Anda di halaman 1dari 31

LAPORAN AKHIR

PRAKTIKUM FENOMENA DASAR MESIN

PUTARAN KRITIS

Oleh:

NAMA : RENHARD NIPTRO G


NIM : 1007113735
KELOMPOK : 20

LABORATORIUM KONSTRUKSI DAN PERANCANGAN


JURUSAN TEKNIK MESIN
FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS RIAU
OKTOBER, 2013
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa,
karena atas berkat dan rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan laporan
praktikum Fenomena Dasar dengan judul “PUTARAN KRITIS” in idengan tepat
pada waktunya. Tak lupa pula shalawat serta salam mahabbah kita hadiahkan
kepada junjungan kita kepada Nabi Muhammad SAW, sebagai pembawa risalah
Allah terakhir dan penyempurna seluruh risalah-Nya.
Penulis untuk menyampaikan terima kasih dan penghargaan yang setinggi-
tingginya kepada semua pihak yang telah berjasa memberikan motivasi dalam
rangka menyelesaikan laporan ini. Untuk itu penulis mengucapkan terimakasih
kepada:
1. Bapak Muftil, ST.,MT, dan Bapak Nazaruddin, ST.,MT selaku dosen
pembimbing mata kuliah Fenomena Dasar Mesin bidang konstruksi.
2. Asisten Dosen yang telah banyak memberikan masukan dan bimbingan
selama praktikum hingga dalam penyelesaian laporan ini.
3. Juga kepada teman-teman satu kelompok yang saling member dukungan
dan motivasi.
Penulis menyadari bahwa masih banyak terdapat kekurangan dalam
penulisan laporan ini, untuk itu saran dan kritik yang sifatnya membangun sangat
penulis harapkan. Akhir kata penulis ucapkan terimakasih.

Pekanbaru, Oktober 2013

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..............................................................................................i
DAFTAR ISI............................................................................................................ii
DAFTAR GAMBAR..............................................................................................iii
DAFTAR TABEL...................................................................................................iv
BAB I PENDAHULUAN........................................................................................1
1.1 LATAR BELAKANG...................................................................................1
1.2 TUJUAN........................................................................................................1
1.3 MANFAAT....................................................................................................2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA..............................................................................3
2.1 TEORI DASAR.............................................................................................3
2.1.1 Pengertian Putaran Kritis........................................................................3
2.1.2 Poros Yang Digunakan Pada Putaran Kritis...........................................6
2.1.3 Kondisi Yang Dapat Diterapkan Pada Percobaan.................................12
2.2 APLIKASI....................................................................................................14
BAB III METODOLOGI.......................................................................................15
3.1 PERALATAN..............................................................................................15
3.2 PROSEDUR PRAKTIKUM........................................................................18
3.3 ASUMSI-ASUMSI......................................................................................18
BAB IV DATA DAN PEMBAHASAN................................................................19
4.1 DATA...........................................................................................................19
4.2 PERHITUNGAN.........................................................................................20
4.2.1 Dengan 1 Beban (a dan b Berbeda).......................................................20
4.2.2 Dengan 2 Beban (a dan b Sama)...........................................................22
4.3 PEMBAHASAN..........................................................................................24
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN................................................................25
5.1 KESIMPULAN............................................................................................25
5.2 SARAN........................................................................................................25
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

ii
DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Grafik X/Y vs Frequency ratio r............................................................5


Gambar 2. Massa Bergerak di Bidang Horizontal...................................................7
Gambar 3. Massa Bergetar di Suatu Bidang Vertical..............................................8
Gambar 4. Olakan Poros..........................................................................................9
Gambar 5. Efek Gesekan Terhadap Kecepatan Kritis...........................................11
Gambar 6. Grafik Kecepatan Olakan/Kecepatan Poros.........................................11
Gambar 7. Model Fisik Poros Dengan Beban Ditengah........................................12
Gambar 8. Model Fisik Poros Dengan Beban Sembarang.....................................12
Gambar 9. Getaran Pada Poros..............................................................................13
Gambar 10. Struktur Yang Dikenai 1 Beban.........................................................13
Gambar 11. Struktur Yang Dikenai 2 Beban.........................................................13
Gambar 12. Struktur Yang Dikenai 3 Beban.........................................................14
Gambar 13. Seperangkat Alat Uji Putaran Kritis...................................................15
Gambar 14. Beban..................................................................................................15
Gambar 15. Tachometer.........................................................................................15
Gambar 16. Mistar.................................................................................................16
Gambar 17. Kunci 14.............................................................................................16
Gambar 18. Kunci L...............................................................................................16
Gambar 19. Palu.....................................................................................................17
Gambar 20. Slide Regular......................................................................................17
Gambar 21. Alat Uji Putaran Kritis.......................................................................18

iii
DAFTAR TABEL

Tabel 1. Data Pengujian Putaran Kritis..................................................................19


