubahan perilaku pada diri peserta didik sebagai hasil dari proses

pembelajaran. Dengan melakukan proses pendidikan seseorang dapat

mengetahui apa yang tidak diketahuinya, sesuai dengan firman Allah SWT

dalam Al – Qur‘an surat Al-Alaq ayat 5 yang berbunyi :

     

Artinya :“Dia mengajarkan pada manusia apa yang tidak diketahuinya”.


(QS. Al – Alaq : 5 )7
Belajar merupakan suatu tindakan prilaku peserta didik yang kompleks.

Sebagai tindakan, maka belajar hanya di alami oleh peserta didik sendiri.

Peserta didik adalah penentu terjadinya atau tidak terjadinya proses belajar.

Proses belajar terjadi berkat peserta didik memperoleh sesuatu yang ada di

lingkungan sekitar. Lingkungan yang dipelajari oleh peserta didik berupa

keadaan alam, benda – benda, tumbuhan – tumbuhan, manusia atau hal – hal

yang dijadikan bahan ajar. Tindakan belajar tentang suatu hal tersebut tampak

sebagai perilaku belajar yang tampak dari luar.8

Kegiatan pembelajaran dapat berjalan secara efektif apabila penempatan

materi sesuai dengan kesiapan peserta didik. Peningkatan prestasi belajar

siswa bergantung bagaimana guru dalam mengelola pembelajaran dan

bagaimana guru menguasai materi serta model pembelajaran. Model

7
Departemen Agama RI, Al – Qur’an Dan Terjemahannya (jakarta pusat: Bintang Indonesia
Jakarta, 2012), h 597.
8
Dimyanti & Mudjiono, Belajar & pembelajaran, (Jakarta : Rineka Cipta 2017), h 7.
6

pembelajaran merupakan salah satu faktor pendukung keberhasilan guru

dalam melakukan kegiatan pembelajaran.

Dalam kegiatan belajar-mengajar guru berusaha menyampaikan suatu hal

yang disebut ―pesan‖ yaitu dapat berupa pengetahuan, wawasan, ketrampilan,

atau isi ajaran yang lain.9 Pesan ini disampaikan melalui interaksi peserta

didik dengan guru. Hal ini sesuai dengan firman Allah SWT dalam Al –

Qura‘an Surat An – Nahl ayat 43 yang berbunyi :

                

Artinya :“Dan kami tidak mengutus sebelum kamu, kecuali orang lelaki yang
kami beri wahyu kepada mereka, maka bertanyalah kepada orang yang
mempunyai pengetahuan jika kamu tidak mengetahui”. (Q.S An-Nahl :43).10
Dari ayat diatas dapat dijelaskan bahwa kita sebagai insan yang diberikan

Allah SWT kemampuan befikir yang lebih dari pada makhluknya yang

lainnya, maka kita di wajibkan untuk terus belajar agar dapat menggali

potensi yang ada pada diri kita.

Pendidikan agama islam adalah upaya sadar dan rencana dalam

menyiapkan peserta didik untuk mengenal, memahami, menghayati,

mengimani, bertakwa berakhlak mulia, mengamalkan ajaran islam dari

sumber utamanya kitab suci Al-Qur‘an dan al-Hadits, melalui kegiatan

bimbingan, pengajaran latihan, serta penggunaan pengalaman.11

9
(Dimyanti & Mudjiono, 2017), h 170.
10
Departemen Agama RI, Al – Qur’an Dan Terjemahannya, h 272.
11
(Ramayulis 2018), h 21.
7

Salah satu model pembelajaran yang dapat digunakan untuk mengatasi

rendahnya penguasaan konsep peserta didik adalah model pembelajaran

Problem Posing Tipe Within Solution Posing. Model pembelajaran Probel

Posing Tipe Within Solution Posing diharapkan memancing peserta didik

untuk menemukan pengetahuan yang bukan diakibatkan dari ketidak

sengajaan melalui upaya mereka untuk mencari hubungan-hubungan dalam

informasi yang dipelajarinya.12

Belajar PAI memperlukan model problem posing (pengajuan soal) karena

siswa diarahkan kepada sikap kritis dan kreatif sebab peserta didik diminta

untuk membuat pertanyaan dari informasi yang diberikan. Apabila dikaitkan

dengan peningkatan kemampuan peserta didik, pengajuan soal merupakan

sarana untuk merangsang kemampuan tersebut. Hal ini perlu membaca suatu

informasi yang diberikan dengan menginformasikan pertanyaan secara verbal

maupun tertulis.13

Berdasarkan hasil pra penelitian yang telah dilakukan bahwa peserta didik

kelas VII di SMP N 3 Tulang Bawang Tengah mengalami kesulitan dalam

penguasaan konsep. Mereka lebih sering diberikan pemahaman konsep

dengan cara lama yaitu guru memberikan penjelasan yang sejelas – jelasnya

dan peserta didik mencatat dan menghafal. Akibatnya peserta didik hanya

mengetahui konsep – konsep tersebut tanpa memahami konsep tersebut

secara mendalam, menjelaskan keterkaitan konsep dengan yang lainnya.

12
suryo subroto, Proses Belajar Mengajar Di Sekolah (Jakarta: Rineka Cipta, 2009), h 207.
13
(Aris Suharsimi, 2017), H 133.
8

Kejadian tersebut dikarenakan model adalah konvensional dengan metode

ceramah, sehingga peserta didik tidak memiliki kreatifitas berfikir dan

memecahkan masalah pelajaran PAI. Sehingga mengakibatkan penguasaan

konsep PAI kelas VII di SMP N 3 Tulang Bawang Tengah masih rendah.

Rendahnya penguasaan konsep peserta didik kelas VII A di SMP N 3

Tulang Bawang Tengah terlihat dari hasil belajar kognitif peserta didik.

Berdasarkaan data pra penelitian penulis, data kognitif dalam penguasaan

konsep belajar peserta didik di SMP N 3 Tulang Bawang Tengah kelas VII A

cenderung masih belum memperoleh hasil yang maksimal. Hal ini dapat

dilihat pada tabel 1.1 ulangan harian semester ganjil PAI kelas VII san

persentase ketuntasan ulangan harian pada tabel 1.2 Sebagai Berikut:

Tabel 1.1
Hasil Ulangan Hariaan Semester Ganjil PAI Kelas VII SMP N 3 Tulang
Bawang Tengah Tahun Ajaran 2019/2020
Jenis
kelami Kemampuan
No Nama Keterangan
n
L/P KKM Nilai
1 Adelia P 65 60 Belum Tuntas
2 Adil Fajar Luvito L 65 30 Belum Tuntas
3 Agni Pratisha Arka Dewi P 65 85 Tuntas
4 Alfan Nur Haqqi L 65 40 Belum Tuntas
5 Ariya Ramadani L 65 60 Belum Tuntas
6 Artiza Clara Laura R. P 65 80 Tuntas
7 Doni Pratama L 65 50 Belum Tuntas
8 Dwi Aziz Oktavian P 65 50 Belum Tuntas
9 Eka Agus Setiawan L 65 50 Belum Tuntas
10 Aulia Az-zahra Setiawan P 65 60 Belum Tuntas
11 Bella Risky Pertiwi P 65 75 Tuntas
12 Deni Setiawan L 65 55 Belum Tuntas
13 Eka Ariyani P 65 50 Belum Tuntas
14 Farel Surya Aditia L 65 50 Belum Tuntas
15 Hafitz Farsyal Al Hasybi L 65 60 Belum Tuntas
9

16 Indah Ayu Safitri P 65 80 Tuntas


17 Intan Gita Utari P 65 60 Belum Tuntas
18 Joesta Bara Putra L 65 60 Belum Tuntas
19 Kaila Anastasia P 65 75 Tuntas
21 Komariah P 65 70 Tuntas
21 Marsel Irma Yuda L 65 70 Tuntas
22 Misbahul Huda L 65 75 Tuntas
23 Muhamad David Rifki H. L 65 50 Belum Tuntas
24 Nayla Faizi Khusaini P 65 70 Tuntas
25 Putri Dwi Lestari P 65 40 Belum Tuntas
26 Rena Nuraini P 65 40 Belum Tuntas
27 Rendi Fernandes L 65 60 Belum Tuntas
28 Satria Anggara L 65 50 Belum Tuntas
Nilai Tuntas 9 32 %
Nilai Tidak Tuntas 19 68%
Jumlah 28 100 %
Sumber Data : Dokumen Nilai Ulangan Harian Semester Ganjil SMP N 3 Tulang
Bawang Tengah Tahun Ajaran 2019/2020 dengan KKM 65
Tabel 1.2
Persentase Ketuntasan Hasil Ulangan Harian PAI Kelas VII A SMP N 3
Tulang Bawang Tengah Tahun Ajaran 2019/2020

No Nilai Kriteria Jumlah Siswa Presentase


1 >65 Tuntas 9 32 %
2 <65 Belum Tuntas 19 68 %
Jumlah 28 100 %
Sumber Data :Persentase ketuntusan Hasil Ulangan Harian kelas VII SMP N3
Tulang Bawang Tengah Tahun Ajaran 2019/2020
Dari table diatas, menunjukan bahwa hasil ulangan harian kelas VII A

Sebanyak 66 % dari 28 siswa memperoleh nilai di bawah KKM. Ini

disebabkan guru sering menggunakan model yang kurang bervariatif. Terlihat

bahwa pada saat guru menyampaikan materi pelajaran, sebagian besar peserta

didik belum mampu mengikuti pembelajaran secara maksimal. Masih banyak

diantara mereka yang mengobrol dengan temennya dan tidak memperhatikan

penjelasan guru. Meskipun diakhir kegiatan belajar mengajar guru selalu

memberikan kesempatan kepada peserta didik sering merasa malu dan takut
10

salah, mereka lebih memilih diam sehingga dalam pembelajarannya peserta

didik cenderung pasif. Kelas VII pada umumnya memperlukan peguasaan

konsep, jika peserta didik salah mengartikan suatu konsep maka akan sangat

fatal. Konsep tersebut sangat berhubungan antara satu sama lain.

Berdasarkan permasalahan diatas penulis dalam melakukan penelitian ini

menggunakan model pembelajaran problem posing tipe within solution

posing. Pada model ini peserta didik dituntut untuk mengajukan pertanyaan,

menyederhanakan pertanyaan yang telah ada. Selain peserta didik dituntut

mengajukan pertanyaan, peserta diidk juga harus menyelesaikan atau

menjawab pertanyaan itu sendiri baik secara individu, secara kelompok atau

dibantu oleh guru. Belajar menemukan dan memecahkan masalah

berkondekuensi pada eksplorasi terhadap sejumlah alternative yang akhirnya

menciptakan dorongan berfikir sehingga diperolehnya pengetahuan.

Dengan demikian model pembelajaran probem posing tipe within solution

posing diharapkan dapat memberikan pengaruh penguasaan konsep PAI

terhadap peserta didik kelas VII materi PAI memperlukan penguasaan

konsep, disetiap materi yang dipelajari di kelas VII ini saling terkait satu

dengan yang lain.

Berdasarkan uraian di atas penulis tertarik megambil judul penelitian

“Pengaruh Model Pembelajaran Problem Posing Tipe Within Solution

Posing Terhadap Penguasaan Konsep Peserta Didik Pada Mata


11

Pelajaran PAI Di Kelas VII di SMP N 3 Tulang Bawang Tengah Tahun

Ajaran 2019/2020”

D. Identifikasi Masalah

Melihat latar belakang yang telah di uraikan diatas, maka dapat

diidentifikasi beberapa masalah sebagai berikut :

1. Rendahnya penguasaan konsep peserta didik dalam pembelajaran PAI.

2. Kurang bervariatifnya model pembelajaran yang digunakan guru saat

menyampaikan materi.

3. Pembelajaran PAI masih bersifat konvensional dimana proses

pembelajarannya guru menjadi pusat kegiatan mengajar seehingga terjadi

komunikasi satu arah.

4. Cara belajar peserta didik lebih menekankan untuk menghapal dari pada

berusaha untuk lebih memahami suatu materi PAI. Hal ini

mengakibatkan rendahnya penguasaan konsep pada peserta didik.

E. Pembatasan Masalah

Dari beberapa masalah yang ada, penulis memberikan batasan – batasan

masalah sebagai berikut :

1. Berfokus pada pengusaan konsep pada mata pelajaran PAI kelas VII di

SMP N 3 Tulang Bawang Tengah.

2. Model yang digunakan adalah problem posing tipe within solution

posing.

3. Berfokus pada nilai kognitif PAI kelas VII di SMP N 3 Tulang Bawang

Tengah.
12

F. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dikemukakan diatas,

maka dapat dirumuskan masalah dalam penelitian ini, yaitu : ‖Apakah ada

pengaruh yang signifikan model pembelajaran problem posing tipe within

solution posing terhadap penguasaan konsep peserta didik pada mata

pelajaran PAI kelas VII di SMP N 3 Tulang Bawang Tengah?‖

G. Tujuan Dan Kegunaan Penelitian

1. Tujuan Penelitian

Tujuan pada penelitian ini untuk menganalisis pengaruh model

pembelajaran problem posing tipe whitin solution posing terhadap

penguasaan konsep peserta didik pada mata pelajaran PAI kelas VII di

SMP N 3 Tulang Bawang Tengah.

2. Kegunaan Penelitian

Hasil penelitian diharapkan dapat memberikan manfaat untuk:

a. Bagi Peserta Didik

Membantu dalam meningkatkan penguasaan konsep belajar mata

pelajaran PAI.

b. Bagi Guru

Menjadi bahan pertimbanngan khususnya yang mengajar bidang studi

pai agar dapat memilih model pembelajaran yang tepat dalam

menyampaikan materi pelajaran, salah satunya dengan model

pembelajaran problem posing tipe within solution demi meningkatkan

penguasaan konsep belajar peserta didik.


13

c. Bagi Sekolah

Penelitian ini diharapkan memberi kontribusi positif dalam rangka

meningkatkan penguasaan konsep belajar mengajar sehingga dapat

menjadikan SMP N 3 Tulang Bawang Tengah sebagai lembaga

pendidikan yang dinamis dan inisiatif.

d. Bagi Peneliti

Mengetahui pengaruh model pembelajara Problem Posing Tipe Within

Solution Posing terhadap penguasaan konsep peserta didik pada mata

pelajaran PAI kelas VII SMP N 3 Tulang Bawang Tengah.

H. Ruang Lingkup Penelitian

Untuk menghindari kesalah pahaman dan kesimpangan siuran dalam

penelitian, maka ruang lingkup ini adalah :

1. Objek dalam penelitian ini adalah penguasaan konsep peserta didik yang

diajarkan dengan menggunakan model pembelajaran problem posing tipe

within solution posing.

2. Subjek dalam penelitian ini adalah peserta didik kelas VII semester

genap tahun ajaran 2019/2020.

3. Penelitian ini berlokasi di SMP N 3 Tulang Bawang Tengah.


14

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Model Pembelajaran

1. Pengertian Model Pembelajaran

Model pembelajaran merupakan bentuk dari kegiatan pembelajaran

yang dikembangkan atas kelengkapan dan pilihan karakteristik strategi

pembelajaran atau untuk menggambarkan proses belajar mengajar dari

awal sampai akhir pembelajaran.14

Model pembelajaran adalah pola atau acuan perencanaan pembelajaran

yang mencakup pendekatan yang luas dan menyeluruh berisi metode,

strategi dan tekhnik pembelajaran yang akan digunakan dalam kegiatan

pembelajaran untuk mencapai tujuan pembelajaran yang diharapkan.15

Berdasarkan pendapat di atas maka dapat disimpulkan model

pembelajaran adalah seluh rangkaian penyajian materi ajar yang meliputi

segala aspek sebelum sedang dan sesudah pembelajaran yang dilakukan

guru serta dengan fasilitas yang terkait yang digunakan secara langsung

atau tidak langsung dalam proses belajar mengajar.

2. Ciri - ciri Model Pembelajaran

Model pembelajaran memiliki ciri-ciri sebagai berikut :

a. Berdasarkan teori pendidikan dan teori belajar dari para ahli tertentu.

Contohnya, model penelitian kelompok disusun oleh Herbert Thelen

14
Agus Pahrudin, Strategi Belajar Mengajar Pendidikan Agama Islam Di Madrasah (Bandar
Lampung: Pusaka Media, 2017), h 28.
15
Agus Mukhtar Rosyidi, ‗Model Dan Srategi Pembelajaran Diklat (Kajian Alternatif Yang
Efektif)‘, Andragogi Jurnal Diklat Teknis, 5.1 (2017), h 103.
15

dan berdasarkan teori John Dewey. Model ini dirancang untuk melatih

partisipasi dalam kelompok secara demokratis.

b. Memiliki misi dan tujuan pendidikan tertentu, misalnya model berpikir

induktif dirancang untuk mengembangkan proses berfikir induktif.

c. Dapat dijadikan pedoman untuk perbaikan kegiatan belajar mengajar

dikelas.

d. Memiliki bagian-bagian model yang dinamakan: (1) urutan langkah-

langkah pembelajaran, (2) adanya prinsip-prinsip reaksi, (3) sistem soal

dan (4) sistem pendukung.

e. Memiliki dampak sebagai akibat terapan model pembelajaran yaitu : (1)

dampak pembelajaran yaitu hasil belajar yang dapat diukur, (2) dampak

pengiring yaitu hasil belajar yang panjang.

f. Membuat persiapan mengajar dengan pedoman model pembelajaran

yang dipilihnya.16

3. Model Problem Posing (Pengajuan Soal)

a. Pengertian Problem Posing

Model pembelajaran problem posing adalah suatu model

pembelajaran yang mewujudkan para peserta didik untuk mengajukan

soal sendiri melalui soal (berlatih soal) secara sendiri baik dalam

perumusan masalah baru dan cara menyelesaikannya.17

16
Rusman, Model-Model Pembelajaran: Mengembangkan Propesionalisme Guru, Jakarta
(Jakarta: Rajawali Pers, 2016), h 136.
17
Irfan Taufan Asfar, Model Pembelajaran PPS (Problem Posing Dan Solving (Jawa Barat: CV
Jejak, 2018), h 47.
16

Problem posing yaitu pemecahan masalah dengan melalui elaborasi,

yaitu merumuskan kembali masalah menjadi bagian yang lebih simple

sehingga mudah dipahami.18 Problem posing adalah pengajuan adalah

pengajuan masalah yang dituangkan dalam bentuk pertanyaan.

Kemudian pertanyaan-pertanyaan tersebut dicari jawabannya baik

secara individu maupun bersama dengan pihak lain, misalnya sesame

peserta didik maupun dengan pengajar sendiri.19

Problem posing merupakan model pembelajaran yang mengharuskan

siswa menyusun pertanyaan sendiri atau memecah suatu soal menjadi

pertanyaan – pertanyaan yang lebih sederhana. Dalam problem posing,

siswa tidak hanya diminta untuk membuat soal, atau mengajukan suatu

pertanyaan, tetapi mencari penyelesaian. Penyelesaian soal yang

mereka buat bisa dikerjakan sendiri, meminta bantuan orang lain, atau

dikerjakan secara kelompok.20

Pengajuan soal merupakan tugas yang mengarah pada sikap kritis

dan kreatif sebab siswa diminta untuk membuat pertanyaan informasi

yang diberikan. Apabila dikaitkan dengan peningkatan kemampuan

peserta didik, pengajuan soal merupakan sarana untuk merangsang

tersebut. Hal itu karena peserta didik perlu membaca suatu informasi

yang diberikan dan mengkonfirmasi pertanyaan tersebut.

