Anda di halaman 1dari 40

Mata Kuliah : Konsep bilangan dan pembelaran SD

Nama Dosen : Dr.Agnes M. Goni, M.Pd

Nama : Grace S.Sahentumuwo


Nim : 20105031
Kelas : 2C

UNIVERSITAS NEGERI MANADO


FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
PGSD
2021
1-2 (Membuat kajian tentang konsep GBPP matematika SD, Unsur-unsur
GBPP,Teori belajar matematika dan pembelajaran).

A. MENJELASKAN KONSEP GBPP MATEMATIKA SD


Proses pembelajaran yang diselenggarakan guru dalam pergantian
kurikulum maka konsep-konsep matematika yang tersusun dalam GBPP
matematika SD dapat di kelompokan ke dalam tiga jenis konsep, yaitu :
 Konsep dasar merupakan konsep yang pertama kali di pelajari oleh para
siswa dari sejumlah konsep yang di berikan.
 Konsep yang berkembang merupakan kelanjutan dari konsep dasar dan
dalam mempelajarinya memerlukan pengetahuan tentang konsep dasar.
 Konsep yang harus di bina keterampilannya merupakan konsep-konsep
dasar yang berkembang. Konsep jenis ini perlu mendapat perhatian dan
pembinaan dari guru sehingga para siswa mempunyai keterampilan dalam
menampilkan konsep-konsep dasar yang berkembang.

B. UNSUR-UNSUR DALAM GBPP MATEMATIKA SD


Dalam pembelajaran Matematika agar berhasil dengan baik maka harus
memperhatikan unsur-unsur pokok pembelajaran Matematika, unsur
pokok dalam pembelajaran Matematika antara lain:
1. Guru sebagai salah satu perancang proses, proses yang sengaja dirancang
selanjutnya disebut proses pembelajaran.
2. Siswa sebagai pelaksana kegiatan belajar dan,
3. Matematika sebagai objek yang di pelajari. 

C. MENJELASKAN TEORI BELAJAR UNTUK MENGAJARKAN


MATEMATIKA SD
 Teori Belajar Bruner
Menurt Bruner ada 3 tahapan anak belajar matematika, yaitu berturut-
turut tahap enaktif, ikonik, dan simbolik.
a. Tahap enaktif / Tahan kegiatan
Anak belajar konsep dengan benda nyata atau mengalami peristiwa
di dunia sekitarnya. Pada tahap ini anak masih dalam gerak reflek
dan mencoba-coba.
b. Tahap ikonik / tahap gambar banyangan.
Pada tahap ini anak dapat membanyangkan kembali dalam
pikirannya tentang benda / peristiwa yang di alaminya pada tahap
enaktif.
c. Tahap simbolik.
Pada tahap ini anak mampu memahami simbol-simbol dan
menjelaskan dengan bahasanya.
Jadi, untuk memudahkan pemahaman dan keberhasilan anak pada
pembelajaran matematika haruslah secara bertahap.
Faktor-faktor yang mempengaruhi proses pembelajaran
matematika berdasarkan hasil percobaan dan pengalaman Bruner
dan Keney merumuskan 4 teorema, yaitu :Teorema penyusunan,
Notasi, Pengontrasan dan keanekaragaman ,serta pengaitan.
 Teori Belajar Dienes
Menurut Dienes, ada 6 tahap anak belajar matematika,yaitu
berturut-turut : tahap bermaian bebas, permainan, penelaahan
kesamaan sifat, representasi, simbolisasi, dan tahap formalisasi.
 Tahap 1.
Bermain bebas. Anak bermain bebas tampa diarahkan
dengan mengunakan benda matematika kokret.
 Tahap 2.
Permainan. Melalui permainan anak diajak untuk mulai
mengenal dan memikirkan struktur matematika.
 Tahap 3.
Penelaahan kesamaan sifat. Siswa di arahkan pada kegiatan
menemukan sifat-sifat kesamaan dalam permainan.
 Tahap 4.
Representasi. Siswa belajar membuat pernyataan tentang
sifat kesamaan konsef matematika pada tahap 3.
 Tahap 5.
Simbolisasi. Siswa menciptakan simbol matematika untuk
menyatakan Konsep matematika yang pernyataannya sudah
diketahui.
 Tahap 6.
Formalisasi. Mengorganisasikan konsep.
 Teori Belajar Van Hiele
Menurut Van hiele ada tiga unsur utama dalam pengajaran
geometri,yaitu waktu, materi pengajaran dan metode
pengajaran yang diterapkan.
Menurut Van Hiele ada 5 tahapan anak belajar geometri,
yaitu : tahap pengenalan , analisis, pengurutan, deduksi, dan
akurasi.

 Tahap 1.
Pengenalan. Siswa mulai belajar mengenal suatu
bangun geometri secara keseluruhan.
 Tahap 2.
Analisis. Siswa sudah mengenal sifat-sifat yang
dimiliki bangun geometri yang ramati.
 Tahap 3.
Pengurutan.Siswa dapat mengurutkan bangun-bangun
geometri yang satu dengan lainnya saling
berhubungan.
 Tahap 4.
Deduksi. Siswa mampu menarik kesimpulan secara
deduktif yaitu dari umum ke khusus.
 Tahap 5. Akurasi.
 Teori Belajar Brownell dan Van Egen.
Menurut teori Makna dari Brownell dan Van Egen
menyatakan Bahwa pada situasi pembelajaran yang
bermakna selalu terdapat 3 unsur, Yaitu :
a. adanya suatu kejadian, benda dan tindakan
b. adanya simbol yang mewakili unsur-unsur
c. adanya individu yang menafsirkan simbol tersebut.
 Teori Belajar Gagne.
a. Objek belajar matematika ada 2 , yaitu : Objek
langsung ( Fakta ,operasi ,konsep , dan prinsip ), dan
objek tidak langsung (kemampuan menyelidiki
,memecahkan masalah , disiplin diri .bersikap positif ,
dan tahu bagaimana semestinya belajar).
b. Tipe belajar ada 8, mulai dari sederhana sampai
dengan kompleks yaitu: belajar isyarat, stimulasi
respons, rangkaian gerak, rangkaian verbal, belajar
membedakan, belajar konsep, belajar aturan dan
pemecahan masalah.
D. MEMBEDAKAN MODEL-MODEL PEMBELAJARAN
MATEMATIKA SD
 Pengertian Model Pembelajaran
Model pembelajaran adalah kerangka konseptual yang melukiskan
prosedur yang sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar
peserta didik untuk mencapai tujuan belajar tertentu, dan berfungsi
sebagai pedoman bagi perancang pembelajaran dan guru dalam
merencanakan dan melaksanakan aktivitas belajar mengajar Secara luas,
Joyce dan Weil (2000:13) mengemukakan bahwa model pembelajaran
merupakan deskripsi dari lingkungan belajar yang menggambarkan
perencanaan kurikulum, kursus-kursus, rancangan unit pembelajaran,
perlengkapan belajar, buku-buku pelajaran, program multi media, dan
bantuan belajar melalui program komputer. Hakikat mengajar menurut
Joyce dan Weil adalah membantu belajar (peserta didik) memperoleh
informasi, ide, keterampilan, nilai-nilai, cara berpikir, dan belajar
bagaimana cara belajar.
Model pembelajaran adalah suatu perencanaan atau pola yang dapat kita
gunakan untuk mendesain pola – pola mengajar secara tatap muka di
dalam kelas atau mengatur tutorial, dan untuk menentukan
material/perangkat pembelajaran termasuk di dalamnya buku – buku, film
– film, tipe – tipe, program – program media komputer, dan kurikulum
(sebagai kursus untuk belajar). Setiap model mengarahkan kita untuk
mendesain pembelajaran yang dapat membantu siswa untuk mencapai
bebagai tujuan. Sebagaimana pendapat Joice, dkk (1992:1).
 Makna Model Pembelajaran Matematika
Model dan pendekatan pada pembelajaran matematika sangat memiliki
peranan yang sangat penting dalam pembelajaran. Karena model-model
dan pendekatan pada matematika akan membawa setiap siswa untuk kita
sebagai pelajaran untuk menjdi lebih efektif dalam belajar. Tentunya
seorang guru, dituntut untuk mampu mengembangkan serta
menerapkankannya dalam proses pembelajaran. Sehingga dengan
demikian efektivitas pembelajaran matematika akan berjalan dengan baik
dan berkualitas.
Pada bagian pembahasan kali ini saya akan menjelaskan tingkat
kedalaman atau pendekatan dan model apa saja yang digunakan dalam
pembelajaran matematika tersebut. Dalam hal ini, tentunya seorang guru
harus memiliki sikap yang mengerti dan mengetahui akan kemampuan
dalam menyampaikan materi atau model pembelajaran yang akan
digunakan. Dimana, jika seorang guru tidak memperhatikan tahap
perkembangan dan apa yang dialami siswa akibatnya akan mengalami
kesulitan karena cara penyampaian model yang diterapkan tidak
sesuai/tidak bisa diserap oleh siswa pada saat pembelajaran. Karena itu,
begitu pentingnya pengetahuan tentang bagaimana pembelajaran akan
pendekatan model yang akan dapat dimengerti.

