PUTARAN KRITIS
Oleh:
Puji dan syukur penulis ucapkan atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa,
karena atas berkat dan rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan laporan
praktikum Fenomena Dasar dengan judul “PUTARAN KRITIS” in idengan tepat
pada waktunya. Tak lupa pula shalawat serta salam mahabbah kita hadiahkan
kepada junjungan kita kepada Nabi Muhammad SAW, sebagai pembawa risalah
Allah terakhir dan penyempurna seluruh risalah-Nya.
Penulis untuk menyampaikan terima kasih dan penghargaan yang setinggi-
tingginya kepada semua pihak yang telah berjasa memberikan motivasi dalam
rangka menyelesaikan laporan ini. Untuk itu penulis mengucapkan terimakasih
kepada:
1. Bapak Muftil, ST.,MT, dan Bapak Nazaruddin, ST.,MT selaku dosen
pembimbing mata kuliah Fenomena Dasar Mesin bidang konstruksi.
2. Asisten Dosen yang telah banyak memberikan masukan dan bimbingan
selama praktikum hingga dalam penyelesaian laporan ini.
3. Juga kepada teman-teman satu kelompok yang saling member dukungan
dan motivasi.
Penulis menyadari bahwa masih banyak terdapat kekurangan dalam
penulisan laporan ini, untuk itu saran dan kritik yang sifatnya membangun sangat
penulis harapkan. Akhir kata penulis ucapkan terimakasih.
Penulis
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..............................................................................................i
DAFTAR ISI............................................................................................................ii
DAFTAR GAMBAR..............................................................................................iii
DAFTAR TABEL...................................................................................................iv
BAB I PENDAHULUAN........................................................................................1
1.1 LATAR BELAKANG...................................................................................1
1.2 TUJUAN........................................................................................................1
1.3 MANFAAT....................................................................................................2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA..............................................................................3
2.1 TEORI DASAR.............................................................................................3
2.1.1 Pengertian Putaran Kritis........................................................................3
2.1.2 Poros Yang Digunakan Pada Putaran Kritis...........................................6
2.1.3 Kondisi Yang Dapat Diterapkan Pada Percobaan.................................12
2.2 APLIKASI....................................................................................................14
BAB III METODOLOGI.......................................................................................15
3.1 PERALATAN..............................................................................................15
3.2 PROSEDUR PRAKTIKUM........................................................................18
3.3 ASUMSI-ASUMSI......................................................................................18
BAB IV DATA DAN PEMBAHASAN................................................................19
4.1 DATA...........................................................................................................19
4.2 PERHITUNGAN.........................................................................................20
4.2.1 Dengan 1 Beban (a dan b Berbeda).......................................................20
4.2.2 Dengan 2 Beban (a dan b Sama)...........................................................22
4.3 PEMBAHASAN..........................................................................................24
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN................................................................25
5.1 KESIMPULAN............................................................................................25
5.2 SARAN........................................................................................................25
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
ii
DAFTAR GAMBAR
iii
DAFTAR TABEL
iv
BAB I
PENDAHULUAN
1.2 TUJUAN
1. Untuk mengetahui karakteristik poros dengan membuat grafik yang
menyatakan hubungan defleksi yang terjadi dengan posisi rotor untuk
berbagai tegangan.
2. Untuk mencari fenomena yang terjadi dengan berputarnya poros pada
tegangan yang telah ditentukan.
3. Mencari putaran kritis yang terjadi dengan berputarnya poros pada variasi
tegangan.
1
1.3 MANFAAT
1. Praktikan mampu menerapkan ilmu yang didapat dari praktikum ini ke
dunia kerja nantinya apabila diperlukan.
2. Praktikan mampu mengaplikasikan putaran kritis dalam kehidupan sehari-
hari.
3. Praktikan dapat menganalisa fenomena-fenomena yang terjadi pada
putaran kritis.
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
3
yang tinggi disebut putaran kritis. Hal ini dapat terjadi pada turbin, motor
bakar, motor listrik, dll.