18
Ngalimun, Strategi Dan Model Pembelajaran, 2nd edn (Yogyakarta: Aswaja Pressindo, 2016),
h 164.
19
SuryoSubroto, Proses Belajar Mengajar Di Sekolah, III (Jakarta: Rineka Cipta, 2014), h 203.
20
(Aris Shoimin, 2017), h 133-134.
17

Dari pengertian – pengertian diatas maka penulis dapat simpulkan

bahwa problem solving adalah model pembelajaran yang mengharuskan

peserta didik untuk mengajukan pertanyaan atau soal dan peserta didik

juga harus menjawab pertanyaan atau soal tersebut. Melalui membuat

pertanyaan bisa membuat fikiran terangsang untuk maju dan bisa

mendobrak pengetahuan yang kaku dan sempit.

Silver dan Cai memberikan istilah pengajuan soal (problem posing)

diaplikasikan pada tiga bentuk aktivitas kognitif matematika yang

berbeda, yaitu :21

1) Problem Posing tipe Pre-Solution Posing

Siswa membuat pertanyaan dan jawaban berdasarkan pertanyaan

yang dibuat oleh guru. Jadi, yang diketahui pada soal itu dibuat guru,

sedangkan siswa membuat pertanyaan dan jawabannya sendiri.

2) Problem Posing TipeWhitin Solution Posing

Siswa memecah pertanyaan tunggal dari guru menjadi sub-sub

pertanyaan yang relavan dengan pertanyaan guru. Jadi, diharapkan

siswa mampu membuat sub-sub pertanyaan baru dari sebuah

pertanyaan yang ada pada soal yang bersangkutan (samadengan

mengkaji kembali langkah problem solving yang telah dilakukan).

3) Problem Posing Tipe Post Solution Posing

Siswa membuat soal yang sejenis dan menantang seperti yang di

contohkan oleh guru. Jika guru dan siswa siap maka siswa dapat di

21
(Irfan Taufan Asfar, 2018), h 47.
18

minta untuk mengajukan soal yang menantang dan variatif pada

pokok bahasan yang diterangkan guru dan siswa harus bisa

menemukan jawabannya. Tetapi ingat, jika siswa gagal menemukan

jawabannya maka guru merupakan narasumber utama bagi

siswanya. Jadi, guru harus benar-benar menguasi materi.

Disamping itu penelitian menunjukan bahwa menyuruh pesserta didik

terlibat dalam aktivitas yang terkait pengajuan masalah/soal (sering

sederhana seperti menulis kembali soal cerita) mempunyai pengaruh

positif terhadap kemampuan memecahkan masalah.

Di dalam melakukan penelitian ini, peneliti menggunakan model

pembelajaran Problem Posing Tipe Whitin Solution Posing. Whitin

solution posing yaitu apabila peserta didik dapat merumuskan ulang

pertanyaan soal menjadi sub-sub pertanyaan baru yang urutan

penyelesaian seperti yang telah di selesaikan sebelumnya. Jadi di

harapkan peserta didik mampu membuat sub-sub pertanyaan yang ada

pada soal.

Menggunakan problem posing pembelajaran lebih menekankan

pada kegiatan pembuatan soal sendiri oleh peserta didik. Di harapkan

peserta didik mampu mengajukan beberapa soal sesuai dengan situasi

yang diberikan sehingga peserta didik dapat menyelesaikan pertanyaan

masalah yang diberikan. Selain mengajukan soal peserta didik

diharapkan dapat menjawab pertanyaan tersebut, baik dikerjakan secara

inividu atau kelompok.


19

Setelah selesai satu pokok pembahasan dan guru telah memberikan

contoh kepada peserta didik bagaimana membuat soal, selanjutnya

peserta didik disampaikan beberapa situasi untuk di ketahui. Kemudian,

berdasarkan arahan yang telah didapat peserta didik di minta untuk

membuat pertanyaan soal yang terkait dengan hal – hal yang sudah

diketahui. Kemudian, peserta didik diminta untuk menyelesaikan

pertanyaan soal mereka sendiri. Hal seperti ini memberikan kesempatan

yang luas pada pesertadidik untuk menggali pengetahuan sesuai

perkembangan berfikirnya.

b. Kelebihan dan Kekurangan Problem Posing

Kelebihan model pembelajaran problem posing

1) Mendidik murid berpikir kritis

2) Peserta didik lebih aktif dalam pelajaran

3) Perbedaan pendapat peserta didik mudah diketahui sehingga mudah

diarahkan pada diskusi yang sehat

4) Belajar menganalisi sesuatu masalah

5) Mendidik anak percaya pada diri sendiri.

Kekurangan model pembelajaran problem posing

1) Memerlukan waktu cukup banyak

2) Tidak bisa digunakan kelas rendah

3) Tidak semua anak didik terampil bertanya.22

22
(Irfan Taufan Asfar, 2018), h 134.
20

c. Problem Posing Secara Berkelompok

Pembelajaran dengan problem posing ini menekankan pada

pembentukan atau perumusan soal oleh peserta didik secara kelompok.

Setiap selesai pemberian materi guru memberikan contoh tentang cara

pembuatan soal dan memberikan informasi tentang materi pembelajaran

dan bagaimana menerapkannya dalam problem posing secara kelompok.

Keuntungan belajar kelompok adalah:

1) Dapat memberikan kesempatan kepada para peserta didik untuk

menggunakan ketrampilan bertanya dan membahas suatu masalah.

2) Dapat mengembangkan bakat kepemimpinan dan mengajarkan

ketrampilan berdiskusi.

3) Dapat memungkinkan guru untuk lebih memperhatikan peserta didik

sebagai individu serta lebih aktif berpartisipasi dalam diskusi.

4) Dapat memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk

mengembangkan rasa menghargai dan menghormati pribadi

temannya, menghargai pendapat orang lain, hal mana mereka telah

saling membantuk kelompok dalam usaha mencapai tujuan

bersama.23

Adapun langkah – langkah belajar kelompok :

Fase TingkahLaku Guru


Fase-1 Guru menyampaikan semua
Menyampaikan tujuan dan tujuan pelajaran tersebut dan
memotivasi siswa memotivasi siswa belajar
Fase-2 Guru menyajikan informasi

23
Roestiyah, Strategi Belajar Mengajar (Jakarta: Rineka Cipta, 2008), h 7.
21

Menyajikan informasi kepada siswa dengan jalan


demontrasi atau lewat bahan
bacaan

Fase-3 Guru menjelaskan kepada


Mengorganisasikan siswa kedalam siswa bagaimana caranya
kelompok belajar mengajar membentuk kelompok belajar
dan membantu setiap
kelompok agar melakukan
transisi secara efisien
Fase-4 Guru membimbing kelompok-
Membimbing kelompok belajar- kelompok belajar pada saat
mengajar mengerjakan tugas
Fase-5 Guru mengevaluasi hasil
Evaluasi belajar tentang materi yang
telah dipelajari atau masing-
masing kelompok
mempresentasikan hasil
perkerjaannya

Fase-6 Guru mencari cara untuk


Memberi penghargaan menghargai baik hasil belajar
individu atau kelompok

d. Langkah – langkah Model Pembelajaran Problem Posing

1) Guru menjelaskan materi pelajaran kepada para peserta didik.

Penggunaan alat peraga untuk menjelaskan konsep sangat disarankan.

2) Guru memberikan latihan soal secukupnya

3) Siswa diminta mengajukan 1 atau 2 buah soal yang menantang dan

siswa yang bersangkutan harus mampu menyelesaikannya. Tugas ini

dapat pula dilakukan secara berkelompok.

4) Pada pertemuan berikutnya, secara acak guru menyuruh siswa untuk

menyajikan soal temuannya di depan kelas. Dalam hal ini, guru dapat
22

menentukan peserta didik secara selektif berdasarkan bobot soal ynag

diajukan oleh sisswa.

5) Guru memberikan tugas rumah secara individual.24

B. Hakikat Penguasaan Konsep

1. Pengertian Konsep

Konsep adalah suatu abstraksi yang menggambarkan ciri-ciri karakter

atau artibut yang sama dari kelompok objek dari suatu fakta, baik

merupakan suatu proses, pristiwa, beda atau fenomena di alam yang

membedakan dari kelompok lain.

Ada empat yang mengidentifikasi perkataan yang menunjukan konsep

yaitu berdasarkan :

a. Sifat-sifat yang dapat diukur atau diamati (misalnya semangka dan

papaya adalah buah-buahan yang memberi rasa segar, tetapi berbeda

bentuknya, besarnya, dan kulitnya)

b. Sinonim, antonim dan makna semantik lain (misalnya ―sopan‖ diartikan

sebagai beradap, baik budi, bahasanya)

c. Hubungan-hubungan logis dan aksonim/definisi dari sudut ini tidak

secara langsung menunjukan sifat-sifat tertentu (misalnya garis dibatasi

sebagai jarak terdekat antara dua titik)

d. Manfaat atau gunanya (misalnya pensil untuk menulis, palu untuk

memukul).25

24
(Aris Shoimin, 2017), h 134.
25
Syaiful Sagala, Konsep Dan Makna Pembelajaran, 13th edn (Bandung: Alfabeta, 2017), h 71.
23

―Menurut Rosser konsep adalah suatu yang abstraksi yang mewakili

satu kelas objek, kejadian, kegiatan, atau hubungan yang mempunyai

atribut yang sama. Orang mengalami stimulus-stimulus berbeda,

membentuk konsep sesuai pengelompokan stimulus-stimulus dengan cara

tertentu. Konsep-konsep itu adalah abstraksi-abstraksi berdasarkan

pengalaman, dan arena tidak ada dua orang yang memiliki pengalaman

yang persis sama, maka konsep-konsep yang dibentuk orang mungkin

berbeda‖.26

Berdasarkan pengertian konsep yang dinyatan Rosser diatas, dapat

diketahui setiap konsep yang dicapai setiap orang berbeda.Dalam hal ini

juga dapat disimpulkan bahwa konsep yang akan dicapai oleh peserta

didik disekolah akan berbeda, karena pengalaman setiap peserta didik

berbeda akan tetapi tetap sama dalam proses pencapaian konsepnya.

Dengan belajar konsep peserta didik dapat memahami dan

membedakan benda-benda, peristiwa atau kejadian yang ada disekitar.

Malalui kegiatan belajar konsep ada beberapa keuntungan yaitu :

mengurangi beban berat memori karena kemampuan manusia dalam

mengkategorikan berbagai stimulus terbatas, merupakan stimulus-stimulus

pembangunan berfikir, merupakan dasar proses mental yang lebih tinggi,

diperlukan untuk memecahkan masalah.27

Apabila peserta didik telah memahami konsep secara keseluruhan maka

ia akan mampu menguasai konsep. Dalam mempelajari PAI, diperlukan

26
Ratna Wilis Dahar, Teori-Teori Belajar Dan Pembelajaran (Bandung: Erlangga, 2018), h 63.
27
Agus Supriyanto, Cooperative Learning, XVII (Yogyakarta: Pustaka Belajar, 2017), h 19.
24

penguasaan konsep sehingga peserta didik tidak merasa kesulitan dalam

mempelajari konsep-konsep berikutnya yang lebih kompleks, karena

antara konsep yang satu dengan konsep yang saling berkaitan.

2. Teori Tentang Belajar Konsep

Belajar konsep telah diteliti para ahli psikologi selamat lebih dari enam

puluh tahun. Sebagaian besar eksperimen dilakukan dalam laboratorium

dan pada umumnya mengenai pembentukan konsep. Subjek penelitian

dihadapkan pada stimulus yang mempunyai berbagai artibut. Subjek

tersebut diharapkan membentuk konsep yang didasari hal-hal yang penting

pada stimulus-stimulus. Ada dua pendekatan yang digunakan, yaitu

pendekatan prilaku dan pendekatan kognitif. Dalam bagian ini

pembahasan menekankan pada pendekatan kognitif.28

Berdasarkan latar belakang yang menyatakan bahwa nilai kognitif

peserta didik kelas VII di SMP N 3 Tulang Bawang Tengah masih rendah,

maka peneliti ini menggunakan pendekatan kognitif.

3. Tingkatan-Tingkatan Pencapaian Konsep

Empat pencapaian tingkat menurut Klausmeir adalah tingkatan

kongkret, tingkatan identitas, tingkat klasifikasi, dan tingkat formal.

Uraian tentang empat tingkatan pencapaian konsep klausser diberikan

sebagai berikut :

a. Tingkat kongkret

28
(Ratna Wilis Dahar, 2018), h 65.
25

Kita dapat menyimpulkan bahwa seseorang telah mencapai konsep pada

tingkat kongkret apabila orang itu mengenal suatu benda yang telah

dihadapinya.

b. Tingkat identitas.

Pada tingkat identitas, seseorang akan mengenal suatu objek: 1) sesudah

selang waktu: 2) bila orang itu mempunyai orientasi ruang (spatial

orientation) yang berbeda terhadap objek itu: 3) bila objek tidak

ditentukan suatu cara indra yang berbeda, misalnya mengenai suatu

bola dengan cara menyentuh bola itu bukan dengan melihatnya.

c. Tingkat klasifikasi

Pada tingkat klasifikasi siswa mengenal persamaan (equivalence) dari

dua contoh yang berbeda dari kelas yang sama. Walaupun peserta didik

itu tidak menentukan kata yang dapat mewakili konsep itu, ia dapat

mengklasifikasikan contoh dan non contoh konsep, sekalipun contoh

dan non contoh itu memiliki artibut yang mirip.

d. Tingkat formal

Untuk mencapai konsep pada tingkat formal, siswa harus dapat

menentukan atribut-atribut yang membatasi konsep. Kita dapat

menyimpulkan bahwa siswa telah mencapai suatu konsep pada tingkat

formal bila siswa itu dapat memberi nama konsep itu,

mengidentifikasikan konsep itu dalam artibut-artibut kriterianya,

mendeskriminasikan dan member nama artibut-artibut yang membatasi,


26

dan mengevaluasi atau memberikan secara verbal contoh dan non

contoh konsep.29

4. Penguasaan Konsep

Penguasaan konsep adalah kemampuan peserta didik dalam suatu

kemampuan menangkap pengertian-pengertian seperti mengungkapkan

suatu materi yang disajikan kedalam bentuk yang lebih dipahami, mampu

memberi interprestrasi dan mampu mengaplikasikannya.30

Penguasaan konsep merupakan suatu keadaan dimana seseorang harus

dapat membedakan antara benda yang satu dengan benda yang lain,

peristiwa satu dengan peristiwa lain. Dengan menguasai konsep peserta

didik dapat menggolongkan dunia sekitarnya menurut jumlah, warna,

besar, dan sebagainya. Dengan menguasai konsep dimungkinkan untuk

memperoleh pengetahuan yang tidak terbatas.31

Peserta didik yang belajar, merupakan cerminan dari penguasaan

konsep pada materi yang disampaikan. Namun, untuk menilai penguasaan

konsep peserta didik tidak dapat hanya dilakukan sepintas. Penguasaan

konsep yang dimaksud merupakan ingatan pada memori masa lalu yang

dituangkan dalam bentuk jawaban atau pertanyaan untuk beberapa waktu

29
(Ratna Wilis Dahar, 2018), h 70.
30
Bajongga Silaban, ‗Hubungan Antara Penguasaan Konsep Fisika Dan Kreativitas Dengan
Kemampuan Memecahkan Masalah Pada Materi Pokok Listrik Statis‘, Jurnal Penelitian Bidang
Pendidikan, 20.1 (2014), h 65–75.
31
Trianto, ‗Mendesain Model Pembelajaran Inovetif-Progresif Konsep, Landasan Dan
Implementasinya Pada KTSP‘, in Jakarta: Kencana. (Jakarta: Kencana Prenada Media Group,
2015), h 158.
27

kedepan. Pertanyaan untuk memeriksa penguasaan konsep, diwujudkan

dengan pemberian posttest, yaitu tes kecil di akhir pembelajaran.

Menurut Bloom, aspek penalaran atau kognitif secara garis besar dapat

dijabarkan sebagai berikut :

1. Mengetahui, yakni kemampuan untuk menghafal, mengingat atau

mengulang informasi yang pernah diberikan.

2. Mengerti, dapat diartikan sebagai mengerti.

3. Mengaplikasikan, merupakan kemampuan menggunakan abstraksi di

dalam situasi-situasi konkret.

4. Menganalisis, ialah kemampuan menggunakan informasi yang

kompleks, dan mengenai bagian-bagian serta hubungannya.

5. Sintensis, ialah kemampuan mengumpulkan komponen yang sama guna

membentuk satu pola pemikiran yang baru.

6. Evaluasi, ialah kemampuan membuat pemikiran berdasarkan criteria

yang telah ditetapkan.32

Jadi dapat disimpulkan bahwa dalam pembelajaran bahwa penguasaan

konsep merupakan kategori pengalaman yang diawali dengan pengalaman

terhadap fakta yang dirumuskan dalam bentuk ungkapan kemudian

dipergunakan dalam memecahkan masalah, menganalisa

menginterpresentasikan pada kejadian tertentu. Belajar konsep juga

merupakan factor yang penting dalam pembelajaran untuk lebih

ringkasnya penguasaan konsep adalah hasil dari kegiatan intelektual.

32
(SuryoSubroto, 2014), h 205.
28

5. Indikator Penguasaan Konsep

Untuk mengetahui apakah siswa telah mengetahui suatu konsep, paling

tidak ada empat hal yang dapat diperbuatnya, yaitu :

a. Ia dapat menyebutkan contoh-contoh konsep bila dia melihatnya.

b. Ia dapat menyatakan ciri-ciri (properties) konsep tersebut.

c. Ia dapat memilih, membedakan antara contoh-contoh dari yang bukan

contoh.

d. Ia mungkin lebih mampu memecahkan masalah yang berkenaan

dengan konsep tersebut.33

C. Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam

1. Pengertian Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam

Dalam konteks islam, Pendidikan secara Bahasa menggunakan tiga kata,

kata tersebut yaitu At-Tarbiyah, Al-Ta’lim dan Al-Ta’dib. Ketiga kata

tersebut memiliki makna yang saling berkaitan dalam pemaknan

pendidikan dalam islam. Ketiga kata tersebut mengandung makna yang

amat dalam, menyangkut manusia dan masyarakat serta lingkungan dalam

hubungannya dengan Tuhan dan saling berkaitan satu sama lain.34

Al-Abrasyi memberikan pengertian bahwa tarbiyah adalah

mempersiapkan manusia supaya hidup dengan sempurna dan bahagia,

mencintai tanah air, tegap jasmaninya, sempurna, budi pekertinya

(akhlaknya), teratur pikiranya, halus perasaanya, mahir dalam

perkerjaannya, manis tutur katanya baik dengan lisan atau tulisan. Abrasyi
33
Oemar Hamalik, Perencanaan Pengajaran Berdasarkan Pendekatan Sistem, 12th edn (Jakarta:
Bumi Aksara, 2016), h 166.
34
Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam (Jakarta: Kalam Mulia, 2018), h 33.
29

menekankan Pendidikan pencapaian kesempurnaan dan kebahagiaan

hidup.35

Menurut Muhamad Fadil Al-Djamaly pendidikan agama islam yaitu

proses yang mengarahkan manusia kepada kehidupan yang baik dan yang

mengangkat derajat kemanusiaannya sesuai dengan kemampuan dasar dan

kemampuan ajarannya.

Berdasarkan uraian diatas, maka penulis dapat menyimpulkan bahwa

Pendidikan agama islam adalah usaha bimbingan terhadap anak didik agar

nanti setelah dari Pendidikan anak tersebut mampu memahami yang

terkandung dalam islam secara keseluruhan, serta dapat menghayati makna,

maksud dan tujuannya. Serta dapat mengamalkan ajaran–ajaran agama

islam sebagai pandangan hidupnya serta mendapatkan keselamatan dunia

dan akhirat.

