Anda di halaman 1dari 22

LAPORAN PBL

MODUL “PENDARAHAN KONTAK”

OLEH :

KELOMPOK 10

NUR NAZMI SAELAN C11108366 TITIS YUNVICASARI C11109307


NAJDAH HIDAYAH C11109107 ANGELA MICHELLE C11109326
WAHYUNI SURYA W C11109129 FAHMI AWALUDDIN C11109344
SUTOPO SIDIK L C11109149 IRA ANASTASYA C11109363
YURITSA LEONARD L C11109267 NUR RAISAH ULFAH C11109382
CAHYADI P. C11109287 HARLAN C11109405

SISTEM INDERA KHUSUS

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS HASANUDDIN

MAKASSAR

2011
PENDARAHAN KONTAK

Kata sulit : Perdarahan Kontak

Kata kunci :

1. Perempuan 45 tahun
2. Keluhan : Keluar darah dari jalan lahir sedikit-sedikit
3. Terutama setelah berhubungan dengan suami
4. Sebelumnya sering mengalami keputihan yang berbau

Pertanyaan :

1. Anatomi dan Histologi organ reproduksi wanita ?


2. Penyebab keputihan yang berbau ?
3. Patogenesis perdarahan kontak ?
4. Defrensial Diagnosis ?
a. Ca Serviks
b. NIS ( Neoplasia intrapitelial serviks )
c. Ca Vulva

Jawaban :

1. ORGANA GENITALIA FEMININA

Terdiri atas genitalia feminina interna


dan organa genitalia externa. Organa
genitalia interna terdiri dari :

1. Ovarium
2. Tuba uterina (Salpinx)
3. Uterus
4. Vagina
Organa genitalia externa atau pudendum
femininum, disebut juga vulva, terdiri dari :

1. Mons pubis
2. Labium majus pudendi
3. Labium minus pudendi
4. Vestibulum vaginae
5. Clitoris
6. Bulbus vestibuli
7. Glandula (GI) vestibularis major
8. Glandulae (GII) vestibulares minores.
Ovarium, tuba uterina, uterus dan sebagian dari vagina berada di dalam cavitas pelvis.
Sebagian dari vagina berada pada perineum. Vulva terletak di sebelah ventral dan caudal dari
symphysis osseum pubis.

OVARIUM

MORFOLOGI dan LOKALISASI

Ovarium adalah suatu organ yang homolog dengan testis. Pada wanita nullipara
ovarium terletak di dalam fossa ovarica, yang berada pada dinding lateral pelvis. Letaknya
setinggi spina iliaca anterior superior, difiksasi pada uterus, sehingga posisinya dapat berubah
mengikuti perubahan-perubahan yang terjadi pada uterus. Fossa ovarica dibatasi di bagian
anterior sisa arteria umbilicalis, di bagian dorsal oleh ureter dan arteria iliaca interna.

Sebelum mengalami ovulasi pertama, permukaan ovarium halus dan berwarna pink,
setelah mengalami beberapa kali ovulasi maka permukaannya menjadi kasar oleh karena
jaringan ikat yang mengisi follicle terkait, berwarna abu-abu.

Ukuran panjang ovarium adalah kira-kira 4 cm, lebar 2 cm dan tebal 1 cm, berat 7
gram, dipengaruhi oleh usia dan cyclus menstruasi.

Sumbu panjang ovarium terletak hampir vertikal, mempunyai facies medialis dan
facies mesovaricus. Facies lateralis ditutupi oleh peritoneum parieta;e, dan di antara
keduanya ini terdapat jaringan extraperitoneal, yang sekaligus membungkus vasa obturatoria
dan nervus obturatorius. Facies medialis ditutupi oleh tuba uterina.

Margo anterior atau margo mesovaricus melekat pada mesovarium dan menghadap ke arah
sisa arteria umbilicalis. Pada margo tersebut terdapat hilum ovarii, yaitu tempat masuk
keluarnya vasa ovarica, pembuluh lymphe dan nervus ovaricus.

Margo liber atau margo posterior berhubungan dengan tuba uterina dan ureter. Extremitas
tubaria (tubale) atau extramitas superior mempunyai hubungan erat dengan tuba uterina
melalui ligamentum suspensorium ovarii. Di dalam ligamentum tersebut terdapat vasa
ovarica dan plexus nervosus. Extramitas uterina atau extramitas inferior difiksasi oleh
ligamentum ovarii proprium pada tempat bermuara tuba uterina pada corpus uteri.

TUBA UTERINA (= TUBA FALLOPII )

MORFOLOGI dan LOKALISASI

Dalam bahasa Yunani tuba uterina disebut salpinx yang berarti terompet atau tuba. Di
klinik radang pada tuba uterina disebut salpingitis. Ada dua buah tuba uterina yang berfungsi
tempat mengalir ovum ( oocyte ) dari ovarium menuju ke uterus. Fertilisasi terjadi pada tuba
uterina. Tuba uterina terletak pada margo superior ligamentum latum uteri dan berada di
antara kedua lembaran ligamentum tersebut, mempunyai ukuran panjang kira-kira 10 cm,
berjalan ke lateral dari uterus menuju ke extremitas uterina ovarii. Lalu berjalan di cranialis
margo mesovarium, melengkung di sebelah cranial extremitas tubaria ovarii, berakhir pada
margo liber dan faciess medialis ovarii.
Terbagi menjadi empat bagian, yaitu :

1. Pars uterina, berada didalam dinding uterus, berakhir didalam cavitas uteri, di
tempat ini terdapat ostium uterinum tubae ;
2. Isthmus tubae uterinae adalah bagian yang paling sempit dan mempunyai dinding
yang lebih tebal daripada ampulla ;
3. Ampulla tubae uterinae, merupakan bagian yang paling panjang dan paling lebar,
bentuk berkelok-kelok, mempunyai dinding yang relatif tipis, di tempat ini terjadi
fertilisasi ;
4. Infudibulum tubae uterinae, padda ujung terminalnya terdapat ostium abdominale
tubae uterinae, mempunyai diameter 2 cm, dilalui oleh ovum, melalui ostium ini
terjadi hubungan antara cavitas peritonealis dengan dunia luar. Pada ostium
abdominale tubae uterrinae terdapat fimbriae tubae, beupa tonjolan-tonjolan kecil,
irregular, dan salah satu tonjolan mempunyai bentuk yang lebih daripada yang
lainnya, disebut fimbria ovarica, sering melekat pada extremitas tubaria ovarii.

UTERUS

MORFOLOGI dan LOKALISASI

Dalam bahasa Yunani uterus disebut hystera. Uterus adalah organ muscular,
berdinding tebal, mempunyai bentuk seperti buah peer. Mempunyai ukuran panjang 7,5 cm,
lebar 5 cm dan tebal 3 – 4 cm. Pada wanita yang pernah melahirkan maka ukuran-ukuran
tersebut menjadi lebih besar. Permukaan anterior datar, ditempati oleh vesica urinaria,
dinamakan facies vesicalis. Permukaan dorsal berbentuk konveks, disebut facies intestinalis.
Pada tepi lateral uterus terdapat ligamentum latum uteri.

