Anda di halaman 1dari 4

BAB II

PEMBAHASAN

A. Masalah Konservasi Biodiversitas


Keanekaragaman hayati kini mulai mengalami berbagai erosi. Perusakan habitat
telah mengganggu ekosistem yang akan mengancam berbagai spesies. Eksploitasi spesies
flora dan fauna berlebihan akan menimbulkan kelangkaan dan kepunahan spesies.
Penyeragaman varietas tanaman dan ras hewan budidaya menimbulkan erosi genetik,
sehingga akan menimbulkan krisis keragaman hayati.
Keanekaragaman hayati baik ekosisem terestrial maupun akuatik terus mengalami
kemerosotan. Hutan tropis sebagai gudang keanekaragaman hayati telah menyusut,
begitu juga lahan pertanian telah terdegradasi. Kerusakan juga dialami oleh terumbu
karang, mangrove dan kehidupan laut lainnya. (Anonymous, 2007). Eksploitasi
sumberdaya hayati yang tidak terkontrol akan berdampak negatif pada kelangsungan
hidup manusia. Secara umum pemanfaatan karagaman hayati secara ekonomis untuk
mendapatkan keuntungan yang besar tanpa memperhatikan kerusakan pada lingkungan.
Angka kepunahan spesies diperkirakan seperempat dari 30 juta spesies hewan dan
tumbuhan telah punah pada tahun 2000. Kepunahan varietas suatu spesies tanaman atau
ras hewan lebih sukar diperkirakan.
Erosi keragaman hayati secara terus- menerus akan menimbulkan dampak sosial dan
ekologi cukup serius. Keragaman sebagai dasar stabilitas sosial dan ekologi. Sistem
sosial dan ekonomi tanpa keragaman akan mudah rusak dan runtuh. Shiva (1994),
menyatakan bahwa penjarahan keragaman hayati negara- negara Selatan oleh Utara
sudah dimulai sejak Columbus menapakkan kaki di Amerika yang menandai era
kolonialisme dengan kekerasan.
Ancaman lain keanekaragaman hayati ialah pemanasan global. Pemanasan global
bisa menjadi ancaman yang lebih besar bagi makhluk hidup dari pada penebangan hutan
di abad ini. Hasil penelitian menyatakan peningkatan suhu bumi sebesar 2oC dalam
waktu 50 tahun dapat memusnahkan puluhan ribu spesies hewan dan tumbuhan di bumi,
bahkan di tempat-tempat terpencil yang jauh dari aktivitas manusia. Sehingga iklim yang
tidak menentu akhir-akhir ini diperkirakan dapat mengancam keanekaragaman hayati
yang akan berdampak pada usaha konservasi jangka panjang.
B. Ancaman Konservasi Biodiversitas
Ancaman utama terhadap kelangsungan hidup biodiversitas di dunia mencakup
faktor-faktor seperti:
1. Pertumbuhan Populasi Manusia
Dengan penduduk dunia sebesar 6 milyar di Bumi, dan akan lebih banyak
lagi yang lahir setiap harinya, kebutuhan akan air bersih dan bahan bakar
membuat tekanan terhadap ekosistem global dan lokal juga semakin besar.
Dipercayai bahwa populasi penduduk Bumi dapat mencapai 10 milyar dalam
seratus tahun ke depan. Setiap hari seluruh manusia menggunakan sumber daya di
Bumi, menggunakan energi lebih besar, tanah, air dan sumber daya alami (seperti
pohon, bahan bakar fosil, mineral, tumbuhan, dan hewan).
2. Pemanasan Global
Pemanasan global merupakan ancaman terbesar yang muncul terhadap
biodiversitas di seluruh dunia. Dengan peningkatan suhu dunia, habitat untuk
banyak tumbuhan dan hewan akan berubah, mempengaruhi organisme yang
tinggal di dalamnya dan niche (relung ekologi) yang sudah diadaptasi selama ini.
Sebagai contoh, kupu-kupu monarch akan kehilangan habitat musim dinginnya di
pegunungan Mexico, dan beruang kutub akan terpengaruh karena hilangnya
kehidupan di laut. Banyak spesies tidak akan mampu bermigrasi cukup cepat,
secepat perubahan habitat dan mencapai habitat baru yang sesuai. Sebagai
akibatnya, banyak spesies akan menjadi punah, dan ekosistem di seluruh dunia
akan mengalami kekacauan.
3. Konversi Habitat
Ancaman utama terhadap biodiversitas di Amerika Serikat dan di seluruh
