Anda di halaman 1dari 69

FARMAKOTERAPI INFEKSI, SISTEM IMUN DAN KANKER

(MALARIA)

Oleh: Kelompok 3

Alfionny De Valin (1801044)


Anggit Pramita Sari (1801046)
Annisa Amalyah (1801047)
Fintolin Jaya Putri (1801053)
Ira Fazira (1801056)
Miftahul Jannah M (1801060)
Mustika Arfah (1801061)
Mutiara Septiani (1801062)
Winda Oktavia Raisa (1901125)

Dosen Pengampu:

Dr. apt. Adriani Susanty, M. Farm


POKOK BAHASAN

Definisi Malaria

Etiologi Malaria

Patofisiologi Malaria

Patogenesis Malaria

Epidemiologi Malaria

Penatalaksanaan Malaria

Penyelesaian Kasus (SOAP)


DEFINISI
Defenisi

Malaria adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh parasit


plasmodium yang hidup dan berkembang biak di dalam sel
darah manusia. Penyakit ini secara alami ditularkan melalui
gigitan nyamuk anopheles betina.
ETIOLOGI
Etiologi
Penyakit malaria ini disebabkan oleh
parasit plasmodium. Species plasmodium
pada manusia adalah (Putra, 2011):
1. Plasmodium falciparum, penyebab
malaria tropika.
2. Plasmodium vivax, penyebab malaria
tertiana.
3. Plasmodium malariae, penyebab malaria
malariae (quartana)
4. Plasmodium ovale, penyebab malaria
ovale.
Keempat spesies parasit malaria tersebut menyebabkan jenis
penyakit malaria yang berbeda, yaitu:

1. Plasmodium falciparum. Menyebabkan malaria falsiparum (disebut juga malaria


tropika), merupakan jenis penyakit malaria yang terberat dan satu-satunya
parasit malaria yang menimbulkan penyakit mikrovaskular., karena dapat
menyebabkan berbagai komplikasi berat seperti cerebral malaria (malaria otak),
anemia berat, syok, gagal ginjal akut, perdarahan, sesak nafas, dll.
2. Plasmodium vivax. Menyebabkan malaria tertiana. Tanpa pengobatan: berakhir
dalam 2 – 3 bulan. Relaps 50% dalam beberapa minggu – 5 tahun setelah
penyakit awal.
3. Plasmodium malariae. Menyebabkan malaria quartana. Asimtomatis dalam waktu
lama.
4. Plasmodium ovale. Jenis ini jarang sekali dijumpai, umumnya banyak di Afrika
dan Pasifik Barat.
PATOFISIOLOGI
Patofisiologi
Gejala malaria timbul saat pecahnya eritrosit yang
mengandung parasit. Demam mulai timbul bersamaan
pecahnya skizon darah yang mengeluarkan macam-
macam antigen. Antigen ini akan merangsang
makrofag, monosit atau limfosit mengeluarkan
berbagai macam sitokin, diantaranya Tumor Necrosis
Factor (TNF). TNF akan dibawa aliran darah ke
hipothalamus, yang merupakan pusat pengatur suhu
tubuh manusia. Sebagai akibat demam terjadi
vasodilasi perifer yang mungkin disebabkan oleh bahan
vasoaktif yang diproduksi oleh parasit.
PATOGENESIS
Patogenesis malaria akibat dari interaksi kompleks antara parasit, inang dan
lingkungan. Patogenesis lebih ditekankan pada terjadinya peningkatan permeabilitas
pembuluh darah daripada koagulasi intravaskuler. Oleh karena skizogoni menyebabkan
kerusakan eritrosit maka akan terjadi anemia. Beratnya anemi tidak sebanding
dengan parasitemia menunjukkan adanya kelainan eritrosit selain yang mengandung
parasit. Hal ini diduga akibat adanya toksin malaria yang menyebabkan gangguan
fungsi eritrosit dan sebagian eritrosit pecah melalui limpa sehingga parasit keluar.
Faktor lain yang menyebabkan terjadinya anemia mungkin karena terbentuknya
antibodi terhadap eritrosit. Limpa mengalami pembesaran dan pembendungan serta
pigmentasi sehingga mudah pecah.

Dalam limpa dijumpai banyak parasit dalam makrofag dan sering terjadi fagositosis
dari eritrosit yang terinfeksi maupun yang tidak terinfeksi.
Pada malaria kronis terjadi hyperplasia dari retikulosit diserta peningkatan
makrofag.
Pada malaria berat mekanisme patogenesisnya berkaitan dengan invasi merozoit ke
dalam eritrosit sehingga menyebabkan eritrosit yang mengandung parasit mengalami
perubahan struktur danbiomolekular sel untuk mempertahankan kehidupan parasit.
Perubahan tersebut meliputi mekanisme, diantaranya transport membran sel,
sitoadherensi, sekuestrasi dan resetting.
Sitoadherensi merupakan peristiwa perlekatan
eritrosit yang telah terinfeksi P. falciparum pada
reseptor di bagian endotelium venule dan
kapiler. Selain itu eritrosit juga dapat melekat
pada eritrosit yang tidak terinfeksi sehingga
terbentuk roset.