Selain itu, timbulnya getaran yang tinggi dapat mengakibatkan
kerusakan pada poros dan bagian-bagian lainnya. Jadi dalam perancangan
poros perlu mempertimbangkan putaran kerja dari poros tersebut agar lebih
rendah dari putaran kritisnya. Suatu fenomena yang terjadi dengan
berputarnya poros pada kecepatankecepatan tertentu adalah getaran yang
sangat besar, meskipun poros dapat berputar dengan sangat mulus pada
kecepatan-kecepatan lainnya.
Pada kecepatan-kecepatan semacam ini dimana getaran menjadi
sangat besar, dapat terjadi kegagalan diporos atau bantalan-bantalan. Atau
getaran dapat mengakibatkan kegagalan karena tidak bekerjanya komponen-
komponen sesuai dengan fungsinya, seperti yang terdapat pada sebuah turbin
uap dimana ruang bebas antara rotor dan rumah sangat kecil. Getaran
semacam ini dapat mengakibatkan apa yang disebut dengan olakan poros
atau mungkin mengakibatkan suatu osilasi puntir pada suatu poros, atau
kombinasi keduanya.
Mungkin kedua peristiwa tersebut berbeda, namun akan dapat
ditunjukkan bahwa masing-masing dapat ditangani dengan cara serupa
dengan memperhatikan frekuensi-frekuensi pribadi dari osilasi. Karena
poros-poros pada dasarnya elastic, dan menunjukkan karakteristik-
karakteristik pegas, maka untuk mengilustrasikan pendekatan dan untuk
menjelaskan konsep-konsep dari suku-suku dasar yang dipakai dan digunakan
analisa sebuah sistem massa dan pegas yang sederhana.
Sistem memiliki energi dalam sendiri, dimana bila diberi gaya
gangguan pada frekuensi pribadinya (natural frequency), akan menimbulkan
getaran dengan amplitudo yang besar. Setiap benda yang bergerak
mempunyai energy kinetik dan setiap pegas memiliki energy potensial.
Mesin- mesin umumnya dibuat dari bahan dengan modulus elastisitas
tertentu, yang berarti mempunyai sifat elastisitas sehingga dapat berprilaku
seperti pegas. Setiap elemen mesin memiliki massa dan bergerak dengan
kecepatan tertentu., berarti elemen mesin tersebut memiliki energy kinetik.
4
Ketika suatu sistem dinamik bergetar, terjadi perpindahan energi dari
potensial ke kinetik ke potensial dan seterusnya, berulang-ulang dalam
system tersebut. Poros sebagai elemen mesin yang sangat penting, juga
bergerak/berputar pada kecepatan tertentu dan mengalami lenturan
(deflection) akibat momen puntir (torsion) dan atau momen bengkok
(bending).
Bila suatu poros atau elemen mesin yang lain diberi beban yang
berubah terhadap waktu atau beban bolak-balik, poros tersebut akan bergetar.
Apabila poros menerima beban acak (transient), seperti ketukan palu, poros
akan bergetar pada frekuensi pribadinya. Contoh yang sama juga dapat dilihat
pada bunyi bel, dimana bunyi dihasilkan dari gangguan pada frekuensi
pribadi bel. Hal-hal ini dinamakan dengan getaran bebas. Jika poros
menerima beban yang berubah terhadap waktu, seperti beban sinusoidal
secara terus menerus, maka poros akan bergetar sesuai dengan frekuensi gaya
gangguan tersebut. Ketika frekuensi gaya gangguan sama (coincide) dengan
salah satu frekuensi pribadinya, maka simpangan atau amplitudo respon
getarannya akan lebih besar dari amplitudo gaya gangguan. Hal inilah yang
disebut dengan resonansi. Bila putaran mesin dinaikan maka akan
menimbulkan getaran (vibration) pada mesin tersebut.
5
dapat mengakibatkan kerusakan pada poros dan bagian-bagian lainnya. Jadi
dalam prencangan poros perlu mempertimbangkan putaran kerja dari poros
tersebut agar lebih rendah dari putaran kritisnya.
6
Poros ini berbeda dengna poros diatas, poros ini digunakan
sebagai poros utama pada mesin torak.
