Keanekaragaman hayati kini mulai mengalami berbagai erosi. Perusakan habitat telah mengganggu ekosistem yang akan mengancam berbagai spesies. Eksploitasi spesies flora dan fauna berlebihan akan menimbulkan kelangkaan dan kepunahan spesies. Penyeragaman varietas tanaman dan ras hewan budidaya menimbulkan erosi genetik, sehingga akan menimbulkan krisis keragaman hayati. Keanekaragaman hayati baik ekosisem terestrial maupun akuatik terus mengalami kemerosotan. Hutan tropis sebagai gudang keanekaragaman hayati telah menyusut, begitu juga lahan pertanian telah terdegradasi. Kerusakan juga dialami oleh terumbu karang, mangrove dan kehidupan laut lainnya. (Anonymous, 2007). Eksploitasi sumberdaya hayati yang tidak terkontrol akan berdampak negatif pada kelangsungan hidup manusia. Secara umum pemanfaatan karagaman hayati secara ekonomis untuk mendapatkan keuntungan yang besar tanpa memperhatikan kerusakan pada lingkungan. Angka kepunahan spesies diperkirakan seperempat dari 30 juta spesies hewan dan tumbuhan telah punah pada tahun 2000. Kepunahan varietas suatu spesies tanaman atau ras hewan lebih sukar diperkirakan. Erosi keragaman hayati secara terus- menerus akan menimbulkan dampak sosial dan ekologi cukup serius. Keragaman sebagai dasar stabilitas sosial dan ekologi. Sistem sosial dan ekonomi tanpa keragaman akan mudah rusak dan runtuh. Shiva (1994), menyatakan bahwa penjarahan keragaman hayati negara- negara Selatan oleh Utara sudah dimulai sejak Columbus menapakkan kaki di Amerika yang menandai era kolonialisme dengan kekerasan. Ancaman lain keanekaragaman hayati ialah pemanasan global. Pemanasan global bisa menjadi ancaman yang lebih besar bagi makhluk hidup dari pada penebangan hutan di abad ini. Hasil penelitian menyatakan peningkatan suhu bumi sebesar 2oC dalam waktu 50 tahun dapat memusnahkan puluhan ribu spesies hewan dan tumbuhan di bumi, bahkan di tempat-tempat terpencil yang jauh dari aktivitas manusia. Sehingga iklim yang tidak menentu akhir-akhir ini diperkirakan dapat mengancam keanekaragaman hayati yang akan berdampak pada usaha konservasi jangka panjang. B. Ancaman Konservasi Biodiversitas Ancaman utama terhadap kelangsungan hidup biodiversitas di dunia mencakup faktor-faktor seperti: 1. Pertumbuhan Populasi Manusia Dengan penduduk dunia sebesar 6 milyar di Bumi, dan akan lebih banyak lagi yang lahir setiap harinya, kebutuhan akan air bersih dan bahan bakar membuat tekanan terhadap ekosistem global dan lokal juga semakin besar. Dipercayai bahwa populasi penduduk Bumi dapat mencapai 10 milyar dalam seratus tahun ke depan. Setiap hari seluruh manusia menggunakan sumber daya di Bumi, menggunakan energi lebih besar, tanah, air dan sumber daya alami (seperti pohon, bahan bakar fosil, mineral, tumbuhan, dan hewan). 2. Pemanasan Global Pemanasan global merupakan ancaman terbesar yang muncul terhadap biodiversitas di seluruh dunia. Dengan peningkatan suhu dunia, habitat untuk banyak tumbuhan dan hewan akan berubah, mempengaruhi organisme yang tinggal di dalamnya dan niche (relung ekologi) yang sudah diadaptasi selama ini. Sebagai contoh, kupu-kupu monarch akan kehilangan habitat musim dinginnya di pegunungan Mexico, dan beruang kutub akan terpengaruh karena hilangnya kehidupan di laut. Banyak spesies tidak akan mampu bermigrasi cukup cepat, secepat perubahan habitat dan mencapai habitat baru yang sesuai. Sebagai akibatnya, banyak spesies akan menjadi punah, dan ekosistem di seluruh dunia akan mengalami kekacauan. 