Resetting adalah suatu fenomena perlekatan


antara sebuah eritrosit yang mengandung
merozoit matang yang diselubungi oleh sekitar
10 atau lebih eritrosit non parasit, sehingga
berbentu seperti bunga. Salah satu faktor yang
mempengaruhi terjadinya resetting adalah
golongan darah dimana terdapatnya antigen
golongan darah A dan B yang bertindak
sebagai reseptor pada permukaan eritrosit yang
tidak terinfeksi.
1. Demam

Terjadi akibat ruptur eritrosit → merozoit dilepas ke sirkulasi.Pelepasan


merozoit pada tempat dimana sirkulasi melambat mempermudah infasi
sel darah yang berdekatan, sehingga parasitemia falsifarum mungkin
lebih besar daripada parasitemia spesies lain, dimana robekan skizon
terjadi pada sirkulasi yang aktif. Sedangkan plasmodium falsifarum
menginvasi semua eritrosit tanpa memandang umur, plasmodium vivax
menyerang terutama retikulosit, dan plasmodium malariae menginvasi sel
darah merah matang, sifat-sifat ini yang cenderung membatasi
parasitemia dari dua bentuk terakhir diatas sampai kurang dari 20.000 sel
darah merah /mm3. Infeksi falsifarum pada anak non imun dapat
mencapai kepadatan hingga 500.000 parasit/mm3.
2. Anemia

Akibat hemolisis, sekuestrasi eritrosit di limpa dan organ


lain, dan depresi sumsum tulang. Hemolisis sering
menyebabkan kenaikan dalam billirubin serum, dan pada
malaria falsifarum ia dapat cukup kuat untuk
mengakibatkan hemoglobinuria (blackwater fever).
Perubahan autoantigen yang dihasilkan dalam sel darah
merah oleh parasit mungkin turut menyebabkan hemolisis,
perubahan-perubahan ini dan peningkatan fragilitas
osmotic terjadi pada semua eritrosit, apakah terinfeksi apa
tidak. Hemolisis dapat juga diinduksi oleh kuinin atau
primakuin pada orang-orang dengan defisiensi glukosa-6-
fosfat dehidrogenase herediter. Pigmen yang keluar
kedalam sirkulasi pada penghancuran sel darah merah
berakumulasi dalam sel retikuloendotelial limfa, dimana
folikelnya menjadi hiperplastik dan kadang-kadang nekrotik,
dalam sel kupffer hati dan dalam sumsum tulang, otak, dan
organ lain. Pengendapan pigmen dan hemosiderin yang
cukup mengakibatkan warna abu-abu kebiruan pada organ.
3. Kejadian Immunopatologi

Aktivasi poliklonal →
hipergamaglobulinemia,
pembentukan kompleks
imun, depresi immun,
pelepasan sitokin seperti
TNF.
EPIDEMIOLOGI
EPIDEMIOLOGI
Beberapa penelitian menunjukkan bahwa perempuan mempunyai
respon imun yang lebih kuat dibandingkan dengan laki-laki, namun
kehamilan dapat maningkatkan resiko malaria. Ada beberapa faktor
yang turut mempengaruhi seseorang terinfeksi malaria adalah:

Ras atau Suku Bangsa

Kekurangan Enzim Tertentu

Kekebalan pada malaria terjadi apabila tubuh mampu mengancurkan


Plasmodium yang masuk atau mampu menghalangi perkembangannya
PENATALAKSANAAN
MALARIA
PENGOBATAN MALARIA
Pengobatan malaria di Indonesia menggunakan Obat Anti Malaria (OAM) kombinasi. Saat ini yang
digunakan program nasional adalah derivat artemisinin dengan golongan aminokuinolin, yaitu:
1. Kombinasi tetap (Fixed Dose Combination = FDC) yang terdiri atas Dihydroartemisinin dan
Piperakuin (DHP). 1 (satu) tablet FDC mengandung 40 mg dihydroartemisinin dan 320 mg
piperakuin. Obat ini diberikan per – oral selama tiga hari dengan range dosis tunggal harian sebagai
berikut: Dihydroartemisinin dosis 2-4 mg/kgBB; Piperakuin dosis 16-32mg/kgBB
2. Artesunat - Amodiakuin Kemasan artesunat – amodiakuin yang ada pada program pengendalian
malaria dengan 3 blister, setiap blister terdiri dari 4 tablet artesunat @50 mg dan 4 tablet
amodiakuin 150 mg

A. Pengobatan malaria tanpa komplikasi

1) Malaria falsiparum dan malaria vivaks

Pengobatan malaria falsiparum dan vivaks saat ini menggunakan ACT ditambah primakuin. Dosis ACT
untuk malaria falsiparum sama dengan malaria vivaks, Primakuin untuk malaria falsiparum hanya
diberikan pada hari pertama saja dengan dosis 0,75 mg/kgBB, dan untuk malaria vivaks selama 14 hari
dengan dosis 0,25 mg /kgBB. Primakuin tidak boleh diberikan pada bayi usia < 6 bulan. Pengobatan
malaria falsiparum dan malaria vivaks adalah seperti yang tertera di bawah ini:

Lini Pertama : ACT + Primakuin Lini Kedua M.falciparum: Kina + Doksisiklin / Tetrasiklin + Primakuin
Lini Kedua M.vivaks : Kina + Primakuin
*Pada ibu hamil doksisiklin/tetrasiklinklindamisin
Sebaiknya dosis pemberian DHP
berdasarkan berat badan, apabila
penimbangan berat badan tidak dapat
dilakukan maka pemberian obat dapat
berdasarkan kelompok umur.

a) Apabila ada ketidaksesuaian antara


umur dan berat badan (pada tabel
pengobatan), maka dosis yang dipakai
adalah berdasarkan berat badan.

b) Apabila pasien P.falciparum dengan


BB >80 kg datang kembali dalam
waktu 2 bulan setelah pemberian obat
dan pemeriksaan Sediaan Darah masih
positif P.falciparum, maka diberikan
DHP dengan dosis ditingkatkan
menjadi 5 tablet/hari selama 3 hari.
PENGOBATAN MALARIA TANPA KOMPLIKASI