E. Macam-Macam Model Pembelajaran Matematika

1). Model Pembelajaran Kooperatif


Pembelajaran kooperatif merupakan strategi pembelajaran yang
mendorong siswa aktif menemukan sendiri pengetahuannya melalui
keterampilan proses. Siswa belajar dalam kelompok kecil yang
kemampuannya heterogen. Dalam menyelesaikan tugas kelompok setiap
anggota saling bekerja sama dan saling membantu dalam memahami
suatu bahan ajar. Agar siswa dapat bekerja sama dengan baik di dalam
kelompoknya maka mereka perlu diajari ketrampilan-ketrampilan
kooperatif sebagai berikut :
* Berada dalam tugas
Berada dalam tugas maksudnya adalah tetap berada dalam kerja
kelompok, menyelesaikan tugas yang menjadi tanggung jawabnya sampai
selesai dan bekerjasama dalam kelompok sesuai dengan kesepakatan
kelompok, ada kedisiplinan individu dalam kelompok.
* Mengambil giliran dan berbagi tugas
Mengambil giliran dan berbagi tugas yaitu bersedia menerima tugas dan
membantu menyelesaikan tugas.
* Mendorong partisipasi
Mendorong partisipasi yaitu memotivasi teman sekelompok untuk
memberikan kontribusi tugas kelompok.
* Mendengarkan dengan aktif
Mendengarkan dengan aktif maksudnya adalah mendengarkan dan
menyerap informasi yang disampaikan teman dan menghargai pendapat
teman. Hal ini penting untuk memberikan perhatian pada yang sedang
berbicara sehingga anggota kelompok yang menjadi pembicara akan
merasa senang dan menumbuh kembangkan motivasi belajar bagi dirinya
sendiri dan yang lainnya.
* Bertanya
Menanyakan informasi atau penjelasan lebih lanjut dari teman
sekelompok kalau perlu didiskusikan, apabila tetap tidak ada pemecahan
tiap anggota wajib mencari pustaka yang mendukung, jika tetap tidak
terselesaikan baru bertanya kepada guru.
 
Unsur-unsur pembelajaan kooperatif adalah sebagai berikut :
* Siswa dalam kelompoknya haruslah beranggapan bahwa mereka
“sehidup sepenanggungan bersama”.
* Siswa bertanggung jawab atas segala sesuatu didalam kelompoknya,
seperti milik mereka sendiri.
* Siswa haruslah melihat bahwa semua anggota di dalam kelompoknya
memiliki tujuan yang sama.
* Siswa harus membagai tugas dan tanggung jawab yang sama di antara
anggota kelompoknya.
* Siswa akan dikenakan evaluasi atau diberikan hadiah/ penghargaan
yang juga akan dikenakan untuk semua anggota kelompok.
* Siswa berbagi kepemimpinan dan mereka membutuhkan ketrampilan
untuk belajar bersama selama proses belajarnya.
* Siswa akan diminta mempertanggung jawabkan secara individual
materi yang ditangani dalam kelompok kooperatif.

2). Model Pembelajaran Matematika Realistik (PMR)


Pembelajaran Matematika Realistik (PMR) merupakan operasionalisasi
dari suatu pendekatan pendidikan matematika yang dikembangkan di
Belanda dengan nama Realistic Mathematics Education (RME) yang
artinya pendidikan matematika realistik. Pembelajaran matematika
realistik pada dasarnya adalah pemanfaatan realita dan lingkungan yang
dialami oleh siswa untuk melancarkan proses pembelajaran matematika,
sehingga mencapai tujuan pendidikan matematika yang lebih baik
daripada yang lalu. Yang dimaksud dengan realita disini adalah hal-hal
yang nyata atau konkrit yang dapat dipahami atau diamati oleh siswa
dengan membayangkan.
Sedangkan lingkungan adalah lingkungan tempat siswa berada, baik
lingkungan sekolah, keluarga maupun masyarakat yang dapat dipahami
oleh siswa. Dalam hal ini lingkungan disebut juga dengan kehidupan
sehari-hari. Jenning dan Dunne mengatakan bahwa kebanyakan siswa
mengalami kesulitan dalam mengaplikasikan matematika dalam
kehidupan real.Hal lain yang menyebabkan sulitnya matematika bagi
siswa adalah karena pembelajaran matematika kurang bermakna.
3). Model Pembelajaran Langsung
Pembelajaran langsung dikembangkan berdasarkan teori belajar social
dari Albert Bandura. Pembelajaran langsung adalah model pembelajaran
yang dirancang untuk mengajarkan pengetahuan deklaratif dan
pengetahuan prosedural yang diajarkan setahap demi setahap.
Menurut Silbernam (2006), strategi pembelajaran langsung melalui
berbagai pengetahuan secara aktif merupakan cara untuk mengenalkan
siswa kepada materi pelajaran yang akan diajarkan. Guru juga dapat
menggunakannya untuk menilai tingkat pengetahuan siswa sambil
melakukan kegiatan pembentukan tim. Cara ini cocok pada segala ukuran
kelas dengan materi pelajaran apapun.
Cara lain untuk menjadikan siswa belajar aktif dari awal dapat
menggunakan berbagai strategi, misalnya strategi pembelajaran langsung
melalui berbagi pengetahuan secara aktif. Strategi pembelajaran langsung
ini dirancang untuk mengenalkan siswa terhadap mata pelajaran guna
membangun minat, menimbulkan rasa ingin tahu, dan merangsang
mereka untuk berpikir. Siswa tidak bisa berbuat apa–apa jika pikiran
mereka jika dikembangkan oleh guru. Banyak guru yang membuat
kesalahan dengan mengajar, yakni sebelum siswa merasa terlibat dan siap
secara mental guru langsung memberikan materi pelajaran. Penggunaan
beberapa strategi berikut ini akan mengoreksi terjadi kecenderungan ini.