Uterus terletak di dalam cavitas pelvis, membentuk sudut 90 derajat dengan vagina;
posisi ini disebut angle of anteversion. Letak uterus tidak tepat pada linea mediana, banyak
kali berada di sebelah kanan. Posisi uterus sangat bervariasi baik dalam ukuran, bentuk,
lokalisasi maupun struktur, yang dipengaruhi oleh usia, kondisi gravid dan keadaan organ-
organ yang berada disekitarnya, seperti vesica urinaria dan rectum.

Uterus dibagi menjadi empat bagian, sebagai berikut :

1. Fundus uteri yang letaknya di bagian cranial dan mempunyai permukaan yang
bundar ;
2. Corpus uteri, merupakan bagian yang palaing utama, terletak menghadap ke arah
caudal dan dorsal. Facies vesicalis uteri dipisahkan dari vesica urinaria oleh spatium
uterovesicalis. Facies intestinalis uteri dipisahkan dari colon sigmoideum di bagian
cranial dan dorsal oleh excavatio rectouterina. Pada margo lateralis melekat
ligamentum latum uteri ;
3. Isthimus uteri, bagian ini mengecil, panjang kira-kira 1 cm. Pada waktu gravid
bagian ini menjadi bagian dari corpus uteri, yang klinik disebut “ lower uterina
segment “ ;
4. Cervix uteri, letak mengarah ke caudal dan dorsal. Merupakan bagian yang terletak
di antara isthimus uteri dan vagina. Dibagi dua bagian oleh dinding anterior vagina
menjadi portio supravaginalis (cervicis) dan portio vaginalis (cervicis).
(a) Portio supravaginalis dipisahkan dari vesica urinaria oleh jaringan ikat
longgar, dan dari rectum oleh excavatio rectouterina (= cavum Douglassi ).
disebelah lateralnya terdapat ureter dan arteria uterina
(b) Portio vaginalis meluas kedalam vagina. Di ujungnya terdapat orificium
externum uteri. Bagian anteriornya membentuk labium anterius dan bagian
posterior membentuk labium posterius.

Di dalam cervix terdapat canalis cervicis uteri yang sempit di bagian caudal. Pada
dinding anterior dan dinding posterior terdapat lipatan mucosa yang dinamakan plica
palmata, letaknya sedemikian rupa sehingga tidak saling bertemu. Imp,antasi terjadi pada
dinding uterus. Di dalam uterus terdapat cavitas uteri, yang bersama-sama dengan vagina
membentuk jalan lahir. Posisi uterus adalah anteversi ( posisi uterus terhadap vagina) dan
anteflexi (posisi corpus uteri terhadap cervix).

Spatium uterovesicalis dibentuk oleh reflexi peritoneum dari facies posterior vesica
urinaria, menuju ke isthmus uteri, lalu berjalan ke cranial pada facies vesicalis corpus uteri.
Setelah membungkus fundus, peritoneum berjalan ke caudal pada facies intestinalis sampai di
bagian dorsal cervix uteri dan pars cranialis vagina, kemudian menutupi facies ventralis
rectum, lekukan inimembentuk excavatio rectouterina.

VAGINA

MORFOLOGI dan LOKALISASI

Vagina ( L. = sheath ) adalah sebuah “organ of copulation” selain itu berfungsi juga
untuk jalan lahir dan sebagi saluran untuk mengeluarkan darah menstruasi. Saluran vagina
mempunyai hubungan dengan cavitas uteri, dan ke arah caudal bermuara pada vestibulum
vaginae, suatu ruangan yang terletak di antara kedua labia minora pudendi, melalui ostium
vaginae.

Kedudukan vagina adalah caudo-ventral pada satu bidang yang kira-kira paralel
dengan apertura pelvis superior, membentuk sudut sebesar 60 derajat dengan bidang
horizontal. Apabila vesica urinaria dalam keadaan kosong, maka axis vagina membentuk
sudut kira-kira 90 derajat dengan sumbu uterus. Dengan bertambahnya volume vesica
urinaria maka sudut tersebut tadi menjadi bertambah besar.

Vagina sangat elastis, terutama bagian yang berada di sebelah cranial diaphragma
pelvis. Lumen vagina berbentuk huruf “H” pada penampang melintang. Facies interna
dinding anterior (= paries anterior ) dan facies interna dinding posterior (= paries posterior )
letak saling bersentuhan. Baik pada paries anterior maupun paries posterior terdapat tonjolan
longitudinal, disebut columna rugarium anterior dan columna rugarium posterior. Ujung
caudal columna rugarium anterior membentuk penonjolan yang disebut carina urethalis
vaginae. Mucosa dinding vagina membentuk lipatan-lipatan horizontal yang dinamakan
rugae vaginales.
Dinding anterior ditembusi oleh cervix uteri, mempunyai ukuran panjang sebesar 1,5
cm, dan dinding posterior berukuran 9 cm. Dinding lateral di bagian cranial difiksasi pada
ligamentum cervicale laterale dan di bagian caudal difiksasi pada diaphragma pelvis.

Cekungan yang terbentuk antara portio vaginalis cervicis dan dinding vagina, disebut
fornix vaginae, yang dapat dibagi menjadi fornix anterior, fornix posterior dan fornix lateral.
Fornix superior membentuk cekungna yang paling dalam dan dindingnya berhubungan
dengan peritoneum yang membeatasi excavatio rectouterina. Pada fornix lateral terdapat
ligamentum latum uteri, arteria uterina dan ureter.

Pada nullipara (= virgin) terdapat hymen, yaitu lipatan mucosa yang terdapat pada
ujung vagina ketika bermuara kedalam vestibulum vaginae. Lipatan di bagian posterior lebih
besar daripada lipatan di bagian anterior. Ada berbagai bentuk hymen, seperti cincin
(anularis), seminularis, cribriformis, fimbriatus dan imperforatus. Apabila hymen robek, pada
coitus pertama, maka sisa-sisanya yang masih tertinggal disebut carunculae hymenalis (perlu
dibedakan dari hymen fimbriatus).

Dinding anterior di bagian cranial (1/3 bagian) mempunyai hubungan dengan basis
vesica urinaria, dan di bagian caudal (2/3 bagian) bersatu dengan dinding posterior urethra.
Orifium vaginae berada di bagian dorsal dari ostium urethrae externum. Dinding dorsal
dibagian cranial mempunyai hubungan dengan excavatio rectouterina, di bagian caudal
dipisahkan dari rectum oleh jaringan ikat.

Di bagian lateral dan cranial vagina mempunyai hubungan dengan jaringan ikat yang
mengandung plexus venosus vaginalis, kedua ureter, a.uterina dan beberapa ligamenta.
M.pubococcygeus membungkus vagina kira-kira 3 cm di sebelah cranial orificium vaginae,
dan berperan sebagai sphincter. Selanjutnya vagina berjalan menembusi diaphragma
urogenitale dan dinding lateralnya mengadakan hubungan dengan bulbus vestibuli,
m.bulbospongiosus dan glandula vestibularis major (= Bartholini), bagian ini merupakan
bagian yang paling sempit. Bagian caudal vagina bersatu dengan centrum tendineum.