A. Pengobatan malaria tanpa komplikasi


2) Pengobatan malaria vivaks yang relaps
Pengobatan kasus malaria vivaks relaps (kambuh) diberikan dengan regimen
ACT yang sama tapi dosis Primakuin ditingkatkan menjadi 0,5 mg/kgBB/hari.
3) Pengobatan malaria ovale
Pengobatan malaria ovale saat ini menggunakan ACT yaitu DHP ditambah
dengan Primakuin selama 14 hari. Dosis pemberian obatnya sama dengan
untuk malaria vivaks.
4) Pengobatan malaria malariae
Pengobatan P. malariae cukup diberikan ACT 1 kali perhari selama 3 hari,
dengan dosis sama dengan pengobatan malaria lainnya dan tidak diberikan
primakuin
5) Pengobatan infeksi campur P. falciparum + P. vivax/P.ovale
Pada penderita dengan infeksi campur diberikan ACT selama 3 hari serta
primakuin dengan dosis 0,25 mg/kgBB/hari selama 14 hari.
a. Sebaiknya dosis pemberian
obat berdasarkan berat
badan, apabila
penimbangan berat badan
tidak dapat dilakukan maka
pemberian obat dapat
berdasarkan kelompok
umur.
b. Apabila ada ketidaksesuaian
antara umur dan berat
badan (pada tabel
pengobatan), maka dosis
yang dipakai adalah
berdasarkan berat badan.
c. Untuk anak dengan obesitas
gunakan dosis berdasarkan
berat badan ideal.
d. Primakuin tidak boleh
diberikan pada ibu hamil.
PENGOBATAN MALARIA TANPA KOMPLIKASI

B. Pengobatan malaria pada ibu hamil

Pada prinsipnya pengobatan malaria pada ibu hamil sama dengan pengobatan pada orang dewasa lainnya.
Pada ibu hamil tidak diberikan Primakuin

Dosis klindamisin:
10 mg/kgBB
diberikan 2 x sehari

Semua obat anti malaria tidak boleh diberikan dalam keadaan perut kosong karena bersifat iritasi lambung.
Oleh sebab itu penderita harus makan terlebih dahulu setiap akan minum obat anti malaria.
PENGOBATAN MALARIA BERAT
Semua penderita malaria berat harus ditangani di Rumah Sakit
(RS) atau puskesmas perawatan. Bila fasilitas maupun tenaga
kurang memadai, misalnya jika dibutuhkan fasilitas dialisis,
maka penderita harus dirujuk ke RS dengan fasilitas yang
lebih lengkap. Prognosis malaria berat tergantung kecepatan
dan ketepatan diagnosis serta pengobatan.

A. Pengobatan malaria berat di Puskesmas/Klinik non Perawatan


Jika puskesmas/klinik tidak memiliki fasilitas rawat inap, pasien malaria
berat harus langsung dirujuk ke fasilitas yang lebih lengkap. Sebelum
dirujuk berikan artesunat intramuskular (dosis 2,4mg/kgbb)

B. Pengobatan malaria berat di Puskesmas/Klinik Perawatan atau


Rumah Sakit
Artesunat intravena merupakan pilihan utama. Jika tidak tersedia dapat
diberikan kina drip.
Kemasan dan cara pemberian artesunat

Artesunat parenteral tersedia dalam vial yang berisi 60 mg


serbuk kering asam artesunik dan pelarut dalam ampul
yang berisi natrium bikarbonat 5%. Keduanya dicampur
untuk membuat 1 ml larutan sodium artesunat. Kemudian
diencerkan dengan Dextrose 5% atau NaCL 0,9% sebanyak
5 ml sehingga didapat konsentrasi 60 mg/6ml (10mg/ml).
Obat diberikan secara bolus perlahan-lahan.
Artesunat diberikan dengan dosis 2,4 mg/kgbb intravena
sebanyak 3 kali jam ke 0, 12, 24. Selanjutnya diberikan 2,4
mg/kgbb intravena setiap 24 jam sehari sampai penderita
mampu minum obat.
Kemasan dan cara pemberian kina drip

Kina drip bukan merupakan obat pilihan utama untuk malaria berat. Obat ini
diberikan pada daerah yang tidak tersedia artesunat intramuskular/intravena.
Obat ini dikemas dalam bentuk ampul kina dihidroklorida 25%. Satu ampul
berisi 500 mg / 2 ml.

Pemberian kina pada dewasa :


1) loading dose : 20 mg garam/kgbb dilarutkan dalam 500 ml (hati-hati
overload cairan) dextrose 5% atau NaCl 0,9% diberikan selama 4 jam
pertama.
2) 4 jam kedua hanya diberikan cairan dextrose 5% atau NaCl 0,9%.
3) 4 jam berikutnya berikan kina dengan dosis rumatan 10 mg/kgbb dalam
larutan 500 ml (hati-hati overload cairan) dekstrose 5 % atau NaCl.
4) 4 jam selanjutnya, hanya diberikan cairan Dextrose 5% atau NaCl 0,9%.
5) Setelah itu diberikan lagi dosis rumatan seperti di atas sampai penderita
dapat minum kina per-oral.
6) Bila sudah dapat minum obat pemberian kina iv diganti dengan kina tablet per-oral
dengan dosis 10 mg/kgbb/kali diberikan tiap 8 jam. Kina oral diberikan bersama
doksisiklin atau tetrasiklin pada orang dewasa atau klindamisin pada ibu hamil. Dosis
total kina selama 7 hari dhitung sejak pemberian kina perinfus yang pertama.

Pemberian kina pada anak :


Kina HCl 25 % (per-infus) dosis 10 mg/kgbb (bila umur< 2 bulan : 6 - 8 mg/kg bb)
diencerkan dengan Dekstrosa 5 % atau NaCl 0,9 % sebanyak 5 - 10 cc/kgbb diberikan
selama 4 jam, diulang setiap 8 jam sampai penderita dapat minum obat.

Catatan :
1) Kina tidak boleh diberikan secara bolus intra vena, karena toksik bagi jantung dan dapat
menimbulkan kematian.
2) Dosis kina maksimum dewasa : 2.000 mg/hari.
Pengobatan malaria berat pada ibu hamil

