(MALARIA)
Oleh: Kelompok 3
Dosen Pengampu:
Definisi Malaria
Etiologi Malaria
Patofisiologi Malaria
Patogenesis Malaria
Epidemiologi Malaria
Penatalaksanaan Malaria
Dalam limpa dijumpai banyak parasit dalam makrofag dan sering terjadi fagositosis
dari eritrosit yang terinfeksi maupun yang tidak terinfeksi.
Pada malaria kronis terjadi hyperplasia dari retikulosit diserta peningkatan
makrofag.
Pada malaria berat mekanisme patogenesisnya berkaitan dengan invasi merozoit ke
dalam eritrosit sehingga menyebabkan eritrosit yang mengandung parasit mengalami
perubahan struktur danbiomolekular sel untuk mempertahankan kehidupan parasit.
Perubahan tersebut meliputi mekanisme, diantaranya transport membran sel,
sitoadherensi, sekuestrasi dan resetting.
Sitoadherensi merupakan peristiwa perlekatan
eritrosit yang telah terinfeksi P. falciparum pada
reseptor di bagian endotelium venule dan
kapiler. Selain itu eritrosit juga dapat melekat
pada eritrosit yang tidak terinfeksi sehingga
terbentuk roset.
Aktivasi poliklonal →
hipergamaglobulinemia,
pembentukan kompleks
imun, depresi immun,
pelepasan sitokin seperti
TNF.
EPIDEMIOLOGI
EPIDEMIOLOGI
Beberapa penelitian menunjukkan bahwa perempuan mempunyai
respon imun yang lebih kuat dibandingkan dengan laki-laki, namun
kehamilan dapat maningkatkan resiko malaria. Ada beberapa faktor
yang turut mempengaruhi seseorang terinfeksi malaria adalah:
Pengobatan malaria falsiparum dan vivaks saat ini menggunakan ACT ditambah primakuin. Dosis ACT
untuk malaria falsiparum sama dengan malaria vivaks, Primakuin untuk malaria falsiparum hanya
diberikan pada hari pertama saja dengan dosis 0,75 mg/kgBB, dan untuk malaria vivaks selama 14 hari
dengan dosis 0,25 mg /kgBB. Primakuin tidak boleh diberikan pada bayi usia < 6 bulan. Pengobatan
malaria falsiparum dan malaria vivaks adalah seperti yang tertera di bawah ini:
Lini Pertama : ACT + Primakuin Lini Kedua M.falciparum: Kina + Doksisiklin / Tetrasiklin + Primakuin
Lini Kedua M.vivaks : Kina + Primakuin
*Pada ibu hamil doksisiklin/tetrasiklinklindamisin
Sebaiknya dosis pemberian DHP
berdasarkan berat badan, apabila
penimbangan berat badan tidak dapat
dilakukan maka pemberian obat dapat
berdasarkan kelompok umur.
Pada prinsipnya pengobatan malaria pada ibu hamil sama dengan pengobatan pada orang dewasa lainnya.
Pada ibu hamil tidak diberikan Primakuin
Dosis klindamisin:
10 mg/kgBB
diberikan 2 x sehari
Semua obat anti malaria tidak boleh diberikan dalam keadaan perut kosong karena bersifat iritasi lambung.
Oleh sebab itu penderita harus makan terlebih dahulu setiap akan minum obat anti malaria.
PENGOBATAN MALARIA BERAT
Semua penderita malaria berat harus ditangani di Rumah Sakit
(RS) atau puskesmas perawatan. Bila fasilitas maupun tenaga
kurang memadai, misalnya jika dibutuhkan fasilitas dialisis,
maka penderita harus dirujuk ke RS dengan fasilitas yang
lebih lengkap. Prognosis malaria berat tergantung kecepatan
dan ketepatan diagnosis serta pengobatan.
Kina drip bukan merupakan obat pilihan utama untuk malaria berat. Obat ini
diberikan pada daerah yang tidak tersedia artesunat intramuskular/intravena.
Obat ini dikemas dalam bentuk ampul kina dihidroklorida 25%. Satu ampul
berisi 500 mg / 2 ml.
Catatan :
1) Kina tidak boleh diberikan secara bolus intra vena, karena toksik bagi jantung dan dapat
menimbulkan kematian.
2) Dosis kina maksimum dewasa : 2.000 mg/hari.
Pengobatan malaria berat pada ibu hamil
6 skleraikterik (-/-)
Pada pemeriksaan abdomen ditemukan nyeri tekan kuadran kanan atas dan hepar teraba ½ dari arcus costa dan ½ ke arah
procesus xyphoideus. Limpa teraba pada Schuffner I.
● Pemeriksaan Laboratorium
Pada pemeriksaan mikroskopik apus darah tebal dan didapatkan hasil berupa Plasmodium falciparum (+).
Terjadi penurunan trombosit dan Hb
Nama pasien :-
Umur : 19 tahun
Jenis kelamin : perempuan
Keluhan : dengan keluhan utama demam sejak 1 minggu sebelum masuk
rumah sakit (SMRS) secara tiba-tiba, demamnya memiliki pola
intermitten selama satu hari. Keluhan demam disertai menggigil
selama 30 menit. Pasien juga mengeluh mual yang munculnya
tidak menentu, nyeri sendi.
Riwayat penyakit : Keluarga pasien mengatakan sudah pernah dirawat di RS selama
5 hari dengan diagnosis akhir viral infection.
Riwayat keluarga : Keluarga pasien tidak ada yang memiliki penyakit serupa.