VULVA

ORGANA GENITALIS FEMINA EXTERNA

Nama lain adalah pudendum, terdiri


atas beberapa organ.

MONS PUBIS

Mons pubis adalah suatu penonjolan


yang berada di sebelah ventral symphysis
osseum pubis, dibentuk oleh jaringan lemak.
Pada usia pubertas mons pubis (= mons
veneris) ditumbuhi rambut yang kasar dan membentuk batas cranial yang horizontal.

LABIUM MAJUS PUDENDI

Terdiri dari dua buah labia majora, dibentuk oleh lipatan kulit, yang terletak
(mengarah) caudo-dorsal, mulai dari mons pubis. Kedua labia majora ini membatasi suatu
celah yang dinamakan rima pudendi.

Pada facies externa terdapat banyak pigmen, ditumbuhi rambut pada usia
pubertas,mengandung banyak kelenjar sebacea dan kelenjar keringat. Facies internanya licin
dan tidak ditumbuhi rambut. Labium majus pudendi sinister dan labium majus pudendi dexter
bertemu di bagian anterior membentuk commissura labiorum anterior. Di bagian posterior
ujung labia majora bertemu dengan penonjolan centrum tendineum perinei membentuk
commissura labiorum posterior. Jaringan subcutaneus mengandung banyak lemak,
mempunyai hubungan dengan jaringan subcutaneus regio urogenitale, mons pubis dan
dinding ventral abdomen. Pada labium majus pudendi melekat ligamentum teres uteri, dan
labium majus pudendi homolog dengan scrotum.

2. Penyebab keputihan:
a. Vaginitis atrofik (pada wanita yang telah menopause dan memiliki kadar estrogen
rendah).
b. Vaginosis bakteri / Bacterial Vaginosis (BV): bakteri yang merupakan flora
normal vagina tumbuh secara berlebihan, sehingga menyebabkan discharge yang
keabu-abuan dan berbau amis yang bertambah parah setelah hubungan seksual.
BC tidak selalu terjadi karena hubungan seksual.
c. Kanker vagina atau kanker serviks (jarang menyebabkan discharge berlebihan).
d. Chlamydia
e. Vaginitis deskuatif dan liken planus.
f. Benda asing (tampon yang tertinggal).
g. Gonorrhea.
h. Trichomoniasis.
i. Infeksi jamur pada vagina.
j. Infeksi dan penyakit menular seksual lainnya.

3. Patogenesis Perdarahan kontak

Neoplasma → neovaskularisasi & desquamasi epitel → epitel berkurang → mudah terjadi perdarahan
ketika ada factor yang menyebabkan perdarahan (mis : kontak)

4. Deferensial Diagnosis ?
a. Ca Serviks
DEFINISI
Kanker serviks adalah keganasan yang terjadi pada leher rahim. Kanker serviks
disebut juga kanker leher rahim atau kanker mulut rahim dimulai pada lapisan serviks.
Kanker serviks terbentuk sangat perlahan. Pertama, beberapa sel berubah dari normal
menjadi sel-sel pra-kanker dan kemudian menjadi sel kanker. Ini dapat terjadi bertahun-
tahun, tapi kadang-kadang terjadi lebih cepat. Perubahan ini sering disebut displasia. Mereka
dapat ditemukan dengan tes Pap Smear dan dapat diobati untuk mencegah terjadinya kanker.
EPIDEMIOLOGI

Jumlah prevalensi wanita pengidap kanker serviks di Indonesia terbilang cukup besar.
Setiap hari, ditemukan 40-45 kasus baru dengan jumlah kematian mencapai 20-25 orang.
Sementara jumlah wanita yang berisiko mengidapnya mencapai 48 juta orang. Beberapa
peneliti berpikir bahwa kanker serviks non-invasif (yang hanya terjadi di leher rahim ketika
ditemukan) adalah sekitar 4 kali lebih umum daripada jenis kanker serviks yang invasif.
Ketika ditemukan dan diobati secara dini, kanker serviks seringkali dapat disembuhkan.

Kanker serviks cenderung terjadi pada wanita paruh baya. Kebanyakan kasus ditemukan
pada wanita yang dibawah 50 tahun. Ini jarang terjadi pada wanita muda (usia 20 tahunan).
Banyak wanita tidak tahu bahwa ketika menjadi tua, mereka masih beresiko terkena kanker
serviks. Itulah sebabnya penting bagi wanita lebih tua untuk tetap menjalani tes Pap Smear
secara teratur

FAKTOR RESIKO

Infeksi Virus Human Papilloma (HPV)

Pada kanker serviks, faktor risiko yang terpenting adalah infeksi HPV (human
papilloma virus). HPV adalah sekelompok lebih dari 100 virus yang berhubungan yang dapat
menginfeksi sel-sel pada permukaan kulit, ditularkan melalui kontak kulit seperti vaginal,
anal, atau oral seks. Virus HPV berisiko rendah dapat menimbulkan genital warts (penyakit
kutil kelamin) yang dapat sembuh dengan sendirinya dengan kekebalan tubuh. Namun pada
Virus HPV berisiko tinggi tipe (tipe 16, 18, 31, 33 and 45), virus ini dapat mengubah
permukaan sel-sel vagina. Bila tidak segera terdeteksi dan diobati, infeksi Virus HPV ini
dalam jangka panjang dapat menyebabkan terbentuknya sel-sel pra kanker serviks.

Melakukan hubungan seks tidak aman terutama pada usia muda atau memiliki banyak
pasangan seks, memungkinkan terjadinya infeksi HPV. Tiga dari empat kasus baru infeksi
virus HPV menyerang wanita muda (usia 15-24 tahun). Infeksi Virus HPV dapat terjadi
dalam 2-3 tahun pertama mereka aktif secara seksual. Pada usia remaja (12-20 tahun) organ
reproduksi wanita sedang aktif berkembang. Rangsangan penis/sperma dapat memicu
perubahan sifat sel menjadi tidak normal, apalagi bila terjadi luka saat berhubungan seksual
dan kemudian infeksi Virus HPV. Sel abnormal inilah yang berpotensi tinggi menyebabkan
kanker serviks. Saat ini sudah ada beberapa vaksin yang mencegah terjadinya infeksi dari
beberapa jenis HPV.

Faktor Resiko Lainnya

Merokok: Wanita yang merokok berada dua kali lebih mungkin mendapat kanker serviks
dibandingkan mereka yang tidak. Rokok mengandung banyak zat racun/kimia yang dapat
menyebabkan kanker paru. Zat-zat berbahaya ini dibawa ke dalam aliran darah ke seluruh
tubuh ke organ lain juga. Produk sampingan (by-products) rokok seringkali ditemukan pada
mukosa serviks dari para wanita perokok.
Infeksi HIV: HIV (human immunodeficiency virus) adalah virus yang menyebabkan penyakit
AIDS- tidak sama dengan HPV. Ini dapat juga menjadi faktor resiko kanker serviks.
Memiliki HIV agaknya membuat sistem kekebalan tubuh seorang wanita kurang dapat
memerangi baik infeksi HPV maupun kanker-kanker pada stadium awal.