2. Pengertian Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam disekolah

Pendidikan agama islam disekolah berada dalam suatu sistem

pendidikan. Secara institusional terkait oleh sutu sistem persekolahan yang

cenderung menganut sistem pendidikan sekuler. Di lain sisi pendidikan

agama islam merupakan subsistem dari sistem pendidikan di sekolah

namun di sisi lain pendidikan agama islam sebagai subsistem dari

pendidikan islam yang dituntut untuk mengembangan dan mengelola diri

sendiri sesuai dengan karakteristik pendidikan islam. Oleh karena itu,

35
(Ramayulis, 2018), h 36.
30

perseoalan yang dihadapi pendidikan agama islam di sekolah saatlah

berbeda dan pendidikan islam secara keseluruhan.36

Pada mata pelajaran pendidikan agama islam di sekolah memiliki misi

lebih luas dari sekedar memberikan pengetahuan tentang ajaran agama

islam. Mata pelajaran pendidikan agama islam memiliki materi, metode,

dan sistem evaluasi secara terencana. Mengingat posisi pendidikan agama

islam disekolah sangat strategis yang merupakan suatu mata pelajaran

wajib yang diberikan kepada seluruh siswa yang beragama islam dari

berbagai jurusan, program, dan jenjang.37

Berdasarkan mata pelajaran diatas maka dapat disimpulkan bahwa mata

pelajaran pendidikan agama islam adalah bidang study yang menyiapkan

peserta didik untuk mengenal, menghayati, mengimani ajaran agama

islam.

3. Tujuan Pendidikan Agama Islam

Tujuan pendidikan agama islam yaitu untuk menjadikan manusia

sebagai khalifah sebagaimana tujuan diciptakan manusia. Menurut

Muzamir Hitami menyatakan bahwa tujuan pendidikan agama islam

mencakup tiga hal yaitu : (1) bersifat teleologik, yaitu kembali kepada

Tuhan Yang Maha Esa, (2) bersifat aspiratif, yaitu kebahagiaan dunia

36
Syaiful Anwar, Desain Pendidikan Agama Islam Konsepsi Dan Aplikasinya Dalam
Pembelajaran Di Sekolah (Yogyakarta: Idea Pres, 2014), h 11.
37
(Syaiful Anwar, 2014), h 11.
31

sampai akhirat, (3) bersifat direktif yaitu menjadi mahluk pengabdi kepada

Tuhan Ynag Maha Esa.38

Dari uraian di atas dapat disimpulkan tujuan pendidikan agama islam

yaitu menjadikan peserta didik menjadi hamba yang taat dan selalu

mengingat Tuhan, menjalankan segala perintah-Nya menjauhi larangn-

Nya sehingga menjadikan peserta didik memperoleh kebahagiaan dunia

dan akhirat.

4. Karakteristik Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam

Pendidikan Agama Islam di Sekolah merupakan sebuah aktifitas

yakni upaya secara sadar dan sistematis yang dirancang untu membantu

siswa dalam mengembangkan pandangan hidup (bagaimana seseorang

akan menjalani dan memanfaatkan hidup dan kehidupannya), sikap

hidup, dan keterampilan hidup, baik yang bersifat manual (petunjuk

praktis), ataupun mental dan sosial yang bernapaskan atau dijiwai oleh

ajaran-ajaran Islam.39

Berdasarkan pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa karakteristik

mata pelajaran pendidikan agama Islam (PAI) adalah sebagai mata

pelajaran yang memiliki tujuan untuk mencerdaskan seluruh aspek

peserta didik yang meliputi kecerdasan berfikir (kognitif), kecerdasan

emosi (afektif), kecerdasan psikomotorik dan kecerdasan spiritual.

Pendidikan agama islam (PAI) bukan hanya mendidik siswa nya untuk

38
Ade Imelda Frimayanti, ‗Implementasi Pendidikan Nilai Dalam Pendidikan Agama Islam‘, Al-
Tadzkiyyah: Jurnal Pendidikan Islam, 8.Ii (2017), h 240.
39
Muhaimin, Paradigma Pendidikan Islam, Upaya Mengefektifkan Pendidikan Agama Di Sekolah
(Bandung: Remaja Rosdakarya, 2014), h 86.
32

meraih sukses di akhirat dengan insan yang bertakwa dan berakhlak

mulia.

D. Komponen Utama Pembelajaran

Tujuan

Materi metode

evaluasi

1. Tujuan

1) Siswa dapat menjelaskan pengertian sholat jama‘ qashar

2) Siswa dapat membedakan sholat jama‘ dan qashar

3) Siswa dapat menyebutkan syarat-syarat melaksanakan sholat jama‘

qashar

4) Siswa dapat mengklasifikasikan macam-macam sholat yang bisa

dijamak qashar

5) Siswa dapat melafadkan niat sholat jamak qashar

6) Siswa dapat mempraktikan sholat jama‘ qashar

2. Materi

1) Sholat jama qashar

3. Pendekatan, Metode, dan Model Pembelajaran

1) Pendekatan : Scientific

2) Metode : Diskusi, Drill, Tanya Jawab

3) Model : Problem Posing


33

4. Evaluasi

1) Postest (soal pilihan ganda)

2) Praktik sholat jama‘ qashar

E. Penelitian Relevan

Terdapat beberapa penelitian yang relevan yang dijadikan referensi oleh

penulis, yaitu :

1. Peneliti Megawati tentang Pengaruh Model Pembelajaran Problem Posing

Terhadap hasil belajar Pokok Bahasan Pemuaian Pada Peserta Didik Kelas

VII SMPN 4 Bandar Lampung. Berdasarkan hasil analisi peneliti

diperoleh bahwa rata-rata hasil belajar fisika pada pokok bahasan

pemuaian pada kelas eksperimen dengan rata-rata sebesar 77,87,

sedangkan pada kelas kontrol dengan rata-rata 58,18 . dari hasil uji-T

parsial dengan menggunakan model pembelajaran problem posing THitung >

Ttabel (0,05) yaitu dengan nilai 6,155 > 1,693 sig 0,000 <0,05 maka H1

diterima. Dapat disimpulkan bahwa, variable bebas model pembelajaran

problem posing terdapat pengaruh yang signifikan terhadap hasil belajar

peserta didik. Dengan demikian dapat dikatakan model pembelajaran

problem posing baik dijadikan sebagai alternative dalam pembelajaran

fisika untuk meningkatkan hasil belajar pada pokok bahasan pemuaian.40

2. Peneliti Riswanto tentang Pengaruh Model Pembelajaran Problem Posing

tipe Within Solution Posing Terhadap Penguasaan Konsep Biologi Peserta

Didik Kelas XI SUB BAB Sistem Reproduksi. Menyatakan bahwa adanya


40
Megawati, Pengaruh Model Pembelajaran Problem Posing Terhadap Hasil Belajar Pokok
Bahasa Pemuaian Pada Peserta Didik Kelas VII Pada SMPN 4 Bandar Lampung, Journal of
Chemical Information and Modeling, 2013
34

pengaruh model pembelajaran Problem Posing tipe Within Solution Posing

terhadap penguasaan konsep. Berdasarkan hasil analisis peneliti

menunjukan bahwa rata-rata pretest peserta didik kelas eksperimen adalah

38,5 dan kelas control adalah 37,33. Sedangkan rata-rata posttest peserta

didik pada kelas eksperimen adalah 81,667 dan pada kelas control adalah

75,5. Untuk analisis peresentase penguasaan konsep peserta didik

diperoleh kelas eksperimen sebesar 84% pada indikator sedangkan kelas

kontrol adalah 75,5 pada indikator satu. Hasil uji T-Independen

menunjukan bahwa thitung > ttabel (2,11054 > 1,671553). Ini menunjukan

bahwa Ho ditolak dan H1 diterima. Sehingga dapat disimpulkan bahwa

dapat terdapat pengaruh yang signifikan model pembelajaran Problem

Posing tipe Within Solution Posing terhadap penguasaan konsep peserta

didik kelas XI di SMAN 3 Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2014/2015.41

Dari kedua peneliti trelevan diatas dapat disimpulkan dengan adanya

penelitian pengaruh problem posing tipe within solution posing, dapat

menjadikan peserta didik melatih kemampuan penguasaan konsep. Perbedaan

dari penelitian ini adalah saya menerapkannya pada mata pelajaran

pendidikan agama islam di tingkat SMP kelas VII.

F. Kerangka Pikir

Kerangka berpikir merupakan suatu gambar yang menjelaskan secara teori

yang berkaitan dengan berbagai faktor yang menjadi permasalahan dalam

41
Riswanto, Pengaruh Model Pembelajaran Problem Posing Tipe Within Solution Posing
Terhadap Penguasaan Konsep Biologi Peserta Didik Kelas XI SUB BAB Sistem Reproduksi (
Skripsi : Tarbiyah dan Keguruan IAIN Raden Intan Lampung) (Bandar Lampung, 2015).
35

penelitian sehingga diketahui kondisi yang akan terjadi.42 Menurut Sugiyono

kerangka berpikir merupakan model konseptual tentang bagaimana teori

berhubungan dengan berbagai faktor yang telah di identifikasi sebagai

masalah yang penting. Kerangka berpikir adalah hubungan antara variabel

bebas dengan variabel terikat dalam rangka memberikan jawaban sementara

tentang masalah yang akan diteliti sehingga memperjelas penelitian yang

akan diteliti oleh peneliti.43 Kemudian hubungan variabel tersebut digunakan

untuk merumuskan hipotesis. Adapun kerangka berpikir dalam penelitian ini

adalah sebagai berikut :

Hubungan Variable X dan Y

X Y

Gambar 2.1
Kerangka Pemikiran

Keterangan:

X : Pengaruh model pembelajaran problem posing tipe within solution posing

Y : penguasaan konsep peserta didik

Berdasarkan gambar tersebut dapat disimpulkan bahwa X adalah

pengaruh model pembelajaran problem posing tipe within solution posing

sebagai variabel bebas, dan Y adalah penguasaan konsep peserta didik

sebagai variabel terikat.

42
Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kombinasi, VII (Bandung: Alfabeta,
2017), h 91.
43
Sugiyono, Metode Penenlitian Kuantitatif, Kualitatif Dan R&D (Bandung: Alfabeta, 2018), h
60.
36

G. Hipotesis Penelitian

Menurut Sugiyono hipotesis artinya sebagai rumusan jawaban sementara

terhadap rumusan masalah, dikatakan sementara karena jawaban yang di

berikan hanya berdasarkan teori yang relevan belum, belum berdasarkan

fakta-fakta empiris yang relevan.44

Berdasarkan rumusan masalah, maka hipotesis yang diajukan dalam

penelitian ini adalah ―Terdapat pengaruh model pembelajaran problem posing

tipe within solution posing terhadap penguasaan konsep peserta didik pada

mata pelajaran PAI kelas VII di SMPN 3 Tulang Bawang Tengah‖.

44
Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan, 26th edn (Bandung: Alfabeta, 2017), h 96.
37

BAB III
METODE PENELITIAN

A. Pendekatan dan Jenis Penelitian

Secara umum penelitian diartikan ―sebagai data untuk mendapatkan data

dengan tujuan dan kegunaan tertentu‖.45 Penulis menggunakan metode

penelitian kuantitatif. Metode ini disebut metode kuantitatif karena data

penelitian berupa angka – angka dan analisis menggunakan staatistik.46

Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah Penelitian Quasi

Eksperimen Design. Alasan peneliti menggunakan metode ini karena peneliti

akan melakukan penelitian dengan membandingkan antara kelompok

eksperimen dan kelompok kontrol. Kelompok eksperimen yaitu kelas

menggunkan model pembelajaran problem posing tipe within solution dan

kelompok kontrol yaitu kelas yang menggunakan pembelajaran konvensial.

B. Populasi, Teknik Pengambilan Sampel dan Sampel Penelitian

1. Populasi

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas : objyek/subjek

yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh

peneliti yang dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulan.47 Populasi

dalam penelitian ini adalah seluruh peserta didik kelas VII SMP N 3

Tulang Bawang Tengah Tahun Pelajaran 2019/2020 dalam penelitian ini

tertera dalam tabel 3.1 :

45
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif Dan R&D (Bandung: Alfabeta, 2018), h 2.
46
(Sugiyon, 2018), h 7.
47
(Sugiyono, 2018), h 80.
38

Tabel 3.1
Data Populasi Peserta Didik Kelas VII SMP N 3 Tulang Bawang
Tengah
No Kelas Jumlah peserta
1 VII A 28
2 VII B 28
3 VII C 29
4 VII D 30
5 VII E 29
Jumlah 144
Sumber: SMP N 3 Tulang Bawang Tengah

2. Teknik Pengambilan Sampel

Teknik pengambilan sampel dalam penelitian dilakukan dengan cara

undian langkah – langkahnya yaitu 1) membuat undian dari keenam kelas

yaitu dengan cara menuliskan nomor subyek kelas VII A sampai kelas VII

E pada kertas kecil, satu nomor untuk setiap kelas, 2) kertas digulung dan

diundi dengan melakukan dua kali pengambilan, hingga terpilih dua buah

nomor, 3) kemudian dua buah nomor diundi lagi untuk menentukan kelas

eksperimen yaitu model pembelajaran problem posing tipe whitin solution

dan kelas kontrol yaitu menggunakan model pembelajaran konvensional

dengan metode ceramah.

3. Sampel

Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh

populasi tersebut.48 Dalam penelitian ini diambil dua kelas pada kelas VII

SMP N 03 Tulang Bawang Tengah. Kelas VII pertama sebagai sampel

yang pembelajarannya menggunakan model pembelajaran Problem Posing

tipe Within Solution Posing (kelas eksperimen) dan kelas VII kedua

48
(Sugiyono, 2018), h 80.
39

sabagai sampel yang dalam pembelajarannya menggunakan pembelajaran

konvensional (kelas kontrol) dengan metode ceramah.

C. Variabel Penelitian

Variable penelitian adalah suatu artibut atau sifat atau nilai dari orang,

obyek, atau kegiatan yang mempunyai variabel tertentu yang ditetapkan oleh

peneliti untuk dipelajari sehingga diperoleh informasi tentang hal tersebut,

kemudian ditarik kesimpulannya.49 Variabel dalam penelitian ini terdiri dari 2

variabel yaitu :

1. Variabel bebas (X)

Variabel bebas atau independent variabel adalah variabel yang

mempengaruhi perubahan variabel terikat. Variabel bebas (X) dalam

penelitian ini adalah model pembelajaran problem posing tipe within

solution posing.

2. Variabel terikat (Y)

Variabel terikat atau dependen variabel adalah variabel yang dapat

dipengaruhi oleh variabel bebas, oleh karena itu yang menjadi variabel

terikat dalam penelitiaan ini adalah penguasaan konsep adalah penguasaan

konsep.Hubungan antara variabel bebas (X) dengan variabel terikat (Y)

dapat digambarkan 3.1 sebagai berikut :

49
(Sugiyono 2018), h 64.
40

Gambar 3.1
Hubungan Antara Variabel Bebas dan Variabel Terikat

Keterangan :

X = Model pembelajaran problem possing tipe within solution posing

Y = Penguasaan konsep peserta didik

D. Metode Pengumpulan Data

Pengumpulan data adalah suatu kegiatan yang dilakukan peneliti untuk

memperoleh data dilapangan kemudian akan digunakan peneliti untuk

menjawab permasalahan yang ada di dalam penelitian.50 Adapun metode

pengumpulan data yang peneliti gunakan adalah sebagai berikut :

1. Dokumentasi

Dokumentasi adalah salah satu cara pengumpulan data yang dilakukan

dengan menganalisis isi dokumen yang berhubungan dengan masalah

yang akan diteliti.51

2. Tes

Tes merupakan alat untuk menentukan kemampuan siswa yang

dimiliki siswa meliputi aspek perilaku manusia seperti pengetahuan

(kognitif), sikap (afektif), maupun aspek ketrampilan (psikomotorik).52

50
Eko Putro Widoyoko, Teknik Penyusunan Instrumen Penilaian, 7th edn (Yogyakarta: Pustaka
Belajar, 2018), h 33.
51
(Eko Putro Widoyoko, 2018), h 49.
52
Rijal Firdaus, Desain InstrumenPengukuran Afektif (Bandar Lampung: Anugrah Utama Raharja
(AURA), 2017), h 37.
41

E. Prosedur Penelitian

1. Tahap Perencanaan

a. Menentukan sampel peneliti untuk kelompok control dan kelompok

eksperimen.

b. Menyiapkan kelengkapan instrument yang akan digunakan dalam

pembelajaran seperti lembar problem posing satu dan dua, lembar

pretes dan postes, silabus, RPP, dan media pembelajaran.

2. Tahap Pelaksanaan

Pelaksaanaan proses pembelajaran dengan menggunakan model

pembelajaran problem posing tipe within solution posing. Adapun

tahapannya adalah sebagai berikut :

a. Peserta didik diberikan pretes untuk mengukur penguasaan konsep

awal.

b. Menjelaskan model pembelajaran problem posing tipe within

solution posing pada peserta didik.

c. Menjelaskan materi secara singkat kepada peserta didik.

d. Mengorganisasikan peserta didik dalam 7 kelompok yang berjumlah

28 siswa

e. Guru memberikan tugas kepada kelompok secara berbeda.

f. Guru mengevaluasi hasil belajar tentang materi yang telaah dipelajari

atau masing-masing kelompok mempresentasikan hasil

perkerjaannya..
42

g. Guru memberikan penghargaan untuk kelompok atau individu yang

berhasil.

Sebelum dilaksanakan penelitian, peserta didik kelompok

eksperimen dan kontrol. Tes ini disebut pre-test, tujuan tes ini untuk

mengetahui bahwa peserta didik berangkat dari kemampuan awal yang

sama. Setelah diberikan pre-tes, kemudian dilanjutkan kembali dengan

diberikan perlakuan yang berbeda.

Untuk kelompok eksperimen, setiap pembelajaran menggunakan

model pembelajaran problem posing tipe within solution posing. Peserta

didik belajar secara berkelompok untuk membuat pertanyaan dan

membuat pertanyaan. Kemudian hasil darii diskusinya di tukarkan kepada

kelompok selanjutnya untuk dijawab oleh kelompok itu. Setelah setiap

kelompok selesai menjawab pertanyaan dari kelompok lain secara

berkelompok, mereka akan mempresentasikan jawabannya di depan kelas.

F. Instrumen Penelitian

Dalam penelitian ini peneliti menggunakan instrument yaitu :

1. Tes Penguasaan Konsep

Tes penguasaan konsep diberikan kepada siswa dalam bentuk pretes-

postest untuk mendapatkan data kognitif tentang penguasaan konsep

peserta didik dari kelompok kontrol dan eksperimen. Untuk mengetahui

tingkat penguasaan konsep, dapat diketahui dengan menjumlah skor yang

diperoleh peserta didik, kemudian mengkualifikasikannya kedalam

penguasaan konsep sangat baik, penguasaan konsep baik, penguasaan


43

konsep cukup dan penguasaan konsep kurang sebagai berikut : jika jumlah

skor peserta didik lebih dari 80, maka penguasaan konsep sangat baik, 66 –

80, maka pengusaan baik, jika jumlah skor peserta didik antara 55 – 65

maka pengusaan konsep sedang, dan jika jumlah skor peserta didik di

bawah 55 maka penguasaan konsep rendah.53

Adapun bentuk tes yang digunakan dalam penelitian ini adalah tes

tertulis berupa pilihan ganda sebanyak 20 Soal–soal tersebut sudah

mewakili inikator – indikator penguasaan konsep yang akan diterapkan

dalam pembelajaran yang menggunakan model pembelajaran problem

posing tipe within solution posing yang meliputi jejang pengetahuan (C1),

pemahaman (C2), penerapan (C3). Tes ini akan diberikan sebelum dan

sesudah pembelajaran untuk mengetahui penguasaan konsep peserta didik.