Ciri – ciri pembelajaran langsung antara lain :


a. Adanya tujuan pembelajaran dan prosedur penilaian hasil belajar.
b. Sintaks atau pola keseluruhan dan alur kegiatan pembelajaran.
c. Sistem pengelolaan dan lingkungan belajar yang mendukung
berlangsung dan berhasilnya pengajaran.
Lima prinsip dasar yang dapat membimbing guru dalam merencana
system penilaian dalam model pembelajaran langsung antara lain :
a. Sesuai dengan tujuan pembelajaran
b. Mencakup semua tugas pembelajaran
c. Menggunakan soal tes yang sesuai
d. Membuat soal sevalid (terukur) dan sereliabel (konsisten) mungkin
e. Manfaatkan hasil tes untuk memperbaiki proses belajar mengajar
berikutnya.
4). Model Pembelajaran Perubahan Konseptual
Pengetahuan yang telah dimiliki oleh seseorang sesungguhnya berasal
dari pengetahuan yang secara spontan diperoleh dari interaksinya dengan
lingkungan. Sementara pengetahuan baru dapat bersumber dari intervensi
di sekolah yang keduanya bisa konflik, kongruen, atau masing-masing
berdiri sendiri. Dalam kondisi konflik kognitif, siswa dihadapkan pada
tiga pilihan, yaitu:
a. mempertahankan intuisinya semula
b. merevisi sebagian intuisinya melalui proses asimilasi,
c. merubah pandangannya yang bersifat intuisi tersebut dan
mengakomodasikan pengetahuan baru.

Perubahan konseptual terjadi ketika siswa memutuskan pada pilihan yang


ketiga. Agar terjadi proses perubahan konseptual, belajar melibatkan
pembangkitan dan restrukturisasi konsepsi-konsepsi yang dibawa oleh
siswa sebelum pembelajaran (Brook & Brook, 1993). Ini berarti bahwa
mengajar bukan melakukan transmisi pengetahuan tetapi memfasilitasi dan
memediasi agar terjadi proses negosiasi makna menuju pada proses
perubahan konseptual (Hynd, et al,. 1994). Proses negosiasi makna tidak
hanya terjadi atas aktivitas individu secara perorangan, tetapi juga muncul
dari interaksi individu dengan orang lain melalui peer mediated instruction.
Costa (1999:27) menyatakan meaning making is not just an individual
operation, the individual interacts with others to construct shared
knowledge.
Model pembelajaran perubahan konseptual memiliki enam langkah
pembelajaran (Santyasa, 2004), yaitu:
a. Sajian masalah konseptual dan kontekstual
b. konfrontasi miskonsepsi terkait dengan masalah-masalah tersebut
c. konfrontasi sangkalan berikut strategi-strategi demonstrasi, analogi,
atau contoh-contoh tandingan
d. konfrontasi pembuktian konsep dan prinsip secara ilmiah
e. konfrontasi materi dan contoh-contoh kontekstual
f. konfrontasi pertanyaan-pertanyaan untuk memperluas pemahaman
dan penerapan pengetahuan secara bermakna.
 
Daftar Pusaka

Materi 1-2 di ambil dari PPT kelompok 1


3-4 (Membuat kajian tentang perbedaan penilaian , Asesmen , Tes dan
Pengukuran serta jenis-jenis penilaian matematika di SD).

A. Membedakan Penilaian, Asesmen, Tes, Dan Pengukuran


a. Penilaian
Penilaian ialah suatu proses pembuatan keputusan berdasarkan
kesesuaian seseorang, program, proses atau hasil dengan tujuan
tertentu. Hasil keputusan ini berupa nilai dan bersifat kualitatif.
b. Asesmen
Asesmen merupakan suatu kegiatan pengumpulan informasi yang
sistematik tanpa adanya pembuatan keputusan tentang nilai.
Informasi ini dapat bersifat kualitatif atau kuantitatif. Asesmen
dapat dilakukan dengan menggunakan tes atau tanpa tes.
c. Tes
Tes ialah suatu prosedur yang sistematik untuk mengamati dan
mengukur perilaku seseorang. Dalam hal ini ungkapan “prosedur
yang sistematik” menunjukan bahwa pengadaan suatu tes
mengikuti tahap-tahap tertentu. Tahap-tahap yang dimaksud antara
lain pengkonstruksian, pelaksanaan atau pengadministrasian,
peyekoran, dan pendeskripsikan nilai
d. Pengukuran
Pengukuran ialah suatu prosedur untuk menunjukan bilangan bagi
atribut atau karakteristik seseorang berdasarkan aturan tententu.
Bilangan hasil pengukuran ini biasanya di sebut skor.

B. Jenis-Jenis Penilaian Matematika Di SD

1. Penilaian Kesiapan Siswa dalam Belajar Matematika di SD


Setiap siswa sebaiknya telh memiliki kesiapan mental maupun fisik untuk
menerima pelajaran agar konsep matematika yang akan diajarkan dapat
dipelajari dengan lancar oleh para siswa. Kesiapan siswa yang perlu
mendapatkan perhatian guru terutama yang berkenaan dengan materi atau
isi pelajaran.

2. Penilaian Tugas
Salah satu kegiatan guru matematika di SD adalah memilihkan dan
memberikan tugas kepada para siswa. Tugas tersebut dapat berupa
pertanyaan, masalah, latihan soal, karangan atau bentuk lainnya.
3. Penilaian Kemampuan Matematika dalam Belajar Matematika di SD
Untuk memperoleh data tentang kemampuan matematika para siswa,
salah satu metode yang digunakan adalah tes.

4. Observasi
Selama proses pembelajaran berlangsung, banyak informasi tentang siswa
yang dapat diamati dan dikumpulkan oleh guru. Informasi yang terkait
dengan siswa antara lain adalah motivasi, perhatian, rasa ingin tau,
ketabahan, semangat dan lain sebagainya. Informasi yang demikian
tersebut sangat sulit dikumpulkan dengan menggunakan teknik atau
metode penilaian khusus. Salah satu diantaranya adalah metode observasi
atau pengamatan. Pengamatan ini dapat dilakukan secara tidak formal
atau tidak terstruktur.