Riwayat pengobatan :-
Riwayat perjalanan : Pasien mengaku sering mendaki gunung dan terakhir kali
mendaki gunung Betung, Kecamatan Gedongtataan, Kabupaten
Pesawaran 2 minggu yang lalu.
OBJEKTIF
Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan thoraks
Pada pemeriksaan thoraks pasien Pemeriksaan abdomen
didapatkan inspeksi gerakan
dinding dada simetris dan tidak ada Pada pemeriksaan abdomen
retraksi, fremitus vocal simetris didapatkan kesan normal pada
pada paru kiri dan kanan, perkusi inspeksi, bising usus normal, nyeri
sonordi semua lapang paru, pada palpasi regio epigastrium,
auskultasi suara napas vesikuler pada palpasi limpa juga teraba
dengan ekspirasi memanjang yang pada schuffner 3 dengan
disertai suara wheezing, tidak konsistensi keras.
terdapat suara ronkhi dan bunyi
jantung I dan II normal tanpa
disertai suara murmur.
OBJEKTIF
Pemeriksaan laboratorium
HARI PERTAMA
PEMERIKSAAN HASIL NILAI NORMAL KETERANGAN
Hemoglobin 5,4 g/dL 12 – 14 g/dL Rendah
Leukosit 2.800 / UL 3.500 – 10.500/ UL Rendah
Hematocrit 14,2 % 37-45% Rendah
Trombosit 99.000/UL 150.000 – Rendah
400.000/UL
Pasien didiagnosis dengan viral infection lalu dilakukan terapi infus RL 2000 cc/24jam, ranitidine 2x1,
ondansentron 2x1, dan paracetamol 3x1 inf.
• Hari kedua pada pasien dilakukan cek SADT dan dilakukan perencanaan tranfusi Packed Red Cells
(PRC).
• Pada hari keempat, didapatkan splenomegali (pembesaran limfa ) dan hasil SADT yaitu: anemia
normositik normokromik dengan leukopeni et causa parasitemia oleh Plasmodium vivax stadium
tropozoit, skizon, dan gametosit. Pasien didiagnosis dengan malaria tersiana benigna, vivax dan pasien
mulai diberikan artesunat 2,4 mg/kgBB/12 jam.
• Pada hari kelima, pada pasien didapatkan BAB hitam seperti ter dan pasien didiagnosis sebagai malaria
OBJEKTIF
Pemeriksaan laboratorium
HARI KETUJUH
PEMERIKSAAN HASIL NILAI NORMAL KETERANGAN
Tekanan darah 100/80 mmHg Sistolik < 120 Normal
mmHg dan diastolic
< 80
Nadi 88 x/menit 70-80x/menit Tinggi
Pernafasan 18 x/ menit 16-20x/menit Normal
Suhu 35,7oC 36,6 – 37,5oC Rendah
Sudah tidak ditemukan adanya BAB kehitaman seperti ter. Oleh dokter Spesialis Penyakit
Dalam, pasien diperbolehkan pulang dengan obat pulang ACT, paracetamol 3x500mg,
omeprazol 1x20 mg, dan kontrol ke Poli Penyakit Dalam 1 minggu kemudian.
Assesment
Tepat Indikasi
Packed Red Cells (PRC) Untuk meningkatkan kadar Hb sekitar 1 g/dL atau Tepat Obat
hematokrit sekitar 3-4%
Nama Obat Alasan Sebagai Drug of Choice Keterangan
Artesunat Pada hari ke-4 pasien didiagnosis malaria, Tepat Obat
artesunat diberikan sebagai antimalaria
ACT Sebagai pengobatan antimalaria Tepat Obat
Parasetamol Demam, muncul ruam kulit yang terasa gatal, sakit WESO
tenggorokan.
Packed Red Cells Anafilaksis, kerusakan sel darah merah, infeksi, WESO
(PRC) kelebihan volume, dan cedera paru-paru
Nama Obat Efek Samping Obat Keterangan
Artesunat mual, muntah diare, pankreatitis, pusing, WESO
berkunang-kunang, sakit kepala, insomnia,
tinnitus, ruam, batuk, arthralgia
ACT Pusing, nyeri perut WESO
Paracetamol Demam, muncul ruam kulit yang terasa gatal, sakit WESO
tenggorokan.
Omeprazol Nyeri perut, sakit kepala WESO
PLAN
TERAPI NON FARMAKOLOGI
• Infus RL Diberikan untuk menyeimbangkan cairan tubuh pasien
• Ranitidine Diberikan untuk mengatasi gangguan ulkus peptik akibat
penggunaan obat-obatan selama perawatan, terdapat nyeri pada palpasi
regio epigastrium pada pasien.
• Ondansentron diberikan untuk mengatasi mual yang dirasakan pasien
• Parasetamol di berikan untuk menurunkan suhu tubuh pasien
• Packed Red Cells (PRC) di berikan Untuk meningkatkan kadar Hb sekitar
1 g/dL atau hematokrit sekitar 3-4%
• Artesunat diberikan sebagai antimalarial karena Pada hari ke-4 pasien
didiagnosis malaria
• ACT Sebagai pengobatan antimalarial
• Omeprazole Diberikan untuk mengatasi gangguan ulkus peptik akibat
penggunaan obat-obatan selama perawatan
TERAPI NON FARMAKOLOGI
• Menegakkan pola hidup sehat dan bersih.
• Menjaga lingkungan rumah dari sumber sumber
perkembang biakan nyamuk.
• Beristirahat yang cukup
MONITORING
• Memonitoring efek samping obat
• Melakukan pemantauan terhadap kondisi pasien