G. Validitas dan Reliabilitas Instrumen

Instrument penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah lembar

tes objektif sebanyak 20 soal pilihan ganda dan setiap soal diberi skor 5 untuk

memperoleh data yang diharapkan maka dilakukan uji coba tes obyektif

dengan prosedur sebagai berikut :

a. Memeriksa lembar tes yang telah diisi oleh peserta didik

b. Menilai hasil tes peserta didik penilaian hasil tes dilakukan dengan

menjumlah seluruh sekor

c. Tabulasi data, yaitu memasukan data yang terkumpul ke dalam table

distribusi data dengan tujuan untuk memudahkan pengolahan selanjutnya

53
Endang M, Metode Penelitian Terapan Bidang Pendidikan (Bandung: Alfabeta, 2011), h 36.
44

d. Menganalisis validitas dan rehabilitas soal, yaitu penghitungannya

sebagai berikut :

1. Uji Validitas

Untuk menghitung validitas butir soal digunakan rumus :

𝑁 𝑋𝑌 − 𝑌 𝑌
Rxy =
N 𝑥 2 −( 𝑋)2 N 𝑌 2 −( 𝑌)2

Keterangan :

rxy = koefisien korelasi antara variabel X dan variabel Y

∑X = Jumlah skor seluruh siswa pada item tersebut N

∑Y = Jumlah skor total seluruh siswa pada tes

N = Jumlah seluruh siswa

X = Skor tiap siswa pada item tersebut

Y = Skor total tiap siswa

Item dikatakan valid bila rhitung > rtotal kriteria.54

Selain rumus diatas perhitungan dilakukan menggunakan software

SPSS Versi 22. dengan langkah sebagai berikut:

a. Membuka lembar kerja SPSS Versi 22

b. Klik menu analyze, pilih correlate, lalu pilih berivate kemudian klik

pearson kemudian klik ok

54
Suharsimi Arikunto, Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan, 2nd edn (Jakarta: Bumi Aksara, 2017),
h 85.
45

c. Jika maka butir instrumen dinyatakan valid dengan tingkat hubungan

yang telah di tentukan.

2. Uji Reliabilitas

Reliabilitas tes diukur berdasarkan koefisien reliabilitas dan digunakan

untuk mengetahui tingkat keajegan suatu tes. Untuk menghitung koefisien

reliabilitas tes bentuk pilihan ganda, Pengujian reliabilitas secara internal

menggunakan rumus Alpha dari Crobach yaitu:

𝑛 σ2t
r11 = 1−
𝑛 −1 𝜎𝑡2

Keterangan :

r11 : Koefisien reliabilitas tes

∑𝝈𝟐𝒕 : Jumlah varian soal tiap item

𝜎𝑡2 : Varian total

Setelah di dapat hasil analisis dilihat dari reliabilitas soal maka hasil

perhitungan reliabilitas dikonsultasikan kedalam interprestasi nilai

reliabilitas pada tabel 3.2 sebagai berikut 55

Tabel 3.2
Klasifikasi Koefisien Reliabilitas
Besar 𝒓𝟏𝟏 Interprestasi
0,00 ≤ 0,20 Sangat Rendah
0,20 ≤ 𝑟11 < 0,40 Rendah
0,40 ≤ 𝑟11 < 0,70 Sedang
0,70 ≤ 𝑟11 < 0,90 Kuat
0,90 ≤ 𝑟11 < 1,00 Sangat Kuat

55
(Suharsimi Arikunto, 2017), h 101.
46

Besarnya 0,6 merupakan criteria empiris dari hasil perhitungan yang

diperoleh, dikatakan reliabilitas apabila instrumen yang digunakan peneliti

pada soal memiliki r > 0,6.

Data yang telah di nyatakan valid di hitung menggunakan software SPSS

Versi 22. Dengan langkah sebagai berikut:

a. Membuka lembar kerja SPSS Versi 22.

b. Klik menu analyze, pilih scale, lalu pilih reliability analis kemudian klik

statistic pada kotak dialog dan ceklis semua pilihan yang ada pada

deskriptive lalu ceklis pada pilihan correlation kemudian continue lalu

ok.

c. Jika nilai Crochbach Alpha maka butir instrumen dinyatakan reliabel

dengan tingkat hubungan yang telah di tentukan.

3. Uji Tingkat Kesungkaran

Tingkat kesungkaran adalah suatu parameter untuk menyatakan bahwa

item soal adalah sukar, sedang, dan mudah. Adapun untuk menguji

kesukaran soal maka dapat digunakan rumus :

𝐵
P=
𝐽𝑆

Keterangan :

P : Indeks kesukaran

B : banyaknya peserta didik yang menjawab soal dengan benar

JS : Jumlah seluruh siswa peserta tes


47

Adapun kriteria adalah sebagai berikut :

Soal dengan P 0,00 sampai 0,30 adalah soal sukar

Soal dengan P 0,31 sampai 0,70 adalah soal sedang

Soal dengan P 0,71 sampai 1,00 adalah soal mudah.56

4. Uji Daya Beda

Daya pembeda instrumen adalah kemapuan suatu instrumen untuk

membedakan antar peserta didik yang menjawab benar dengan peserta

didik yang menjawab dengan tidak benar. Angka yang menunjukan

besarnya daya pembeda disebut indeks diskriminasi (D).

Penentuan daya pembeda, seluruh pengikut tes dikelompokan menjadi

dua kelompok, yaitu kelompok atas atau kelompok berkemampuan tinggi

dan kelompok bawah atau kelompok kemampuan rendah. Adapun rumus

untuk menentukan daya pembeda tiap item instrument penelitian adalah

sebagai berikut :

D = 𝑃𝑇 − 𝑃𝑅
𝑃𝐴 𝑃𝐵
PT = dan PR
𝐽𝐴 𝐽𝐵

Keterangan :

DB : Daya Pembeda

PT : Proporsi kelompok tinggi

PR : Proporsi kelompok bawah

PA : Jumlah jawaban yang benar pada kelompok atas

PB : Jumlah jawaban yang benar pada kelompok bawah

56
(Suharsimi Arikunto, 2017), 201.
48

JA : Jumlah skor ideal kelompok atas pada butir soal yang terpilih

JB : Jumlah skor ideal kelompok bawah pada butir soal yang terpilih

Daya pembeda yang diperoleh diinterpresentasikan dengan

menggunakan klasifikasi daya pembeda pada tabel 3.3 sebagai berikut :

Tabel 3.3
Kriteria Daya Pembeda
Besar D Interpretasi
D ≤ 0,00 Sangat Kurang
0,00 ≤ 𝐷 ≤ 0,20 Kurang
0,20 ≤ 𝐷 ≤ 0,40 Cukup
0,40 ≤ 𝐷 ≤ 0,70 Baik
0,70 ≤ 𝐷 ≤ 1,00 Baik Sekali

H. Metode Analisis Data

1. Uji Normalitas

Uji normalitas dilakukan untuk mengetahui normal atau tidaknya suatu

distribusi data. Langkah-langkah uji normalitas dengan rumus chi kuadrat

adalah :

𝑘 (0𝑖 − 𝐸𝑖 )2
X2hitung = 𝑖= 1
𝐸𝑖

Keterangan

X2 : Nilai chi-kuadrat

Oi : Frekuensi hasil pengamatan

Ei : Frekuensi harapan

K : Banyaknya kelas

Dalam penelitian ini pengujian normalitas data juga menggunakan uji

kolmogrov-smirnov yang menggunakan software SPSS Versi 22 dengan


49

kriteria pengujiannya dengan membandingkan nilai Sig (2-tailed) pada

tabel kolmogrov-smirnov dengan taraf signifikasi 0,05 atau 5%. Maka

dengan demikian dasar pengambilan keputusan jika data output dari data

tersebut memiliki nilai Sig untuk semua data yaitu K-S > 0,05 maka dapat

dikatakan bahwa data tersebut berdistribusi normal.

Berikut cara uji normalitas dengan menggunakan software SPSS Versi

22 dengan langkah sebagai berikut:

1) Membuka lembar kerja SPSS Versi 22.

2) Klik menu analyze, pilih eksplore, lalu klik pilihan plots pada kotak

dialog kemudian pilih normality plot with test kemudian continue lalu

ok.

3) Jika nilai signifikasi yang diperoleh > 0,05 maka dapat dikatakan data

tersebut berdistribusi normal.57

2. Uji Homogenitas

Setelah melakukan uji normalitas, kemudian akan dilakukan uji

homogenitas. Pengujian homogenitas dilakukan dalam rangka menguji

kesamaan varians setiap kelompok data, yaitu:

𝑆12 𝑛 𝑋 (2− 𝑋 )2
F= dimana 𝑆 2 =
𝑆22 𝑛(𝑛−1)

Keterangan

F = Homogenitas

S12 = Varian terbesar

57
Juliansyah Noor, Metodologi Penelitian (Jakarta: Kencana, 2017), h 177.
50

S22 = Varian terkecil

Adapun criteria dalam homogenitas ini adalah

Ho diterima jika Fh ≤ Ft

Ho ditolak jika Fh ≥ Ft

Ho : data memiliki varian homogeny

Ho : data tidak memiliki varian homogeny

Uji homogenitas yang dilakukan yaitu uji variansi yang menggunakan

software SPSS Versi 22. Pengambilan keputusan dilakukan dengan

membandingkan angka signifikansi nilai Sig.(2-tailed) dengan alpha 0,05

atau 5% dengan ketentuan jika Sig. (2-tailed) < alpha 0,05 maka tidak

homogen. Dan jika Sig. (2-tailed) > alpha 0,05 maka homogen. Berikut

langkah perhitungan homogenitas dengan menggunakan software SPSS

Versi 22 :

1) Membuka lembar kerja SPSS Versi 22.

2) Klik menu analyze, pilih eksplore, lalu klik pilihan plots pada kotak

dialog kemudian pilih power extimation kemudian continue lalu ok.

3) Jika nilai signifikasi yang diperoleh > 0,05 maka dapat dikatakan

varians data tersebut homogen.

3. Uji Hipotesis

Setelah melakukan uji normalitas dan uji homegenitas maka

selanjutnya akan dilakukan Uji Hipotesis. Tes-t atau t-Test merupakan

salah satu uji statistik yang digunakan untuk menguji kebenaran atau

kepalsuan hipotesis nihil yang menyatakan bahwa diantara dua buah rata-
51

rata sampel yang diambil secara random (acak) dari populasi yang sama

tidak terdapat perbedaan yang signifikan.58 Untuk menguji hipotesis pada

penelitian ini dilakukan uji independent sample pada taraf signifikansi 5%,

yaitu :

𝑋1 −𝑥 2
Thitung =
𝑛 1 −1 𝑆 2 2
1 + 𝑛 2 −1 𝑆 1 .( 1 + 1 )
𝑛 1+ 𝑛 2− 2 𝑛1 𝑛2

Keterangan

X1 : Nilai rata-rata kelompok eksperimen

X2 : Nilai rata – rata kelompok kontrol

S12 : Varian eksperiment

S22 : Varians kontrol

n1 : Jumlah peserta didik kelas eksperiment

n2 : Jumlah peserta didik kelas kontrol

Dalam penelitian ini untuk melakukan uji hipotesis digunakan software

SPSS Versi 22 dengan langkah sebagai berikut:59

1) Membuka lembar kerja SPSS Versi 22.

2) Pilih menu analyze, pilih compare means, kemudian pilih independent

sampel t test, lalu klik pilihan define grups lalu klik continue dan ok.

3) Jika nilai sig. (2-tailed) yang diperoleh < 0,05 maka dapat dikatakan

terdapat peningkatan penguasaan konsep peserta didik dengan

58
Anas Sudjana, Pengantar Evaluasi Pendidikan (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2011), h 278.
59
Johar Arifin, SPSS 24 Untuk Penelitian Dan Skripsi (Jakarta: Gramedia, 2018), h 96.
52

menggunakan model pembelajaran problem posing tipe within solution

posing.

H0 : Tidak ada pengaruh model pembelajaran Problem Posing tipe within

Solution posing terhadap penguasaan konsep peserta didik

H1 : Terdapat pengaruh model pembelajaran problem posing tipe within

solution posing terhadap penguasaan konsep peserta didik

1) Kriteria pengujiannya berdasarkan thitung

a) Jika thitung > ttabel maka H1 diterima

b) Jika thitung < ttabel dengan 0,05 atau 5% maka Ho diterima

2) Kriteria pengujiannya berdasarkan Sig. (2-tailed)

a) Jika nilai probability (sig ≤ 0,05) maka H0 ditolak

b) Jika nilai probability (sig ≥ 0,05) maka H0 diterima.


53

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

1. Deskripsi Data Penelitian

Pada penelitian yang telah dilaksanakan oleh peneliti kelas VII A dan

VII B SMP N 3 Tulang Bawang Tengah untuk kelas eksperimen

menggunakan model problem posing tipe within solution posing dan untuk

kelas kontrol menggunakan model pembelajaran konvesional di uraikan

pada tabel 4.1 sebagai berikut :

Tabel 4.1
Data Nilai Pretest dan Nilai Postest
Nilai Kelas Eksperiment Nilai Kelas Kontrol
No

Pretes Postest Pretes Postes


(1) (2) (3) (4) (5)
1 40 75 65 70
2 70 85 40 50
3 50 65 55 60
4 45 80 60 75
5 50 90 35 60
6 60 90 50 70
7 55 75 55 65
8 65 65 45 70
9 70 90 50 55
10 45 80 60 65
54

11 55 75 55 60
12 65 80 40 55
13 40 65 50 55
14 65 80 45 65
15 60 80 35 55
16 45 85 60 65
17 70 80 55 65
18 55 75 40 50
19 60 90 55 65
20 60 75 60 70
21 45 85 65 70
22 50 85 55 75
23 40 70 50 60
24 55 75 55 60
25 55 80 40 65
26 65 70 45 60
27 70 85 50 60
28 65 75 65 60

Dari data tersebut diperoleh nilai tertinggi, nilai terendah, rata-rata,

nilai postest kelas eksperimen dan nilai postes kelas kontrol pada tabel 4.2

dan tabel 4.3 sebagai berikut:

Tabel 4.2
Nilai Postest Kelas Eksperimen Kelas VII A
Kriteria Postest
Nilai Tertinggi 90
Nilai Terendah 65
Rata-rata 78,75
55

Pada nilai postes kelas eksperimen yang menggunakan model

pembelajaran problem posing tipe within solution posing diatas dapat

diketahui nilai tertinggi 90, nilai terendah 65, rata-rata 78,75.

Tabel 4.3
Nilai Postest Kelas Kontrol Kelas VII B
Kriteria Postest
Nilai Tertinggi 75
Nilai Terendah 50
Rata-rata 62,67

Pada nilai postest kelas kontrol yang menggunkan model pembelajaran

konvesional diatas diketahui nilai tertinggi 75, nilai terendah 50, nilai rata-

rata 62,67.

2. Analisis Uji Coba Instrumen

a. Uji Validitas
Validitas adalah salah satu syarat penting untuk mengukur suatu

obyek atau variable yang ditentukan dalam sebuah instrument. Dibawah

ini merupakan criteria validasi pada tabel 4.4 dan hasil dari uji coba

instrument pada tabel 4.5 dalam kevalidan instrument:

Tabel 4.4
Kriteria Validasi
Interval Koefisiensi Tingkat Hubungan
0,00 ≤ r < 0,20 Sangat Rendah

0,21 ≤ r < 0,40 Rendah

0,40 ≤ 𝑟 < 0,60 Sedang

0,60 ≤ 𝑟 < 0,80 Kuat


56

0,80 ≤ 𝑟 < 1,00 Sangat Kuat


Sumber : Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D
Tabel 4.5
Hasil Uji Validasi Soal Pilihan Ganda
Uji validitas soal pilihan ganda
No Rtabel Rhitung Kriteria
soal
(1) (2) (3) (3)
1 0,374 0,687 Valid
2 0,374 0,499 Valid
3 0,374 0,601 Valid
4 0,374 0,516 Valid
5 0,374 0,528 Valid
6 0,374 0,516 Valid
7 0,374 0,488 Valid
8 0,374 0,779 Valid
9 0,374 0,742 Valid
10 0,374 0,437 Valid
11 0,374 0,421 Valid
12 0,374 0,580 Valid
13 0,374 0,439 Valid
14 0,374 0,518 Valid
15 0,374 0,377 Valid
16 0,374 0,449 Valid
17 0,374 0,297 Tidak Valid
18 0,374 0,435 Valid
19 0,374 0,294 Tidak Valid
20 0,374 0,358 Tidak Valid
21 0,374 0,453 Valid
22 0,374 0,432 Valid
23 0,374 0,195 Tidak Valid
24 0,374 -0,122 Tidak Valid
25 0,374 0,559 Valid
Sumber: SPSS Statistic versi.22

Berdasarkan hasil uji validasi pilihan ganda dengan rtabel 0,374 maka

dapat dinyatakan butir-butir soal pilihan ganda dari 20 soal pilihan ganda

yang valid dengan nomer 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 10, 11, 12, 13, 14, 15, 16,
57

18, 21, 22, 25, sedangkan untuk soal yang tidak valid terdapat pada nomer

17, 19, 20, 23, 24, soal yang tidak valid tidak dipakai atau di drop.

b. Uji Reliabilitas

Uji reliabilitas merupakan taraf kepercayaan yang tinggi jika tes

tersebut dapat memberikan hasil yang tetap dimana reliabilitas

berhubungan dengan masalah kepercayaan.60 Tujuan dari reliabilitas

yaitu dapat mengetahui bentuk konsistensi dari sebuah instrument

sebagai alat ukur penelitian. Hasil uji reliabilitas dapa dilihat pada tabel

4.6 sebagai berikut:

Tabel 4.6
Hasil Uji Reliabilitas Soal Pilihan Ganda

Sumber : SPSS Statistic Versi.22

Menurut sugiono instrument dapat dikatakan reliable apabila nilai hitung dapat

melebihi 0,06. Berdasarkan hasil dari uji reliabilitas soal pilihan ganda dapat

dilihat dengan hasil 0,99 > 0,06 maka dapat dinyatan bahwa instrument tersebut

reliable.