Infeksi Klamidia : Ini adalah bakteri yang umum menyerang organ wanita, tersebar melalui
hubungan seksual. Seorang wanita mungkin tidak tahu bahwa ia terinfeksi kecuali dilakukan
tes untuk klamidia selama pemeriksaan panggul. Beberapa riset menemukan bahwa wanita
yang memiliki sejarah atau infeksi saat ini berada dalam resiko kanker serviks lebih tinggi.
Infeksi dalam jangka panjang juga dapat menyebabkan masalah serius lainnya.

Diet : Apa yang Anda makan juga dapat berperan. Diet rendah sayuran dan buah-buahan
dapat dikaitkan dengan meningkatnya resiko kanker seviks. Juga, wanita yang obes/gemuk
berada pada tingkat resiko lebih tinggi.

Pil KB: Penggunaan pil KB dalam jangka panjang dapat meningkatkan resiko terjadinya
kanker serviks. Riset menemukan bahwa resiko kanker serviks meningkat sejalan dengan
semakin lama wanita tersebut menggunakan pil kontrasepsi tersebut dan cenderung menurun
pada saat pil di-stop. Anda harus membicarakan dengan dokter Anda tentang pro kontra
penggunaan pil KB dalam kasus Anda. Memiliki Banyak Kehamilan: Wanita yang menjalani
3 atau lebih kehamilan utuh memiliki peningkatan resiko kanker serviks. Tidak ada yang tahu
mengapa ini dapat terjadi.

Hamil pertama di usia muda: Wanita yang hamil pertama pada usia dibawah 17 tahun hampir
selalu 2x lebih mungkin terkena kanker serviks di usia tuanya, daripada wanita yang
menunda kehamilan hingga usia 25 tahun atau lebih tua

Penghasilan rendah: Wanita miskin berada pada tingkat resiko kanker serviks yang lebih
tinggi. Ini mungkin karena mereka tidak mampu untuk memperoleh perawatan kesehatan
yang memadai, seperti tes Pap Smear secara rutin.

DES (diethylstilbestrol): DES adalah obat hormon yang pernah digunakan antara tahun 1940-
1971 untuk beberapa wanita yang berada dalam bahaya keguguran. Anak-anak wanita dari
para wanita yang menggunakan obat ini, ketika mereka hamil berada dalam resiko terkena
kanker serviks dan vagina sedikit lebih tinggi.

Riwayat Keluarga: Kanker serviks dapat berjalan dalam beberapa keluarga. Bila Ibu atau
kakak perempuan Anda memiliki kanker serviks, resiko Anda terkena kanker ini bisa 2 atau
3x lipat dari orang lain yang bukan. Ini mungkin karena wanita-wanita ini kurang dapat
memerangi infeksi HPV daripada wanita lain pada umumnya.

GEJALA KLINIS
■ Pendarahan vagina yang bersifat abnormal, seperti perdarahan setelah bersenggama,
pendarahan setelah menopause, perdarahan dan bercak darah antar periode
menstruasi, dan periode menstruasi yang lebih lama atau lebih berat dari biasanya.
Pendarahan setelah douching, atau setelah pemeriksaan panggul merupakan gejala
umum kanker serviks tetapi bukan pra-kanker.
■ Keputihan yang tidak normal dari vagina, dengan ciri diantaranya: kental, warna
kuning/kecoklatan, dapat berbau busuk dan/atau gatal
■ Rasa sakit saat bersenggama

DIAGNOSIS

Pemeriksaan lainnya, antara lain:


1. Colposcopy, yaitu teropong leher rahim.
2. Cone Biopsi, merupakan pengambilan sedikit jaringan serviks untuk diteliti oleh ahli
patologi.
3. Tes penanda tumor SCC melalui pengambilan sample darah

Cystoscopy, Proktoskopi, dan pemeriksaan di bawah anestesi

Ini adalah prosedur yang paling sering dilakukan pada wanita yang memiliki tumor
besar. Prosedur ini tidak diperlukan jika kanker tersebut diketahui pada tahap dini.

Cystoscopy: tabung tipis berlensa cahaya dimasukkan ke dalam kandung kemih melalui
uretra untuk mengetahui apakah kanker telah berkembang ke daerah ini. Sample biopsy juga
bisa diambil sekaligus. Cystoscopy memerlukan anestesi bius total.

Proktoskopi: tabung tipis terang digunakan untuk memeriksa penyebaran kanker serviks ke
area anus Anda.

Pemeriksaan panggul:Dokter juga dapat melakukan pemeriksaan panggul (di bawah anestesi)
untuk mengetahui apakah kanker telah menyebar melampaui daerah leher rahim.

STADIUM

Stadium kanker adalah cara untuk merangkum seberapa jauh kanker telah menyebar.
Ada 2 sistem yang digunakan pada umumnya untuk memetakan stadium kanker serviks, yaitu
sistem FIGO (Federasi Internasional Ginekologi dan Obstetri) dan sistem TNM Kanker,
keduanya sangat mirip. Kedua pemetaan ini mengelompokkan kanker serviks berdasarkan 3
faktor: ukuran/besar tumor (T), apakah kanker telah menyebar ke kelenjar getah bening (N)
dan apakah telah menyebar ke tempat jauh (M).

Dalam sistem AJCC, stadium menggunakan angka Romawi 0 s/d IV (0-4). Secara umum,
angka yang lebih rendah menunjukkan semakin kecil kemungkinan kanker telah menyebar.
Angka yang lebih tinggi, seperti stadium IV (4) menunjukkan kanker yang lebih serius.

 Stadium 0 (Carsinoma in Situ): Sel-sel kanker serviks hanya ditemukan di lapisan


terdalam leher rahim
 Stadium I: kanker ditemukan pada leher rahim saja.
 Stadium II: kanker telah menyebar di luar leher rahim tetapi tidak ke dinding
panggul atau sepertiga bagian bawah vagina.
 Stadium III: kanker serviks telah menyebar ke sepertiga bagian bawah vagina,
mungkin telah menyebar ke dinding panggul, dan/atau telah menyebabkan ginjal
tidak berfungsi
 Stadium IV: kanker serviks telah menyebar ke kandung kemih, rektum, atau bagian
lain dari tubuh (paru-paru, tulang, liver, dll)

PENATALAKSANAAN

Tiga jenis utama dari pengobatan untuk kanker serviks adalah operasi, radioterapi, dan
kemoterapi. Stadium pra kanker hingga 1A biasanya diobati dengan histerektomi. Bila pasien
masih ingin memiliki anak, metode LEEP atau cone biopsy dapat menjadi pilihan.