Tabel 2. Tabel Pengolahan Data Putaran Kritis.....................................................19

iv
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG


Dalam konstruksi pemesinan banyak sekali ditemukan komponen-
komponen yang berputar dan mekanisme yang menyebabkan momen-momen
disekitar batang atau poros.  Poros dalam hal ini mempunyai peranan penting
terutama sebagai media penambah gaya yang menghasilkan usaha (kerja).
Suatu poros yang berputar pada kenyataannya tidak berada pada
keadaan yang lurus, melainkan berputar dengan posisi melengkung. Pada
suatu putaran tertentu lengkungan poros tersebut mencapai harga maksimum.
Putaran yang menyebabkan lengkungan poros mencapai harga
maksimum tersebut dinamakan dengan putaran kritis. Dan keadaan tersebut
di atas namakan efek Whirling Shaft. Fenomena whirling ini terlihat sebagai
poros berputar pada sumbunnya, dan pada saat yang sama poros yang
berdefleksi juga berputar relatif mengelilingi sumbu poros.
Hal ini akan selalu terjadi, bahkan pada sistem sudah seimbang. Pada
sistem yang seimbang, hal ini dapat di sebabkan oleh defleksi terjadi sampai
keadaan seimbang yang berkaitan dengan kekakuan poros tercapai. Poros
yang melewati putaran kritis lalu akan mencapai keadaan seimbang.

1.2 TUJUAN
1. Untuk mengetahui karakteristik poros dengan membuat grafik yang
menyatakan hubungan defleksi yang terjadi dengan posisi rotor untuk
berbagai tegangan.
2. Untuk mencari fenomena yang terjadi dengan berputarnya poros pada
tegangan yang telah ditentukan.
3. Mencari putaran kritis yang terjadi dengan berputarnya poros pada variasi
tegangan.

1
1.3 MANFAAT
1. Praktikan mampu menerapkan ilmu yang didapat dari praktikum ini ke
dunia kerja nantinya apabila diperlukan.
2. Praktikan mampu mengaplikasikan putaran kritis dalam kehidupan sehari-
hari.
3. Praktikan dapat menganalisa fenomena-fenomena yang terjadi pada
putaran kritis.

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 TEORI DASAR


2.1.1 Pengertian Putaran Kritis
Apabila pada suatu poros yang didukung diantara dua bantalan
dipasang disk maka poros tersebut akan mengalami defleksi statis. Defleksi
tersebut disebabkan oleh berat disk (jika masa poros diabaikan). Defleksi
akan bertambah besar akibat gaya sentrifugal pada saat poros berputar.
Putaran kritis poros adalah putaran yang mengakibatkan terjadinya
defleksi maksimum pada poros. Hal ini mengakibatkan poros berputar sambil
bergetar dengan amplitude yang besar. Gejala ini disebut whirling shaft.
Terjadinya whirling shaft pada permesinan dapat mengakibatkan :
 Timbulnya getaran yang berlebihan, getaran ini kemudian
diinduksikan ke komponen mesin lainnya dan sekelilingnya.
 Kerusakan mekanik yang disebabkan oleh:
 Tegangan bending yang besar pada poros.
 Gesekan antara poros dan rumah.
 Beban yang diterima bearing menjadi berlebih.
 Pada akhirnya semua hal ini diatas akan memperpendek umur
(komponen) mesin
Putaran kritis dapat juga didefinisikan batas antara putaran mesin
yang memiliki jumlah putaran normal dengan putaran mesin yang
menimbulkan getaran yang tinggi. Hal ini dapat terjadi pada turbin, motor
bakar, motor listik dan lain-lain. Selain itu, timbulnya getaran yang tinggi
dapat mengakibatkan kerusakan pada poros dan bagian-bagian lainnya. Jadi
dalam perancangan poros perlu mempertimbangkan putaran kerja dari poros
tersebut agar lebih rendah dari putaran kritisnya.
Bila putaran mesin dinaikan maka akan menimbulkan getaran
(vibration) pada mesin tersebut. Batas antara putaran mesin yang mempunyai
jumlah putaran normal dengan putaran mesin yang menimbulkan getaran