60
Suharsimi Arikunto, Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan, 2nd edn (Jakarta: Bumi Aksara, 2017),
h 203.
58

c. Uji Tingkat Kesukaran

Soal dapat di katakana baik apabila soal tersebut tidak terlalu mudah

dan tidak terlalu sukar. Soal yang terlalu mudah tidak dapat merangsang

siswa untuk berfikir lebih tinngi untuk memecahkannya. Sebaliknya,

apabila soal terlalu sukar akan menyebabkan siswa menjadi putus asa

dan tidak mempunyai semangat mencoba lagi karena diluar

kemampuannya. Dapat dilihat interprestasi tingkat kesukaran dapat

dilihat pada tabel 4.7 dan hasil uji tingkat kesukaran dapat dilihat di 4.8

sebagai berikut:

Tabel 4.7
Inteprestasi Tingkat Kesukaran Butir Soal
Besar P Inteprestasi
P ≤ 0,30 Sukar
0,30 < P ≤ 0,70 Sedang
P > 0,70 Mudah

Tabel 4.8
Hasil Uji Tingkat Kesukaran
No Indeks Tingkat Kesukaran kriteria Tingkat kesukaran
Soal
1 0,61 Sedang
2 0,46 Sedang
3 0,39 Sedang
4 0,50 Sedang
5 0,64 Sedang
6 0,57 Sedang
7 0,50 Sedang
8 0,64 Sedang
9 0,71 Mudah
10 0,75 Mudah
11 0,75 Mudah
12 0,82 Mudah
59

13 0,86 Mudah
14 0,79 Mudah
15 0,82 Mudah
16 0,79 Mudah
17 0,89 Mudah
18 0,75 Mudah
19 0,82 Mudah
20 0,57 Sedang
Sumber: SPSS Statistic versi 22

Dari tabel diatas dapat diketahui dari 20 soal pilihan ganda nomer 9, 10, 11,

12, 13, 14, 15, 16, 17, 18, 19 dengan tingkat kesukaran mudah sedangkan nomer

1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 20 dengan tingkat kesukaran sedang.

d. Uji Daya Pembeda

Uji daya pembeda merupakan suatu soal yang digunakan untuk

membedakan siswa yang berkemampuan tinggi dan siswa yang

berkemampuan rendah.61 Hasil uji daya beda dapat dilihat pada tabel

4.9 sebagai berikut:

Tabel 4.9
Hasil Uji Daya Beda Butir Soal
No Kriteria Jumlah Nomer Item Soal
Soal

1 Buruk 1 24

2 Cukup 15 2, 10, 11, 12, 13,


14, 15, 16, 17, 18,
19, 20, 21, 22, 23

3 Baik 8 1, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9

4 Sangat 1 8

61
(Suharsimi Arikunto, 2017), h 11.
60

Baik

Sumber: Microsoft Excel 2010

Berdasarkan hasil uji daya pembeda diatas dapat dilihat 1 butir soal

buruk, 15 butir soal cukup, 8 butir soal baik dan 1 butir soal sangat baik.

B. Uji Instrumen

1. Uji Normalitas

Tabel 4.11
Hasil Uji Normalitas Pretest Postest Kelas Eksperimen dan Kontrol

Pada hasil uji normalitas diatas dapat disimpulkan bahwa data tersebut

berdistribusi normal nilai sig pretest pada kelas eksperimen sebesar 0,17 >

0,05, nilai sig postest pada kelas eksperimen sebesar 0,18 > 0,05, nilai sig

pretest pada kelas kontrol sebesar 0,05 > 0,05, nilai sig postest pada kelas

kontrol sebesar 0,08 > 0,05, dengan demikian dapat disimpulkan bahwa data

tersebut berdistribusi normal.


61

2. Uji Homogenitas

pada uji homogenitas dilakukan dengan menggunakan

SPSS versi 22 di dapat hasil sebagai berikut :

Tabel 4.12
Hasil Uji Homogenitas pretes dan Postest

Sumber: SPSS Statistic Versi.22

Untuk mengetahui homogenitas data yang diperoleh nilai sig

> 0,05 maka instrument dapat dikatakan data penelitian dapat

dikatakan homogen. Sebaliknya jika sig < 0,05 maka instrument

data tersebut tidak homogen. Pada tabel di atas hasil sig. sebesar

0,101 > 0,05 (5%) maka data instrument peneliti dapat dinyatakan

homogen.

3. Uji Hipotesis

pada uji hipotesis dilakukan dengan menggunakan SPSS

versi 22 dibawah ini hasil uji T-test (Independent sampel T-test).


62

Tabel 4.13
Hasil Uji T-test Pretest dan Postest

Sumber: SPSS Statistic Versi 22

Dari data diatas dapat diketahui data postest diperoleh sig. (2-

tailed) sebesar 0,00 < 0,05 artinya nilai postest kelas eksperimen

tidak sama dengan nilai rata-rata postest kelas kontrol. Sehingga

dapat disimpulkan bahwa penguasaan konsep menggunakan model

pembelajaran problem posing tipe within solution posing lebih

efektif di bandingkan penguasaan konsep kelas kontrol yang

menggunkan model pembelajaran kontrol.

Dapat disimpulkan bahwa H0 ditolak dan H1 diterima dan

terdapat pengaruh model pembelajaran problem posing tipe within

solution posing terhadap penguasaan konsep pada mata pelajaran

PAI kelas VII di SMP N 3 Tulang Bawang Tengah.


63

C. Pembahasan

Penelitian ini dimulai pada tanggal 30 Januari sanpai 29 Februari

2020. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh model

pembelajaran problem posing tipe within solution posing terhadap

penguasaan konsep peserta didik di SMP N 3 Tulang Bawang Tengah.

1. Kelebihan model pembelajaran problem posing tipe within solution

posing

a. Mendidik murid berpikir kritis

b. Siswa aktif dalam pelajaran

c. Perbedaan pendapat siswa mudah diketahui sehingga mudah diarahkan

pada diskusi yang sehat

d. Belajar menganalisi sesuatu masalah

e. Mendidik anak percaya pada diri sendiri.

Untuk mengetahui penguasaan konsep peserta didik dapat dilihat

dari nilai pretest dan postest yang diberikan. Sebelum diterapkan model

pembelajaran, kelas eksperimen dan kelas kontrol peserta didik

diberikan pretes kedua kelas mendapatkan nilai rata-rata 56,06 dan

51,25.

Setelah melaksanakan pretest kelas eksperimen dan kelas kontrol,

kemudian peneliti menggunakan model pembelajaran problem posing

tipe within solution posing dikelas eksperimen dan model pembelajaran

konvesional dikelas kontrol.


64

Hal ini sesuai teori yang dikemukakan oleh Aris Suhaimi Model

pembelajaran problem posing tipe within solution posing peserta didik

dituntut untuk berpikir lebih aktif sehingga menimbulkan semangat

belajar selain itu model pembelajaran ini juga menuntut peserta didik

untuk menjawab pertanyaan yang dibuatnya baik secara mandiri

ataupun dibantu oleh temannya atau oleh gurunya.

Penguasaan konsep siswa dapat dilihat nilai posttest kelas

eksperimen memperoleh nilai tertinggi diperoleh 90, nilai terendah 65

dan memiliki rata-rata 78,75. Sedangkan nilai postes kelas kontrol

memperoleh nilai tertinggi 75 nilai terendah 50 dan memiliki rata-rata

62,67.

Berdasarkan hasil dari penelitian menunjukan bahwa dari hasil

analisis data menggunakan independen sampel T-test sig.(2-tailed)

sebesar 0,00 yang berarti lebih kecil dari pada 0,05 (0,00 < 0,05) maka

H1 diterima yang artinya ada pengaruh model pembelajaran problem

posing tipe within solution posing terhadap penguasaan konsep peserta

didik pada mata pelajaran PAI kelas VII di SMP N 3 Tulang Bawang

Tengah.

Hal ini sesuai dengan penelitian yang telah dilakukan oleh Megawati

tahun 2017 dan Riswanto tahun 2015 dengan hasil yang menyatakan

bahwa model pembelajaran problem posing tipe within solution posing

dapat memberikan peningkatan penguasaan konsep pada peserta didik.

Hal ini menunjukan bahwa penelitian yang dilakukan sejalan dengan


65

penelitian sebelumnya, bedanya adalah model pembelajaran problem

posing tipe within solution posing terhadap penguasaan konsep yaitu

materi pelajaran yang di pilih dan penerapannya di tingkat SMP.


66

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Dari hasil penelitian yang telah dilakukan oleh peneliti bahwa penggunaan

model pembelajaran problem posing tipe whitin solution posing berpengaruh

signifikan terhadap penguasaan konsep peserta didik pada mata pelajaran

pendidikan agama islam kelas VII di SMP N 3 Tulang Bawang Tengah. Hasil

uji hipotesis dengan mendapatkan nilai sig.(2-tailed) = 0,00 < 0,05, artinya H1

diterima dan Ho ditolak. Hal ini menunjukan bahwa terdapat pengaruh yang

kuat antara variable (X) model pembelajaran problem posing tipe within

solution posing dengan variable (Y) penguasaan konsep.

B. Saran

1. Bagi Guru

Model pembelajaran problem posing tipe within solution posing di

harapkan di sosialisasikan sebagai alternative dalam meningkatkan

penguasaan konsep pendidikan agama islam peserta didik.

2. Bagi Peserta Didik

Apabila ingin menguasi materi yang maksimal pada mata pelajaran PAI

dengan menggunakan model pembelajaran problem posing tipe within

solution posing maka peserta didik perlu meningkatkan kegiatan

membacanya agar memperoleh pengetahuan yang luas agar dapat

dikonstruksi kedalam bentuk pertanyaan.


67

3. Bagi Peneliti Lain

Peneliti selanjutnya mempersiapkan waktu lebih sebelum dimulai untuk

mensosialkan model pembelajaran kepada peserta didik lebih optimal.


68

DAFTAR PUSTAKA

Anwar, Syaiful, 2014. Desain Pendidikan Agama Islam Konsepsi Dan


Aplikasinya Dalam Pembelajaran Di Sekolah. Yogyakarta: Idea Pres.
Arifin, Johar, 2018. SPSS 24 Untuk Penelitian Dan Skripsi. Jakarta: Gramedia
Arikunto, Suharsimi, 2017. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan, 2nd edn. Jakarta:
Bumi Aksara.
Departemen Agama RI, 2012. Al – Qur’an Dan Terjemahannya. Jakarta pusat:
Bintang Indonesia Jakarta.
Departemen Pendidikan Dan Kebudayaan, 2017. Kamus Besar Bahasa Indonesia.
Jakarta: Balai Pustaka.
Dimyanti & Mudjiono, 2017. Belajar & Pembelajaran, Belajar&pembelajaran.
Jakarta: Rineka Cipta,
Widoyoko,Eko Putro 2018. Teknik Penyusunan Instrumen Penilaian. Yogyakarta:
Pustaka Belajar
Firdaus, Rijal, 2017. Desain InstrumenPengukuran Afektif. Bandar Lampung:
Anugrah Utama Raharja (AURA).
Frimayanti, Ade Imelda, 2017 ‗Implementasi Pendidikan Nilai Dalam Pendidikan
Agama Islam‘, Al-Tadzkiyyah: Jurnal Pendidikan Islam, 8.Ii
Hamalik, Oemar. 2016. Perencanaan Pengajaran Berdasarkan Pendekatan
Sistem, 12th edn. Jakarta: Bumi Aksara.
Asfar,Irfan Taufan 2018. Model Pembelajaran PPS (Problem Posing Dan
Solving). Jawa Barat: CV Jejak.
M, Endang, 2011. Metode Penelitian Terapan Bidang Pendidikan. Bandung:
Alfabeta
Megawati. 2015. Pengaruh Model Pembelajaran Problem Posing Terhadap
Hasil Belajar Pokok Bahasa Pemuaian Pada Peserta Didik Kelas VII Pada
SMPN 4 Bandar Lampung, Journal of Chemical Information and Modeling.
Bandar Lampung.
Muhaimin, 2014. Paradigma Pendidikan Islam, Upaya Mengefektifkan
Pendidikan Agama Di Sekolah. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Ngalimun, 2016. Strategi Dan Model Pembelajaran, 2nd edn. Yogyakarta:
Aswaja Pressindo.
Noor, Juliansyah, 2017. Metodologi Penelitian. Jakarta: Kencana
Pahrudin,Agus 2017, Strategi Belajar Mengajar Pendidikan Agama Islam Di
Madrasah. Bandar Lampung: Pusaka Media.
69

Ramayulis, 2018. Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta: Kalam Mulia.


———, 2005. Metodologi Pendidikan Agama Islam. Jakarta: Kalam Mulia.
Dahar,Ratna Wilis 2018. Teori-Teori Belajar Dan Pembelajaran. Bandung:
Erlangga.
Riswanto, Pengaruh Model Pembelajaran Problem Posing Tipe Within Solution
Posing Terhadap Penguasaan Konsep Biologi Peserta Didik Kelas XI SUB
BAB Sistem Reproduksi (Bandar Lampung, 2015)
Roestiyah, 2008. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineka Cipta.
Rusman, 2016. Model-Model Pembelajaran: Mengembangkan Propesionalisme
Guru. Jakarta: Rajawali Pers.
Sagala, 2017. Syaiful, Konsep Dan Makna Pembelajaran, 13th edn. Bandung:
Alfabeta.
Shoimin, Aris, 2017. 68 Model Pembelajaran Inovatif Dalam Kurikulum 2013,
1st edn.Yogyakarta: Ar-ruzz Media.
Silaban, Bajongga, 2014 ‗Hubungan Antara Penguasaan Konsep Fisika Dan
Kreativitas Dengan Kemampuan Memecahkan Masalah Pada Materi Pokok
Listrik Statis‘, Jurnal Penelitian Bidang Pendidikan.
Sudjana, Anas, 2011. Pengantar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Raja Grafindo
Persada.
Sugiyono, 2018, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif Dan R&D. Bandung:
Alfabeta.
———, 2017. Metode Penelitian Pendidikan, 26th edn. Bandung: Alfabeta.
———, 2017. Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kombinasi, VII.
Bandung: Alfabeta
Supriyanto, Agus, 2017. Cooperative Learning, XVII. Yogyakarta: Pustaka
Belajar.
SuryoSubroto, 2014. Proses Belajar Mengajar Di Sekolah, III. Jakarta: Rineka
Cipta.
Syah, Muhibin, 2015. Psikologi Pendidikan Dengan Pendekatan Baru, 19th edn
Bandung: PT Remaja Roesda Karya.
Trianto, ‗Mendesain Model Pembelajaran Inovetif-Progresif Konsep, Landasan
Dan Implementasinya Pada KTSP‘, in Jakarta: Kencana. (Jakarta: Kencana
Prenada Media Group, 2015)
Umar Tirtaraharja & Sulo, S.L.La, 2018. Pengantar Pendidikan. Jakarta: Rineka
Cipta.
LAMPIRAN
2

Data absen siswa kelas eksperimen dan kelas kontrol di SMP N 3 Tulang Bawang
Tengah tahun ajaran 2019/2020
No Kelas Eksperimen Kelas Kontrol
Nama L/P Nama L/P
1 Adelia P Alfin Iqbal Fadillah L
2 Agni Pratistha P Aneza Egilika P
3 Alfan Nur Haqqi L Anisa FitriaL. P
4 Ariya Ramadani P Arif Haryadi L
5 Artiza Clara L.R P Berliana Saputri P
6 Auliya Azzahra P Dani Saputra L
7 Bella Rizky P. P Dimas Danang A. L
8 Deni Setiawan L Dwi Margaretha P
9 Doni Pratama L Eka Saputra L
10 Dwi aziz L Eki P. P
11 Eka Agus S. L Elma Viana P
12 Eka Ariyani P Epi Rismawati P
13 Farel Surya L Fian Muhtarul L
14 Hafitz Farsyal A. L Jefri Ariyanto L
15 Indah Ayu Safitri P Linda Rara W. P
16 Intan Gita Utari P Muhammad S. L
17 Joesta Bara Putra L Reihan Mahardika L
18 Kaila Anastasia P Roihan Mahardika L
19 Komariyah P Roy Firmansah G. L
20 Marsel Irma Yuda L Sabila Suci R. P
21 Misbahul Huda L Satri Panca P. L
22 Muhammad David L Tri Wahyuni P
23 Nayla Fauzil P Vanessa Putri P
24 Putri Dwi Lestari P Vina Ayu S. P
25 Rena Nuraini P Wijaya Kusuma L
26 Rendi Fernandes L Wulan Asriani P
27 Satria Anggara L Wenda Ari G. P
28 Selpiona p Yunita Sari P
3

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN


(RPP)
Kelas Eksperimen

Nama Sekolah/Madrasah : SMP N 3 Tulaang Bawang Tengah


Mata Pelajaran : Pendidikan Agama Islam
Kelas/Semester : II / Genap
Materi Pokok : Islam Memberikan Kemudahan Melalui Sholat
Jamak dan Qosar
Alokasi Waktu : 9 X 40 Menit (9 Jam Pelajaran)

A. Kompetensi Inti (KI)


KI-1. Menerima, menjalankan, dan menghargai ajaran agama yang
dianutnya.
K1-2 Menunjukkan perilaku jujur, disiplin, tanggung jawab, santun, peduli,
dan percaya diri dalam berinteraksi dengan keluarga, teman, guru, dan
tetangganya serta cinta tanah air.
KI-3. Memahami pengetahuan faktual dan konseptual dengan cara
mengamati dan menanya berdasarkan rasa ingin tahu tentang dirinya,
makhluk ciptaan Tuhan dan kegiatannya, dan benda-benda yang
dijumpainya di rumah, di sekolah dan tempat bermain.
KI-4. Mencoba, mengelola dan menyajikan, dalam ranah konkret
(menggunakan, mengurai, merangkai, memodifikasi, dan membantu)
dan ranah abstrak ( menulis, membaca, menghitung, dan mengarang)
sesuai dengan yang dipelajari disekolah dan sumber lain yang sama
dalam sudut pandang teori.

B. Kompetensi Dasar (KD) & INDIKATOR


Kompetensi Dasar (KD)
1.7 Menunaikan sholat jamak qosar ketika berpergian jauh (musafir) sebagai
implementasi dari pemahaman ketaatan beribadah
4

3.1 Memahami ketentuan sholat jamak qasar


4.1 Mempraktikan sholat jamak dan qasar
Indikator
1. Menjelaskan pengertian sholat jamak dan qasar beserta dasar hukumnya
2. Menunjuk dalil tentang shalat jamak dan qasar
3. Merinci syarat-syarat melaksanakan sholat jamak
4. Mengklasifikasikan macam-macam sholat yang bisa di jamak dan qasar
5. Menentukan bentuk-bentuk pelaksanaan sholat jamak
6. Menyebutkan hikmah shalat jamak dan qasar
7. Mempraktikkan sholat jamak dan qasar

C. Tujuan Pembelajaran
1. Siswa dapat menjelaskan pengertian sholat jamak dan dasar hukumnya
2. Siswa dapat menunjuk dalil tentang shalat jamak dan qasar
3. Siswa dapat merinci syarat-syarat melaksanakan sholat jamak
4. Siswa dapat Mengklasifikasikan macam-macam sholat yang bisa di
jamak
5. Siswa dapat menentukan bentuk-bentuk pelaksanaan sholat jamak
6. Siswa dapat menyebutkan hikmah shalat jamak dan qasar

D. Materi Pokok
 Islam memberikan kemudahan melalui sholat jamak dan qosar

E. Pendekatan, Metode Dan Model Pembelajaran


Pendekatan : Scientific
Metode : Diskusi, Drill, Tanya Jawab, dan Ceramah
Model : Problem Posing

F. Alat dan Sumber Pembelajaran


Media :
- Gambar/Vidio - Spidol
5

- Papan Tulis
Sumber Belajar:
- Buku siswa PAI kelas VII - Buku paket PAI kelas VI
G. Langkah-Langkah Pembelajaran
Kegiatan Deskripsi Waktu
Pendahuluan/Kegiatan Awal
 Guru mengucapkan salam dan mengajak 15 Menit
semua siswa untuk berdoa yang dipimpin
oleh salah satu siswa
 Guru memeriksa kehadiran,
 Guru memberikan ice breaking
 Guru memberikan pretest
 Guru memberikan apersepsi pelajaran
 Guru menyampaikan tujuan pembelajaran
Kegiatan Inti
Mengamati(observing) 50 Menit
 Peserta didik mengamati video/gambar yang
berkaitan dengan sholat jamak

Menanya (questioning)
 Guru memberikan kesempatan pada siswa
untuk bertanya tentang gambar/vidio yang
berkaitan dengan sholat jamak

Mengumpulkan informasi /mencoba


(experimenting)
 Guru meminta peserta didik membentuk
kelompok sendiri terdiri dari 4-6 orang
 Guru membagikan, LPP 1 dan LPP 2
 Guru menjelaskan materi secara singkat
6