5. Wawancara
Wawancara biasa dilakukan secara langsung dan “berhadapan” antar
wawancara dengan yang diwawancarai. Metode ini digunakan karena
teknik pengumpulan data atau informasi yang menggunakan tes buatan
guru kurang mampu mengungkapkan secara tuntas pengetahuan
konseptual dan penalaran siswa.

6. Tes Diagnostik dalam Belajar Matematika di SD


Tes buatan guru juga merupakan suatu metode yang dapat digunakan
untuk mendiagnosis letak kesulitan belajar siswa. Tes yang dirancang
secara khusus untuk mendiagnosis letak kesulitan belajar siswa disebut
tes diagnostik. Untuk merancang dan melaksanakan tes diagnostik guru
perlu memperhatikan sekurang-kurangnya tiga hal, yaitu:
 Menentukan tujuan dan topik
 Memilih dan menetapkan jenis pertanyaan yang sesuai dengan tujuan,
dan
 Menganalisis jawaban yang dikemukakan siswa dan hasil tes baik
perorangan maupun klasikal

7. Penilaian dengan Portofolio


Portofolio juga merupakan suatu metode penilaian yang dapat digunakan
oleh guru. Portofolio adalah suatu kumpulan hasil karya masing-masing
siswa yang didokumentasikan secara teratur dan baik.
8. Penilaian dengan Jurnal
Jurnal merupakan salah satu bentuk atau komentar yang disusun siswa
tentang kegiatan yang dilakukannya. Kegiatan yang dimaksud dapat
merupakan bagian dari kegiatan harian siswa selama mengikuti pelajaran
matematika.
Daftar Pusaka

Penilaian Autentik Pembelajaran Matematika Di Sekolah Dasar


Oleh : Dr. Agnes M.Goni, M.Pd
5 (Membuat kajian tentang Konsep Sejarah Bilangan).

A. Konsep Sejarah Bilangan


 Bilangan ada sejak peradaban manusia pertama, didukung oleh
keperluan bermasyarakat, yaitu menghitung dan membandingkan
 Setelah ditemukan bukti bukti sejarah, peradaban manusia mulai
dapat direkam dan dicatat. Serta dipelajari makna dan lambing,
gambar, benda, bangunan, dan peninggalan lain.
 Ditemukannya coretan-coretan pada dinding gua, atau tumpukan-
tumpukan kayu dan batu yang tertata rapi, dapat menunjukkan
bahwa manusia purba sudah mengenal bilangan.
 Dengan hal ini yaitu coretan atau tumpukkan, mereka dapat
menyatakan banyaknya binatang hasil buruan, banyaknya anggota
keluarga, atau banyaknya barang yang dimiliki
 Mereka sudah mengenal bilangan, yaitu konsep yang menyatakan
“banyak” coretan atau tumpukan. Hal ini dikenal dengan proses
pemikiran Korespodensi 1-1
 Penemuan system numerasi, seperti halnya penemuan alphabet dan
penemuan roda, merupakan karya bedar manusia
 Sistem numerasi adalah sekumpulan lambang dan aturan pokok
yang menuliskan bilangan dapat dinyatakan dengan bermacam
macam lambing, tetapi satu lambang tentu hanya menunjuk pada
satu bilangan.
 Beda antara bilangan dan lambangnya serupa dengan beda antara
seseorang dengan namanya, beda benda dengan namanya.
 Sesuai dengan urutan waktu terjadinya, beberapa system numerasi
yang dikenal adalah system mesir kuno (3000 SM), system
babilonia (2000 SM), system yunani kuno (600 SM), maya (300
SM), system Jepang-Cina (200SM), Sistem Romawi (100SM),
system Hindu- Arab (300 SM-750SM)

 Sistem Numerasi Romawi (100M)


 Sistem Numerasi Hindu Arab

B. Menyelesaikan soal-soal bilangan dan lambang bilangan pada buku sd


siswa.

Contoh :
1). Tulislah bilangan 1 sampai 10 menggunakan angka
dan huruf kemudian bacalah!

1=Satu
2=Dua
3=Tiga
4=empat
5=Lima
6=Enam
7=Tujuh
8=Delapan
9=Sembilan
10=Sepuluh
2. Pertanyaan untuk kelas 2 dan 3 :
a. Hitunglah! 400 + 30 + 2 = ….
b. Tulislah nama bilangannya! 312 = ….
c. Tulislah lambang bilangannya! Delapan ratus tiga puluh
= ….

a. 400 + 30 + 2 = 432
b. Nama bilangan 312 = Tiga ratus dua belas
c. Lambang bilangan Delapan ratus tiga puluh = 830

3. Pertanyaan untuk kelas 2 dan 3 :


a. Hitunglah 145-15 = …..
b. Bu Atik seorang penjual telur ayam. Mula-mula ia
memiliki persediaan 267 butir telur di warungnya.
Ternyata hari ini berhasil terjual 159 butir telur. Berapa
butir telur ayam yang belum terjual?

a. Hasil dari 145-15 = 130

b. Diketahui :
Persediaan telur Bu Atik: 267 butir
Telur terjual: 159 butir

Ditanya : jumlah telur ayam yang belum terjual?

Jawab :
Jumlah telur yang belum terjual = Jumlah telur awal – dijual
= 267 – 159
= 108
Jadi, jumlah telur Bu Atik yang belum terjual adalah 108 butir.
Daftar Pusaka

Penilaian Autentik Pembelajaran Matematika Di Sekolah


Dasar.

Oleh : Dr. Agnes M.Goni, M.Pd

TENTANG KITA
MINEWS - Megaportal berbasis media online dan tv streaming yang menyajikan informasi
dari sudut pandang berbeda dan bertujuan untuk mencerdaskan bangsa.
Hubungi kami: redaksi@minews.id
6-7 (Membuat alat peraga pembelajaran bilangan dan lambangnya di Sd &
membuat scenario pembelajaran bilangan dan lambangnya di Sd).

A. Contoh alat peraga pembelajaran

1. Kartu lambang bilangan


Alat peraga ini berfungsi untuk mengajarkan konsep bilangan dari
0 sampai 9 dan tanda operasi penjumlahan dan pengurangan, serta
menanamkan konsep penjumlahan dan pengurangan. Berikut ini
merupakan contoh kartu lambang bilangan.

2. Dedak-dekak
Dekak-dekak berfungsi untuk menanamkan konsep nilai tempat operasi
penjumlahan dan pengurangan. Berikut ini merupakan contoh alat peraga
dekak-dekak.