3
yang tinggi disebut putaran kritis. Hal ini dapat terjadi pada turbin, motor
bakar, motor listrik, dll.
Selain itu, timbulnya getaran yang tinggi dapat mengakibatkan
kerusakan pada poros dan bagian-bagian lainnya. Jadi dalam perancangan
poros perlu mempertimbangkan putaran kerja dari poros tersebut agar lebih
rendah dari putaran kritisnya. Suatu fenomena yang terjadi dengan
berputarnya poros pada kecepatankecepatan tertentu adalah getaran yang
sangat besar, meskipun poros dapat berputar dengan sangat mulus pada
kecepatan-kecepatan lainnya.
Pada kecepatan-kecepatan semacam ini dimana getaran menjadi
sangat besar, dapat terjadi kegagalan diporos atau bantalan-bantalan. Atau
getaran dapat mengakibatkan kegagalan karena tidak bekerjanya komponen-
komponen sesuai dengan fungsinya, seperti yang terdapat pada sebuah turbin
uap dimana ruang bebas antara rotor dan rumah sangat kecil. Getaran
semacam ini dapat mengakibatkan apa yang disebut dengan olakan poros
atau mungkin mengakibatkan suatu osilasi puntir pada suatu poros, atau
kombinasi keduanya.
Mungkin kedua peristiwa tersebut berbeda, namun akan dapat
ditunjukkan bahwa masing-masing dapat ditangani dengan cara serupa
dengan memperhatikan frekuensi-frekuensi pribadi dari osilasi. Karena
poros-poros pada dasarnya elastic, dan menunjukkan karakteristik-
karakteristik pegas, maka untuk mengilustrasikan pendekatan dan untuk
menjelaskan konsep-konsep dari suku-suku dasar yang dipakai dan digunakan
analisa sebuah sistem massa dan pegas yang sederhana.
Sistem memiliki energi dalam sendiri, dimana bila diberi gaya
gangguan pada frekuensi pribadinya (natural frequency), akan menimbulkan
getaran dengan amplitudo yang besar. Setiap benda yang bergerak
mempunyai energy kinetik dan setiap pegas memiliki energy potensial.
Mesin- mesin umumnya dibuat dari bahan dengan modulus elastisitas
tertentu, yang berarti mempunyai sifat elastisitas sehingga dapat berprilaku
seperti pegas. Setiap elemen mesin memiliki massa dan bergerak dengan
kecepatan tertentu., berarti elemen mesin tersebut memiliki energy kinetik.

4
Ketika suatu sistem dinamik bergetar, terjadi perpindahan energi dari
potensial ke kinetik ke potensial dan seterusnya, berulang-ulang dalam
system tersebut. Poros sebagai elemen mesin yang sangat penting, juga
bergerak/berputar pada kecepatan tertentu dan mengalami lenturan
(deflection) akibat momen puntir (torsion) dan atau momen bengkok
(bending).
Bila suatu poros atau elemen mesin yang lain diberi beban yang
berubah terhadap waktu atau beban bolak-balik, poros tersebut akan bergetar.
Apabila poros menerima beban acak (transient), seperti ketukan palu, poros
akan bergetar pada frekuensi pribadinya. Contoh yang sama juga dapat dilihat
pada bunyi bel, dimana bunyi dihasilkan dari gangguan pada frekuensi
pribadi bel. Hal-hal ini dinamakan dengan getaran bebas. Jika poros
menerima beban yang berubah terhadap waktu, seperti beban sinusoidal
secara terus menerus, maka poros akan bergetar sesuai dengan frekuensi gaya
gangguan tersebut. Ketika frekuensi gaya gangguan sama (coincide) dengan
salah satu frekuensi pribadinya, maka simpangan atau amplitudo respon
getarannya akan lebih besar dari amplitudo gaya gangguan. Hal inilah yang
disebut dengan resonansi. Bila putaran mesin dinaikan maka akan
menimbulkan getaran (vibration) pada mesin tersebut.

Gambar 1. Grafik X/Y vs Frequency ratio r


Batas antara putaran mesin yang mempunyai jumlah yang mempunyai
jumlah putaran normal dengan putaran mesin yang menimbulkan getaran
yang tinggi disebut putaran kritis. Hal ini dapat terjadi pada turbin, motor
bakar, motor listrik, dan lain-lain. Selain itu, timbulnya getaran yang tinggi

5
dapat mengakibatkan kerusakan pada poros dan bagian-bagian lainnya. Jadi
dalam prencangan poros perlu mempertimbangkan putaran kerja dari poros
tersebut agar lebih rendah dari putaran kritisnya.