Pengobatan malaria berat untuk ibu hamil dilakukan


dengan memberikan artesunat injeksi atau kina HCl
drip intravena.
PENYELESAIAN KASUS
(SOAP)
KASUS 1
DESKRIPSI KASUS
Pasien laki-laki 11 tahun dengan BB 25kg ,mengeluhkan demam selama 3 hari. Demam sifatnya
hilang timbul, demam disertai suhu tinggi terutama malam hari. Demam disertai dengan keluhan
menggigil. Pasien juga sering berkeringat banyak terutama saat suhu tubuh pasien mulai turun.
Pasien juga mengeluhkan nyeri perut kanan atas yang hilang timbul disertai muntah dengan
frekuensi muntah 1x,sebanyak ½ gelas belimbing.Muntah berupa makanan dan air, muntah
bercampur darah (-). Pasien juga mengeluhkan BAB cair dengan frekuensi 3 x/hari, lendir (-)
darah (-). Urin normal tidak berwarna seperti air teh, jumlahnya banyak dengan frekuensi seperti
biasa. Pasien sempat dibawa ke dokter setempat dan dilakukan pemeriksaan laboratorium
didapatkan penurunan trombosit. Riwayat berkunjung dan bermalam ke daerah endemik malaria
(+) yaitu pantai mutun di daerah kabupaten pesawaran 2 minggu sebelum timbulnya gejala.
Pasien tidak pernah mengalami kejang, epilepsi. Adanya riwayat penyakit seperti diabetes melitus,
asma, penyakit jantung dan paru-paru serta penyakit yang mengharuskan pasien minum obat
dalam jangka waktu lama disangkal oleh pasien maupun keluarga. Riwayat penggunaan zat
psikoaktif dan alkohol disangkal oleh pasien maupun keluarga. Pada pemeriksaan fisik pasien
didapatkan keadaan umum baik, tekanan darah 100/70 mmHg, nadi 86 x/m, laju napas 22 x/m,
suhu 37,7oC, konjungtiva anemis (+/+) dan skleraikterik (-/-). Pada pemeriksaan abdomen
ditemukan nyeri tekan kuadran kanan atas dan hepar teraba ½ dari arcus costa dan ½ ke arah
procesus xyphoideus. Limpa teraba pada Schuffner I. Diagnosis pasien adalah malaria falciparum.

Untuk deskripsi kasus


lengkap lihat di makalah
Subjektif
● Nama : -
● Umur : 11 tahun
● Jenis kelamin : laki-laki
● Berat Badan : 25 kg
● Keluhan utama : demam selama 3 hari. Demam sifatnya hilang timbul, demam disertai suhu
tinggi terutama malam hari. Demam disertai dengan keluhan menggigil. Pasien juga sering
berkeringat banyak terutama saat suhu tubuh pasien mulai turun. Pasien juga mengeluhkan
nyeri perut kanan atas yang hilang timbul disertai muntah dengan frekuensi muntah
1x,sebanyak ½ gelas belimbing.Muntah berupa makanan dan air, muntah bercampur darah (-
). Pasien juga mengeluhkan BAB cair dengan frekuensi 3 x/hari, lendir (-) darah (-). Urin
normal tidak berwarna seperti air teh, jumlahnya banyak dengan frekuensi seperti biasa.
● Riwayat perjalanan : berkunjung dan bermalam ke daerah endemik malaria (+) yaitu pantai
mutun di daerah kabupaten pesawaran 2 minggu sebelum timbulnya gejala.
● Riwayat penyakit : penyakit seperti diabetes melitus, asma, penyakit jantung dan paru-paru
serta penyakit yang mengharuskan pasien minum obat dalam jangka waktu lama (-).
● Riwayat penggunaan zat psikoaktif dan alcohol (-)
● Riwayat pengobatan : Pasien dirawat di rumah sakit daerah kota selama 2 hari dan mendapat
terapi infus serta obat injeksi.
Objektif
No Tanda vital Nilai Pada Kasus Nilai Normal Keterangan

1 Tekanan darah 100/70 mmHg 120/80 mmHg Rendah

2 Nadi 86 x/m 80 x/menit Tinggi

3 Laju Nafas 22 x/m 20 x/menit Tinggi

4 Suhu 37,7oC 36-37 oC Normal

5 Konjungtiva anemis (+/+)

6 skleraikterik (-/-)

Pada pemeriksaan abdomen ditemukan nyeri tekan kuadran kanan atas dan hepar teraba ½ dari arcus costa dan ½ ke arah
procesus xyphoideus. Limpa teraba pada Schuffner I.

● Pemeriksaan Laboratorium
Pada pemeriksaan mikroskopik apus darah tebal dan didapatkan hasil berupa Plasmodium falciparum (+).
Terjadi penurunan trombosit dan Hb

Diagnosis : malaria falciparum.


Assesment
Tepat Indikasi
Nama Obat Indikasi Keterangan
IV Ringer Laktat Digunakan untuk Tepat Indikasi
menyeimbangkan elektrolit
tubuh.
Parasetamol Sirup Digunakan untuk penurun Tepat Indikasi
demam dan pereda nyeri
Dehidroartemisinin + Digunakan untuk mengobati Tepat Indikasi
Piperakuin (DHP) malaria tanpa komplikasi yang
disebabkan oleh P. falciparum
dan atau P. vivax.
Primakuin Digunakan untuk membunuh Tepat Indikasi
plasmodium vivaks dan ovale
yang berada dalam hati,
membunuh gametosit dari
plasmodium palciparum.
Tepat Obat
Nama Obat Alasan Sebagai Drug of Choise Keterangan
IV Ringer Laktat Sumber elektrolit dan air. Dapat Tepat Obat
mencegah dehidrasi atau
gangguan elektrolit di dalam
tubuh
Parasetamol Sirup Dapat digunakan untuk meredakan Tepat Obat
nyeri dan untuk penurun demam
Dehidroartemisinin + Dapat digunakan untuk pengobatan Tepat Obat
Piperakuin (DHP) malaria P. falciparum dan/atau P.
vivax tanpa komplikasi.
Primakuin Dapat merusak fungsi Tepat Obat
mitokondria gametosit sehingga
membunuh gametosit dari
plasmodium palciparum.
Tepat Pasien
Nama Obat Kontraindikasi Keterangan
IV Ringer Laktat Penyakit ginjal, Penyakit jantung, Tepat Pasien
Penyakit hati, Hipoalbuminemia
Parasetamol Sirup Hipersensitif terhadap parasetamol. Tepat Pasien
Pasien dengan disfungsi hati dan ginjal
Dehidroartemisinin + Hipersensitivitas, malaria berat, riwayat Tepat Pasien
Piperakuin (DHP) aritmia atau bradikardia (penyakit
jantung), ketidak seimbangan elektrolit,
mengkonsumsi obat yang
mempengaruhi denyut jantung.
Primakuin Hipersensitif, reumatoid artritis dan Tepat Pasien
lupus eritematosus, terapi obat yang
dapat menyebabkan hemolisis dan
depresi sumsum tulang, anak <4
tahun, defisiensi G6PD dan NADH
Tepat Dosis
Nama Obat Dosis yang diberikan Dosis yang dianjurkan Keterangan
IV Ringer Laktat XX gtt/menit makro 10-20 ml/kgBB dalam Tepat Dosis
10 menit, dapat
diberikan secara bolus
Parasetamol Sirup 3 x 2 cth 3-4 kali sehari 3-4 Tidak Tepat Dosis
sendok takar (15 ml- 20
ml).
Dehidroartemisinin + 2½ tablet, Selama tiga 2 tablet/hari Tidak Tepat Dosis
Piperakuin (DHP) hari