3. Model Bangun datar


Model bangun datar ini berfungsi untuk mambantu pemahaman siswa
tentang konsep bangun datar. Berikut ini merupakan contoh alat peraga
model bangun datar.
B. Contoh Skenario Pembelajaran

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN

Mata Pelajaran : MATEMATIKA

Materi Pokok : Bilangan Romawi

Pertemuan / waktu : Kedua / 2 x 30 menit

Metode : Ceramah dan mengerjakan soal

A. Kompetensi Dasar
7.1 Mengenal lambang bilangan romawi
7.2 Menyatakan bilangan cacah sebagai bilangan romawi dan sebaliknya

B. Indikator o Menuliskan lambang bilangan romawi


o Mengubah lambang bilangan asli ke lambang bilangan romawi dan sebaliknya

C. Materi Essensial
Ketentuan menuliskan lambang bilangan romawi

Mengubah lamabang bilangan asli ke lambang bilangan romawi dan sebaliknya

D. Media Belajar o Buku matematika M Khafid Erlangga kelas IV jilid 4B

E. Rincian Kegiatan Pembelajaran


KEGIATAN Wakt
u
Pendidik Peserta didik
(meni
t)

Pendahuluan
1. 5
o Membacakan indikator dan kompetensi yang
Mendengarkan indikator
diharapkan
o Menugaskan siswa untuk
Mengumpulkan pekerjaan rumah
mengumpulkan pekerjaan rumah

2. Kegiatan Inti 50
o Menugaskan Uji kompetensi Bab 7 Hlm. 57 Mengerjakan ji kompetensi

Penutup
3. o Mendengarkan motivasi agar 5
lebih rajin mengerjakan soal
Mengetahui Jakarta,

Kepala Sekolah Guru Mata Pelajaran


Daftar Pusaka

Kenny CH Titjo

Arsyad, Azhar , Media Pembelajaran, Jakarta: Rajawali Press, 2011.


9. (Membuat kajian tentang konsep bilangan cacah dan operasinya,
Menyelesaikan soal-soal bilangan cacah dan operasi bilangan pada buku
siswa SD).

A. KONSEP BILANGAN CACAH


Bilangan cacah dapat didefinisikan sebagai bilangan yang
digunakan untuk menyatakan cacah anggota atau kardinalitas suatu
himpunan. Jika suatu himpunan yang karena alasan tertentu tidak
mempunyai anggota sama sekali, maka cacah anggota himpunan itu
dinyatakan dengan nol, dan dinyatakan dengan lambang “0”. jika
anggota dari suatu himpunan hanya terdiri dari satu anggota saja,
maka cacah anggota himpunan tersebut adalah “satu” dan dinyatakan
dengan lambang “1”.
Demikian seterusnya sehingga kita mengenal barisan bilangan hasil
pecahan himpunan yang dinyatakan dengan lambang sebagai berikut:
0, 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7,8, 9, 10, 11, 12, 13,...
(Tanda" .... "hendaknya diartikan sebagai “dan seterusnya”).
Bilangan-bilangan Inilah yang disebut bilangan cacah.

B. OPERASI PADA BILANGAN CACAH


Ada beberapa operasi yang dapat dikenakan kepada ada bilangan
bilangan cacah titik operasi operasi tersebut adalah:
1. Penjumlahan
2. Pengurangan
3. Perkalian
4. Pembagian.
1). Operasi Penjumlahan
Operasi penjumlahan pada bilangan cacah pada dasarnya
merupakan suatu aturan yang mengkaitkan setiap pasangan
bilangan cacah dengan suatu bilangan cacah yang lain. Jika a dan b
adalah bilangan bilangan cacah, maka jumlah dari kedua bilangan
tersebut dilambangkan dengan " a + b " yang dibaca "a atau b"
jumlah dari a dan b ". Jumlah dari a dan b ini diperoleh dengan
menentukan cacah gabungan himpunan yang mempunyai sebanyak
a anggota dengan himpunan yang mempunyai sebanyak B anggota,
asalkan kedua himpunan tersebut tidak mempunyai unsur
persekutuan.
Selanjutnya, sistem bilangan cacah terhadap operasi penjumlahan
ini mempunyai beberapa sifat, yaitu: sifat pertukaran, sifat
identitas, dan sifat pengelompokan yang berbunyi:
 Untuk setiap bilangan cacah a dan b, berlaku:
a + b = b + a (Pertukaran)
 Untuk setiap bilangan cacah a, berlaku:
a + 0 = 0 + a = a (Identitas)
 Untuk setiap bilangan cacah a b dan c berlaku:
a + b + c = a + b + c (Pengelompokan)

2). Operasi Pengurangan


Operasi pengurangan pada dasarnya merupakan kebalikan
daripada operasi penjumlahan. Jika dalam suatu situasi
penjumlahan, jumlahnya dan salah satu unsur penjumlahannya
sudah diketahui, maka proses penentuan unsur penjumlahan yang
lainnya menuntut operasi pengurangan. Oleh karena itu, dalam
praktiknya jika sebuah bilangan cacah a dikurangi dengan
bilangan cacah b menghasilkan bilangan cacah c (dilambangkan
dengan a – b = c), maka operasi penjumlahan yang terkait adalah
b + c = a. Namun demikian, operasi pengurangan tidak memenuhi
sifat-sifat yang dimiliki oleh operasi penjumlahan di atas.
Operasi pengurangan tidak memenuhi sifat pertukaran, sebab
tidak setiap a dan b berlaku a-b=b-a. Sebagai contoh: 7-3 /= 3-7.
Bahkan, a-b=b-a hanya akan dipenuhi oleh bilangan-bilangan
yang sama, yakni a=b. Contoh: 3-3= 3-3.

Operasi pengurangan juga tidak memenuhi sifat identitas, sebab


tidak bisa ditemukan adanya bilangan cacah a sehingga, a-0= 0-a.
Operasi pengurangan juga tidak memenuhi sifat pengelompokan.
sebab tidak bisa diperoleh bilangan-bilangan cacah a, b, dan c
sehingga (a - b)- c = a - (b - c).

Contohnya jika a 8, b=4, dan c=2. Maka (a - b) - c= (8 - 4)- 2= 2,


sedangkan a - (b - c)= 8 - (4 - 2) = 6.
3). Operasi Perkalian

Operasi perkalian bilangan cacah pada dasarnya dapat


didefinisikan sebagai hasil penjumlahan berulang bilangan-
bilangan cacah. Jika tidak a dan b bilangan-bilangan cacah, maka
a x b dapat didefinisikan sebagai b + b + b +...+b (sebanyak a
kali). Oleh karena itu, 4 x 3 akan sama dengan 3+3+3+3,
sementara itu 3 x 4 sama dengan 4+4+4. Jadi secara konseptual a
x b tidak sama dengan b x a, akan tetapi kalau mau lihat hasil
kalinya saja maka a x b= b x a. Dengan demikian operasi
perkalian memenuhi sifat pertukaran.

Operasi perkalian juga memenuhi sifat identitas. Ada sebuah


bilangan cacah yang kalau dikalikan dengan setiap bilangan cacah
a maka hasil kalinya adalah tetap a. bilangan cacah tersebut
adalah bilangan Jadi, a x 1= 1x a untuk setiap bilangan cacah a.

Di samping itu, perkalian bilangan cacah masih mempunyai satu


sifat dalam kaitannya dengan operasi penjumlahan. Sifat ini
menyatakan bahwa: Untuk setiap bilangan cacah a, b, dan c
berlaku: a x (b + c) = (a x c). Sifat ini disebutkan dengan sifat
penyebaran.