3. Konversi Habitat Ancaman utama terhadap biodiversitas di Amerika Serikat dan di seluruh dunia adalah hilangnya komunitas alami untuk pembangunan dan pertanian. Antara tahun 1992 dan 1997 di Amerika Serikat, 16 juta akre hutan, cropland, dan daerah terbuka dikonversi untuk keperluan perkotaan dan kepentingan lainnya. Sejak bangsa Eropa menetap di Amerika Utara, 27 tipe komunitas alami telah menyusut 98 % atau lebih dari luas semula. Kerusakan ekosistem ini mengakibatkan hilangnya habitat untuk beragam spesies dan mematikan kemampuan ekosistem untuk berfungsi. Pesatnya pembangunan di berbagai bidang juga menyebabkan habitat hilang dan pada akhirnya biodiversitas juga mengalami kepunahan. Pembangunan juga menghasilkan polusi air dan udara yang akan menyebabkan degradasi lingkungan dan lebih jauh akan menurunkan biodiversitas. Pada akhirnya, polusi akan mengurangi kemampuan spesies dan ekosistem untuk memberikan pelayanan ekologis. 4. Spesies Eksotik dan Invasif Tumbuhan dan hewan yang tidak asli mendiami suatu ekosistem dapat menyebabkan permasalahan terhadap spesies asli dan habitatnya. Spesies eksotik ini sering kali berkompetisi dengan spesies asli untuk mencukupi kebutuhan hidupnya akan pakan, tempat, dan air pada suatu habitat. Jika spesies asli kalah dalam persaingan ini, mereka harus pindah ke habitat lain yang belum tentu sesuai atau harus menghadapi kepunahan lokal jika tetap berada dalam habitatnya. Spesies eksotik juga sering memangsa spesies asli atau dapat menyebabkan kerusakan habitat. Sebagai contoh, ular cokelat telah membasmi seluruh burung di remis zebra memangsa dan menggeser tempat tinggal remis lokal. 5. Perburuan Berlebih dan Eksploitasi Komersial Perburuan berlebihan (over-hunting), penangkapan ikan berlebihan (overfishing), dan pertambangan skala industri pada banyak sumber alami telah menimbulkan resiko pada banyak spesies. a. Pemanenan berlebih pada perikanan regional telah mendorong beberapa spesies ikan ke arah kepunahan dan menurunkan diversitas seluruh kehidupan di laut. b. Pembalakan skala industri, untuk produk kayu telah merusak atau memfragmentasi jutaan akre hutan setiap tahunnya pada berbagai habitat yang memiliki banyak spesies unik, seperti woodpecker cockaded merah yang hidup di hutan pinus yang dieksploitasi secara besar-besaran di Amerika bagian tenggara. c. Perburuan berlebihan (over-hunting) dan perdagangan liar untuk spesies- spesies terancam punah telah menjadi ancaman utama untuk kelangsungan hidupnya. Sebagai contoh kura-kura kotak di Amerika Serikat secara ilegal dikoleksi dan diekspor sebagai binatang piaraan, dan mereka mengalami banyak kematian setiap tahunnya. Spesies ini bereproduksi sangat lambat, dan beberapa populasi, pengambilan di alam telah menyebabkan penurunan angka penetasan dan kematian sebelum mencapai dewasa. 6. Degradasi Lingkungan Manusia bukanlah satu-satunya yang akan menderita akibat dari pengaruh polusi. Polutan dapat meresap, walaupun di Arctic, DDT level tinggi ditemukan dalam tubuh mamalia laut, mempengaruhi kemampuannya dalam bereproduksi. Polusi ozone dari Ohio Valley menyebabkan kerusakan pohon-pohon di Appalachian Mountains selatan, sementara hujan asam (dan sekarang "hujan merkuri") menimbulkan bencana di danau dan hutan di Midwest, Adirondacks, Ontario, dan New England. Penurunan sistem imun dan kegagalan reproduksi merupakan efek umum dari polusi toksik pada berbagai spesies. Pada kasus yang sama, polusi dari lumpur dan zat organik telah menghilangkan kehidupan di ekosistem akuatik, sementara kasus lainnya, penghalang fisik seperti dam dapat menghalangi ikan-ikan asli untuk bereproduksi. C. Peranan Korservasi Biodiversitas