3. Hal-hal penting dalam perencanaan poros
a. Kekuatan Poros.
b. Kekakuan Poros.
c. Korosi.
d. Material poros
Karena poros-poros pada dasarnya elastis, dan menunjukkan
karakteristik-karakteristik pegas, maka untuk mengilustrasikan pendekatan
dan untuk menjelaskan konsep-konsep dari suku-suku dasar yang dipakai dan
digunakan analisa sebuah sistem massa dan pegas yang sederhana.
a. Massa Bergerak di Bidang Horizontal
Gambar dibawah memperlihatkan suatu massa dengan berat W
pound yang diam atas suatu permukaan licin tanpa gesekan dan diikatkan
ke rangka stationer melalui sebuah pegas. Dalam analisa, massa pegas
akan diabaikan.
Massa dipindahkan sejauh x dari posisi keseimangannya, dan
kemudian dilepaskan. Ingin ditentukan tipe dari gerakan maa dapat
menggunakan persamaan-persamaan Newton dengan persamaan energi.
7
Bayangkan massa ditarik kebawah pada suatu jarak xo dari
posisi keseimbangannya dan kemudian dilepaskan dan ingin diketahui
geraknya sebagai efek gravitasi.
8
berputardisuatu sumbu lain diluar sumbu poros. Namun dalam prakteknya,
kondisi semacam ini tidak dapat dicapai, dan titik berat piringan ada
disuatu jarak e yang boleh dikatakan kecil, dari pusat geometri piringan.
Dengan titik berat yang diluar sumbu putar atau sumbu bantalan, terdapat
suatu gaya inersia yang mengakibatkan poros melendut, dimana
lendutan pusat poros dinyatakan dengan r pada gambar dibawah :
9
poros pada piringan. Dengan menyamakan jumlah gaya-gaya pada gambar
dengan nol, dengan termasuk gaya inersia, maka didapatkan
W
(r e) 2 kr 0
g
Dengan menata kembali suku-sukunya:
W 2
r g
e k W 2
g
Kecepatan berbahaya dari operasi suatu poros tertentu
dinyatakan dengan kecepatan putaran kritis atau kecepatan olakan, yakni
kecepatan dimana perbandingan r/e adalah tah hingga. Operasi pada suatu
kecepatan yang mendekati kecepatan kritis juga tak dikehendaki
karena besarnya perpindahan pusat piringan dari sumbu putar.
Kecepatan kritis dapat diperoleh untuk kondisi dimana persamaan diatas
sama dengan nol :
W 2
k 0
g
Sebuah metode alternative adalah dengan menulis laju pegas k
dalam suku-suku suatu beban spesifik dan lendutan spesifik, beban yang
sama dengan berat piringan, yaitu P=W. Lendutan resultan akan berupa
lendutan static dari poros horizontal, dibawah aksi beban piringan,
lendutan static tersebut dinamakan xst.
P W
k
r X st
10
kecepatan kritis tidak perlu patah, dan mungkin berjalan dengan sangat
kasar tetapi tanpa distorsi permanent.
11
2.1.3 Kondisi Yang Dapat Diterapkan Pada Percobaan
Respon amplitudo menunjukkan besaran tanpa dimensi
(dimensionless ratio) dari perbandingan amplitudo output dan input. Setiap
redaman, ditunjukkan dengan perbandingan redaman, akan mengurangi rasio
amplitudo resonansi. Frekuensi pribadi disebut juga frekuensi kritis atau
kecepatan kritis.
m g
k
60 k
Nc
2 m
Dimana :
m = Massa beban (kg)
g = Percepatan gravitasi bumi (m/s2
= Defleksi (mm)
k = Konstanta kekakuan poros (N/mm)
Nc = Putaran kritis poros (rpm)
Bila terdapat beberapa benda berputar pada satu poros, maka dihitung
lebih dahulu putarn-putaran kritis Nc1, Nc2, Nc3,…, dari masing-masing benda
tersebut yang seolah-olah berada sendiri pada poros, maka putaran kritis
keseluruhan dari sistem Nc0 dapat ditentukan oleh :
1 1 1 1
2
2 2 2 ....