Primakuin 1¼ tablet 1 tablet/hari, selama 14 Tidak Tepat Dosis


hari
Waspada Efek Samping Obat (WESO)

Nama Obat Efek Samping Obat Keterangan


IV Ringer Laktat Nyeri dada, Detak jantung abnormal, Penurunan WESO
tekanan darah, Kesulitan bernapas, Batuk, Bersin-
bersin, Ruam
Parasetamol Sirup Muncul ruam kulit yang terasa gatal,Sakit WESO
tenggorokan, Muncul sariawan, Nyeri punggung,
Tubuh terasa lemah, Kulit atau mata berwarna
kekuningan, Timbul memar pada kulit.
Dehidroartemisinin + Anemia, sakit kepala, takikardia, astenia, pireksia, WESO
Piperakuin (DHP) konjungtivitas, nyeri lambung, diare, hepatitis,
hepatomegali, uji fungsi hati yang abnormal, pruritus,
ruam kulit, artalgia, mialgia
Primakuin Dapat merusak fungsi mitokondria gametosit sehingga WESO
membunuh gametosit dari plasmodium palciparum.
DRPs
C3 :
1. Paracetamol Syr
Dosis Paracetamol Syr yang diberikan 3 x 2 cth, sedangkan
dosis yang dianjurkan untuk pasien 11tahun yaitu 3-4 kali sehari 3-4
sendok takar (15 ml- 20 ml), dosis yang diberikan terlalu kecil
2. Dehidroartemisinin + Piperakuin (DHP)
Dosis Dehidroartemisinin + Piperakuin (DHP) yang diberikan
2½ tablet, sedangkan dosis yang dianjurkan 2 tablet/hari, dosis yang
diberikan terlalu besar
3. Primakuin
Dosis Primakuin yang diberikan yaitu 1¼ tablet/hari,
sedangkan dosis yang dianjurkan 1 tablet/hari, sehingga dosis yang
diberikan terlalu besar.
Plan
• Pemberian cairan intravena Ringer Laktat dengan kebutuhan cairan berdasarkan berat badan
pasien ini yaitu 25 kg, sehingga diberikan 1700 cc/hari dengan kecepatan pemberian XX
tetes/menit.
• Pemberian antipiretik karena terdapat keluhan yang merupakan manifestasi utama dari penyakit ini
yaitu demam. Diberikan parasetamol sirup dengan dosis Paracetamol 3 x 2 cth dan jika keluhan
demam telah hilang maka pemberian obat ini dapat dihentikan. Sesuai dengan berat badan pasien
25 kg dan dosis paracetamol 10-15 mg/kgBB maka diberikan 250-375 mg. Sediaan paracetamol
syrup adalah 125mg/5ml dan pemberian pada pasien ini sudah tepat.
• Antimalaria yang digunakan yaitu kombinasi tetap (fixed dose combination = FDC) yang berisi
dehidroartemisinin dan piperakuin (DHP) yang merupakan terapi Artemisin Combination Therapy
(ACT) lini pertama yang direkomendasikan WHO dan Kementerian Kesehatan.Artemisin
Combination Therapy (ACT) yang diberikan pada pasien ini berupa kombinasi dari
dihidroartemisinin dan piperakuin dengan dosis pada hari 1-3 sebanyak 2½ tablet dan pemberian
primakuin pada hari pertama sebanyak 1¼ tablet. Namun, pada pasien ini terdapat
ketidaksesuaian berat badan dengan kelompok umur (25 kg pada usia 11 tahun) sehingga
digunakan dosis obat sesuai dengan berat badan pasien. Dosis dihiroartemisinin 2-4 mg/kgBB,
piperakuin 16-32 mg/kgBB, primakuin 0,75 mg/kgBB (hari 1). Bila disesuaikan dengan berat badan
maka pemberian antimalaria pada pasien ini sudah sesuai dengan rekomendasi.
Evaluasi & Monitoring

Sebagai tindak lanjut terhadap


pelayanan kefarmasian pengobatan
malaria perlu dilakukan monitoring dan
evaiuasi untuk menilai perkembangan
pasien (indikator perubahan klinis),
maupun perubahan perilaku masyarakat
(indikator perilaku) untuk menilai
tercapainya tujuan dan sasaran seta
kualitas pelayanan kefarmasian yang
diberikan.
KIE
(Konseling,Informasi,Edukasi)

