Anda di halaman 1dari 12

LAPORAN PENDAHULUAN

WAHAM

OLEH :

NAMA : IMANUWEL TIMISELA


NPM : 18200000038

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN INDONESIA MAJU
TAHUN 2021
LAPORAN PENDAHULUAN

WAHAM

I. KASUS (MASALAH UTAMA)


Perubahan proses pikir : Waham
II. PROSES TERJADINYA MASALAH
A. Definisi
Waham adalah suatu keyakinan yang dipertahankan secara kuat terus-menerus,
tetapi tidak sesuai dengan kenyataan, (Budi Anna Keliat, 2016)
Waham adalah keyakinan seseorang yang berdasarkan penilaian realitas yang
salah. Keyakinan klien tidak konsisten dengan tingkat intelektual dan latar
belakang budaya klien (Aziz R, 20015)

B. Etiologi
1. Factor predisposisi
a. Genetis : diturunkan, adanya abnormalitas perkembangan system saraf
yang berhubungan dengan respon biologis yang maladaptive
b. Neurobiologis : adanya gangguan pada korteks pre frontal dan korteks
limbic
c. Neurotransmitter : abnormalitas pada dopamine, serotonin dan glutamate
d. Pisikologis : ibu pencemas, terlalu melindung, ayah tidak peduli
2. Factor presipitas
a. Proses pengolahan informasi yang berlebihan
b. Mekanisme penghantaran listrik yang abnormal
c. Adanya gejalah pemicu

C. Tanda dan Gejalah


1. Klien mengungkapkan sesuatu yang di yakininya (tentang agama, kebesaran,
kecurigaan, keadaan dirinya berulang kali secara berlebihan tetapi tidak sesuai
dengan kenyataan)
2. Klien tampak tidak mempunyai orang lain
3. Curiga
4. Bermusuhan
5. Merusak diri sendiri, orang lain dan lingkungan
6. Takut dan sangat waspada
7. Tidak tepat menilai lingkungan/realitas
8. Ekspresi wajah tegang
9. Muda tersinggung

D. Masalah Keperawatan yang Sering Muncul


1. Resiko tinggi mencederai diri, orang lain dan lingkungan
2. Kerusakan komunikasi : verbal
3. Perubahan isi pikir : waham

E. Akibat yang Sering Muncul


1. Gangguan fungsi kognitif (perubahan daya ingat)
Cara berpikir magis dan primitive, perhatian, isi pikir, bentuk dan
pengorganisasian bicara (tangensial, neologisme, sirkumtansial)
2. Fungsi persepsi
Depersonalisasi dan halusinasi
3. Fungsi emosi
Afek datar, afek tidak sesuai, reaksi berlebihan, ambivalen
4. Fungsi motoric
Imfulsif gerakan tiba-tiba dan spontan, manerisme,stereotopik gerakan yang
diulang-ulang, tidak bertujuan, tidak dipengaruhi stimulus yang jelas,
katatonia.
5. Fungsi social : kesepian
6. Isolasi social : menarik diri dan harga diri rendah

F. Mekanisme Koping
Perilaku yang mewakili upaya untuk melindungi klien dari pengalaman yang
menakutkan dengan respon neurobiologist yang maladaptive meliputi : regresi
berhubungan dengan masalah proses informasi dengan upaya untuk mengatasi
ansietas, proyeksi sebagai upaya untuk menjelaskan kerancuan presepsi, menarik
diri, pada keluarga : mengingkari