2.1.2 Poros Yang Digunakan PadaPutaran Kritis


Poros adalah suatu bagian stasioner yang beputar, biasanya
berpenampang bulat dimana terpasang elemen-elemen seperti roda gigi
(gear), pulley, flywheel, engkol, sprocket dan elemen pemindah lainnya.
Poros bias menerima beban lenturan, beban tarikan, beban tekan atau beban
puntiran yang bekerja sendiri-sendiri atau berupa gabungan satu dengan
lainnya.
Ada beberapa pengklasifikasian poros yaitu :
1. Berdasarkan Pembebanan
a. Poros transmisi (transmission shafts)Poros transmisi lebih
dikenal dengan sebutan shaft. Shaft akan mengalami beban
puntir berulang, beban lentur berganti ataupun kedua-duanya.
Pada shaft, daya dapat ditransmisikan melalui gear, belt pulley,
procket rantai, dll.
b. Poros gandar merupakan poros yang dipasang diantara roda-
roda kereta barang. Poros gandar tidak menerima beban puntir
dan hanya mendapat beban lentur. Bahkan kadang-kadang
tidak boleh berputar.
c. Poros spindle merupakan poros transmisi yang relatip pendek,
seperti poros utama mesin perkakas dimana beban utamanya
berupa beban puntiran. Syarat yang harus dipenuhi poros ini
adalah deformasinya harus kecil dan bentuk serta ukurannya
harus teliti.
2. Bedasarkan Bentuk
a. Poros Lurus.
Poros ini dapat digolongkan atas poros lurus umum.
b. Poros Engkol.

6
Poros ini berbeda dengna poros diatas, poros ini digunakan
sebagai poros utama pada mesin torak.
3. Hal-hal penting dalam perencanaan poros
a. Kekuatan Poros.
b. Kekakuan Poros.
c. Korosi.
d. Material poros
Karena poros-poros pada dasarnya elastis, dan menunjukkan
karakteristik-karakteristik pegas, maka untuk mengilustrasikan pendekatan
dan untuk menjelaskan konsep-konsep dari suku-suku dasar yang dipakai dan
digunakan analisa sebuah sistem massa dan pegas yang sederhana.
a. Massa Bergerak di Bidang Horizontal
Gambar dibawah memperlihatkan suatu massa dengan berat W
pound yang diam atas suatu permukaan licin tanpa gesekan dan diikatkan
ke rangka stationer melalui sebuah pegas. Dalam analisa, massa pegas
akan diabaikan.
Massa dipindahkan sejauh x dari posisi keseimangannya, dan
kemudian dilepaskan. Ingin ditentukan tipe dari gerakan maa dapat
menggunakan persamaan-persamaan Newton dengan persamaan energi.

Gambar 2. Massa Bergerak di Bidang Horizontal

b. Massa Bergetar di Suatu Bidang Vertical


Gambar dibawah memperlihatkan massa yang digantung
dengan sebuah pegas vertical. Bobot menyebabkan pegas melendut
sejauh xo.

7
Bayangkan massa ditarik kebawah pada suatu jarak xo dari
posisi keseimbangannya dan kemudian dilepaskan dan ingin diketahui
geraknya sebagai efek gravitasi.

Gambar 3. Massa Bergetar di Suatu Bidang Vertical

Massa yang bergetar secara vertical mempunyai frekuansi


yang sama seperti massa yang bergetar secara horizontal, dengan osilasi
yang terjadi disekitar posisi keseimbangan.
c. Olakan Poros
Akan dibahas olakan poros untuk mengilustrasikan mengapa poros
menunjukkan lendutan yang sangat besar pada suatu kecepatan dari
operasi, meskipun poros dapat berputar secara mulus pada
kecepatankecepatan yang lebih rendah atau lebih tinggi.
Gambar dibawah menunjukkan sebuah poros dengan panjang L cm
ditumpu oleh bantalan pada ujung-ujungnya, sebuah piringan yang
dipandang sebagai sebuah massa terpusat dan beratnya W Newton, aksi
giroskop dari massa akan diabaikan, dan selanjutnya akan diasumsikan
poros bergerak melalui sebuah kopling yang bekerja tanpa menahan
lendutan poros. Poros dipandang vertical sehingga gravitasi dapat
diabaikan, meskipun hasil-hasil yang didapatkan akan sama apakah poros
vertikal atau horizontal.
Apabila titik berat dari massa ada disumbu punter, maka tidak akan
ada ketakseimbangan macam apapun yang dapat menyebabkan poros