4). Operasi Pembagian


Operasi pembagian pada dasarnya merupakan kebalikan dari
operasi perkalian. Jika sebuah bilangan cacah a dibagi bilangan
cacah b menghasilkan bilangan cacah c (dilambangkan dengan a :
b = c, maka konsep perkalian yang bersangkutan adalah c x b = a.
sebagaimana operasi pengurangan, maka operasi pembagian juga
tidak memenuhi sifat pertukaran, sifat identitas, sifat
pengelompokan, dan juga sifat penyebaran.
Daftar Pusaka

Penilaian Autentik Pembelajaran Matematika Di Sekolah Dasar


Oleh : Dr. Agnes M.Goni, M.Pd
10 (Membuat alat peraga pembelajaran bilangan cacah dan operasinya di SD,
Membuat skenario pembelajaran bilangan dan lambangnya di SD).

A. Alat Peraga
 Batang Cuisenaire atau Kubus Unifix
Untuk memberikan pemahaman dengan baik, maka alat praga seperti
batang cuisenaire atau kubus Unfix dapat digunakan untuk mengenalkan
algoritma penjumlahan.
Sebagaimana diketahui, batang cuisenaire terdiri atas batang satuan,
batang puluhan, batang ratusan, dan batang ribuan. Batang satuannya
berbentuk kubus dengan dimensi 1cm X 1cm X 1cm,
batang puluhannya berbentuk balok yang besarnya sama dengan sepuluh
batang satuan yang dijadikan satu sehingga memanjang dengan dimensi
10 cm X 10 cm X 10 cm, batang ratusannya berbentuk balok yang
besarnya sama dengan sepuluh batang puluhan yang di gabung menjadi
satu dengan dimensi 10 cm X 10 cm X 10 cm.
Daftar Pusaka

Penilaian Autentik Pembelajaran Matematika Di Sekolah


Dasar
Oleh : Dr. Agnes M.Goni, M.Pd
11-12 (Membuat kajian tentang konsep bilangan bulat dan
operasinya,menyelesaikan soal-soal bilangan bulat dan operasi
bilangan bulat pada buku siswa SD).

A. Kajian tentang konsep bilangan bulat dan operasinya


a. Konsep Bilangan Bulat
Bilangan bulat merupakan bilangan yang terdiri dari
bilangan cacah dan negatifnya. Yang termasuk dalam bilangan
cacah yaitu 0,1,2,3,4… sehingga negative dari bilangan cacah
yaitu -1,-2,-3,-4…. Dalam hal ini -0 = 0 maka tidak dimasukkan
lagi secara terpisah
Himpunan semua bilangan bulat terdiri atas:
1.     Bilangan bulat positif atau bilangan asli, yaitu (1,2,3,4,5,
…)
2.     Bilangan bulat nol, yaitu 0
3.     Bilangan bulat negative, yaitu (-1,-2,-3,-4,-5,…)
 
b. Operasi Pada Bilangan Bulat Dan Sifatnya
Menurut Muh. Arif Tiko dkk (teori Bilangan, 2008:111)
mengatakan bahwa sifat dasar bilangan bulat dimulai dengan
definisi adalah cara formal untuk menjelaskan suatu pengertian
dalam matematika. Jika n bilangan bulat, maka – n didefinisikan
tunggal sehingga n+ (n)= (-n) + n= 0.
Himpunan bilangan bulat adalah gabungan dari himpunan
bilangan cacah dan himpunan bilangan asli sehingga untuk
setiap bilangan bulat n berlaku sifat n + (n) = (-n)
+ n = 0. Jadi himpunan bilangan bulat dapat ditulis dalam
bentuk daftar sebagi Z = . bilangan bulat jika digambarkan
dalam garis bilangan :
Sifat berlaku dalam himpunan bilangan bulat akan dibicarakan
lebih terperinci sebagai berikut :
1. Sifat Tertutup
● Sifat tertutup terhadap penjumlahan ada dengan tunggal yakni
untuk setiap a dan b di dalam Z maka (a + b) juga di dalam Z
● Sifat tertutup terhadap perkalian ada dengan tunggal, yakni
untuk setiap a dan b didalam Z maka a x b juga ada didalam
Z
2. Sifat Komutatif
● Sifat komutatif perjumlahan yaitu untuk setiap a dan b
didalam Z berlaku a + b = b + a.
● Sifat komutatif perkalian yaitu untuk setiap a dan b didalam
Z berlaku a x b = b x a.
3. Sifat Asosiatif
● Sifat asosiatif terhadap penjumlahan yaitu untuk sembarang
bilangan bulat a, b, dan c berlaku sifat (a + b) + c = a + (b +
c)
● Sifat asosiatif terhadap perkalian yaitu untuk sebarang
bilangan bulat a, b, dan c berlaku (a x b) x c = a x (b x c)

4. Sifat Distributif
● Sifat distributif kiri perkalian terhadap penjumlahan,
yaitu untuk sembarang bilangan bulat a, b dan c berlaku sifat
a x (b + c) = (a x b) + (a x c)
● Sifat distributif kanan perkalian terhadap jumlah yaitu
untuk sebarang bilangan bulat a, b, dan c berlaku sifat (a +
b) x c = (a x c) + (b x c)
5. Unsur Identitas Penjumlahan
● Untuk setiap bilangan bulat a, selalu berlaku a + 0 = 0
+ a = a sehingga 0 disebut unsur identitas penjumlahan
6. Unsur Identitas Perkalian
● Untuk setiap bilangan bulat a, ada dengan tunggal
bilangan bulat 1 sehingga a x 1 = 1 x a = 1 sehingga satu
disebut unsur identitas perkalian.
Sifat kesamaan berikut penting untuk diketahui :
1).Refleksi yaitu setiap bilangan bulat a berlaku a = a
2).Simestris yaitu jika a = b maka b = a untuk sembarang
bilangan bulat a, dan b
3).Transitif yaitu jika a = b dan b = c untuk sembarang bilangan
bulat a, b, dan c.
4).Substitusi yaitu jika a = b maka dapat disubstitusikan untuk a,
dalam suatu pernyataan tanpa merubah nilai dari pernyataan tersebut.