G. Fase-fase
Proses terjadinya waham dibagi menjadi enam yaitu :
1. Fase Lack of Human need
Waham diawali dengan terbatasnya kebutuhan-kebutuhan klien baik secara
fisik maupun pisikis. Secara fisik klien dengan waham dapat terjadi pada
orang-orang dengan status social dan ekonomi sangat tebatas. Biasanya klien
sangat miskin dan menderita. Keinginan ia untuk memenuhi kebutuhan
hidupnya mendorongnya untuk melakukan kompensasi yang salah. Ada juga
klien yang secara social dan ekonomi terpenuhi tetapi kesenjangan antara
Reality dengan salf ideal sangat tinggi. Misalnya ia seorang sarjana tetapi
menginginkan dipandang sebagai seseorang dianggap sanggat cerdas, sangat
berpangalaman dan diperhitungkan dalan kelompoknya. Waham terjadi
karena sangat pentingnya pengakuan bahwa ia eksis di dunia ini. Dapat
dipengaruhi juga oleh rendanya penghargaan saat tumbuh kembang (life span
history)
2. Fase Lack of self esteem
Tidak ada tanda pengakuan dari lingkungan dan tingginya kesejangan antara
self ideal dengan self reality (kenyataan dengan harapan) serta dorongan
kebutuhan yang tidak terpenuhi sedangkan standar lingkungan sudah
melampaui kemampuannya. Misalnya , saat lingkungan sudah banyak yang
kaya, menggunakan teknologi komunikasi yang canggih, berpendidikan tinggi
serta memiliki kekuasaan yang luas, seseorang tetap memasang self ideal
yang melebihi lingkungan tersebut. Padahal self reality-nya sangat jauh. Dari
aspek pendidikan klien, materi,pengalaman, pengaruh, support system
semuanya sangat rendah.
3. Fase control internal external
Klien mencoba berfikir rasional bahwa apa yang ia yakini atau apa-apa yang
ia katakana adalah kebohongan, menutupi kekurangan dan tidak sesuai dengan
kenyataan. Tetapi menghadapi kenyataan bagi klien adalah sesuatu yang
sangat berat, karena kebutuhannya untuk diakui, kebutuhan untuk dianggap
penting dan diterima lingkungan menjadi prioritas dalam hidupnya, karena
kebutuhan tersebut belum terpenuhi sejak kecil secara optimal. Lingkungan
sekitar klien mencoba memberikan koreksi bahwa sesuatu yang dikatakan
klien itu tidak benar, tetapi hal ini tidak dilakukan secara adekuat karena
besarnya toleransi dan keinginan menjaga perasaan. Lingkungan hanya
menjadi pendengar pasif tetapi tidak mau konfrontatif berkepanjangan dengan
alas an pengakuan klien tidak merugikan orang lain.
4. Fase environment
Adanya beberapa orang yang mempercayai klien dalam lingkungan
menyebabkan klien merasa didukung, lama kelamaan klien menganggap
sesuatu yang dikatakan tersebut sebagai suatu kebenaran karena seringnya
diulang-ulang. Dari sinilah mulai terjadinya kerusakan control dari dan tidak
berfungsinya norma (super ego) yang ditandai dengan tidak ada lagi perasaan
dosa saat berbohong
5. Fase comforting
Klien merasa nyaman dengan keyakinan dan kebohongan serta menganggap
bahwa semua orang sama yaitu akan mempercayai dan mendukungnya.
Keyakinan sering disertaihalusinasi pada saat klien menyendiri dari
likungannya. Selanjutnya klien lebih sering menyendiri dan menghindari
interaksi social (isolasi sosial)
6. Fase improving
Apabila tidak adanya konfrontasi dan upaya-upaya koreksi, setiap waktu
keyakinan yang salah pada klien akan meningkat. Tema waham yang muncul
sering berkaitan dengan traumatic masa lalu atau kebutuhan-kebutuhan yang
tidak terpenuhi (rantai yang hilang). Waham bersifat menetap dan sulit untuk
dikoreksi. Isi waham dapat menimbulkan ancaman diri dan orang lain. Penting
sekali untuk mengguncang keyakinan klien dengan cara konfrontatif serta
memperkaya keyakinan relegiusnya bahwa apa-apa yang dilakukan
menimbulkan dosa besar serta ada konsekuensi social.
H. Jenis Waham
Tanda dan gejalah waham berdasarkan jenisnya meliputi :
1. Waham kebesaran : individu meyakini bahwa ia memiliki kebesaran atau
kekuasaan khusus yang diucapkan berulang kali, tetapi tidak sesuai kenyataan.
Misalnya, “saya ini pejabat di separtemen kesehatan lho !” atau “saya punya
tambang emas”
2. Waham curiga : individu meyakini bahwa ada seseorang atau kelompok yang
berusaha merugikan/mencederai dirinya dan diucapkan berulang kali, tetapi
tidak sesuai kenyataan. Contoh : “ Saya tidak tahu seluruh saudara saya ingin
menghancurkan hidup saya karena mereka iri dengan kesuksesan saya “
3. Waham agama : individu memiliki keyakinan terhadap suatu agama secara
berlebihan dan diucapkan berulang kali, tetapitidak sesuai dengan kenyataan.
Contoh, “Kalau saya mau masuk surge, saya harus menggunakan pakaian
putih setiap hari”.
4. Waham somatic : individu meyakini bawah tubuh atau bagian tubuhnya
terganggu atau terserang penyakit dan diucapkan berulang kali, tetapi tidak
sesuai dengan kenyataan. Misalnya, “ Saya sakit kanker.” (kenyataannya pada
pemeriksaan laboratorium tidak ditemukan tanda-tanda kanker, tetapi klien
terus mengatakan bahwa ia sakit kanker).
5. Waham nihilistic : individu meyakini bawah dirinya sudah tidak ada
didunia/meninggal dan diucapkan berulang kali, tetapi tidak sesuai kenyataan.
Misalnya, “ ini kan alam kubur ya, semua yang ada disini adalah roh-roh.”
6. Waham sisip pikir : keyakinan klien bahwa ada pikiran orang lain yang
disisipkan ke dalam pikirannya
7. Waham siar pikir : keyakinan klien bahwa orang mengetahui apa yang dia
pikirkan walaupun ia tidak pernah menyatakan pikirannya kepada orang
tersebut
8. Waham control pikir : keyakinan klien bahwa pikirannya dikontrol oleh
kekuatan di luar dirinya
I. Rentang Respon