8
berputardisuatu sumbu lain diluar sumbu poros. Namun dalam prakteknya,
kondisi semacam ini tidak dapat dicapai, dan titik berat piringan ada
disuatu jarak e yang boleh dikatakan kecil, dari pusat geometri piringan.
Dengan titik berat yang diluar sumbu putar atau sumbu bantalan, terdapat
suatu gaya inersia yang mengakibatkan poros melendut, dimana
lendutan pusat poros dinyatakan dengan r pada gambar dibawah :

Gambar 4. Olakan Poros

Pusat geometri dari piringan , O adalah sama dengan pusat poros


pada piringan. Ketika poros berputar, titik tinggi T akan berputar terhadap
sumbu bantalan S. Gaya inersia piringan diseimbangkan oleh apa
yang dapat disebut dengan gaya pegas dari poros ketika poros berputar.
Gaya inersia,untuk sebuah massa yang berpuatr terhadap satu pusat tetap,
adalah :
W
(r  e) 2
g
Gaya pegas dari poros dapat dinyatakan dengan Kr, dimana k
adalah laju pegas poros, yakni gaya yang diperlukan per cm lendutan

9
poros pada piringan. Dengan menyamakan jumlah gaya-gaya pada gambar
dengan nol, dengan termasuk gaya inersia, maka didapatkan
W
(r  e) 2  kr  0
g
Dengan menata kembali suku-sukunya:
W 2

r g

e k  W 2
g
Kecepatan berbahaya dari operasi suatu poros tertentu
dinyatakan dengan kecepatan putaran kritis atau kecepatan olakan, yakni
kecepatan dimana perbandingan r/e adalah tah hingga. Operasi pada suatu
kecepatan yang mendekati kecepatan kritis juga tak dikehendaki
karena besarnya perpindahan pusat piringan dari sumbu putar.
Kecepatan kritis dapat diperoleh untuk kondisi dimana persamaan diatas
sama dengan nol :
W 2
k  0
g
Sebuah metode alternative adalah dengan menulis laju pegas k
dalam suku-suku suatu beban spesifik dan lendutan spesifik, beban yang
sama dengan berat piringan, yaitu P=W. Lendutan resultan akan berupa
lendutan static dari poros horizontal, dibawah aksi beban piringan,
lendutan static tersebut dinamakan xst.
P W
k 
r X st

d. Efek Gesekan Terhadap Kecepatan Kritis


Meskipun persamaan teoritik yang diturunkan sebelumnya
menunjukkan suatu putaran dengan jari-jari yang besarnya tak hingga pada
kecepatan kritis, namun kondisi semacam ini secara praktek tidak
mungkin. Menurut hasil-hasil yang diperoleh dari persamaan teoritik,
poros yang berputar pada putaran kritis tentu saja akan patah atau
terdistorsi. Tetapi, kitatahu bahwa poros-poros yang berjalan pada

10
kecepatan kritis tidak perlu patah, dan mungkin berjalan dengan sangat
kasar tetapi tanpa distorsi permanent.

Gambar 5. Efek Gesekan Terhadap Kecepatan Kritis

Dari analisa didapatkan hubungan perbandingan maksimum dari


r/e tidak tak hingga apabila gesekan diperhitungkan. Tetapi terdapat satu
daerah pada suatu kecepatan yang tidak jauh dari kecepatan yang dihitung
dengan tanpa gesekan. Juga, harga r/e pada kecepatan-kecepatan yang
agak jauh dari kecepatan olakan tidak terlalu banyak berbeda dengan atau
tanpa gesekan. Dalam praktek, biasanya gesekan diabaikan dan kecepatan
olakan dihitung dengan tanpa gesekan, dengan kesalahan yang sangat
kecil.

Gambar 6. Grafik Kecepatan Olakan/Kecepatan Poros

11
2.1.3 Kondisi Yang Dapat Diterapkan Pada Percobaan
Respon amplitudo menunjukkan besaran tanpa dimensi
(dimensionless ratio) dari perbandingan amplitudo output dan input. Setiap
redaman, ditunjukkan dengan perbandingan redaman, akan mengurangi rasio
amplitudo resonansi. Frekuensi pribadi disebut juga frekuensi kritis atau
kecepatan kritis.