Edukasi dan promosi kesehatan mengenai risiko infeksi


malaria dan upaya pencegahan perlu diberikan kepada pelancong yang
hendak bepergian ke daerah endemis atau orang-orang yang berdomisili
di daerah endemis malaria. Deteksi dini gejala, pemeriksaan penunjang
malaria, dan pemberian antimalaria secara cepat dan tepat akan
memberikan hasil pengobatan yang baik. Selain edukasi mengenai cara
pencegahan malaria dan pengenalan gejala awal malaria, hal yang
penting yang perlu disampaikan kepada pasien malaria adalah cara
mengonsumsi obat dengan dosis yang tepat agar tidak terjadi
resistensi Plasmodium.
Pencegahan malaria dilakukan untuk menekan angka
kesakitan dan kematian dilakukan melalui program pemberantasan
malaria dengan penegakkan diagnosis dini dan terapi yang cepat dan
tepat. Upaya pencegahan yang dapat dilakukan meliputi pemakaian
kelambu dan pengendalian vektor (nyamuk).
KASUS 2
DESKRIPSI KASUS
Seorang wanita berusia 19 tahun datang ke UGD Rumah Sakit Jendral Ahmad Yani
kota Metro dengan keluhan utama demam sejak 1 minggu sebelum masuk rumah
sakit (SMRS) secara tiba-tiba, demamnya memiliki pola intermitten selama satu hari.
Keluhan demam disertai menggigil selama 30 menit. Pasien juga mengeluh mual yang
munculnya tidak menentu, nyeri sendi. Keluarga pasien mengatakan sudah pernah
dirawat di RS selama 5 hari dengan diagnosis akhir viral infection. Pasien mengaku
sering mendaki gunung dan terakhir kali mendaki gunung Betung, Kecamatan
Gedongtataan, Kabupaten Pesawaran 2 minggu yang lalu. Keluarga pasien tidak ada
yang memiliki penyakit serupa. Pasien mengatakan sejak timbul keluhan, nafsu
makannya sedikit menurun. Riwayat minum alkohol, merokok, dan konsumsi obatobat
narkotika disangkal.
Pada pemeriksaan fisik pasien didapatkan tekanan darah 120/70 mmHg
nadi 104 x/menit, pernapasan 24 x/menit, suhu 38,8oC. Pada pemeriksaan thoraks
pasien didapatkan inspeksi gerakan dinding dada simetris dan tidak ada retraksi,
fremitus vocal simetris pada paru kiri dan kanan, perkusi sonordi semua lapang paru,
auskultasi suara napas vesikuler dengan ekspirasi memanjang yang disertai suara
wheezing, tidak terdapat suara ronkhi dan bunyi jantung I dan II normal tanpa disertai
Pada pemeriksaan abdomen didapatkan kesan normal pada inspeksi,
bising usus normal, nyeri pada palpasi regio epigastrium, pada palpasi limpa juga
teraba pada schuffner 3 dengan konsistensi keras. Pada pemeriksaan laboratorium
hari pertama didapatkan hemoglobin (Hb) 5,4 g/dL, leukosit 2.880/UL, hematokrit
(Ht) 14,2%, trombosit 99.000. Pasien didiagnosis dengan viral infection lalu
dilakukan terapi infus RL 2000 cc/24jam, ranitidine 2x1, ondansentron 2x1, dan
paracetamol 3x1 inf.
Hari kedua pada pasien dilakukan cek SADT dan dilakukan perencanaan
tranfusi Packed Red Cells (PRC). Pada hari keempat, didapatkan splenomegali
dan hasil SADT yaitu: anemia normositik normokromik dengan leukopeni et causa
parasitemia oleh Plasmodium vivax stadium tropozoit, skizon, dan gametosit.
Pasien didiagnosis dengan malaria tersiana benigna, vivax dan pasien mulai
diberikan artesunat 2,4 mg/kgBB/12 jam. Pada hari kelima, pada pasien didapatkan
BAB hitam seperti ter dan pasien didiagnosis sebagai malaria berat dengan
komplikasi melena. Pada hari ketujuh didapatkan tekanan darah 100/80 mmHg
nadi 88x/menit, pernapasan 18x/menit, suhu 35,7oC dan sudah tidak ditemukan
adanya BAB kehitaman seperti ter. Oleh dokter Spesialis Penyakit Dalam, pasien
diperbolehkan pulang dengan obat pulang ACT, paracetamol 3x500mg, omeprazol
1x20 mg, dan kontrol ke Poli Penyakit Dalam 1 minggu kemudian.
SUBJEKTIF

Nama pasien :-
Umur : 19 tahun
Jenis kelamin : perempuan
Keluhan : dengan keluhan utama demam sejak 1 minggu sebelum masuk
rumah sakit (SMRS) secara tiba-tiba, demamnya memiliki pola
intermitten selama satu hari. Keluhan demam disertai menggigil
selama 30 menit. Pasien juga mengeluh mual yang munculnya
tidak menentu, nyeri sendi.
Riwayat penyakit : Keluarga pasien mengatakan sudah pernah dirawat di RS selama
5 hari dengan diagnosis akhir viral infection.
Riwayat keluarga : Keluarga pasien tidak ada yang memiliki penyakit serupa.
Riwayat pengobatan :-
Riwayat perjalanan : Pasien mengaku sering mendaki gunung dan terakhir kali
mendaki gunung Betung, Kecamatan Gedongtataan, Kabupaten
Pesawaran 2 minggu yang lalu.
OBJEKTIF

Pemeriksaan fisik

Pemeriksaan fisik Hasil Nilai normal Keterangan

Tekanan darah 120/70 mmHg Sistolik < 120 mmHg Normal


dan diastolic < 80

Nadi 104x/menit 70-80x/menit Takikardia

Pernafasan 24x/menit 16-20x/menit Tinggi

Suhu 38,8oC 36,6 – 37,5oC Tinggi


OBJEKTIF

Pemeriksaan thoraks
Pada pemeriksaan thoraks pasien Pemeriksaan abdomen
didapatkan inspeksi gerakan
dinding dada simetris dan tidak ada Pada pemeriksaan abdomen
retraksi, fremitus vocal simetris didapatkan kesan normal pada
pada paru kiri dan kanan, perkusi inspeksi, bising usus normal, nyeri
sonordi semua lapang paru, pada palpasi regio epigastrium,
auskultasi suara napas vesikuler pada palpasi limpa juga teraba
dengan ekspirasi memanjang yang pada schuffner 3 dengan
disertai suara wheezing, tidak konsistensi keras.
terdapat suara ronkhi dan bunyi
jantung I dan II normal tanpa
disertai suara murmur.
OBJEKTIF
Pemeriksaan laboratorium