 Guru kemudian memberikan contoh soal


tentaang sub konsep materi pokok sholat
jamak
Menalar/Mengasosiasi (associating)
 Menugaskan kelompok untuk menyelesaikan
masalah/pertanyaan yang dibuat oleh masing-
masing kelompok dan menuliskan
jawabannya pada lembar problem posing 2
 Meminta peserta didik melaksanakan diskusi
kelas dalam menjawab masalah / pertanyaan
yang dibuat oleh kelompok lain

Mengomunikasikan (communicating)
 Guru meminta perwakilan dari setiap
kelompok untuk mempresentasikan hasil
kerja kelompok mereka di depan kelas
 Guru meminta siswa untuk mempraktikan
sholat jamak dan qosar
 Setelah melangsungkan praktek shalat jamak
dan qasar siswa mendapat soal berupa
pengulangan materi yang diharapkan mampu
menambah pengetahuan
Kegiatan Menutup
 Guru dan siswa menyimpulkan materi yang 15 Menit
dipelajari hari ini
 Guru memberikan soal post test pada siswa
 Guru menanyakan kepada siswa terkait
materi yang belum dipahami
 Guru mengingatkan siswa untuk tetap belajar
dirumah
7

 Guru mengajak peserta didik untuk berdoa


 Guru mengakhiri pembelajaran dengan
berdoa

H. Penilaian
Bentuk Instrumen :
1. Teknik : Tes
2. Tes Unjuk Kerja : Lembar Problem Posing 1 dan 2
3. Penilaian Efektif Shalat Jamak Qasar
Alternatif jawaban
No Aspek Yang dinilai S S KK TK
(4) (3) (2) (1)
1. Saya suka melaksanakan shalat jamak qasar
karena dapat mempermudah saat saya
bepergian
2. Saya yakin shalat jama qasar itu mudah
dikerjakan.
3. Saya akan mengajak teman-teman untuk
mengerjakan shalat jamak dan qasar saat
bepergian
4. Saya yakin bahwa shalat jamak dan qasar
kemudahan yang diberikan oleh Allah SWT
5. Saya yakin kemudahan yang diberikan oleh
Allah SWT sangat tepat untuk orang yang
sedang berpergian
6 Saya yakin shalat jamak dan qasar itu sangat
mudah untuk dilaksanakan
Keterangan : S (4) = Selalu, S (3) = Sering, KK (2) = Kadang-kadang, TK (1) =
Tidak pernah

4. Penilaian Praktik Shalat Jamak Qasar


8

Aspek Yang Dinilai


No Nama Siswa Jumlah Nilai
1 2 3
1

Aspek yang dinilai :

1. Niat Shalat Jamak Qasar


1.1 Jika siswa dapat melafalkan niat dengan lancar dan tartil, skor 4
1.2 Jika siswa bisa melafalkan niat dengan lancar dan tidak tartil, skor 3
1.3 Jika siswa tidak bisa lancar membaca niat dan tidak tartil, skor 2
1.4 Jika siswa tidak bisa membaca dan tidak lancar, skor 1
2. Gerakan Shalat Jamak Qasar
2.1 Jika siswa dapat melakukan gerakan dengan sempurna, skor 4
2.2 Jika siswa dapat melakukan gerakan kurang sempurna, skor 2
3. Tertib Gerakan Shalat Jamak Qasar
3.1 Jika siswa melaksanakan praktik dengan tertib, skor 4
3.2 jika siswa melaksanakan praktik tidak tertib, skor 2

5. Tes Tertulis

1. Shalat yang boleh dijamak adalah…..


a. Shalat zuhur dengan shalat ashar
b. Shalat ashar dengan shalat magrib
c. Shalat magrib dengan shalat subuh
d. Shalat subuh dengan shalat zuhur
2. Seseorang diizinkan melakukan shalat jamak apabila…..
a. Dalam keadaan santai
b. Dalam perjalanan jauh
9

c. Dalam keadaan lupa


d. Dalam keadaan sibuk
3. Bagas bersama teman-temannya pergi tamasya ke Semarang. Mereka
berangkat dari Jakarta pukul 05.30. Mereka berhenti di masjid untuk istirahat
dan melakukan shalat. Bagas dan teman-temannya melakukan shalat Zuhur,
kemudian mengerjakan shalat Asar. Shalat yang dilakukan oleh Bagas adalah
shalat…..
a. Jamak takhir
b. Jamak taqdim
c. Qasar
d. Wajib
4. Pernyataan di bawah ini adalah contoh shalat jamak takhir adalah…..
a. Shalat maghrib dan shalat isya dikerjakan pada waktu shalat isya
b. Shalat zuhur dan shalat asar dikerjakan pada waktu shalat zuhur
c. Shalat subuh dan shalat zuhur dikerjakan pada waktu shalat zuhur
d. Shalat isya dan shalat subuh dikerjakan pada waktu shalat subuh
5. Shalat yang dapat di qasar adalah…..
a. Shalat Zuhur
b. Shalat Magrib
c. Shalat Subuh
d. Alat ida’in
6. ‫اﺻﻠﻲﻓﺮﺿﺎﻟﻈﻬﺮ ارﺑﻊ رﻛﻌﺖﻣﺠﻤﻮﻋﺎ ب اﻟﻌﺼﺮﺟﻤﻊﺗﻌﺤﺮ اﷲﺗﻌﺎﻟﻲ‬
Lafadz diatas merupakan niat shalat…..
a. Shalat magrib digabung dengan shalat isya
b. shalat isya digabung dengan shalat magrib
c. shalat zuhur dua rakaat saja
d. Shalat zuhur digabung dengan shalat asar
7. Shalat jamak berarti…..
a. meringkat shalat
b. menunda shalat
c. meninggalkan shalat
10

d. menggabungkan shalat
8. Bila kita mengqasar shalat zuhur dan shalat asar berarti kita melaksanakan
shalat…..
a. 4 rakaat Zuhur dan Asar
b. 2 rakaat sekaligus Zuhur dan Asar
c. 2 rakaat Zuhur dan 2 rakaat Asar
d. 8 rakaat Zuhur dan Asar
9. Syarat sah shalat qasar adalah…..
a. Niat qasar pada saat do’a iftitah
b. Niat qasar pada saat takbiratul ikram
c. Berpergian jauh minimal 80,640 km
d. Shalat yang di-qasar adalah shalat yang kelipatan dua
10. Khodijahpergi ke salah satu pesantren yang ada di Bandung. Khodijah
berangkat pukul 06.00, dan tiba di sana menjelang shalat Zuhur. Khodijah
melaksanakan shalat Zuhur dan asar sekaligus meringkas shalat-nya shalat
yang dilakukan Khodijah adalah…..
a. jamak taqdim
b. jamak takhir
c. jamak qasar
d. qasar
11. Agar proses belajar di sekolah tidak terganggu, Ilyas mengqasar shalat
Zuhur dan Asar. Pelaksanaan shalat Ilyas ini menurut hukum agama
adalah…..
a. Dibenarkan karena tujuan belajar.
b. Boleh-boleh saja
c. Tidak dibenarkan
d. Sangat boleh sekali
12. Shalat jamak ada dua macam yaitu…..
a. Jamak qasar dan jamak takhir
b. Jamak ta’dim dan jamak takhir
c. Jamak ta’dim dan jamak qasar
11

d. Jamak ta’dim dan jamak ta’alim


13. Shalat shubuh tidak bisa diqashar karena…..
a. Waktu shalatnya pagi
b. Berjumlah dua raka'at
c. Tidak bisa satu raka'at
d. Shubuh waktunya pendek

14. Shalat yang diringkas disebut…..


a. Shalat jamak ta’dim
b. Shalat jamak takhir
c. Shalat qasar
d. Shalat subuh
15. Allah SWT memberikan kemudahan dan kemurahan di dalam
melaksanakan shalat. Kemudahan atau keringanan tersebut dikenal
dengan istilah…..
a. Jamak
b. Qasar
c. Rukhsah
d. Sunah
16. Jarak tempuh perjalanan yang diperbolehkan untuk melaksanakan shalat
jama' dan qashar adalah…..
a. Tiga farsakh
b. Empat farsakh
c. Dua farsakh
d. Lima farsakh
ّ ِ ‫ﻈﻬ ِْﺮ َر ْﻛ َﻌﺘَي ِْن قَﺼ ًْﺮ‬
17. ‫لِلاِ ﺗ َ َﻌﺎﻟى‬ َ ‫ﺻ ِﻠّ ْﻲ ﻓَ ْﺮ‬
ُّ ‫ﺽ اﻟ‬ َ ُ‫ا‬
Lafadz diatas merupakan niat….
a. Shalat jamak takhir
b. Shalat jamak ta’dim
c. Shalat qasar
d. Shalat jamak qasar
12

18. Apa yang membedakan shalat qashar dengan shalat biasa selain
jumlahnya yang diringkas…..
a. Tidak ada bacaan tasyahud awal
b. Tidak ada salam
c. Membaca niat
d. Membaca iftitah
19. Shalat yang tidak bisa di qasar adalah…..
a. Shalat isyak dan shalat subuh
b. Shalat subuh dan shalat zhuhur
c. Shalat ashar dan shalat magrib
d. Shalat subuh dan shalat magrib
20. Shalat yang dilakukan dengan cara gabungkan dua shalat fardu dan
dilaksanakan pada saat waktu shalat fardu yang pertama disebut…..
a. Shalat jamak takhir
b. Shalat jamak qasar
c. Shalat jamak ta’dim
d. Shalat qasar

Bandar Lampung
Januari 2020
Guru PAI Peneliti

Sumiyati, S.Ag Badriyah


NIP. NPM 1611010100

Mengetahui
Kepala SMP N 3 Tulang Bawang Tengah

Ibnu Hajar, S.Pd


NIP 196902011999031004
Kisi-Kisi InstrumenTes

Sekolah : SMP N 3 TulangBawang Tengah

Mata Pelajaran :Pendidikan Agama Islam

Kurikulum : 2013

AlokasiWaktu : 6 X 40 menit

Jumlah : 25 soal

RanahKognitif
No KompetensiDasar Indikator
C1 C2 C3

1 Memahami  Menjelaskan 5,22, 6,7,14

ketentuan sholat pengertian sholat ,

jamak qasar jamak dan qasar 15,18,

beserta dasar 24,

hukumnya

 Menunjuk dalil 23

tentang shalat jamak

dan qasar

 Merinci syarat-syarat 2,9,10

melaksanakan shalat ,11,16

jamak ,

 Mengklasifikasikan 1,19,2 8,1

macam-macam shalat 0 7

jamak dan qasar

 Menentukan bentuk- 3,12,


bentuk pelaksanaan 13, 21

shalat jamak

 Menyebutkan hikmah 25

shalat jamak dan

qasar
no Soal Kuncijawaban Skor
1. Shalat yang boleh dijamak adalah….. A 5
a. Shalat zuhur dengan shalat ashar
b. Shalat ashar dengan shalat magrib
c. Shalat magrib dengan shalat subuh
d. Shalat subuh dengan shalat zuhur
2. Seseorang diizinkan melakukan shalat
B 5
jamak apabila…..
a. Dalam keadaan santai
b. Dalam perjalanan jauh
c. Dalam keadaan lupa
d. Dalam keadaan sibuk
3. Bagas bersama teman-temannya pergi
B 5
tamasya ke Semarang. Mereka
berangkat dari Jakarta pukul 05.30.
Mereka berhenti di masjid untuk
istirahat dan melakukan shalat. Bagas
dan teman-temannya melakukan shalat
Zuhur, kemudian mengerjakan shalat
Asar. Shalat yang dilakukan oleh
Bagas adalah shalat…..
a. Jamak takhir
b. Jamak taqdim
c. Qasar
d. Wajib
4. Pernyataan di bawah ini adalah contoh A 5
shalat jamak takhir adalah…..
a. Shalat maghrib dan shalat isya
dikerjakan pada waktu shalat isya
b. Shalat zuhur dan shalat asar
dikerjakan pada waktu shalat zuhur
c. Shalat subuh dan shalat zuhur
dikerjakan pada waktu shalat zuhur
d. Shalat isya dan shalat subuh
dikerjakan pada waktu shalat
subuh
5. Shalat yang dapat di qasaradalah….. A 5
a. Shalat Zuhur
b. Shalat Magrib
c. Shalat Subuh
d. Shalat ida’in
6. ‫ اﺻﻠﻲﻓﺮﺿﺎﻟﻈﻬﺮ ارﺑﻊ رﻛﻌﺖﻣﺠﻤﻮﻋﺎ ب‬D 5
‫اﻟﻌﺼﺮﺟﻤﻊﺗﻌﺤﺮ اﷲﺗﻌﺎﻟﻲ‬
Lafadz diatas merupakan niat
shalat…..
a. Shalat magrib digabung dengan
shalat isya
b. Shalat isya digabung dengan shalat
magrib
c. Shalat zuhur dua rakaat saja
d. Shalat zuhur digabung dengan
shalat asar
D
7. Shalat jamak berarti…..
5
a. Meringkat shalat
b. Menunda shalat
c. Meninggalkan shalat
d. Menggabungkan shalat
8. Bila kita mengqasar shalat zuhur dan C 5
shalat asar berarti kita melaksanakan
shalat…..
a. 4 rakaat Zuhur dan Asar
b. 2 rakaat sekaligus Zuhur dan Asar
c. 2 rakaatZuhurdan 2 rakaat Asar
d. 8 rakaatZuhurdanAsar
9. Syarat sah shalat qasar adalah…..
C 5
a. Niat qasar pada saat do’a iftitah
b. Niat qasar pada saat takbiratul
ikram
c. Berpergian jauh minimal 80,640
km
d. Shalat yang di-qasara dalah shalat
yang kelipatan dua
10. Khodijah pergi kesalah satu
C
pesantren yang ada di Bandung.
5
Khodijah berangkat pukul 06.00, dan
tiba disana menjelang shala tZuhur.
Khodijah melaksanakan shalat Zuhur
dan asar sekaligus meringkas shalat-
nya shalat yang dilakukan Khodijah
adalah…..
a. Jamak taqdim
b. Jamak takhir
c. Jamak qasar
d. qasar
11. Agar proses belajar di sekolah C
5
tidak terganggu, Ilyas mengqasar
shalat Zuhur dan Asar. Pelaksanaan
shalat Ilyas ini menurut hukum
agama adalah…..
a. Dibenarkan karena tujuan belajar.
b. Boleh-boleh saja
c. Tidakdibenarkan
d. Sangat boleh sekali
12. Shalat jamak ada dua macam B
5
yaitu…..
a. Jamak qasar dan jamak takhir
b. Jamak ta’dim dan jamak takhir
c. Jamakta’dimdanjamakqasar
d. Jamakta’dimdanjamakta’alim
13. Shalat shubuh tidak bisa diqashar B 5
karena…..
a. Waktu shalatnya pagi
b. Berjumlah dua raka'at
c. Tidak bisa satu raka'at
d. Shubuh waktunya pendek
14. Shalat yang diringkas disebut….. C
5
a. Shalat jamak ta’dim
b. Shalat jamak takhir
c. Shalat qasar
d. Shalat subuh
15. Allah SWT memberikan
C
kemudahan dan kemurahan di 5
dalam melaksanakan shalat.
Kemudahan atau keringanan
tersebut dikenal dengan
istilah…..
a. Jamak
b. Qasar
c. Rukhsah
d. Sunah
16. Jarak tempuh perjalanan yang
A
diperbolehkan untuk 5
melaksanakan shalat jama' dan
qashar adalah…..
a. Tiga farsakh
b. Empat farsakh
c. Dua farsakh
d. Lima farsakh
17. Imam ingin melaksanakan shalat B
5
jama' qashar maghrib dengan
isya. Maka jumlah raka'atnya
adalah…..
a. Maghrib dua raka'at, isya
empat raka'at
b. Maghrib tiga raka'at, isya dua
raka'at
c. Maghrib dua raka'at, isya dua
raka'at
d. Maghrib tiga raka'at, isya C
5
empat raka'at

ّ ِ ‫ﻈﻬ ِْﺮ َر ْﻛ َﻌﺘَي ِْن قَﺼ ًْﺮ‬


18. ِ‫لِلا‬ َ ‫ﺻ ِﻠّ ْﻲ ﻓَ ْﺮ‬
ُّ ‫ﺽ اﻟ‬ َ ُ‫ا‬
‫ﺗ َ َﻌﺎﻟى‬
Lafadz diatas merupakan niat….
a. Shalat jamak takhir
b. Shalat jamak ta’dim
c. Shalat qasar
d. Shalat jamak qasar
19. Jika kita melaksanakan shalat A
5
zhuhur dan ashar digabung dan
diringkas masing-masing
menjadi dua raka'at, maka shalat
tersebut dinamakan…..
a. Jama' qashar
b. Jama' taqdim
c. Jama' ta'khir
d. Qashar
20. Ibu Aminah melaksanakan shalat B
5
jama' qashar zhuhur dan ashar,
maka raka'atnya menjadi…..
a. Zhuhur empat raka'at, ashar
dua raka'at
b. Zhuhur dua raka'at, ashar dua
raka'at.
c. Zhuhur dua raka'at, ashar
empat raka'at
d. Zhuhur empat raka'at, ashar
empat raka'at
21. Apa yang membedakan shalat
C
qashar dengan shalat biasa selain 5
jumlahnya yang diringkas…..
a. Tidak ada bacaan tasyahud
awal
b. Tidak ada salam
c. Membaca niat
d. Membaca iftitah
22. Shalat yang tidak bisa di qasara
D
dalah….. 5
a. Shalat isyak dan shalat subuh
b. Shalat subuh dan shalat
zhuhur
c. Shalat ashar dan shalat magrib
d. Shalat subuh dan shalat
magrib
23. Salah satu keringanan yang A 5
diberikan Allah kepada ummat
muslim dalam beribadah ketika
dalam perjalanan adalah…..
a. Shalat jama' dan qashar
b. Shalat jum'at
c. Shalat sunnah
d. Shalat rawatib
24. Hukum melaksanakan shalat B
5
qasar adalah…..
a. Wajib
b. Sunah
c. Mubah
d. Haram
25. Shalat yang dilakukan dengan C 5
cara gabungkan dua shalat fardu
dan dilaksanakan pada saat waktu
shalat fardu yang pertama
disebut…..
a. Shalat jamak takhir
b. Shalat jamak qasar
c. Shalat jamak ta’dim
d. Shalat qasar
23

Lampiran soal Postes

Nama :
Kelas :
Mata Pelajaran : Pendidikan Agama Islam
Isilah soal dibawah ini dengan tanda silang (x) pada a, b, c, dan d dengan
benar!