N c 0 N c1 N c 2 N c 3
12
Sumbu suatu poros akan terdefleksi (melentur) dari kedudukannya
semula bila dikenai beban. Poros harus kuat untuk menahan defleksi yang
berlebihan, sehingga mencegah ketidak-sebarisan dan mempertahankan
ketelitian dimensional terhadap pengaruh beban. Persamaan-persamaan
diferensial untuk menentukan defleksi poros dicari dengan asumsi defleksi
kecil dibandingkan dengan panjang poros.
13
Gambar 12. Struktur Yang Dikenai 3 Beban
Defleksi maksimum pada poros yang dikenai 1 beban dapat dihitung
menggunakan persamaan berikut :
P a b
6 E I L
L2 a 2 b2
Defleksi maksimumpada poros yang dikenai 2 beban dan 3 beban
ditentukan dengan metode superposisi.
2.2 APLIKASI
14
BAB III
METODOLOGI
3.1 PERALATAN
1. Seperangkat alat uji putaran kritis.
15
4. Mistar
16
7. Palu
17
3.2 PROSEDUR PRAKTIKUM
1. Pasang alat uji seperti gambar dibawah ini. (dibantu asisten)
3.3 ASUMSI-ASUMSI
1. Pertambahan putaran slide regulator dianggap konstan.
2. Panjang batang poros tetap.
3. Batang penyangga rotor tidak melendut.
4. Percepatan gravitasi 9,81 m/s2.
18
BAB IV
DATA DAN PEMBAHASAN
4.1 DATA
Tabel 1. Data Pengujian Putaran Kritis
19
4.2 PERHITUNGAN
4.2.1 Dengan 1 Beban (a dan b Berbeda)
Posisi 1
m 1, 625kg
P 1, 625kg 9,81m / s 2 15,94 N
Panjang a = 0,21 m
Panjang b = 0,43 m
d = 0,02 m
E = 190000 Mpa
V = 100 volt, 125 volt, dan 150 volt
d 4 3,14 (0, 02) 4 m
I 7,85 x109 m
64 64
( P a b) 2
6 EIl
l a 2 b2
mg 1, 625kg 9,81m / s 2
Keq 351,37 N / m
0, 0454m
60 k
N cTeoritik
2 m
60 351, 37 N / m
1385,89rpm
2 3,14 1, 625kg
Posisi 2
m 1, 625kg
P 1, 625kg 9,81m / s 2 15,94 N
Panjang a = 0,28 m
Panjang b = 0,36 m
d = 0,02 m
E = 190000 Mpa
V = 100 volt, 125 volt, dan 150 volt
d 4 3,14 (0, 02) 4 m
I 7,85 x109 m
64 64
20
( P a b) 2
6 EIl
l a 2 b2
0, 0565m
mg 1, 625kg 9,81m / s 2
Keq 281,98 N / m
0, 0565
60 k
N cTeoritik
2 m
60 281,98 N / m
1241,53rpm
2 3,14 1, 625kg
Posisi 3
m 1, 625kg
P 1, 625kg 9,81m / s 2 15,94 N
Panjang a = 0,41 m
Panjang b = 0,23 m
d = 0,02 m
E = 190000 Mpa
V = 100 volt, 125 volt, dan 150 volt
d 4 3,14 (0, 02) 4 m
I 7,85 x109 m
64 64
( P a b) 2
6 EIl
l a 2 b2
0, 0495m
mg 1, 625kg 9,81m / s 2
Keq 322, 20 N / m
0, 0495m
60 k
N cTeoritik
2 m
60 322, 20 N / m
1327,10rpm
2 3,14 1, 625kg
21
4.2.2 Dengan 2 Beban (a dan b Sama)
Posisi 1
m 3, 25kg
P 3, 25kg 9,81m / s 2 31,88 N
Panjang a = 0,17 m
Panjang b = 0,17 m
d = 0,02 m
E = 190000 Mpa
V = 100 volt, 125 volt, dan 150 volt
d 4 3,14 (0, 02) 4 m
I 7,85 x109 m
64 64
( P a b) 2
6 EIl
l a 2 b2
0, 0566m
mg 3, 25kg 9,81m / s 2
Keq 563, 61N / m
0, 0566m
60 k
N cTeoritik
2 m
60 563, 61N / m
1241,14rpm
2 3,14 3, 25kg
Posisi 2
m 3, 25kg
P 3, 25kg 9,81m / s 2 31,88 N
Panjang a = 0,20 m
Panjang b = 0,20 m
d = 0,02 m
E = 190000 Mpa
V = 100 volt, 125 volt, dan 150 volt
d 4 3,14 (0, 02) 4 m
I 7,85 x109 m
64 64
22
( P a b) 2
6 EIl
l a 2 b2
0, 0734m
mg 3, 25kg 9,81m / s 2