Untuk stadium IB dan IIA kanker serviks:


1. Bila ukuran tumor < 4cm: radikal histerektomi ataupun radioterapi dengan/tanpa
kemo
2. Bila ukuran tumor >4cm: radioterapi dan kemoterapi berbasis cisplatin, histerektomi,
ataupun kemo berbasis cisplatin dilanjutkan dengan histerektomi

Kanker serviks stadium lanjut (IIB-IVA) dapat diobati dengan radioterapi dan kemo
berbasis cisplatin. Pada stadium sangat lanjut (IVB), dokter dapat mempertimbangkan kemo
dengan kombinasi obat, misalnya hycamtin dan cisplatin. Jika kesembuhan tidak
dimungkinkan, tujuannya pengobatan adalah untuk mengangkat atau menghancurkan
sebanyak mungkin sel-sel kanker. Kadang-kadang pengobatan ditujukan untuk mengurangi
gejala-gejala. Hal ini disebut perawatan paliatif.

Pembedahan untuk Kanker Serviks

Ada beberapa jenis operasi untuk kanker serviks. Beberapa melibatkan pengangkatan
rahim (histerektomi), yang lainnya tidak. Daftar ini mencakup jenis operasi yang paling
umum untuk kanker serviks.

Cryosurgery

Sebuah probe metal yang didinginkan dengan nitrogen cair dimasukkan ke dalam vagina
dan pada leher rahim. Ini membunuh sel-sel abnormal dengan cara membekukan mereka.
Cryosurgery digunakan untuk mengobati kanker serviks yang hanya ad adi dalam leher rahim
(stadium 0), tapi bukan kanker invasif yang telah menyebar ke luar leher rahim.

Bedah Laser

Sebuah sinar laser digunakan untuk membakar sel-sel atau menghapus sebagian kecil dari
jaringan sel rahim untuk dipelajari. Pembedahan laser hanya digunakan sebagai pengobatan
untuk kanker serviks pra-invasif (stadium 0).

Konisasi

Sepotong jaringan berbentuk kerucut akan diangkat dari leher rahim. Hal ini dilakukan
dengan menggunakan pisau bedah atau laser tau menggunakan kawat tipis yang dipanaskan
oleh listrik (prosedur ini disebut LEEP atau LEETZ). Pendekatan ini dapat digunakan untuk
menemukan atau mengobati kanker serviks tahap awal (0 atau I). Hal ini jarang digunakan
sebagai satu-satunya pengobatan kecuali untuk wanita dengan kanker serviks stadium dini
yang mungkin ingin memiliki anak. Setelah biopsi, jaringan (berbentuk kerucut) diangkat
untuk diperiksa di bawah mikroskop. Jika batas tepi dari kerucut itu mengandung kanker atau
pra-sel kanker, pengobatan lebih lanjut akan diperlukan untuk memastikan bahwa seluruh sel-
sel kankernya telah diangkat.

Histerektomi

Histerektomi sederhana: Rahim diangkat, tetapi tidak mencakup jaringan yang berada di
dekatnya. Baik vagina maupun kelenjar getah bening panggul tidak diangkat. Rahim dapat
diangkat dengan cara operasi di bagian depan perut (perut) atau melalui vagina. Setelah
operasi ini, seorang wanita tidak bisa menjadi hamil. Histerektomi digunakan untuk
mengobati beberapa kanker serviks stadium awal (I). Hal ini juga digunakan untuk stadium
pra-kanker serviks (o), jika sel-sel kanker ditemukan pada batas tepi konisasi.

Histerektomi radikal dan diseksi kelenjar getah bening panggul: pada operasi ini, dokter
bedah akan mengangkat seluruh rahim, jaringan di dekatnya, bagian atas vagina yang
berbatasan dengan leher rahim, dan beberapa kelenjar getah bening yang berada di daerah
panggul. Operasi ini paling sering dilakukan melalui pemotongan melalui bagian depan perut
dan kurang sering melalui vagina. Setelah operasi ini, seorang wanita tidak bisa menjadi
hamil. Sebuah histerektomi radikal dan diseksi kelenjar getah bening panggul adalah
pengobatan yang umum digunakan untuk kanker serviks stadium I, dan lebih jarang juga
digunakan pada beberapa kasus stadium II, terutama pada wanita muda.

Dampak seksual dari histerektomi: Setelah histerektomi, seorang wanita masih dapat
merasakan kenikmatan seksual. Seorang wanita tidak memerlukan rahim untuk mencapai
orgasme. Jika kanker telah menyebabkan rasa sakit atau perdarahan, meskipun demikian,
operasi sebenarnya bisa memperbaiki kehidupan seksual seorang wanita dengan cara
menghentikan gejala-gejala ini.

Trachelektomi

Sebuah prosedur yang disebut trachelectomy radikal memungkinkan wanita muda tertentu
dengan kanker stadium awal untuk dapat diobati dan masih dapat mempunyai anak. Metode
ini melibatkan pengangkatan serviks dan bagian atas vagina dan meletakkannya pada jahitan
berbentuk seperti kantong yang bertindak sebagai pembukaan leher rahim di dalam rahim.
Kelenjar getah bening di dekatnya juga diangkat. Operasi ini dilakukan baik melalui vagina
ataupun perut.

Setelah operasi ini, beberapa wanita dapat memiliki kehamilan jangka panjang dan
melahirkan bayi yang sehat melalui operasi caesar. Dalam sebuah penelitian, tingkat
kehamilan setelah 5 tahun lebih dari 50%, namun risiko keguguran lebih tinggi daripada
wanita normal pada umumnya. Risiko kanker kambuh kembali sesudah pendekatan ini cukup
rendah.

Ekstenterasi Panggul

Selain mengambil semua organ dan jaringan yang disebutkan di atas, pada jenis operasi ini:
kandung kemih, vagina, dubur, dan sebagian usus besar juga diangkat. Operasi ini digunakan
ketika kanker serviks kambuh kembali setelah pengobatan sebelumnya. Jika kandung kemih
telah diangkat, sebuah cara baru untuk menyimpan dan membuang air kecil diperlukan.
Sepotong usus pendek dapat digunakan untuk membuat kandung kemih baru. Urine dapat
dikosongkan dengan menempatkan sebuah tabung kecil (disebut kateter) ke dalam lubang
kecil di perut tersebut (disebut: urostomi). Atau urin bisa mengalir ke kantong plastik kecil
yang ditempatkan di bagian depan perut.

Jika rektum dan sebagian usus besar diangkat, sebuah cara baru untuk melewati
kotoran/feses diperlukan. Hal ini dilakukan dengan kolostomi, yaitu dibuat lubang
pembukaan di perut dimana kotoran dapat dikeluarkan. Atau ahli bedah mungkin dapat
menyambung kembali usus besar sehingga tidak ada kantung di luar tubuh yang diperlukan.
Jika vagina diangkat, sebuah vagina baru yang terbuat dari kulit atau jaringan lain dapat
dibuat/direkonstruksi.

Diperlukan waktu lama, 6 bulan atau lebih, untuk pulih dari operasi ini. Beberapa
mengatakan butuh waktu sekitar 1-2 tahun untuk benar benar menyesuaikan diri dengan
perubahan radikal ini. Namun wanita yang pernah menjalani operasi ini tetap dapat menjalani
kehidupan bahagia dan produktif. Dengan latihan dan kesabaran, mereka juga dapat memiliki
gairah seksual, kesenangan, dan orgasme.