1. Shalat yang boleh dijamak adalah…..


a. Shalat zuhur dengan shalat ashar
b. Shalat ashar dengan shalat magrib
c. Shalat magrib dengan shalat subuh
d. Shalat subuh dengan shalat zuhur
2. Seseorang diizinkan melakukan shalat jamak apabila…..
a. Dalam keadaan santai
b. Dalam perjalanan jauh
c. Dalam keadaan lupa
d. Dalam keadaan sibuk
3. Bagas bersama teman-temannya pergi tamasya ke Semarang. Mereka
berangkat dari Jakarta pukul 05.30. Mereka berhenti di masjid untuk istirahat
dan melakukan shalat. Bagas dan teman-temannya melakukan shalat Zuhur,
kemudian mengerjakan shalat Asar. Shalat yang dilakukan oleh Bagas adalah
shalat…..
a. Jamak takhir
b. Jamak taqdim
c. Qasar
d. Wajib
4. Pernyataan di bawah ini adalah contoh shalat jamak takhir adalah…..
a. Shalat maghrib dan shalat isya dikerjakan pada waktu shalat isya
b. Shalat zuhur dan shalat asar dikerjakan pada waktu shalat zuhur
c. Shalat subuh dan shalat zuhur dikerjakan pada waktu shalat zuhur
24

d. Shalat isya dan shalat subuh dikerjakan pada waktu shalat subuh
5. Shalat yang dapat di qasar adalah…..
a. Shalat Zuhur
b. Shalat Magrib
c. Shalat Subuh
d. Alat ida’in
6. ‫اﺻﻠﻲ ﻓﺮﺿﺎﻟﻈﻬﺮ ارﺑﻊ رﻛﻌﺖ ﻣﺠﻤﻮﻋﺎ ب اﻟﻌﺼﺮ ﺟﻤﻊ ﺗﻌﺤﺮ اﷲ ﺗﻌﺎﻟﻲ‬
Lafadz diatas merupakan niat shalat…..
a. Shalat magrib digabung dengan shalat isya
b. shalat isya digabung dengan shalat magrib
c. shalat zuhur dua rakaat saja
d. Shalat zuhur digabung dengan shalat asar
7. Shalat jamak berarti…..
a. meringkat shalat
b. menunda shalat
c. meninggalkan shalat
d. menggabungkan shalat
8. Bila kita mengqasar shalat zuhur dan shalat asar berarti kita melaksanakan
shalat…..
a. 4 rakaat Zuhur dan Asar
b. 2 rakaat sekaligus Zuhur dan Asar
c. 2 rakaat Zuhur dan 2 rakaat Asar
d. 8 rakaat Zuhur dan Asar
9. Syarat sah shalat qasar adalah…..
a. Niat qasar pada saat do’a iftitah
b. Niat qasar pada saat takbiratul ikram
c. Berpergian jauh minimal 80,640 km
d. Shalat yang di-qasar adalah shalat yang kelipatan dua
10. Khodijah pergi ke salah satu pesantren yang ada di Bandung. Khodijah
berangkat pukul 06.00, dan tiba di sana menjelang shalat Zuhur. Khodijah
25

melaksanakan shalat Zuhur dan asar sekaligus meringkas shalat-nya shalat


yang dilakukan Khodijah adalah…..
a. jamak taqdim
b. jamak takhir
c. jamak qasar
d. qasar
11. Agar proses belajar di sekolah tidak terganggu, Ilyas mengqasar shalat
Zuhur dan Asar. Pelaksanaan shalat Ilyas ini menurut hukum agama
adalah…..
a. Dibenarkan karena tujuan belajar.
b. Boleh-boleh saja
c. Tidak dibenarkan
d. Sangat boleh sekali
12. Shalat jamak ada dua macam yaitu…..
a. Jamak qasar dan jamak takhir
b. Jamak ta’dim dan jamak takhir
c. Jamak ta’dim dan jamak qasar
d. Jamak ta’dim dan jamak ta’alim
13. Shalat shubuh tidak bisa diqashar karena…..
a. Waktu shalatnya pagi
b. Berjumlah dua raka'at
c. Tidak bisa satu raka'at
d. Shubuh waktunya pendek

14. Shalat yang diringkas disebut…..


a. Shalat jamak ta’dim
b. Shalat jamak takhir
c. Shalat qasar
d. Shalat subuh
26

15. Allah SWT memberikan kemudahan dan kemurahan di dalam


melaksanakan shalat. Kemudahan atau keringanan tersebut dikenal
dengan istilah…..
a. Jamak
b. Qasar
c. Rukhsah
d. Sunah
16. Jarak tempuh perjalanan yang diperbolehkan untuk melaksanakan shalat
jama' dan qashar adalah…..
a. Tiga farsakh
b. Empat farsakh
c. Dua farsakh
d. Lima farsakh
ّ ِ ‫ﻈﻬ ِْﺮ َر ْﻛ َﻌﺘَي ِْن قَﺼ ًْﺮ‬
17. ‫لِلاِ ﺗ َ َﻌﺎﻟى‬ َ ‫ﺻ ِﻠّ ْﻲ ﻓَ ْﺮ‬
ُّ ‫ﺽ اﻟ‬ َ ُ‫ا‬
Lafadz diatas merupakan niat….
a. Shalat jamak takhir
b. Shalat jamak ta’dim
c. Shalat qasar
d. Shalat jamak qasar
18. Apa yang membedakan shalat qashar dengan shalat biasa selain
jumlahnya yang diringkas…..
a. Tidak ada bacaan tasyahud awal
b. Tidak ada salam
c. Membaca niat
d. Membaca iftitah
19. Shalat yang tidak bisa di qasar adalah…..
a. Shalat isyak dan shalat subuh
b. Shalat subuh dan shalat zhuhur
c. Shalat ashar dan shalat magrib
d. Shalat subuh dan shalat magrib
27

20. Shalat yang dilakukan dengan cara gabungkan dua shalat fardu dan
dilaksanakan pada saat waktu shalat fardu yang pertama disebut…..
a. Shalat jamak takhir
b. Shalat jamak qasar
c. Shalat jamak ta’dim
d. Shalat qasar
28

Lampiran. Kunci jawaban

KUNCI JAWABAN SOAL POSTES

1. A 6. D 11. C 16. A
2. B 7. D 12. B 17. C
3. B 8. C 13. B 18. C
4. A 9. C 14.C 19. D
5. A 10. C 15. C 20. C
Lampiran
Output Uji Validasi
Correlations
Notes

Output Created 05-JUL-2020 22:29:07


Comments
Input Active Dataset DataSet0
Filter <none>
Weight <none>
Split File <none>
N of Rows in Working Data
28
File
Missing Value Handling Definition of Missing User-defined missing values are treated as missing.
Cases Used Statistics for each pair of variables are based on all the cases with valid data for that
pair.
Syntax CORRELATIONS
/VARIABLES=item_1 item_2 item_3 item_4 item_5 item_6 item_7 item_8 item_9
item_10 item_11 item_12 item_13 item_14 item_15 item_16 item_17 item_18 item_19
item_20 item_21 item_22 item_23 item_24 item_25 jumlah
/PRINT=TWOTAIL NOSIG
/MISSING=PAIRWISE.
Resources Processor Time 00:00:00,05

Elapsed Time 00:00:00,08

29
Correlations

item item item item item item item item item item item item_1 item
item_1 item_2 item_3 _4 _5 _6 _7 _8 _9 _10 _11 _12 _13 _14 5 _16
*
ite Pearson Correlation ** *
,621 * *
1 ,309 ,497 ,219 ,469 ,338 ,366 *
,462 ,042 ,211 ,007 ,090 ,471 ,198 ,115
m_
1 Sig. (2-tailed) ,110 ,007 ,262 ,012 ,079 ,056 ,000 ,013 ,831 ,281 ,973 ,650 ,011 ,313 ,562

N 28 28 28 28 28 28 28 28 28 28 28 28 28 28 28 28
* *
ite Pearson Correlation ,309 1 ,278 ,358 ,246 ,372 ,358 ,246 ,272 ,207 ,207 ,434 ,380 ,137 -,127 -,037
m_ Sig. (2-tailed) ,110 ,153 ,061 ,208 ,051 ,061 ,208 ,162 ,291 ,291 ,021 ,046 ,487 ,520 ,850
2 N 28 28 28 28 28 28 28 28 28 28 28 28 28 28 28 28
** * * *
ite Pearson Correlation ,497 ,278 1 ,366 ,294 ,253 ,219 ,447 ,347 ,296 ,296 ,375 ,328 ,242 ,375 ,242
m_ Sig. (2-tailed) ,007 ,153 ,056 ,128 ,193 ,262 ,017 ,071 ,127 ,127 ,049 ,088 ,215 ,049 ,215
3 N 28 28 28 28 28 28 28 28 28 28 28 28 28 28 28 28
* * *
ite Pearson Correlation ,219 ,358 ,366 1 ,298 ,433 ,429 ,298 ,316 ,247 ,247 ,280 ,204 ,174 ,466 ,174
m_ Sig. (2-tailed) ,262 ,061 ,056 ,123 ,021 ,023 ,123 ,101 ,204 ,204 ,149 ,297 ,376 ,012 ,376
4 N 28 28 28 28 28 28 28 28 28 28 28 28 28 28 28 28
* * *
ite Pearson Correlation *
,559 ,745 ,533
,469 ,246 ,294 ,298 1 * * *
,189 ,086 -,086 ,236 ,122 ,337 ,236 -,026
m_
5 Sig. (2-tailed) ,012 ,208 ,128 ,123 ,002 ,000 ,003 ,337 ,663 ,663 ,226 ,537 ,079 ,226 ,896
N 28 28 28 28 28 28 28 28 28 28 28 28 28 28 28 28
*
ite Pearson Correlation *
,559 * *
,338 ,372 ,253 ,433 *
1 ,433 ,409 ,251 ,333 ,167 ,350 ,265 ,075 ,162 -,101
m_

30
6 Sig. (2-tailed) ,079 ,051 ,193 ,021 ,002 ,021 ,031 ,198 ,083 ,397 ,068 ,173 ,703 ,412 ,611
N 28 28 28 28 28 28 28 28 28 28 28 28 28 28 28 28
*
ite Pearson Correlation *
,745 * *
,366 ,358 ,219 ,429 *
,433 1 ,447 ,158 -,082 -,247 ,280 ,000 ,348 ,280 ,174
m_
7 Sig. (2-tailed) 1,00
,056 ,061 ,262 ,023 ,000 ,021 ,017 ,422 ,676 ,204 ,149 ,069 ,149 ,376
0
N 28 28 28 28 28 28 28 28 28 28 28 28 28 28 28 28
* * *
ite Pearson Correlation ** *
,533 * *
,519 *
,548 *
,621 ,246 ,447 ,298 *
,409 ,447 1 *
,258 ,258 ,431 *
,337 ,431 ,337
m_
8 Sig. (2-tailed) ,000 ,208 ,017 ,123 ,003 ,031 ,017 ,005 ,185 ,185 ,022 ,003 ,079 ,022 ,079
N 28 28 28 28 28 28 28 28 28 28 28 28 28 28 28 28
* * * *
ite Pearson Correlation *
,519 ,548 ,548 ,531 *
,462 ,272 ,347 ,316 ,189 ,251 ,158 *
1 * * *
,194 ,248 ,324 ,440
m_
9 Sig. (2-tailed) ,013 ,162 ,071 ,101 ,337 ,198 ,422 ,005 ,003 ,003 ,004 ,323 ,204 ,092 ,019
N 28 28 28 28 28 28 28 28 28 28 28 28 28 28 28 28
*
ite Pearson Correlation ,548 * * *
,042 ,207 ,296 ,247 ,086 ,333 -,082 ,258 *
1 ,429 ,377 ,471 -,302 ,162 ,101
m_
10 Sig. (2-tailed) ,831 ,291 ,127 ,204 ,663 ,083 ,676 ,185 ,003 ,023 ,048 ,011 ,119 ,412 ,611
N 28 28 28 28 28 28 28 28 28 28 28 28 28 28 28 28
*
ite Pearson Correlation ,548 * * *
,211 ,207 ,296 ,247 -,086 ,167 -,247 ,258 *
,429 1 ,162 ,471 -,101 ,377 ,302
m_
11 Sig. (2-tailed) ,281 ,291 ,127 ,204 ,663 ,397 ,204 ,185 ,003 ,023 ,412 ,011 ,611 ,048 ,119
N 28 28 28 28 28 28 28 28 28 28 28 28 28 28 28 28

31
*
ite Pearson Correlation * * *
,531 *
,007 ,434 ,375 ,280 ,236 ,350 ,280 ,431 *
,377 ,162 1 ,343 ,211 ,026 ,211
m_
12 Sig. (2-tailed) ,973 ,021 ,049 ,149 ,226 ,068 ,149 ,022 ,004 ,048 ,412 ,074 ,281 ,895 ,281
N 28 28 28 28 28 28 28 28 28 28 28 28 28 28 28 28
*
ite Pearson Correlation *
,548 * *
,090 ,380 ,328 ,204 ,122 ,265 ,000 *
,194 ,471 ,471 ,343 1 -,213 ,343 ,284
m_
13 Sig. (2-tailed) 1,00
,650 ,046 ,088 ,297 ,537 ,173 ,003 ,323 ,011 ,011 ,074 ,276 ,074 ,143
0
N 28 28 28 28 28 28 28 28 28 28 28 28 28 28 28 28
*
ite Pearson Correlation ,471 ,137 ,242 ,174 ,337 ,075 ,348 ,337 ,248 -,302 -,101 ,211 -,213 1 -,016 ,364
m_ Sig. (2-tailed) ,011 ,487 ,215 ,376 ,079 ,703 ,069 ,079 ,204 ,119 ,611 ,281 ,276 ,935 ,057
14 N 28 28 28 28 28 28 28 28 28 28 28 28 28 28 28 28
*
ite Pearson Correlation * * * *
,666
,198 -,127 ,375 ,466 ,236 ,162 ,280 ,431 ,324 ,162 ,377 ,026 ,343 -,016 1 *
m_
15 Sig. (2-tailed) ,313 ,520 ,049 ,012 ,226 ,412 ,149 ,022 ,092 ,412 ,048 ,895 ,074 ,935 ,000
N 28 28 28 28 28 28 28 28 28 28 28 28 28 28 28 28
* **
ite Pearson Correlation ,115 -,037 ,242 ,174 -,026 -,101 ,174 ,337 ,440 ,101 ,302 ,211 ,284 ,364 ,666 1
m_ Sig. (2-tailed) ,562 ,850 ,215 ,376 ,896 ,611 ,376 ,079 ,019 ,611 ,119 ,281 ,143 ,057 ,000
16 N 28 28 28 28 28 28 28 28 28 28 28 28 28 28 28 28
* *
ite Pearson Correlation ,533 ,533
,299 -,029 ,119 -,204 -,091 -,354 ,000 ,335 ,194 -,236 ,236 ,076 ,125 *
,076 *
m_
17 Sig. (2-tailed) 1,00
,123 ,883 ,545 ,297 ,644 ,065 ,082 ,323 ,227 ,227 ,700 ,526 ,003 ,700 ,003
0

32
N 28 28 28 28 28 28 28 28 28 28 28 28 28 28 28 28
*
ite Pearson Correlation * *
,663 *
,431 ,091 ,279 ,115 ,224 -,067 ,346 ,465 ,292 -,200 ,067 ,140 -,141 *
,140 ,382
m_
18 Sig. (2-tailed) ,022 ,645 ,151 ,558 ,252 ,736 ,071 ,013 ,131 ,308 ,736 ,477 ,473 ,000 ,477 ,045
N 28 28 28 28 28 28 28 28 28 28 28 28 28 28 28 28
*
ite Pearson Correlation ,503
,293 -,037 ,064 ,174 -,026 ,075 -,174 ,156 ,248 ,101 *
-,243 ,036 ,364 ,211 ,364
m_
19 Sig. (2-tailed) ,131 ,850 ,748 ,376 ,896 ,703 ,376 ,429 ,204 ,611 ,006 ,212 ,858 ,057 ,281 ,057
N 28 28 28 28 28 28 28 28 28 28 28 28 28 28 28 28
** *
ite Pearson Correlation ,508 ,380 ,328 ,000 -,091 -,147 ,000 ,122 ,194 ,000 ,236 ,076 ,125 ,284 -,190 ,036
m_ Sig. (2-tailed) 1,00 1,00 1,00
,006 ,046 ,088 ,644 ,454 ,537 ,323 ,227 ,700 ,526 ,143 ,332 ,858
20 0 0 0
N 28 28 28 28 28 28 28 28 28 28 28 28 28 28 28 28
* *
ite Pearson Correlation ,380 ,207 ,127 ,247 ,258 ,333 ,082 ,258 ,365 ,429 ,048 ,162 ,236 ,101 -,054 -,101
m_ Sig. (2-tailed) ,046 ,291 ,521 ,204 ,185 ,083 ,676 ,185 ,056 ,023 ,810 ,412 ,227 ,611 ,786 ,611
21 N 28 28 28 28 28 28 28 28 28 28 28 28 28 28 28 28
*
ite Pearson Correlation ,757 *
,007 ,247 ,184 ,093 ,042 ,162 ,093 ,236 ,324 ,162 -,054 *
,076 ,438 -,217 ,211
m_
22 Sig. (2-tailed) ,973 ,205 ,348 ,637 ,833 ,412 ,637 ,226 ,092 ,412 ,786 ,000 ,700 ,020 ,266 ,281
N 28 28 28 28 28 28 28 28 28 28 28 28 28 28 28 28
ite Pearson Correlation ,139 -,045 ,023 -,158 ,024 ,091 ,000 ,024 ,300 ,183 -,183 ,324 -,258 ,248 -,295 -,138
m_ Sig. (2-tailed) 1,00
,481 ,819 ,907 ,422 ,905 ,644 ,905 ,121 ,352 ,352 ,092 ,185 ,204 ,128 ,485
23 0

33
N 28 28 28 28 28 28 28 28 28 28 28 28 28 28 28 28
*
ite Pearson Correlation ,007 -,127 -,389 -,280 ,042 -,215 -,093 -,153 ,118 ,162 -,054 -,217 -,190 -,243 -,217 -,243
m_ Sig. (2-tailed) ,973 ,520 ,041 ,149 ,833 ,271 ,637 ,437 ,550 ,412 ,786 ,266 ,332 ,212 ,266 ,212
24 N 28 28 28 28 28 28 28 28 28 28 28 28 28 28 28 28
* *
ite Pearson Correlation ,338 ,227 ,253 ,144 ,108 ,271 ,144 ,409 ,251 ,167 ,000 ,350 ,265 ,427 -,027 ,251
m_ Sig. (2-tailed) 1,00
,079 ,245 ,193 ,464 ,586 ,163 ,464 ,031 ,198 ,397 ,068 ,173 ,023 ,892 ,197
25 0
N 28 28 28 28 28 28 28 28 28 28 28 28 28 28 28 28
* * * * * * * *
jum Pearson Correlation ** ** **
,516 ,528 ,516 ,488 ,779 ,742 * *
,580 *
,518 * *
,687 ,499 ,601 * * * * * *
,437 ,421 *
,439 *
,377 ,449
lah

Sig. (2-tailed) ,000 ,007 ,001 ,005 ,004 ,005 ,008 ,000 ,000 ,020 ,026 ,001 ,019 ,005 ,048 ,016

N 28 28 28 28 28 28 28 28 28 28 28 28 28 28 28 28

Correlations

item_1
item_17 item_18 9 item_20 item_21 item_22 item_23 item_24 item_25 jumlah
* ** * **
item_1 Pearson Correlation ,299 ,431 ,293 ,508 ,380 ,007 ,139 ,007 ,338 ,687

Sig. (2-tailed) ,123 ,022 ,131 ,006 ,046 ,973 ,481 ,973 ,079 ,000

N 28 28 28 28 28 28 28 28 28 28
* **
item_2 Pearson Correlation -,029 ,091 -,037 ,380 ,207 ,247 -,045 -,127 ,227 ,499
Sig. (2-tailed) ,883 ,645 ,850 ,046 ,291 ,205 ,819 ,520 ,245 ,007
N 28 28 28 28 28 28 28 28 28 28
* **
item_3 Pearson Correlation ,119 ,279 ,064 ,328 ,127 ,184 ,023 -,389 ,253 ,601