Dalam bilngan cacah, ada 4 macam operasi utama yang berlaku pada
bilangan bulat. Operasi yang dimaksud adalah penjumlahan,
pengurangan, perkalian, dan pembagian. Keempat operasi pada bilangan
bulat ini sangat erat hubungannya dengan operasi pada bilangan cacah.
1. Operasi Perjumlahan
Apabila a dan b bilangan cacah definisi a + b telah disajikan. Tetapi bila
sedikitnya satu dari A dan B tersebut merupakan bilangan bulat negatif,
maka definisi penjumlahan nya adalah sebagai berikut:
Definisi (7):
1) a+b=(a+b) jika a dan b bilangan bulat tak negatif
2) a+b=a+b jika a dan b bilangan bulat tak negatif serta a>b
3) a+b=0 jika a dan b adalah bilangan bulat tak negatif dan a=b
4) a+ -b=(b-a) jika a dan b adalah bilangan bulat tak negatif dan a<b
Agar lebih jelas, perhatian contoh berikut:
2+5=(2+5)=7
7+3=1-3=4
4+4=0 dan 2+2=0

 Penjumlahan bilangan bulat mempunyai beberapa sifat yaitu


1 sifat tertutup
Jika a dan b bilangan bulat, maka a + b juga bilangan bulat
2. sifat pertukaran
Jika a dan b bilangan bulat maka a + b = b + a
3.sifat pengelompokan
Jika a,b dan c bilangan bulat, maka (a + b) + c = a + (b + c)
4.sifat adanya unsur identitas
Ada bilangan bulat 0 yang bersifat a+0=0+a=a untuk semua
bilangan bulat a
5.sifat adanya invers penjumlahan
Untuk setiap bilangan bulat a, ada bilangan bulat b sehingga a+b-
b+a=0 bilangan b ini disebut invers atau lawan dari a dan biasanya
dinyatakan dengan lambang a.
6.Sifat ketertambahan
Jika a, b, c bilangan-bilangan bulat, dan a = b, maka a + c = b + c
7. Sifat Relasi
Jika a, b, c bilangan-bilangan bulat d dan a + c = b + c, maka a = b

2. Operasi Pengurangan
Pada bilangan cacah kita mendefinisikan pengurangan dengan
menggunakan Penjumlahan. Contohnya adalah "7-2=?". Soal ini
berarti “bilangan cacah apa yang harus ditambahkan kepada 2 agar
diperoleh 7?” bilangan yang dimaksud adalah 5 sebab 2 + 3 = 7.
Pada bilangan bulat, kita mendefinisikan pengurangan dengan cara
yang sama. Misalnya “8-3=?” sama dengan pertanyaannya
“Bilangan bulat apa yang harus ditambahkan pada 3 agar diperoleh
8?” bilangannya dicari adalah 5, sebab 3 + 5 = 8 contoh lain adalah
3-5-2 sebab 5 +(-2 )= 3.
Sifat-sifat pengurangan Bilangan Bulat
Bilangan bulat a dikurangi bilangan bulat sama artinya dngan bulat
a ditambakan dari lawan bilangan bulat, atau dapat ditulis a – b = a
+ (-b)
Pengurangan bilangan cacah tiak bersifat tertutup, artinya bila
suatu bilangan cacah dikurangkan dengan bilangan cacah lain,
hasilnya belum tentu bilangan cacah. Pengurangan bilangan cacah
(a-b) menghasilkan bilangan cacah hanya jika a b.
3. Operasi Perkalihan
Jika sedikitnya satu dari dua bilangan bulat yang dikalikan adalah
bilangan bulat negatif maka didefinisikannya adalah sebagai
berikut:
1. Definisi (9): Jika a dan b bilangan cacah, maka (-a). (-b) =a.b
2. Jika a dan b bilangan cacah, maka a. (-b) =-(a.b)
 
Definisi ini dapat dinyatakan kembali sebagai berikut:
1) hasil kali dua bilangan bulat yang bertanda sama adalah
bilangan bulat negatif.
2) Hasil kali dua bilangan bulat yang bertanda sama adalah
bilangan bulat positif.
Contohnya sebagai berikut:
(-3).(-2)=3.2=6
5.(-2)=-(5.2)=-10

Sifat-sifat perkalian bilangan bulat adalah sebagai berikut:


Misalkan a, b, d dan c bilangan bulat.
1). Sifat tertutup
Jika a dan b bilangan bulat, maka a.b juga bilangan bulat
2). Sifat pertukaran
Jika a dan b bilangan bulat, maka a.b=b.a
3). Sifat pengelompokan
Jika a, b, c bilangan bulat, maka (a.b).c=a.(b.c)
4). Sifat adanya unsur identitas
Ada bilangan bulat 1, sehingga untuk setiap bilangan bulat a
berlaku a. 1=1.a=a
5). Sifat penyebaran perkalian terhadap penjumlahan
Jika a,b,c bilangan bulat, maka:
a (b + c)= ab + ac disebut penyebaran kiri dan
(b + c)a = ab + ca, disebut penyebaran kanan
6). Sifat ketergadaan
Untuk setiap bilangan bulat a,b,c; jika a=b, maka a.b = b.c
7). Sifat Kanselaksi
Untuk setiap bilangan bulat a, b, c jika ac=bc dan c≠0, maka a=b.
4. Operasi Pembagian
Jika a dan b bulat dengan b≠0, maka a dibagi b ditulis a.b. ialah
bilangan bulat x yang bersifat b.x = a.
Untuk menentukan apakah hasil bagi positif atau negatif, Kita
berpedoman pada definisi perkalian dua bilangan bulat. Oleh
karena itu a:b = x jika hanya jika b.x = a, maka tanda dari bilangan
bulat x akan ditentukan sedemikian hingga hasil kali b.x sama
dengan a. Jadi hasil bagi dua bilangan positif atau dua bilangan
negatif, jika hasil dibagi itu ada, adalah bilangan bulat positif dan
hasil bilangan bulat yang berlainan tanda jika hasil bagi itu ada,
adalah bilangan bulat negatif. Pertikan Contoh berikut:
15: =5 sebab 3.5 =15; (-15):(-3)=5, sabab (-3).5=(-15);(-15):3=5
sebab 3.(-5)=-15; dan 15:(-3)=5 sebab -5 sebab (-3).(-5)=15
Pembagian bilangan bulat tidak bersifat tertutup, sebab tidak ada
bilangan bulat x yang bersifat x = (-13):4. Apabila himpunan
semesta (Semesta pembicaraan) kita himpunan bulat bilangan bulat
maka (-13):4 tidak mempunyai arti.
Perhatikan bahwa bilangan 0 mempunyai sifat penting dalam
pembagian. sifat itu adalah sebagai berikut:
a. Jika a bilangan bulat yang bukan 0, maka 0:a=0, jadi
0:5=0
b. Jika a bilangan bulat, maka a:0 tidak didefinisikan
Sebagai akibat dari sifat ini, maka 3.0 dan 0.0 semuanya tidak
didefinisikan.
Daftar Pusaka

Penilaian Autentik Pembelajaran Matematika Di Sekolah


Dasar.
Oleh : Dr. Agnes M.Goni, M.Pd
13 ( Membuat alat peraga pembelajaran bilangan bulat dan
operasinya di SD, membuat scenario pembelajaran bilangan bulat
dan operasinya di SD).