Keq 434, 64 N / m
0, 0734m
60 k
N cTeoritik
2 m
60 434, 64 N / m
1089,92rpm
2 3,14 3, 25kg
Posisi 3
m 3, 25kg
P 3, 25kg 9,81m / s 2 31,88 N
Panjang a = 0,23 m
Panjang b = 0,23 m
d = 0,02 m
E = 190000 Mpa
V = 100 volt, 125 volt, dan 150 volt
d 4 3,14 (0, 02) 4 m
I 7,85 x109 m
64 64
( P a b) 2
6 EIl
l a 2 b2
0, 0894m
mg 3, 25kg 9,81m / s 2
Keq 356,56 N / m
0, 0894m
60 k
N cTeoritik
2 m
60 356,56 N / m
987,18rpm
2 3,14 3, 25kg
23
4.3 PEMBAHASAN
Pada percobaan yang telah dilakukan dapat dilihat fenomena-
fenomena yang terjadi dengan berputarnya poros pada kecepatan tertentu.
Pada kecepatan mula-mula poros berputar dengan stabil dan mengeluarkan
getaran dan suara yang kecil. Kemudian kecepatan terus ditingkatkan secara
perlahan dari 100 rpm, 125 rpm, hingga 150 rpm sehingga poros berputar
semakin kencang, Adapun data-data atau nilai-nilai pada peralatan percobaan
adalah :
Diameter poros =20 mm
E = 190.000 N/mm2
m = 1 beban =1,625 kg dan 2 beban = 3,25 kg
Beban 1,625 kg adalah beban rotor dengan panjang poros adalah
640 mm dengan rotor yang bisa dipindah-pindahkan posisinya. Putaran
kritis pada poros tidak hanya dipengaruhi oleh kecepatan putarnya saja, tetapi
juga dipengaruhi oleh posisi rotor pada batang poros, ini dikarenakan rotor
memiliki beban yang mempengaruhi batang poros.
Jadi nilai kecepatan teoritis semakin besar bila posisi rotor semakin
jauh dari posisi tengahnya, ini disebabkan karena bila posisi rotor tak
ditengah maka defleksi akan semakin besar dan putaran semakin tak imbang.
Perhitungan untuk kecepatan teoritis tidak selalu sama dengan
kecepatan kritis dari hasil percobaan yang menggunakan Tachometer.
Defleksi yang lebih besar terjadi yaitu pada pembebanan 2 beban
dan Nc teoritisnya pun lebih kecil dibandingkan dengan pembeban 1 beban.
24
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 KESIMPULAN
1. Putaran kritis maksimum terjadi pada saat rotor berada pada posisi terjauh
dari rotor.
2. Kekakuan maksimum terjadi pada saat pembebanan terletak di dekat
motor.
3. Frekuensi pribadi pada pembebanan yang jauh dari frekuensi pribadi pada
pembebanan pada tengah-tengah batang.
4. Defleksi maksimum terjadi pada saat rotor berada pada posisi terjauh dari
motor dan tumpuan.
5.2 SARAN
1. Lakukanlah percobaan dengan hati-hati.
2. Lakukan percobaan sesuai dengan arahan dari asisten.
3. Perhatikan motor apabila sudah sampai pada putaran kritis, jangan terlalu
lama perputaran tersebut terjadi karena akan menyebabkan alat jadi rusak.
4. Amati hasil yang ditunjukan oleh alat ukur Tachometer dengan teliti
sehingga hasil yang diperoleh akurat.
5. Lakukan perhitungan data dengan cermat karena sedikit saja kesalahan
dapat mempengaruhi nilai perhitungan yang lain.
6. Setelah selesai melaukan percobaan, segera kembalikan alat-alat yang
telah dipinjam ketempat semula.
-
25
DAFTAR PUSTAKA
26