Radioterapi untuk Kanker Serviks

Radioterapi adalah pengobatan dengan sinar berenergi tinggi (seperti sinar-X) untuk
membunuh sel-sel kanker ataupun menyusutkan tumornya. Sebelum radioterapi dilakukan,
dilakukan pemeriksaan darah untuk mengetahui ada anemia. Penderita kanker serviks yang
mengalami perdarahan pada umumnya menderita anemia. Untuk itu, transfusi darah mungkin
diperlukan sebelum radioterapi dijalankan.

Pada kanker serviks stadium awal, biasanya dokter akan memberikan radioterapi (external
maupun internal). Kadang radioterapi juga diberikan sesudah pembedahan. Akhir-akhir ini,
dokter seringkali melakukan kombinasi terapi (radioterapi dan kemoterapi) untuk mengobati
kanker serviks yang berada antara stadium IB hingga IVA. Yaitu, antara lain bila ukuran
tumornya lebih besar dari 4 cm atau bila kanker ditemukan telah menyebar ke jaringan
lainnya (di luar serviks), misalnya ke kandung kemih atau usus besar.
Radioterapi ada 2 jenis, yaitu radioterapi eksternal dan radioterapi internal. Radioterapi
eksternal berarti sinar X diarahkan ke tubuh Anda (area panggul) melalui sebuah mesin besar.
Sedangkan radioterapi internal berarti suatu bahan radioaktif ditanam ke dalam rahim/leher
rahim Anda selama beberapa waktu untuk membunuh sel-sel kankernya. Salah satu metode
radioterapi internal yang sering digunakan adalah brachytherapy.

Brachytherapy untuk Kanker Serviks

Brachytherapy telah digunakan untuk mengobati kanker serviks sejak awal abad ini.
Pengobatan yang ini cukup sukses untuk mengatasi keganasan di organ kewanitaan. Baik
radium dan cesium telah digunakan sebagai sumber radioaktif untuk memberikan radiasi
internal. Sejak tahun 1960-an di Eropa dan Jepang, mulai diperkenalkan sistem HDR(high
dose rate) brachytherapy.

HDR brachytherapy diberikan hanya dalam hitungan menit. Untuk mencegah komplikasi
potensial dari HDR brachytherapy, maka biasanya HDR brachytherapy diberikan dalam
beberapa insersi. Untuk pasien kanker serviks, standar perawatannya adalah 5 insersi. Waktu
dimana aplikator berada di saluran kewanitaan (vagina, leher rahim dan/atau rahim) untuk
setiap insersi adalah sekitar 2,5 jam. Untuk pasien kanker endometrium yang menerima
brachytherapy saja atau dalam kombinasi dengan radioterapi external, maka diperlukan total
2 insersi dengan masing-masing waktu sekitar 1 jam.

Keuntungan HDR brachytherapy adalah antara lain: pasien cukup rawat jalan, ekonomis,
dosis radiasi bisa disesuaikan, tidak ada kemungkinan bergesernya aplikator. Yang cukup
memegang peranan penting bagi kesuksesan brachytherapy adalah pengalaman dokter yang
menangani.

Efek Samping Radioterapi Ada beberapa efek samping dari radioterapi, yaitu:

 Kelelahan
 Sakit maag
 Sering ke belakang (diare)
 Mual
 Muntah
 Perubahan warna kulit (seperti terbakar)
 Kekeringan atau bekas luka pada vagina yang menyebabkan senggama menyakitkan
 Menopause dini
 Masalah dengan buang air kecil
 Tulang rapuh sehingga mudah patah tulang
 Rendahnya jumlah sel darah merah (anemia)
 Rendahnya jumlah sel darah putih
 Pembengkakan di kaki (disebut lymphedema)

Kemoterapi untuk Kanker Serviks


Kemoterapi adalah penggunaan obat-obatan untuk membunuh sel-sel kanker. Biasanya
obat-obatan diberikan melalui infuse ke pembuluh darah atau melalui mulut. Setelah obat
masuk ke aliran darah, mereka menyebar ke seluruh tubuh. Kadang-kadang beberapa obat
diberikan dalam satu waktu. Kemoterapi dapat menyebabkan efek samping. Efek samping
ini akan tergantung pada jenis obat yang diberikan, jumlah/dosis yang diberikan, dan berapa
lama pengobatan berlangsung. Efek samping bisa termasuki:
 Sakit maag dan muntah (dokter bisa memberikan obat mual/muntah)
 Kehilangan nafsu makan
 Kerontokan rambut jangka pendek
 Sariawan
 Meningkatkan kemungkinan terjadinya infeksi (kekurangan sel darah putih)
 Pendarahan atau memar bila terjadi luka (akibat kurang darah)
 Sesak napas (dari rendahnya jumlah sel darah merah)
 Kelelahan
 Menopause dini
 Hilangnya kemampuan menjadi hamil (infertilitas)
b. NIS ( Neoplasia intrapitelial serviks )

DEFENISI

Neoplasia Intraepitelial Serviks (NIS) merupakan gangguan diferensiasi sel pada


lapisan skuamosa, dan mempunyai potensi menjadi karsinoma serviks/dysplasia (
pertumbuhan sel yang tidak normal) pada daerah leher rahim. NIS bukan kanker dan biasanya
dapat disembuhkan. Sebagian besar kasus NIS tetap stabil atau dieliminasi system kekebalan
tubuh tanpa intervensi. Namun sebagian kecil dapat menjadi kanker serviks jika tidak diobati.

 Neoplasia intraepitel serviks ini dibagi menjadi 3 tingkat yaitu :

1. NIS I, disebut juga displasia ringan.


2. NIS II, atau displasia sedang.
3. NIS III, atau displasia berat.Secara biologik dengan karsinoma insitutidak ada
perbedaan

ETIOLOGI

infeksi dengan strain resiko tinggi dari human papilloma virus. Virus ini
menyebabkan perubahan pada sel servik sehingga dapat terjadi cervical intraepithelial
neoplasia, yang selanjutnya dapat berkembang menjadi karsinoma servik. Wanita yang
memiliki banyak pasangan seksual (atau memiliki pasangan seksual yang memiliki banyak
pasangan seksual ) memiliki resiko tinggi.

Dikenal 150 jenis HPV dan 15 diantaranya di golongkan pada jenis resiko tinggi yaitu
: 16, 18, 31, 33, 35, 39, 45, 51, 52, 56, 58, 59, 68, 73, dan 82), Tipe 16 and 18 diketahui
merupakan penyebab dari 70% kasus karsinoma servik .