dunia adalah hilangnya komunitas alami untuk pembangunan dan pertanian.
Antara tahun 1992 dan 1997 di Amerika Serikat, 16 juta akre hutan, cropland, dan
daerah terbuka dikonversi untuk keperluan perkotaan dan kepentingan lainnya.
Sejak bangsa Eropa menetap di Amerika Utara, 27 tipe komunitas alami telah
menyusut 98 % atau lebih dari luas semula. Kerusakan ekosistem ini
mengakibatkan hilangnya habitat untuk beragam spesies dan mematikan
kemampuan ekosistem untuk berfungsi. Pesatnya pembangunan di berbagai
bidang juga menyebabkan habitat hilang dan pada akhirnya biodiversitas juga
mengalami kepunahan. Pembangunan juga menghasilkan polusi air dan udara
yang akan menyebabkan degradasi lingkungan dan lebih jauh akan menurunkan
biodiversitas. Pada akhirnya, polusi akan mengurangi kemampuan spesies dan
ekosistem untuk memberikan pelayanan ekologis.
4. Spesies Eksotik dan Invasif
Tumbuhan dan hewan yang tidak asli mendiami suatu ekosistem dapat
menyebabkan permasalahan terhadap spesies asli dan habitatnya. Spesies eksotik
ini sering kali berkompetisi dengan spesies asli untuk mencukupi kebutuhan
hidupnya akan pakan, tempat, dan air pada suatu habitat. Jika spesies asli kalah
dalam persaingan ini, mereka harus pindah ke habitat lain yang belum tentu sesuai
atau harus menghadapi kepunahan lokal jika tetap berada dalam habitatnya.
Spesies eksotik juga sering memangsa spesies asli atau dapat menyebabkan
kerusakan habitat. Sebagai contoh, ular cokelat telah membasmi seluruh burung di
remis zebra memangsa dan menggeser tempat tinggal remis lokal.
5. Perburuan Berlebih dan Eksploitasi Komersial
Perburuan berlebihan (over-hunting), penangkapan ikan berlebihan
(overfishing), dan pertambangan skala industri pada banyak sumber alami telah
menimbulkan resiko pada banyak spesies.
a. Pemanenan berlebih pada perikanan regional telah mendorong beberapa
spesies ikan ke arah kepunahan dan menurunkan diversitas seluruh
kehidupan di laut.
b. Pembalakan skala industri, untuk produk kayu telah merusak atau
memfragmentasi jutaan akre hutan setiap tahunnya pada berbagai habitat
yang memiliki banyak spesies unik, seperti woodpecker cockaded merah
yang hidup di hutan pinus yang dieksploitasi secara besar-besaran di
Amerika bagian tenggara.
c. Perburuan berlebihan (over-hunting) dan perdagangan liar untuk spesies-
spesies terancam punah telah menjadi ancaman utama untuk kelangsungan
hidupnya. Sebagai contoh kura-kura kotak di Amerika Serikat secara ilegal
dikoleksi dan diekspor sebagai binatang piaraan, dan mereka mengalami
banyak kematian setiap tahunnya. Spesies ini bereproduksi sangat lambat,
dan beberapa populasi, pengambilan di alam telah menyebabkan
penurunan angka penetasan dan kematian sebelum mencapai dewasa.
6. Degradasi Lingkungan
Manusia bukanlah satu-satunya yang akan menderita akibat dari pengaruh
polusi. Polutan dapat meresap, walaupun di Arctic, DDT level tinggi ditemukan
dalam tubuh mamalia laut, mempengaruhi kemampuannya dalam bereproduksi.
Polusi ozone dari Ohio Valley menyebabkan kerusakan pohon-pohon di Appalachian
Mountains selatan, sementara hujan asam (dan sekarang "hujan merkuri")
menimbulkan bencana di danau dan hutan di Midwest, Adirondacks, Ontario, dan
New England. Penurunan sistem imun dan kegagalan reproduksi merupakan efek
umum dari polusi toksik pada berbagai spesies. Pada kasus yang sama, polusi dari
lumpur dan zat organik telah menghilangkan kehidupan di ekosistem akuatik,
sementara kasus lainnya, penghalang fisik seperti dam dapat menghalangi ikan-ikan
asli untuk bereproduksi.
C. Peranan Korservasi Biodiversitas

Anda mungkin juga menyukai