HARI PERTAMA
PEMERIKSAAN HASIL NILAI NORMAL KETERANGAN
Hemoglobin 5,4 g/dL 12 – 14 g/dL Rendah
Leukosit 2.800 / UL 3.500 – 10.500/ UL Rendah
Hematocrit 14,2 % 37-45% Rendah
Trombosit 99.000/UL 150.000 – Rendah
400.000/UL
Pasien didiagnosis dengan viral infection lalu dilakukan terapi infus RL 2000 cc/24jam, ranitidine 2x1,
ondansentron 2x1, dan paracetamol 3x1 inf.
• Hari kedua pada pasien dilakukan cek SADT dan dilakukan perencanaan tranfusi Packed Red Cells
(PRC).
• Pada hari keempat, didapatkan splenomegali (pembesaran limfa ) dan hasil SADT yaitu: anemia
normositik normokromik dengan leukopeni et causa parasitemia oleh Plasmodium vivax stadium
tropozoit, skizon, dan gametosit. Pasien didiagnosis dengan malaria tersiana benigna, vivax dan pasien
mulai diberikan artesunat 2,4 mg/kgBB/12 jam.
• Pada hari kelima, pada pasien didapatkan BAB hitam seperti ter dan pasien didiagnosis sebagai malaria
OBJEKTIF
Pemeriksaan laboratorium

HARI KETUJUH
PEMERIKSAAN HASIL NILAI NORMAL KETERANGAN
Tekanan darah 100/80 mmHg Sistolik < 120 Normal
mmHg dan diastolic
< 80
Nadi 88 x/menit 70-80x/menit Tinggi
Pernafasan 18 x/ menit 16-20x/menit Normal
Suhu 35,7oC 36,6 – 37,5oC Rendah
Sudah tidak ditemukan adanya BAB kehitaman seperti ter. Oleh dokter Spesialis Penyakit
Dalam, pasien diperbolehkan pulang dengan obat pulang ACT, paracetamol 3x500mg,
omeprazol 1x20 mg, dan kontrol ke Poli Penyakit Dalam 1 minggu kemudian.
Assesment
Tepat Indikasi

Nama Obat Indikasi Keterangan


Infus RL Menyeimbangkan elektrolit tubuh Tepat Indikasi

Ranitidine Pengobatan dan pemeliharaan ulkus duodenum; Tepat Indikasi


pengelolaan penyakit gastroesophageal reflux
Ondansentron Pencegahan mual dan muntah dengan program Tepat Indikasi
awal dan pengulangan kemoterapi kanker
emetogenik, termasuk cisplatin dosis tinggi;
pencegahan mual atau muntah pasca operasi.
Parasetamol Meredakan gejala nyeri ringan hingga sedang, Tepat Indikasi
meredakan demam.
Packed Red Cells (PRC) diindikasikan pada kadar Hemoglobin (Hb), Tepat Indikasi
Transfusi sel darah merah dapat dilakukan pada
kadar Hb 7-10 g/dL apabila ditemukan hipoksia
atau hipoksemia yang bermakna secara klinis
dan laboratorium.
Nama Obat Indikasi Keterangan
Artesunat Pengobatan malaria berat termasuk malaria Tepat Indikasi
Plasmodium falciparum yang resisten terhadap
klorokuin.
ACT Pengobatan malaria falsiparum Tepat Indikasi

Paracetamol Meredakan gejala nyeri ringan hingga sedang, Tepat Indikasi


meredakan demam.
Omeprazol Maintain healing and decrease recurrence of Tepat Indikasi
erosive esophagitis, Pengobatan jangka pendek
GERD bergejala
Tepat Obat
Nama Obat Alasan Sebagai Drug of Choice Keterangan
Infus RL Diberikan untuk menyeimbangkan cairan tubuh Tepat Obat
pasien
Ranitidine Diberikan untuk mengatasi gangguan ulkus peptik Tepat Obat
akibat penggunaan obat-obatan selama
perawatan, terdapat nyeri pada palpasi regio
epigastrium pada pasien.
Ondansentron Mengatasi mual yang dirasakan pasien Tepat Obat

Parasetamol Menurunkan suhu tubuh pasien Tepat Obat

Packed Red Cells (PRC) Untuk meningkatkan kadar Hb sekitar 1 g/dL atau Tepat Obat
hematokrit sekitar 3-4%
Nama Obat Alasan Sebagai Drug of Choice Keterangan
Artesunat Pada hari ke-4 pasien didiagnosis malaria, Tepat Obat
artesunat diberikan sebagai antimalaria
ACT Sebagai pengobatan antimalaria Tepat Obat

Paracetamol Menunrunkan suhu tubuh dan meredakan nyeri Tepat Obat

Omeprazol Diberikan untuk mengatasi gangguan ulkus peptik Tepat Obat


akibat penggunaan obat-obatan selama perawatan
Tepat Pasien
Nama Obat Kontraindikasi Keterangan
Infus RL idak terdapat kontraindikasi absolut terhadap Tepat Pasien
penggunaan ringer laktat. Namun, penggunaannya
bersamaan dengan ceftriaxone dilaporkan dapat
menimbulkan presipitasi pada aliran darah,
sehingga tidak disarankan.
Ranitidine Hipersensitivitas terhadap ranitidin atau Antagonis Tepat Pasien
AH2 lainnya.
Ondansentron Hipersensitivitas terhadap ondansentron Tepat Pasien

Parasetamol Hipersensitivitas yang diketahui terhadap Tepat Pasien


asetaminofen atau bahan apapun dalam formulasi
Packed Red Cells Anemia kronik, gagal jantung tahap awal Tepat Pasien
(PRC)
Nama Obat Kontraindikasi Keterangan
Artesunat Hipersensitivitas Tepat Pasien

ACT hipersensitivitas Tepat Pasien

Paracetamol Hipersensitivitas yang diketahui terhadap Tepat Pasien


asetaminofen atau bahan apapun dalam formulasi
Omeprazol Reaksi alergi terhadap obat Tepat Pasien
Tepat Dosis
Nama Obat Dosis yang Dosis yang dianjurkan Keterangan
diberikan
Infus RL 2000 cc/ 24 jam 10-20 ml/kgBB/ 10 menit Tepat dosis