PATOMEKANISME

Mekanisme infeksi virus papilloma diawali dengan protein menempel pada dinding
sel dan mengekstraksi semua protein sel kemudian protein sel itu ditandai (berupa garis-
garis) berdasarkan polaritasnya. Jika polaritasnya sama denagn polaritas virus maka, dapat
dikatakan bahwa sel yang bersangkutan terinfeksi virus. Setelah itu, virus menginfeksikan
materi genetiknya ke dalam sel yang dapat menyebabkan terjadinya mutasi gen jika materi
genetik virus ini bertemu dengan materi genetik sel. Setelah terjadi mutasi, DNA virus akan
bertambah banyak seiring pertambahan jumlah DNA sel yang sedang bereplikasi. Ini
menyebabkan displasia (pertumbuhan sel yang tidak normal dengan cara virus masuk ke
dalam inti sel di leher rahim dan mengubah bentuk sel sehingga sel menjadi mudah rapuh dan
pertumbuhannya menjadi tidak beraturan) pada leher rahim (NIS) jadi bertambah banyak dan
tak terkendali sehingga menyebabkan kanker serviks.

GEJALA KLINIS

Sering kali dijumpai tanpa gejal-gejala, tetapi terkadang bisa juga djumpai gejal-gejala
seperti:

1. ƒ Kutil pada organ kelamin, dubur/anus atau pada permukaan vagina


2. ƒ Pendarahan yang tidak normal
3. ƒ Vagina menjadi gatal, panas atau sakit
4. ƒ leukorea

PEMERIKSAAN PENUNJANG

a. Sitologi/ Pap Smear berulang :

- Umur 30 – 40 thn, dilakukan setiap tahun

- Umur di atas 40 thn, sebaiknya dilakukan 6 bulan sekali

b. Pemeriksaan inspekulum

c. Pemeriksaan kolposkopi

d. Pemeriksaan biopsy lesi pada serviks

FAKTOR RESIKO

a) ƒ Wanita yang terinfeksi jenis HVP “ beresiko tinggi “ seperti16, 18, 31 atau 45
b) ƒ Wanita yang memiliki banyak pasangan seksual
c) ƒ Wanita yang merokok
d) ƒ Wanita yang imunodefisiensi
e) ƒ Wanita yang melahirkan sebelum usia 17 thn

PENATALAKSANAAN

 LOKAL : - Krioterapi
- Termokauter
- Konisasi
 PEMBEDAHAN : a. Konisasi : - Usia muda
- Ingin mempunyai anak

b. Histerektomi : - Multiparitas
- Usia di atas 40 thn
- Lesi dalam pada serviks
PROGNOSIS

Pada tahap lesi pra kanker bila penatalaksanaan tepat , mendekati kesembuhan 100%

C. Ca Vulva

Vulva mencakupn pubes, klitoris, labia mayor, labia minor, ostium uretra, hymen,
glandula vulvovaginal dan glandula parauretral. Vulva diselaputi kulit beralih ke epitel
transisional di iostium uretral dan epitel skuamosa nonkeratinisasi di vagina. Setiap bagian
vulva timbul tumor, yang tersering adalah karsinoma skuamosa.

EPIDEMIOLOGI

Tumor ganas primer vulva menempati 1% dari keganasan sistemik pada wanita,
menempati 3-5% dari keganasan sistemik genital wanita. Umumnya terjadi pada wanita
pasca menopause, puncak insiden pada usia 50-60 tahun. Belakanganlan ini karena banyak
wanita meningkat dalam status ekonomi dan pengetahuan, luasnya upaya penapisan dan
terapi, dengan semakin dalamnya penelitian atas tumor intraepidermis vulva dan kaitannya
dengan infeksi virus HPV semakin dipahami, kemajuan tekhnik kolpomegaloskopi, sehingga
kasus dini lebih banyak ditemukan, usia insiden menjadi lebih muda dari sebelumnya.

ETIOLOGI

Etiologi yang pasti belum jelas, dan dianggapa berkaitan dengan factor-faktor berikut ini :

INFEKSI VIRUS :

Meliputi pemeriksaan mikroskopelektron, imunohistologi dan teknik rekombinasi


DNA dll. Umunya orang beranggapan infeksi virus dan karsinoma vulva maupun tumor
intraepidermal vulva berkaitan erat, terytama adalah virus papilloma humanus (HPV).

DISTROFI VULVA :

Distrofi vulva mencakup liken sklerosus vulva, dysplasia hiperpaltik vulva dan lesi
campuran vulva, termasuk penykit kronis vulva, juga merupakan lesi prekanker dari
karsinoma sel skuamosa vulva, perkembangan dalam jangka panjang mungkin berubah
menjadi tumor epitel skuamosa vulva.

PENYAKIT MENULAR SEKSUAL :

Belakangan ini dengan meningkatanya keterbukaan dan tingkat transformasi bisnis


masyarakat, insiden penyakit menular seksual wanita terdapat tren kenaikan, termasuk
kondiloma akuminata, HSV2, gonore, sifilis, trikomoniasis, dll.

LAINNYA :

Factor etiologi lain mencakup rendahnya atau rudapaksa terhadap imunitas tubuh,
merokok dll.

PATOLOGI

Secara patologis terutama adalah karsinoma sel skuamosa, disusul melanomamalignum dan
adenokarsinoma, jenis lain yang relatif jarang ditemukan adalah karsinoma sel basal,
penyakit Paget dll.

1. Klasifikasi makroskopik.
Bentuk kembang kol 70%, ulseratif 14%, nodular 13%.
2. Karsinoma invasive superfisial atau karsinoma infasif dini vulva.
Yang dimaksud adalah diameter terbesar tumor tidak melebihi 2cm. kedalaman
invasive ≤ 1 mm. masih terdapat kontroversi perihal konsep ini..
3. Karakteristik drainase limfatik vulva dan metastasis limfogen karsinoma vulva.
 Karakteristik drainase limfatik : vasa limfatik labia mayor dan minor, klitoris,
vestibulum dll. Membentuk struktur jejaring, saling anastomosis, juga
berhubungan dengan sisi kontralateral, membentuk jaringan limfatik
superfisial, kemudian berkumpul menjadi beberapa pembuluh limfatik yang
lebih besar, mengalir kedalam kelenjar limfe masing-masing.
 Insiden metastasis limfogen: berbagai laporan insiden metastasis dari
karsinoma invasive stadium dini adalah 8,9%, sedangkan untuk karsinoma
invasive 23,7% hingga 48,8%.
 Factor yang mempengaruhi metastasis limfogen: lokasi lesi: kanker berlokasi
lateral pada stadium awal perjalanan penyakit, atau karsinoma invasive yang
superfisial, insiden metastasinya rendah; kanker nberlokasi di klitoris dan
daerah garis tengah lainnya, berinsiden metastasis tinggi. Ukuran lesi;
kebanyakan data menunjukkan, lesi semakin besar, invasive kemungkinan
semakin dalam, insiden metastasin limfogen makin tinggi. Tinkat diferensial:
makin buruk diferensiasi, insiden metastasis makin tinggi.