Gambar 7. Model Fisik Poros Dengan Beban Ditengah

Gambar 8. Model Fisik Poros Dengan Beban Sembarang

m g
k

60 k
Nc 
2 m
Dimana :
m = Massa beban (kg)
g = Percepatan gravitasi bumi (m/s2
 = Defleksi (mm)
k = Konstanta kekakuan poros (N/mm)
Nc = Putaran kritis poros (rpm)
Bila terdapat beberapa benda berputar pada satu poros, maka dihitung
lebih dahulu putarn-putaran kritis Nc1, Nc2, Nc3,…, dari masing-masing benda
tersebut yang seolah-olah berada sendiri pada poros, maka putaran kritis
keseluruhan dari sistem Nc0 dapat ditentukan oleh :
1 1 1 1
2
 2  2  2 ....
N c 0 N c1 N c 2 N c 3

12
Sumbu suatu poros akan terdefleksi (melentur) dari kedudukannya
semula bila dikenai beban. Poros harus kuat untuk menahan defleksi yang
berlebihan, sehingga mencegah ketidak-sebarisan dan mempertahankan
ketelitian dimensional terhadap pengaruh beban. Persamaan-persamaan
diferensial untuk menentukan defleksi poros dicari dengan asumsi defleksi
kecil dibandingkan dengan panjang poros.

Gambar 9. Getaran Pada Poros


Diagram benda bebas struktur/poros yang dikenai beban, F dapat
dilihat pada gambar berikut :

Gambar 10. Struktur Yang Dikenai 1 Beban

Gambar 11. Struktur Yang Dikenai 2 Beban

13
Gambar 12. Struktur Yang Dikenai 3 Beban
Defleksi maksimum pada poros yang dikenai 1 beban dapat dihitung
menggunakan persamaan berikut :
P  a b

6 E  I  L
 L2  a 2  b2 
Defleksi maksimumpada poros yang dikenai 2 beban dan 3 beban
ditentukan dengan metode superposisi.

2.2 APLIKASI

Putaran kritis dapat terjadi pada semua benda berputar, khususnya


poros. Contoh penggunaan teori putaran kritis adalah poros engkol pada mesin
mobil dan poros pada turbin gas. Dimana putaran kritis sangat dihindari disini.

14
BAB III
METODOLOGI

3.1 PERALATAN
1. Seperangkat alat uji putaran kritis.

Gambar 13. Seperangkat Alat Uji Putaran Kritis


2. Beban (2 Variasi)

Gambar 14. Beban


3. Tachometer
Berfungsi untuk mengukur kecepatan poros.

Gambar 15. Tachometer

15
4. Mistar

Gambar 16. Mistar


5. Kunci 14
Berfungsi untuk membuka bantalan pada alat putaran kritis

Gambar 17. Kunci 14


6. Kunci L

Gambar 18. Kunci L

16
7. Palu

Gambar 19. Palu


8. Slide Regulator
Berfungsi untuk mengatur tegangan yang diingikan.

Gambar 20. Slide Regular

17
3.2 PROSEDUR PRAKTIKUM
1. Pasang alat uji seperti gambar dibawah ini. (dibantu asisten)

Gambar 21. Alat Uji Putaran Kritis

2. Pasang semua peralatan seperti pengatur putaran rotor, motor, bantalan,


dan peralatan lain dalam keadaan baik.
3. Posisikan letak rotor.
4. Hidupkan motor dan atur tegangan dengan Slide regulator.
5. Hitung jumlah putaran rotor menggunakan Tachometer.
6. Ulangi percobaan diatas untuk posisi rotor yang berbeda.
7. Catat data pengujian.
8. Lakukan pengolahan data.
9. Buat grafik hasil pengolahan data yang digunakan.
10. Lakukan pembahasan dan analisa dari hasil pengolahan data serta grafik
yang telah diperoleh.
11. Buat kesimpulan yang didapat.

3.3 ASUMSI-ASUMSI
1. Pertambahan putaran slide regulator dianggap konstan.
2. Panjang batang poros tetap.
3. Batang penyangga rotor tidak melendut.
4. Percepatan gravitasi 9,81 m/s2.