III.
A. Pohon Masalah

Risiko mencederai diri, orang lain dan


lingkungan

Perubahan proses pikir : Waham

Harga diri rendah

B. Masalah Keperawatan dan Data yang Perlu Dikaji


Masalah keperawatan : perubahan isi pikir : waham
1. Data subjektif :
Klien mengungkapkan sesuatu yang diyakininya (tentang agama, kebesaran,
kecurigaan, keadaan dirinya) berulang kali secara berlebihan tetapi tidak
sesuai kenyataan.
2. Data objektif :
Klien tampak tidak mempunyai orang lain, curiga, bermusuhan, merusak (diri,
orang lain, lingkungan), takut, kadang panic, sangat waspada, tidak tepat
menilai lingkungan/realitas, ekspresi wajah klien tegang, mudah tersinggung.

C. Diagnosa Keperawatan
1. Perubahan proses pikir : Waham

D. Rencana Tindakan Keperawatan


Diagnosa keperawatan : perubahan proses pikir : waham
1. Tujuan Umum :
Klien tidak terjadi proses pikir : waham
2. Tujuan Khusus :
Klien dapat membina hubungan saling percaya dengan perawat.
Tindakan :
a. Bina hubungan saling percaya : salam terapeutik, perkenalkan diri,
jelaskan tujuan interaksi, ciptakan lingkungan yang tenang, buat kontrak
yang jelas topic, waktu, tempat
b. Jangan membantah dan mendukung waham klien : katakana perawat
menerima keyakinan klien : saya menerima keyakinan anda “ disertai
ekspresi menerima, katakana perawat tidak mendukung disertai ekspresi
ragu dan empati, tidak membicarakan isi waham klien
c. Yakinkan klien berada dalam keadaan aman dan terlindungi : katakana
perawat akan menemani klien dank lien berada di tempat yang aman,
gunakan keterbukaan dan kejujuran jangan tinggalkan klien sendiri.
d. Observasi apakah wahamnya menggangu aktivitas harian dan perawatan
diri.
Klien dapat mengidentifikasi kemampuan yang dimiliki
Tindakan :
a. Beri pujian pada penampilan dan kemampuan klien yang realistis
b. Diskusikan dengan klien kemampuan yang dimiliki pada waktu lalu dan
saat ini yang realistis
c. Tanyakan apa yang bias dilakukan kemudian anjurkan untuk
melakukannya saat ini (kaitkan dengan aktivitas sehari-hari dan perawatan
diri)
d. Jika klien selalu bicara tentang wahamnya, dengarkan sampai kebutuhan
waham tidak ada. Perlihatkan kepada klien bahwa klien sangat penting.

Klien dapat mengidentifikasi kebutuhan yang tidak terpenuhi


Tindakan :
a. Observasi kebutuhan klien sehari-hari
b. Diskusikan kebutuhan klien yang tidak terpenuhi baik selama di rumah
maupun di rumah sakit (rasa sakit, cemas, marah)
c. Hubungkan kebutuhan yang tidak terpenuhi dan timbulnya waham
d. Tingkatkan aktivitas yang dapat memenuhi kebutuhan klien dan
memerlukan waktu dan tenaga (buat jadwal jika mungkin)
e. Atur situasi agar klien tidak mempunyai waktu untuk menggunakan
wahamnya

Klien dapat berhubungan dengan realitas


Tindakan :
a. Bicarakan dengan klien dalam konteks realitas (diri, orang lain, tempat
dan waktu)
b. Sertakan klien dalam terapi aktivitas kelompok : orientasi realitas
c. Berikan pujian pada tiap kegiatan positif yang dilakukan klien

Klien dapat menggunakan obat dengan benar


Tindakan :
a. Diskusikan dengan klien tentang nama obat, dosis, frekuensi, efek dan
efek samping minum obat
b. Bantu klien minum obat dengan prinsip 5 benar (nama pasien, obat, dosis,
cara dan waktu)
c. Anjurkan klien membicarakan efek dan efek samping obat yang dirasakan
d. Beri reinforcement bila klien minum obat yang benar

Klien dapat dukungan keluarga


Tindakan :
a. Diskusikan dengan keluarga melalui pertemuan keluarga tentang : gejalah
waham, cara merawat klien, lingkungan keluarga dan follow up obat
b. Beri reinforcement atas keterlibatan keluarga
DAFTAR PUSTAKA

Anna,budi, 2016. Keperawatan Kesehatan Jiwa Komunitas : CMHN (basic course). Jakarta :
EGC

Azis R, dkk. Pedoman asuhan keperawatan jiwa. Semarang : RSJD Dr. Amino
Gondoutomo. 2003

Tim Direktorat Keswa. 2000. Standar Asuhan Keperawatan Jiwa Edisi I. Bandung, RSJP
Bandung.

Anda mungkin juga menyukai