34
Sig. (2-tailed) ,545 ,151 ,748 ,088 ,521 ,348 ,907 ,041 ,193 ,001
N 28 28 28 28 28 28 28 28 28 28
**
item_4 Pearson Correlation -,204 ,115 ,174 ,000 ,247 ,093 -,158 -,280 ,144 ,516
Sig. (2-tailed) ,297 ,558 ,376 1,000 ,204 ,637 ,422 ,149 ,464 ,005
N 28 28 28 28 28 28 28 28 28 28
**
item_5 Pearson Correlation -,091 ,224 -,026 -,091 ,258 ,042 ,024 ,042 ,108 ,528
Sig. (2-tailed) ,644 ,252 ,896 ,644 ,185 ,833 ,905 ,833 ,586 ,004
N 28 28 28 28 28 28 28 28 28 28
**
item_6 Pearson Correlation -,354 -,067 ,075 -,147 ,333 ,162 ,091 -,215 ,271 ,516
Sig. (2-tailed) ,065 ,736 ,703 ,454 ,083 ,412 ,644 ,271 ,163 ,005
N 28 28 28 28 28 28 28 28 28 28
**
item_7 Pearson Correlation ,000 ,346 -,174 ,000 ,082 ,093 ,000 -,093 ,144 ,488
Sig. (2-tailed) 1,000 ,071 ,376 1,000 ,676 ,637 1,000 ,637 ,464 ,008
N 28 28 28 28 28 28 28 28 28 28
* * **
item_8 Pearson Correlation ,335 ,465 ,156 ,122 ,258 ,236 ,024 -,153 ,409 ,779
Sig. (2-tailed) ,082 ,013 ,429 ,537 ,185 ,226 ,905 ,437 ,031 ,000
N 28 28 28 28 28 28 28 28 28 28
**
item_9 Pearson Correlation ,194 ,292 ,248 ,194 ,365 ,324 ,300 ,118 ,251 ,742
Sig. (2-tailed) ,323 ,131 ,204 ,323 ,056 ,092 ,121 ,550 ,198 ,000
N 28 28 28 28 28 28 28 28 28 28
* *
item_1 Pearson Correlation -,236 -,200 ,101 ,000 ,429 ,162 ,183 ,162 ,167 ,437
0 Sig. (2-tailed) ,227 ,308 ,611 1,000 ,023 ,412 ,352 ,412 ,397 ,020
N 28 28 28 28 28 28 28 28 28 28

35
** *
item_1 Pearson Correlation ,236 ,067 ,503 ,236 ,048 -,054 -,183 -,054 ,000 ,421
1 Sig. (2-tailed) ,227 ,736 ,006 ,227 ,810 ,786 ,352 ,786 1,000 ,026
N 28 28 28 28 28 28 28 28 28 28
** **
item_1 Pearson Correlation ,076 ,140 -,243 ,076 ,162 ,757 ,324 -,217 ,350 ,580
2 Sig. (2-tailed) ,700 ,477 ,212 ,700 ,412 ,000 ,092 ,266 ,068 ,001
N 28 28 28 28 28 28 28 28 28 28
*
item_1 Pearson Correlation ,125 -,141 ,036 ,125 ,236 ,076 -,258 -,190 ,265 ,439
3 Sig. (2-tailed) ,526 ,473 ,858 ,526 ,227 ,700 ,185 ,332 ,173 ,019
N 28 28 28 28 28 28 28 28 28 28
** ** * * **
item_1 Pearson Correlation ,533 ,663 ,364 ,284 ,101 ,438 ,248 -,243 ,427 ,518
4 Sig. (2-tailed) ,003 ,000 ,057 ,143 ,611 ,020 ,204 ,212 ,023 ,005
N 28 28 28 28 28 28 28 28 28 28
*
item_1 Pearson Correlation ,076 ,140 ,211 -,190 -,054 -,217 -,295 -,217 -,027 ,377
5 Sig. (2-tailed) ,700 ,477 ,281 ,332 ,786 ,266 ,128 ,266 ,892 ,048
N 28 28 28 28 28 28 28 28 28 28
** * *
item_1 Pearson Correlation ,533 ,382 ,364 ,036 -,101 ,211 -,138 -,243 ,251 ,449
6 Sig. (2-tailed) ,003 ,045 ,057 ,858 ,611 ,281 ,485 ,212 ,197 ,016
N 28 28 28 28 28 28 28 28 28 28
** *
item_1 Pearson Correlation 1 ,519 ,284 ,417 -,236 ,343 -,032 -,190 ,265 ,297
7 Sig. (2-tailed) ,005 ,143 ,027 ,227 ,074 ,870 ,332 ,173 ,124
N 28 28 28 28 28 28 28 28 28 28
** * *
item_1 Pearson Correlation ,519 1 ,382 ,189 -,200 ,140 ,037 -,162 ,167 ,435
8 Sig. (2-tailed) ,005 ,045 ,337 ,308 ,477 ,854 ,412 ,397 ,021

36
N 28 28 28 28 28 28 28 28 28 28
*
item_1 Pearson Correlation ,284 ,382 1 ,036 ,101 -,016 -,330 -,016 ,075 ,294
9 Sig. (2-tailed) ,143 ,045 ,858 ,611 ,935 ,086 ,935 ,703 ,129
N 28 28 28 28 28 28 28 28 28 28
*
item_2 Pearson Correlation ,417 ,189 ,036 1 ,236 ,076 ,194 ,076 ,265 ,358
0 Sig. (2-tailed) ,027 ,337 ,858 ,227 ,700 ,323 ,700 ,173 ,061
N 28 28 28 28 28 28 28 28 28 28
*
item_2 Pearson Correlation -,236 -,200 ,101 ,236 1 ,162 ,365 ,162 ,333 ,453
1 Sig. (2-tailed) ,227 ,308 ,611 ,227 ,412 ,056 ,412 ,083 ,015
N 28 28 28 28 28 28 28 28 28 28
** *
item_2 Pearson Correlation ,343 ,140 -,016 ,076 ,162 1 ,324 -,217 ,538 ,432
2 Sig. (2-tailed) ,074 ,477 ,935 ,700 ,412 ,092 ,266 ,003 ,022
N 28 28 28 28 28 28 28 28 28 28
item_2 Pearson Correlation -,032 ,037 -,330 ,194 ,365 ,324 1 ,118 ,251 ,195
3 Sig. (2-tailed) ,870 ,854 ,086 ,323 ,056 ,092 ,550 ,198 ,321
N 28 28 28 28 28 28 28 28 28 28
item_2 Pearson Correlation -,190 -,162 -,016 ,076 ,162 -,217 ,118 1 -,027 -,122
4 Sig. (2-tailed) ,332 ,412 ,935 ,700 ,412 ,266 ,550 ,892 ,536
N 28 28 28 28 28 28 28 28 28 28
** **
item_2 Pearson Correlation ,265 ,167 ,075 ,265 ,333 ,538 ,251 -,027 1 ,559
5 Sig. (2-tailed) ,173 ,397 ,703 ,173 ,083 ,003 ,198 ,892 ,002
N 28 28 28 28 28 28 28 28 28 28
* * * **
jumlah Pearson Correlation ,297 ,435 ,294 ,358 ,453 ,432 ,195 -,122 ,559 1

37
Sig. (2-tailed) ,124 ,021 ,129 ,061 ,015 ,022 ,321 ,536 ,002

N 28 28 28 28 28 28 28 28 28 28

**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).


*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).

38
39

Lampiran
Output Uji Reliabilitas

Reliability
Notes

Output Created 06-JUL-2020 00:26:52


Comments
Input Active Dataset DataSet0
Filter <none>
Weight <none>
Split File <none>
N of Rows in Working Data
29
File
Matrix Input
Missing Value Handling Definition of Missing User-defined missing values are
treated as missing.
Cases Used Statistics are based on all cases with
valid data for all variables in the
procedure.
Syntax RELIABILITY
/VARIABLES=item_1 item_2 item_3
item_4 item_5 item_6 item_7 item_8
item_9 item_10 item_11 item_12
item_13 item_14 item_15 item_16
item_17 item_18 item_19 item_20
/SCALE('ALL VARIABLES') ALL
/MODEL=ALPHA
/SUMMARY=TOTAL.
Resources Processor Time 00:00:00,00

Elapsed Time 00:00:00,01


Scale: ALL VARIABLES

Case Processing Summary


Reliability Statistics
N %
Cronbach's
Cases Valid 29 100,0
Alpha N of Items
a
Excluded 0 ,0
,997 20
Total 29 100,0

a. Listwise deletion based on all variables in the


procedure.
40

Item-Total Statistics

Corrected Cronbach's
Scale Mean if Scale Variance Item-Total Alpha if Item
Item Deleted if Item Deleted Correlation Deleted

item_1 25,17 4291,433 ,991 ,997


item_2 25,45 4386,042 ,982 ,997
item_3 25,59 4433,037 ,977 ,997
item_4 25,38 4362,101 ,985 ,997
item_5 25,10 4268,382 ,992 ,997
item_6 25,24 4315,047 ,989 ,997
item_7 25,38 4362,315 ,985 ,997
item_8 25,10 4267,382 ,994 ,997
item_9 24,97 4221,392 ,995 ,997
item_10 24,90 4199,382 ,994 ,997
item_11 24,90 4199,596 ,993 ,997
item_12 24,76 4152,761 ,997 ,997
item_13 24,69 4130,365 ,997 ,997
item_14 24,83 4176,291 ,995 ,997
item_15 24,76 4153,404 ,996 ,997
item_16 24,83 4176,362 ,995 ,997
item_17 24,62 4107,887 ,997 ,997
item_18 24,90 4199,453 ,994 ,997
item_19 24,76 4153,475 ,995 ,997
item_20 25,24 4315,333 ,988 ,997
Lampiran
Uji Tingkat Kesukaran
Frequencies
Notes

Output Created 06-JUL-2020 20:42:21


Comments
Input Active Dataset DataSet0
Filter <none>
Weight <none>
Split File <none>
N of Rows in Working Data
28
File
Missing Value Handling Definition of Missing User-defined missing values are treated as missing.
Cases Used Statistics are based on all cases with valid data.
Syntax FREQUENCIES VARIABLES=item_1 item_2 item_3 item_4 item_5 item_6 item_7
item_8 item_9 item_10 item_11 item_12 item_13 item_14 item_15 item_16
item_17 item_18 item_19 item_20
/STATISTICS=MEAN
/ORDER=ANALYSIS.
Resources Processor Time 00:00:00,00

Elapsed Time 00:00:00,00


[DataSet0]
Statistics

item_1 item_2 item_3 item_4 item_5 item_6 item_7

N Valid 28 28 28 28 28 28 28

Missing 0 0 0 0 0 0 0
Mean ,61 ,46 ,39 ,50 ,64 ,57 ,50

41
Statistics

item_8 item_9 item_10 item_11 item_12 item_13 item_14

N Valid 28 28 28 28 28 28 28

Missing 0 0 0 0 0 0 0
Mean ,64 ,71 ,75 ,75 ,82 ,86 ,79

Statistics

item_15 item_16 item_17 item_18 item_19 item_20

N Valid 28 28 28 28 28 28

Missing 0 0 0 0 0 0
Mean ,82 ,79 ,89 ,75 ,82 ,57

Frequency Table
item_1 item_2
Cumulative Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid 0 11 39,3 39,3 39,3 Valid 0 15 53,6 53,6 53,6
1 17 60,7 60,7 100,0 1 13 46,4 46,4 100,0
Total 28 100,0 100,0 Total 28 100,0 100,0

item_4
item_3

Cumulative Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid 0 17 60,7 60,7 60,7 Valid 0 14 50,0 50,0 50,0

1 11 39,3 39,3 100,0 1 14 50,0 50,0 100,0

Total 28 100,0 100,0 Total 28 100,0 100,0

42
item_5 item_6
Cumulative Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid 0 10 35,7 35,7 35,7 Valid 0 12 42,9 42,9 42,9
1 18 64,3 64,3 100,0 1 16 57,1 57,1 100,0
Total 28 100,0 100,0 Total 28 100,0 100,0

item_7 item_8
Cumulative Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid 0 14 50,0 50,0 50,0 Valid 0 10 35,7 35,7 35,7
1 14 50,0 50,0 100,0 1 18 64,3 64,3 100,0
Total 28 100,0 100,0 Total 28 100,0 100,0

item_9 item_10

Cumulative Cumulative

Frequency Percent Valid Percent Percent Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid 0 8 28,6 28,6 28,6 Valid 0 7 25,0 25,0 25,0

1 20 71,4 71,4 100,0 1 21 75,0 75,0 100,0

Total 28 100,0 100,0 Total 28 100,0 100,0

43
item_11 item_12

Cumulative Cumulative

Frequency Percent Valid Percent Percent Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid 0 7 25,0 25,0 25,0 Valid 0 5 17,9 17,9 17,9

1 21 75,0 75,0 100,0 1 23 82,1 82,1 100,0

Total 28 100,0 100,0 Total 28 100,0 100,0

item_13
item_14
Cumulative
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid 0 4 14,3 14,3 14,3
Valid 0 6 21,4 21,4 21,4
1 24 85,7 85,7 100,0
1 22 78,6 78,6 100,0
Total 28 100,0 100,0
Total 28 100,0 100,0

item_15 item_16
Cumulative Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid 0 5 17,9 17,9 17,9 Valid 0 6 21,4 21,4 21,4
1 23 82,1 82,1 100,0 1 22 78,6 78,6 100,0
Total 28 100,0 100,0 Total 28 100,0 100,0

44
item_17 item_18

Cumulative Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid 0 3 10,7 10,7 10,7 Valid 0 7 25,0 25,0 25,0
1 25 89,3 89,3 100,0 1 21 75,0 75,0 100,0
Total 28 100,0 100,0 Total 28 100,0 100,0

item_19 item_20

Cumulative Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid 0 5 17,9 17,9 17,9 Valid 0 12 42,9 42,9 42,9

1 23 82,1 82,1 100,0 1 16 57,1 57,1 100,0

Total 28 100,0 100,0 Total 28 100,0 100,0

45
Lampiran

Uji Daya Beda

46
Lampiran
Output Uji Normalitas
Explore

Notes

Output Created 06-JUL-2020 17:21:43


Comments
Input Data C:\Users\Badriah\Documents\data normalitas.sav
Active Dataset DataSet1
Filter <none>
Weight <none>
Split File

<none>

47
N of Rows in Working Data
112
File
Missing Value Handling Definition of Missing User-defined missing values for dependent variables are treated as missing.
Cases Used Statistics are based on cases with no missing values for any dependent variable or factor used.
Syntax EXAMINE VARIABLES=hasil BY kelas
/PLOT BOXPLOT STEMLEAF NPPLOT
/COMPARE GROUPS
/STATISTICS DESCRIPTIVES
/CINTERVAL 95
/MISSING LISTWISE
/NOTOTAL.
Resources Processor Time 00:00:01,86

Elapsed Time 00:00:01,99

kelas
Case Processing Summary

Cases

Valid Missing

Kelas N Percent N Percent

penguasaan_konsep kelas eksperimen pretest 28 100,0% 0 0,0%

kelas eksperimen postest 28 100,0% 0 0,0%

kelas kontrol pretest 28 100,0% 0 0,0%

kelas kontrol postest 28 100,0% 0 0,0%

48
Case Processing Summary

Cases

Total

kelas N Percent

penguasaan_konsep kelas eksperimen pretest 28 100,0%

kelas eksperimen postest 28 100,0%

kelas kontrol pretest 28 100,0%

kelas kontrol postest 28 100,0%

Descriptives

Kelas Statistic Std. Error

penguasaan_konse kelas eksperimen Mean 56,07 1,861


p pretest 95% Confidence Interval Lower Bound 52,25
for Mean Upper Bound 59,89

5% Trimmed Mean 56,19

Median 55,00

Variance 96,958

Std. Deviation 9,847

Minimum 40

Maximum 70

Range 30

Interquartile Range 19

Skewness -,165 ,441


Kurtosis -1,162 ,858

49
kelas eksperimen Mean 78,75 1,423
postest 95% Confidence Interval Lower Bound 75,83
for Mean Upper Bound 81,67

5% Trimmed Mean 78,89

Median 80,00

Variance 56,713

Std. Deviation 7,531

Minimum 65

Maximum 90

Range 25

Interquartile Range 10

Skewness -,241 ,441

Kurtosis -,602 ,858

kelas kontrol pretest Mean 51,25 1,679

95% Confidence Interval Lower Bound 47,80


for Mean Upper Bound 54,70

5% Trimmed Mean 51,39

Median 52,50

Variance 78,935

Std. Deviation 8,885

Minimum 35

Maximum 65

Range 30
Interquartile Range 14

50
Skewness -,237 ,441

Kurtosis -,838 ,858

kelas kontrol postest Mean 62,68 1,272

95% Confidence Interval Lower Bound 60,07


for Mean Upper Bound 65,29

5% Trimmed Mean 62,70

Median 62,50

Variance 45,337

Std. Deviation 6,733

Minimum 50

Maximum 75

Range 25

Interquartile Range 9

Skewness -,033 ,441

Kurtosis -,513 ,858

Tests of Normality
a
Kolmogorov-Smirnov Shapiro-Wilk

Kelas Statistic df Sig. Statistic

penguasaan_konsep kelas eksperimen pretest ,139 28 ,176 ,926

kelas eksperimen postest ,137 28 ,189 ,930

kelas kontrol pretest ,164 28 ,053 ,941


kelas kontrol postest ,155 28 ,085 ,946

51
Tests of Normality
a
Shapiro-Wilk

Kelas df Sig.

penguasaan_konsep kelas eksperimen pretest 28 ,050

kelas eksperimen postest 28 ,062

kelas kontrol pretest 28 ,121

kelas kontrol postest 28 ,161

a. Lilliefors Significance Correction

penguasaan_konsep

Normal Q-Q Plots

52
53
54
Detrended Normal Q-Q Plots

55
56
57

Lampiran
Output Uji Homogenitas

Test of Homogeneity of Variance

Levene Statistic df1 df2 Sig.

penguasaan_konsep Based on Mean 2,129 3 108 ,101

Based on Median 1,962 3 108 ,124

Based on Median and with


1,962 3 101,960 ,124
adjusted df

Based on trimmed mean 2,150 3 108 ,098


58

Lampiran
Output Uji T-Test
T-Test
Notes

Output Created 07-JUL-2020 00:06:22


Comments
Input Data D:\spss benar\data normalitas.sav
Active Dataset DataSet1
Filter <none>
Weight <none>
Split File <none>
N of Rows in Working Data
112
File
Missing Value Handling Definition of Missing User defined missing values are
treated as missing.
Cases Used Statistics for each analysis are
based on the cases with no
missing or out-of-range data for
any variable in the analysis.
Syntax T-TEST GROUPS=kelas(2 4)
/MISSING=ANALYSIS
/VARIABLES=hasil
/CRITERIA=CI(.95).
Resources Processor Time 00:00:00,02

Elapsed Time 00:00:00,23

Group Statistics

Std.
kelas N Mean Deviation

penguasaan_konsep kelas eksperimen postest 28 78,75 7,531

kelas kontrol postest 28 62,68 6,733

Group Statistics

Std.
Error
kelas Mean

penguasaan_konsep kelas eksperimen postest 1,423


59

kelas kontrol postest 1,272

Independent Samples Test

t-test for
Levene's Test for Equality of Equality of
Variances Means

F Sig. t

penguasaan_konsep Equal variances assumed ,251 ,619 8,418

Equal variances not


8,418
assumed

Independent Samples Test

t-test for Equality of Means

df Sig. (2-tailed) Mean Difference

penguasaan_konsep Equal variances assumed 54 ,000 16,071

Equal variances not assumed 53,337 ,000 16,071

Independent Samples Test

t-test for Equality of Means

95% Confidence Interval of the

Std. Error Difference

Difference Lower Upper

penguasaan_konsep Equal variances assumed 1,909 12,244 19,899

Equal variances not


1,909 12,243 19,900
assumed
Lampiran dokumen

Proses pembelajaran kelas eksperimen


Lampiran dokumen

Proses pembelajaran kelas kontrol

Anda mungkin juga menyukai