18
BAB IV
DATA DAN PEMBAHASAN

4.1 DATA
Tabel 1. Data Pengujian Putaran Kritis

Tabel 2. Tabel Pengolahan Data Putaran Kritis

19
4.2 PERHITUNGAN
4.2.1 Dengan 1 Beban (a dan b Berbeda)
 Posisi 1
m  1, 625kg
P  1, 625kg  9,81m / s 2  15,94 N
Panjang a = 0,21 m
Panjang b = 0,43 m
d = 0,02 m
E = 190000 Mpa
V = 100 volt, 125 volt, dan 150 volt
 d 4 3,14  (0, 02) 4 m
I   7,85 x109 m
64 64
( P  a  b) 2

6 EIl
 l  a 2  b2 

(15,94 N  0, 21m  0, 43m)



6 190000 Mpa  7,85 x109 m  0, 64m
 0, 642 m  0, 212 m  0, 432 m 
 0, 0454m

mg 1, 625kg  9,81m / s 2
Keq    351,37 N / m
 0, 0454m

60 k
N cTeoritik 
2 m

60 351, 37 N / m
  1385,89rpm
2  3,14 1, 625kg
 Posisi 2
m  1, 625kg
P  1, 625kg  9,81m / s 2  15,94 N
Panjang a = 0,28 m
Panjang b = 0,36 m
d = 0,02 m
E = 190000 Mpa
V = 100 volt, 125 volt, dan 150 volt
 d 4 3,14  (0, 02) 4 m
I   7,85 x109 m
64 64

20
( P  a  b) 2

6 EIl
 l  a 2  b2 

(15,94 N  0, 28m  0,36m)


 9
6  190000 Mpa  7,85 x10 m  0, 64m
 0, 642 m  0, 282 m  0,362 m 

 0, 0565m

mg 1, 625kg  9,81m / s 2
Keq    281,98 N / m
 0, 0565

60 k
N cTeoritik 
2 m

60 281,98 N / m
  1241,53rpm
2  3,14 1, 625kg
 Posisi 3
m  1, 625kg
P  1, 625kg  9,81m / s 2  15,94 N
Panjang a = 0,41 m
Panjang b = 0,23 m
d = 0,02 m
E = 190000 Mpa
V = 100 volt, 125 volt, dan 150 volt
 d 4 3,14  (0, 02) 4 m
I   7,85 x109 m
64 64
( P  a  b) 2

6 EIl
 l  a 2  b2 

(15,94 N  0, 41m  0, 23m)


 9
6 190000 Mpa  7,85 x10 m  0, 64m
 0, 642 m  0, 412 m  0, 232 m 

 0, 0495m

mg 1, 625kg  9,81m / s 2
Keq    322, 20 N / m
 0, 0495m

60 k
N cTeoritik 
2 m

60 322, 20 N / m
  1327,10rpm
2  3,14 1, 625kg

21
4.2.2 Dengan 2 Beban (a dan b Sama)
 Posisi 1
m  3, 25kg
P  3, 25kg  9,81m / s 2  31,88 N
Panjang a = 0,17 m
Panjang b = 0,17 m
d = 0,02 m
E = 190000 Mpa
V = 100 volt, 125 volt, dan 150 volt
 d 4 3,14  (0, 02) 4 m
I   7,85 x109 m
64 64
( P  a  b) 2

6 EIl
 l  a 2  b2 

(31,88 N  0,17m  0,17 m)


 9
6  190000 Mpa  7,85 x10 m  0, 64m
 0, 642 m  0,17 2 m  0,17 2 m 

 0, 0566m

mg 3, 25kg  9,81m / s 2
Keq    563, 61N / m
 0, 0566m

60 k
N cTeoritik 
2 m

60 563, 61N / m
  1241,14rpm
2  3,14 3, 25kg
 Posisi 2
m  3, 25kg
P  3, 25kg  9,81m / s 2  31,88 N
Panjang a = 0,20 m
Panjang b = 0,20 m
d = 0,02 m
E = 190000 Mpa
V = 100 volt, 125 volt, dan 150 volt
 d 4 3,14  (0, 02) 4 m
I   7,85 x109 m
64 64

22
( P  a  b) 2

6 EIl
 l  a 2  b2 

(31,88 N  0, 20m  0, 20m)