A. Alat Peraga pembelajaran bilangan bulat dan operasinya di SD


1. Penanaman Konsep Bilangan Bulat
Konsep bilangan bulat negatif dapat ditanamkan, antara Iain,
dengan menggunakan istilah lawan dari. Disini kita
menggunakan istilah lawan dari masing-masing bilangan asli
atau bilangan bulat positif.
Alat peraga digunakan oleh guru dalam menanamkan konsep
bilangan bulat negatif adalah dengan menggunakan garis
bilangan. Untuk maksud itu, pertama-tama guru menggambar
suatu garis mendatar di papan tulis, kemudian, guru memilih
dan menetapkan sebarang titik pada garis tersebut yang
mewakili bilangan 0. Setelah itu, disebelah kanan 0 guru
mengukur dan memasang beberapa ruas garis yang sama
panjang untuk menentukan titik-titik yang mewakili bilangan
1,2,3,4,5,... yaitu bilangan bulat positif. Selanjutnya, di sebelah
kiri 0 guru juga mengukur dan memasang beberapa ruas garis
yang sama panjangnya dengan ruas garis di sebelah kanan 0
untuk menentukan titik-titik yang mewakili bilangan bulat yang
lain. Karena di sebelah kanan 0 adalah bilangan bulat positif,
maka bilangan bulat di sebelah kiri 0 ini disebut bilangan bulat
dengan negatif dan berturut-turut dilambangkan dengan -1,-2,-
3,-4,-5,...
2. Bilangan bulat Menggunakan Benda Kongkret
Guru menyiapkan potongan-potongan karton persegi
berukuran 2x2 cm secukupnya sesuai kebutuhan. Para siswa
juga diminta untuk menyiapkan dan membawa ke kelas pada
saat pelajaran matematika. Sebagian potongan karton tersebut
diberi warna hitam dan sisanya warna putih atau warna lain
yang sesuai dengan selera masing-masing guru. Yang penting
adalah kedua warna itu berbeda. Karton berwarna hitam
dianggap mewakili bilangan bulat negatif, sedang karton yang
berwarna putih dianggap mewakili bilangan bulat positif.
3. Menggunakan Definisi penjumlahan
Perhatikan definisi penjumlahan bilangan bulat Untuk
mengajarkan penjumlahan bilangan bulat dengan menggunakan
definisi, dapat disajikan seperti contoh berikut.
Contoh l. Misalkan kita ingin menghitung jumlah (-3) + (-5)
Berdasarkan definisi yang diperoleh (-3) + (-5) -(3+5) -8
Contoh 2. Hitunglah jumlah 5 + (-3)
Berdasarkan definisi, maka 5 + (-3) = 5 - 3 = 2
Contoh 3. Misalkan kita ingin mencari jumlah 4 + (-7)
Berdasarkan definisi, maka 4 - (-7) - (7-4) – 3
Daftar Pusaka

Penilaian Autentik Pembelajaran Matematika Di Sekolah


Dasar.
Oleh : Dr. Agnes M.Goni, M.Pd
14 (Membuat kajian tentang konsep bilangan genap,gasal,prima,dan
komposit serta FPB dan KPK, membuat skenario pembelajaran
bilangan genap,gasal,prima dan komposit serta FPB dan KPK).

A. Membuat Kajian Tentang Konsep Bilangan Gasal, Prima Dan


Komposit Serta KPK Dan FPB
Operasi hitung adalah bagian yang penting dalam teori bilangan
dan penggunaannya dalam kehidupan sehari-hari. Bilangan
prima, komposit faktor kelipatan faktor persekutuan tersebar
dan kelipatan persekutuan terkecil dapat dipahami bila siswa
telah memahami operasi perkalian dengan baik Selain itu untuk
menyajikan bahan ajaran tersebut di atas.
1. Bilangan Genap Dan Gasal
Kita mengenal bilangan bulat yaitu, -3, -2, -1, 0, 1, 2, 3.
Himpunan semua bilangan bulat bisa kita pilih menjadi dua
himpunan bagian. pertama disebut dengan himpunan bilangan
genap yang terdiri dari 0, 2, -2, 4, -4, 6, -6, dan seterusnya.
anggota himpunan satu bagian genap disebut bilangan genap.
himpunan bagian yang kedua disebut dengan himpunan
bilangan gasal (ganjil), yang terdiri dari 1, -1, 3, -3, 5, -5, 7, -7,
dan seterusnya. anggota himpunan bilangan gasal disebut
bilangan gasal.
Bilangan gasal adalah bilangan bulat yang tidak genap. secara
umum bilangan gasal dapat diperoleh dengan cara
menambahkan = -37 adalah bilangan gasal. Jadi jika a
bilangan gasal maka a = 2k + 1, dengan k bilangan bulat. Oleh
karena itu, 7 = 2 (3), untuk bilangan gasal 7, k = 6.
2. Bilangan Prima
Coba perhatikan beberapa bilangan ini : 2, 3, 5, dan 7.
2=1x2
3=1x3
5=1x5
7=1x7
Keempat bilangan tersebut mempunyai faktor 1 dan dirinya
sendiri, tidak mempunyai faktor lain. bilangan semacam ini
disebut bilangan prima. 11 = 1 x 11, 11 tidak mempunyai faktor
lain selain 1 dan 11, sehingga 11 adalah bilangan prima. akan
tetapi 4 adalah bukan bilangan prima sebab selain 4 = 1 x 4, 4
juga dinyatakan dengan 4 = 2 x 2 yang berarti 4 mempunyai
faktor 1, 2, dan 4. Walaupun 1 = 1 x 1, yang berarti
mempunyai faktor 1 dan dirinya sendiri, akan tetapi 1 tidak
digolongkan sebagai bilangan prima. Bilangan prima adalah
bilangan bulat yang lebih besar dari 1 yang mempunyai dua
faktor yaitu 1 dan dirinya sendiri.
3. Bilangan Konsposit
Bilangan komposit dapat dinyatakan sebagai hasil kali bilangan
bilangan prima. penulisan bilangan komposit sebagai hasil kali
bilangan bilangan prima ini disebut sebagai pemfaktoran prima.
untuk menyatakan bilangan komposit sebagai hasil kali faktor-
faktor Prima Salah satu cara yang dapat digunakan adalah
pembuatan pohon faktor.
4. Faktor Persekutuan Tersebar (FPB)
Faktor persekutuan terbesar (FPB) dari dua bilangan atau lebih
adalah faktor persekutuan yang paling besar diantara faktor-
faktor persekutuan yang ada dari bilangan yang diketahui Jika
dua bilangan tidak mempunyai faktor persekutuan lebih dari 1,
maka FPB bilangan tersebut adalah 1.
5. Kelipatan Persekutuan Terkecil (KPK)
KPK adalah bilangan terkecil yang sama dari banyaknya
bilangan yang dimaksud. Banyaknya bilangan yang dimaksud
ini bisa berupa 2 bilangan, 3 bilangan, dan seterusnya. Contoh:
Kita akan menentukan KPK dari 2 bilangan, yaitu 5 dan 6.
Langkah pertama yang kita lakukan adalah mencari kelipatan
dari masing-masing bilangan tersebut.
5 = 5, 10, 15, 20, 25, 30, …
6 = 6, 12, 18, 24, 30, ...
Setelah itu, kita peroleh kelipatan bilangan terkecil yang sama
dari 5 dan 6, yaitu 30. Jadi, KPK dari 5 dan 6 adalah 30.
Daftar Pusaka

Penilaian Autentik Pembelajaran Matematika Di Sekolah


Dasar.
Oleh : Dr. Agnes M.Goni, M.Pd

Anda mungkin juga menyukai