MANIFESTASI KLINIS

GEJALA :

 Pruritus : sebagian sangat besar pasien karsdinoma vulva menderita pruritus pada
waktu bersamaan atau sebelum timbul lesi. Itu biasanya bukan gejala dari kanker
vulva sendiri, tapi disebabkan oleh kondisi pendahuluannya atau penyakit yang
menyertai, misalnya liken sklerosus atrofikan vulva atau dysplasia hiperplastik vulva
yang dapat menimbulkan gatal.
 Dysuria : bila lesi timbul di vestibulum vulva, dapat timbul dysuria.
 Lainnya : sejalan progresi penyakit, di daerah lesi dapat timbul nyeri, perdarahan, dan
metastasis berikut gejala penyertanya. Nyeri pada tumor sendiri biasanya tidak parah,
bila disertai ulserasi, infeksi, nyeri menjadi lebih menonjol, bila menginvasi btulang
maka timbul nyeri hebat.

TANDA FISIK :

Karsinoma invasive stadium dini tidak memiliki tanda jelas. Ketika berkembang
menjadi lesi yang tampak dengan mata telanjang, bentuknya bervariasi, warnanya dapat
putih, abu-abu atau merah gelap, permukaan dapat kering dapat juga dengan secret dan
jaringan nekrotik. Lesi dapat soliter atau multiple. Karsinoma soliter dapat dibagi menjadi
jenis kembang kola tau jenis ulseratif. Karsinoma multiple menempati sekitar seperempat dari
karsinoma vulva, umumnya terdapat hiperpigmentasi vulva, sering juga terdapat penyakit
distrofik vulva, lesi difus. Dengan progresi penyakit, dapat timbul metastasis kelenjar limfe
inguinal unilateral atau bilateral, dengan palpasi dapat teraba nodul atau massa keras di
daerah tersebut, soliter atau menyatu menjadi gumpalan massa, bila disertai infeksi maka
timbul nyeri hebat.
DIAGNOSIS
Lesi karsinoma vulva terletak dipermukaan tubuh, berdasarkan anamnesis, gejala dan
tanda fisis, tidak sulit dalam diagnosis tumor klinis. Namun terhadap tumor subklinis,
karsinoma infasif stadium dini, terutama bila terdapat bersama dengan lesi jinak kronis
tertentu seperti liken sklerosus atrofikan vulva atau dysplasia hiperplastik vulva, lesi kanker
mungkin tidak jelas secara makroskopik. Oleh karena itu, terhadap lesi mencurigakan vulva
harus dilakukan pemeriksaan sitologik dan histopatologik.

KLASIFIKASI STADIUM
Klasifikasi stadium klinis biasanya memakai klasifikasi stadium FIGO (1989)
T: karsinoma primer
T1: terlokalisasi di vulva atau perineum, diameter terbesar ≤ 2cm
T2: terlokalisasi di vulva atau perineum, diameter terbesar ≤ 2cm
T3: mengenai uretra atau vagina atau anus, berapapun ukuran tumor
T4: mengenai mukosa buli-buli dan rectum dan segmen atas uretra dan terfiksasi pada
tulang

N; kelenjar limfe
N0: kelenjar limfe belum teraba
N1: metastasis kelenjar limfe satu sisi
N2: metastasis kelenjar limfe bilateral

M: metastasis jauh
M0: manifestasis klinis taka da metastasis jauh
M1: ada metastasis jauh (termasuk metastasis kelenjar lemfe pelvis)

Klasifikasi stadium karsinoma vulva

Stadium 0: tis. Karsinoma in situ, karsinoma intraepitel


Stadium I: T1N0MO. tumor terlokalisasi di vulva atau perineum, diameter terbesar ≤ 2cm,
kelenjar limfe belum teraba
Stadium II: T2N0M0. terlokalisasi di vulva atau perineum, diameter terbesar > 2cm, kelenjar
limfe belum teraba.
Stadium III: T3N0M0 ; T1-3N1M0. Berapaun ukuran tumor, bila disertai : (1) mengenai
bagian inferior uretra yang bedeketan dan atau vagina atau anus; (2) metastasis
kelenjar limfe satu sisi. T1-T3, N1M0
Stadium IVa: T1-3N2M0; T4, N apapun M0. Tumor menginvasi manapun dari organ berikut
: segmen superior uretra, mukosa buli-buli, mukosa rectum, kavum pelvis dan atau
metastasis kelenjar limfe bilateral.
Stadium IVb: t apapun, N apapun, M1. Metastasis jauh apapun termasuk metastasis kelenjar
lemfe pelvis.

TERAPI
TERAPI OPERASI
 Terapi terhadap lesi primer: berdasarkan stadium klinis, lokasi lesi, factor resiko
tinggi dari hasil patologikdan karakteristik lain, dilakukan analisis menyeluruh dan
pasien dibagi menjadi kelompok risiko tinggi dan risiko rendah, ditentukan formula
terapi secara individualisasi.terhadap kasus risiko rendah dengan lesi soliter
terlokalisasi, dapat dilakukan vulvektomi radikal parsial.
 Terapi terhadap lesi sekunder : ini mencakup mengangkatan limfatik inguinal
superfisial dan profunda. Terhadap karsinoma vulva stadium dini beresiko rendah,
dilakukan dulu limfadenektomi superfisial unilateral, kelenjar limfe diperiksa secara
patologik. Bila hasilnya negative, dapat menghindari limfadenaktomi profunda, jika
hasilnya positif, maka dilakukan limfadenoktomi inguinal profunda dan kontralateral.

RADIOTERAPI
 Radioterapi pra operasi : untuk lesi relative besar, invasi relative dalam, atau
mengenai anus, uretra, sebelum operasi diberi radioterapi dapat mengecilkan lesi,
meningkatakan ketuntasan operasi daerah perbatasan, dan mungkin
dapatmengkonservasi anus, uretra dll. Dosis umumnya 30Gy/3-4 minggu.
 Radioterapi pasca operasi : bila batas eksis belum bersih atau bila tumor terlalu dekat
ke tempat insisi, pasca operasi diberi 20-30Gy/3-4 minggu.
 Brakiterapi: bila vagina terkena, dilakukan brakiterapi dengan memakai wadah
silinder, diameter sumbat 1,5-2,5 cm, dibagi 3 kali dalam 2 minggu selesai.

KEMOTERAPI
Kemoterapi memiliki peranan tertentu dalam terapi karsinoma vulva. Penggunanaan
preoperasi dapat memperkecil lingkup operasi, mengurangi rudapaksa bagi pasien manapun
berbagi komplikasi pasca operasi, memperthankan efektifitas tertentu.

TERAPI KOMBINASI
Pasaca operasi dapat ditambah radioterapi atau kemoterapi berdasarkan lingkup invasi
tumor. Untuk stadium lanjut yang tak dapat di operasi, radioterapi plus kemoterapi dapat
membawa remisi temporer.

PROGNOSIS
Analisis multifactorial menunjukkan, ukuran tumor, pemeriksaan patologik menemukan
metastasis kelenjar limfe, disperse sel tumor dicelah pembuluh limfatik maupunpembuluh
darah memiliki kaitan cukup jelas dengan prognosis.survival 5 tahun tumor berbagai stadium
yang dilaporkan oleh berbagai pihak adalah 67-85%.

Anda mungkin juga menyukai