Anda di halaman 1dari 2

Mata Dibibir Subuh

Tema :

Penokohan : Saya = penyayang, tanggung jawab

Bukti : “Pada kesempatan itu, saya memberikan potongan daging ayam goreng “ // “Dan tak salah,
karena saya tak tega membuang bayi kucing kecil yang tampak begitu ringkih. Tak tega membuang
melalui lubang sampah yang terjun langsung ke lantai bawah. Ya sudah, saya bawa ke dalam, saya
carikan susu atau apa, dan saya tempatkan di pojok dengan selimut hangat. Sesekali saya tengok
apakah masih hidup atau meredup. Kadang saya pegang dan melihatnya dari dekat.

Tetangga = tidak percaya pada orang lain, mudah menilai


dengan cepat, memaksa

Bukti : “Saya bersikeras kalau induknya yang bunting masih hidup dan hamil lagi. Sangat besar
kemungkinan, ia akan memperlakukan anaknya seperti itu lagi. Akan dating bawa anaknya lagi.
Tetangga itu lebih tidak percaya dan mengira saya kurang sehat—seperti semua penghuni
apartemen ini.” // “Dia memang mengisyaratkan punya keponakan, cewek, cantik, dan saya dipaksa
melihat potretnya di ponsel. Saya bilang, saya tak tertarik cewek. Lalu, ia menunjukkan foto lelaki
muda. Katanya ponakannya juga. Saya bilang tak suka cowok.”

Alur : Maju

Latar :a. Latar tempat


- Lantai 9 apartemen
Bukti : “Bahkan kehadirannya agak aneh. Betina hamil itu
muncul begitu saja di lantai 9, tempat tinggal saya”

- Dalam Apartemen

Bukti : “Tak tega membuang melalui lubang sampah yang


terjun langsung ke lantai bawah. Ya sudah, saya bawa ke
dalam, saya carikan susu atau apa, dan saya tempatkan di
pojok dengan selimut hangat”

- Rumah sakit hewan

Bukti : “Tapi ternyata tak bisa seketika karena harus


menunggu antrian. Dokternya menganjurkan saya berdoa,
meskipun ia sudah terbiasa melakukan operasi.”
b. Latar suasana
- Menyesal
Bukti : “Sungguh saya menyesal mengatakan ini. Sampai
sekarang saya menyesal dan sedih. Karena sejak itu, Miuk
tak kelihatan. Padahal Miuk sudah hafal lantai Sembilan ini,
atau lantai di atasnya.”.
- Sedih
Bukti : “Sampai sekarang Miuk belum terlihat lagi. Saya tak
mau merasakan ini. Yang begini sudah saya perkirakan
ketika menemukan kucing kecil di depan pintu. Karena hal
semacam ini terjadi, dan itu menyakitkan”
- Kesal
Bukti : “Saya pernah ngomel bahwa dengan adanya Miuk
saya tak bisa bebas. Saya tak bisa pergi agak lama. Saya
harus titipkan Miuk ke penampungan hewan. Saya kurang
percaya ke tetangga satu lantai, juga tetangga di lantai atas
—meskipun yang ini lebih menjanjikan”

Sudut Pandang :  orang pertama karena menggunakan “ saya “

Gaya Bahasa : Menggunakan gaya bahasa sehari-hari dan mudah


dipahami

Amanat : hargailah sesuatu yang ada dihidupmu selagi kalian belum


kehilangan itu, karena penyesalan ada di akhir bukan diawal

Biografi Pengarang : Arswendo Atmowiloto (lahir di Surakarta, Jawa Tengah, 26


November 1948 – meninggal di Jakarta, 19 Juli 2019 pada umur 70 tahun) adalah penulis dan
wartawan Indonesia yang aktif di berbagai majalah dan surat kabar seperti Hai dan KOMPAS. Ia
menulis cerpen, novel, naskah drama, dan skenario film.

Nilai-nilai di dalam Karya Sastra : nilai kemanusiaan karena tokoh aku dengan tulus mau
merawat miuk dan induknya

Kondisi Lingkungan dan Masyarakat :

Anda mungkin juga menyukai