Ranitidine 2x1 2x150 mg atau 300 mg sebelum tidur Tepat dosis

Ondansentron 2x1 2 x 8 mg Tepat dosis

Parasetamol 3x1 inf 15 mg/kgBB, interval minimal 4 jam, Tepat dosis


dosis maksimal 60 mg/kgBB
Packed Red - Jika Hb > 6 g/dL, 15 mL/kgBB/Hari, -
Cells (PRC) Jika Hb < 5 g/dL , 1 jam pertama 5
mL/kgBB, kemudian sisa darah yang
masih ada pada kantong darah
tersebut dihabiskan dalam 3 jam
berikutnya
Nama Obat Dosis yang Dosis yang dianjurkan Keterangan
diberikan
Artesunat 2,4 mg/kgBB/12 jam 2,4 mg/kgBB pada jam ke 0, 12, dan Tepat Dosis
24
ACT - 2,4 mg/kgbb diberikan per 12 jam Tidak dapat
dilakukan
Assesment
Paracetamol 3 x 500 mg 500 mg x 3 Tepat Dosis

Omeprazol 1 x 20 mg 20 mg x 1 Tepat Dosis


Waspada Efek Samping Obat
Nama Obat Efek Samping Obat Keterangan
Infus RL Penggunaan cairan ringer laktat dengan jumlah WESO
besar dapat menyebabkan alkalosis metabolik
yang disebabkan adanya peningkatan produksi
bikarbonat akibat metabolisme laktat
Ranitidine Mual dan muntah, sakit kepala, insomnia, vertigo, WESO
ruam, konstipasi, diare.
Ondansentron Sakit kepala. Sembelit. Lelah dan lemah WESO

Parasetamol Demam, muncul ruam kulit yang terasa gatal, sakit WESO
tenggorokan.
Packed Red Cells Anafilaksis, kerusakan sel darah merah, infeksi, WESO
(PRC) kelebihan volume, dan cedera paru-paru
Nama Obat Efek Samping Obat Keterangan
Artesunat mual, muntah diare, pankreatitis, pusing, WESO
berkunang-kunang, sakit kepala, insomnia,
tinnitus, ruam, batuk, arthralgia
ACT Pusing, nyeri perut WESO

Paracetamol Demam, muncul ruam kulit yang terasa gatal, sakit WESO
tenggorokan.
Omeprazol Nyeri perut, sakit kepala WESO
PLAN
TERAPI NON FARMAKOLOGI
• Infus RL Diberikan untuk menyeimbangkan cairan tubuh pasien
• Ranitidine Diberikan untuk mengatasi gangguan ulkus peptik akibat
penggunaan obat-obatan selama perawatan, terdapat nyeri pada palpasi
regio epigastrium pada pasien.
• Ondansentron diberikan untuk mengatasi mual yang dirasakan pasien
• Parasetamol di berikan untuk menurunkan suhu tubuh pasien
• Packed Red Cells (PRC) di berikan Untuk meningkatkan kadar Hb sekitar
1 g/dL atau hematokrit sekitar 3-4%
• Artesunat diberikan sebagai antimalarial karena Pada hari ke-4 pasien
didiagnosis malaria
• ACT Sebagai pengobatan antimalarial
• Omeprazole Diberikan untuk mengatasi gangguan ulkus peptik akibat
penggunaan obat-obatan selama perawatan
TERAPI NON FARMAKOLOGI
• Menegakkan pola hidup sehat dan bersih.
• Menjaga lingkungan rumah dari sumber sumber
perkembang biakan nyamuk.
• Beristirahat yang cukup

MONITORING
• Memonitoring efek samping obat
• Melakukan pemantauan terhadap kondisi pasien

KOMUNIKASI, INFORMASI DAN EDUKASI


• Memberikan informasi kepada pasien tentang penyakit dan
pengendalian diri dan lingkungan daiam upaya mencegah penularan.
• Menjelaskan obat-obat yang harus digunakan, indikasi, cara
penggunaan, dosis, dan waktu penggunaannya.
• Mengedukasi pasien untuk meningkatkan kewaspadaan dan kepedulian
terhadap risiko gigitan nyamuk dan kebersihan lingkungan.
DAFTAR PUSTAKA
• Depkes RI. (2017). Buku saku penatalaksanaan kasus malaria di Indonesia. Jakarta: Ditjen
Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Kementerian Kesehatan RI.
• Fitriany, J. and Sabiq, A. (2012) ‘Malaria’, Tropical Pediatrics: A Public Health Concern of
International Proportions: Second Edition, 4(2), pp. 287–297. doi: 10.29103/averrous.v4i2.1039.
• Harijanto PN. (2000). Gejala Klinik Malaria. Dalam: Harijanto PN (editor). Malaria, Epidemiologi,
Patogenesis, Manifestasi Klinis dan Penanganan. Jakarta: EGC, Hal: 151-55.
• Harijanto PN, Langi J, Richie TL. (2000). Patogenesis Malaria Berat. Dalam: Harijanto PN (editor).
Malaria, Epidemiologi, Patogenesis, Manifestasi Klinis dan Penanganan. Jakarta: EGC, Hal: 118-26.
• Nugroho A, Tumewu WM. 2000. Siklus Hidup Plasmodium Malaria. Dalam Harijanto PN
(editor). Malaria, Epidemiologi, Patogenesis, Manifestasi Klinis dan Penanganan. Jakarta: EGC, Hal:
38-52.
• Putra, T. R. I. (2011) ‘Malaria Dan Permasalahannya’, Jurnal Kedokteran Syiah Kuala, 11(2), pp.
103–114.
• Rampengan TH. (2000). Malaria Pada Anak. Dalam: Harijanto PN (editor). Malaria, Epidemiologi,
Patogenesis, Manifestasi Klinis dan Penanganan. Jakarta: EGC, Hal: 249-60.

Anda mungkin juga menyukai