 9
6  190000 Mpa  7,85 x10 m  0, 64m
 0, 642 m  0, 202 m  0, 20 2 m 

 0, 0734m

mg 3, 25kg  9,81m / s 2
Keq    434, 64 N / m
 0, 0734m

60 k
N cTeoritik 
2 m

60 434, 64 N / m
  1089,92rpm
2  3,14 3, 25kg
 Posisi 3
m  3, 25kg
P  3, 25kg  9,81m / s 2  31,88 N
Panjang a = 0,23 m
Panjang b = 0,23 m
d = 0,02 m
E = 190000 Mpa
V = 100 volt, 125 volt, dan 150 volt
 d 4 3,14  (0, 02) 4 m
I   7,85 x109 m
64 64
( P  a  b) 2

6 EIl
 l  a 2  b2 

(31,88 N  0, 23m  0, 23m)


 9
6  190000 Mpa  7,85 x10 m  0, 64m
 0, 642 m  0, 232 m  0, 232 m 

 0, 0894m

mg 3, 25kg  9,81m / s 2
Keq    356,56 N / m
 0, 0894m

60 k
N cTeoritik 
2 m

60 356,56 N / m
  987,18rpm
2  3,14 3, 25kg

23
4.3 PEMBAHASAN
Pada percobaan yang telah dilakukan dapat dilihat fenomena-
fenomena yang terjadi dengan berputarnya poros pada kecepatan tertentu.
Pada kecepatan mula-mula poros berputar dengan stabil dan mengeluarkan
getaran dan suara yang kecil. Kemudian kecepatan terus ditingkatkan secara
perlahan dari 100 rpm, 125 rpm, hingga 150 rpm sehingga poros berputar
semakin kencang, Adapun data-data atau nilai-nilai pada peralatan percobaan
adalah :
Diameter poros =20 mm
E = 190.000 N/mm2
m = 1 beban =1,625 kg dan 2 beban = 3,25 kg
Beban 1,625 kg adalah beban rotor dengan panjang poros adalah
640 mm dengan rotor yang bisa dipindah-pindahkan posisinya. Putaran
kritis pada poros tidak hanya dipengaruhi oleh kecepatan putarnya saja, tetapi
juga dipengaruhi oleh posisi rotor pada batang poros, ini dikarenakan rotor
memiliki beban yang mempengaruhi batang poros.
Jadi nilai kecepatan teoritis semakin besar bila posisi rotor semakin
jauh dari posisi tengahnya, ini disebabkan karena bila posisi rotor tak
ditengah maka defleksi akan semakin besar dan putaran semakin tak imbang.
Perhitungan untuk kecepatan teoritis tidak selalu sama dengan
kecepatan kritis dari hasil percobaan yang menggunakan Tachometer.
Defleksi yang lebih besar terjadi yaitu pada pembebanan 2 beban
dan Nc teoritisnya pun lebih kecil dibandingkan dengan pembeban 1 beban.

24
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 KESIMPULAN
1. Putaran kritis maksimum terjadi pada saat rotor berada pada posisi terjauh
dari rotor.
2. Kekakuan maksimum terjadi pada saat pembebanan terletak di dekat
motor.
3. Frekuensi pribadi pada pembebanan yang jauh dari frekuensi pribadi pada
pembebanan pada tengah-tengah batang.
4. Defleksi maksimum terjadi pada saat rotor berada pada posisi terjauh dari
motor dan tumpuan.

5.2 SARAN
1. Lakukanlah percobaan dengan hati-hati.
2. Lakukan percobaan sesuai dengan arahan dari asisten.
3. Perhatikan motor apabila sudah sampai pada putaran kritis, jangan terlalu
lama perputaran tersebut terjadi karena akan menyebabkan alat jadi rusak.
4. Amati hasil yang ditunjukan oleh alat ukur Tachometer dengan teliti
sehingga hasil yang diperoleh akurat.
5. Lakukan perhitungan data dengan cermat karena sedikit saja kesalahan
dapat mempengaruhi nilai perhitungan yang lain.
6. Setelah selesai melaukan percobaan, segera kembalikan alat-alat yang
telah dipinjam ketempat semula.
-

25
DAFTAR PUSTAKA

 Badri, Muftil.,Nazaruddin.2012.Panduan Praktikum Fenomena Dasar


Mesin.Pekanbaru.
 http://www.scribd.com/doc/46582157/PUTARAN-KRITIS
 http://blogmechanical.blogspot.com/2011/08/putaran-kritis-pada-poros
whirling.html
 http://yefrichan.wordpress.com/2010/08/12/cara-menentukan-putaran-
kritis-pada-poros/

26

Anda mungkin juga menyukai