Anda di halaman 1dari 67

PROPOSAL

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN INFEKSI


SALURA PERNAPASAN AKUT PEMULUNG DI TPA TOISAPU DUSUN
AMA ORY KOTA AMBON TAHUN 2020

IMANUWEL TIMISELA
12114201160044

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN

FAKULTAS KESEHATAN

UNIVERSITAS KRISTEN INDONESIA MALUKU

AMBON

2020

1
2
KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha
Kuasa, karena atas pernyataan dan pertolongan-nya penulis dapat menyelesaikan
proposal ini dengan judul “Faktor-faktr Yang Berhubungan Dengan Infeksi
Saluran Pernapasan Akut Pemulung di TPA Toisapu Dusun Ama Ory Kota
Ambon” penulis membuat proposal ini untuk memenuhi sebagian persyaratan
dalam memperoleh gelar Sarjana Kesehatan jurusan Keperawatan Universitas
Kristen Indonesia Maluku.

Penulis menyadari bawah penulisan proposal ini tidak mungkin akan


terwujud apabila tidak ada bantuan dari berbagai pihak, melalui kesempatan ini
izinkan penulis menyampaikan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya
kepada:

1. Bapak Dr. Jafet Damamain, M.Th., selaku Rektor Universitas Kristen


Indonesia Maluku beserta pembantu Rektor I, II, III, dan IV.

2. Bapak B. Talarima., SKM,.M.Kes., selaku Dekan Fakultas Kesehatan beserta


pembantu Dekan I, II, dan III.

3. Ibu Ns. Sinthia. R. Maelissa, M.Kep., selaku Ketua Program Studi


Keperawatan.

4. Ibu Ns. M. Siauta, S.Kep., M.Kep., selaku pembimbing I dan juga Penasihat
Akademik yang telah meluangkan waktu, memberikan arahan dan
membimbing penulis dalam menyelesaikan proposal skripsi ini.

5. Ibu Ivy V. Lawalata, SKM., M.Kes., selaku pembimbing II yang selalu ada
buat penulis dan dengan sabar memberikan bimbingan serta motivasi bagi
penulis dalam menyelesaikan proposal skripsi.

6. Seluruh Staf Dosen Program Studi Ilmu Keperawatan UKIM yang telah
membekali penulis dengan sejumblah ilmu pengetahuan selama berada

3
didalam proses perkuliahan dan seluruh karyawan dan karyawati Fakultas
Kesehatan dan Universitas yang telah membantu melayani penulis dalam
menyelesaikan administrasi.

7. Papa dan Mama tercinta yang telah membesarkan, mendidik, mendoakan,


menjadi panduan serta selalu ada bagi penulis juga yang selama ini
membantu penulis baik secara moril maupun materi selama penulis mengikuti
pendidikan.

8. Keempat kaka beserta keempat adik tercinta (Ona, Rian, Eka, Deki, Nyong,
Talita, Rion, dan El) yang selalu ada menemani dan memberikan dorongan
bagi penulis.

Semoga Tuhan yang Maha Esa melimpahkan rahmat-Nya dan membalas


semua amal dan kebaikan mereka. Penulis menyadari bahwa proposal ini masih
jauh dari sempurna, karena terbatasnya kemampuan dan pengalaman penulis.
Oleh karena itu, segala kritik dan saran yang membangun akan penulis terima
dengan senang hati.

Akhir kata, semoga proposal ini dapat memberikan manfaat bagi semua
pihak yang berkepentingan.

Ambon, Maret 2020

Penulis

Imanuwel Timisela

4
DAFTAR ISI

Halaman
HALAMAN JUDUL......................................................................... i
HALAMAN PERSETUJUAN.......................................................... ii
KATA PENGANTAR....................................................................... iii
DAFTAR ISI..................................................................................... iv
DAFTAR GAMBAR........................................................................ v
DAFTAR TABEL............................................................................. vi
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang...................................................................... 1
B. Rumusan Masalah................................................................. 7
C. Tujuan Penelitian.................................................................. 7
1. Tujuan Umum........................................................... 8
2. Tujuan Khusus.......................................................... 8
D. Manfaat Penelitian................................................................ 8
1. Manfaat Teoritis........................................................ 9
2. Manfaat Praktis......................................................... 9

BAB II TINJAUAN PUSTAKA


A. Sistem Pernapasan................................................................. 10
B. Infeksi Saluran Pernapasan Akut.......................................... 15
C. Pemulung............................................................................... 29
D. Tempat Pembuangan Akhir Sampah..................................... 34
E. Kerangka Konsep.................................................................. 38
F. Hipotesis................................................................................ 38

BAB III METODE PENELITIAN


A. Rancangan Penelitian............................................................ 40
B. Lokasi dan Waktu Penelitian................................................ 40
C. Populasi dan Sampel............................................................. 40
D. Variabel Penelitian................................................................ 41
E. Definisi Operasional............................................................. 41
F. Instrumen Penelitian............................................................ 42
G. Teknik Pengolahan Data...................................................... 44
H. Analisa Data......................................................................... 46

5
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

6
DAFTAR GAMBAR

Nomor Judul Hal


2.1 Kerangka Konsep......................................................................

7
DAFTAR TABEL

Nomor Judul Hal


3.1 Definisi Operasional.....................................................................

8
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang.

Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) adalah penyakit saluran

pernafasan atas dan bawah, biasanya menular yang dapat menimbulkan

berbagai spectrum penyakit yang berkisar dari penyakit tanpa gejalah atau

infeksi ringan sampai penyakit yang parah dan mematikan, tergantung

pada pathogen penyebabnya, faktor lngkungan dan faktor penjamu.

Namun demikian, sering juga ISPA didefenisikan sebagai penyakit saluran

pernafasan akut yang disebabkan oleh agen infeksi yang ditularkan dari

manusia ke manusia. Timbulnya gejalah biasanya cepat yaitu dalam waktu

beberapa jam sampai beberapa hari (Masriadi, 2017).

Berdasarkan data dari ILO setiap tahun ada lebih dari 250 juta

kecelakaan di tempat kerja dan lebih dari 160 juta pekerja menjadi sakit

karena bahaya di tempat kerja. Terlebih lagi, 1,2 juta pekerja meninggal

akibat kecelakaan dan sakit akibat kerja. Terdapat 1 pekerja di dunia

meninggal setiap 15 detik karena kecelakaan kerja dan 160 pekerja

mengalami sakit akibat kerja. Data dari International Labour

Organization (ILO) menyebutkan bahwa penyebab kematian yang

berhubungaan dengan pekerjaan diantaranya adalah kanker sebesar 34%,

9
kecelakaan sebesar 25%, penyakit saluran pernapasan sebesar 21%,

penyakit kardiovaskuler sebesar 15%, dan faktor lain-lain sebesar 5%

(International Labour Office, 2017).

Angka ISPA di dunia yang paling banyak terjadi adalah negara

berkembang seperti India (43 juta), China (21 juta), dan Pakistan (10 juta)

dan Bangladesh, Indonesia, Nigeria masing-masing 6 juta. Dari semua

kasus yang terjadi di masyarakat, 7-13% kasus berat dan memerlukan

perawatan rumah sakit. (Ruden et al Bulletin WHO, 2016).

ISPA di Indonesia berdasarkan data hasil Riset Kesehatan Dasar

2018, period prevalence infeksi saluran pernapasan akut (ISPA)

berdasarkan diagnosa tenaga kesehatan dan keluhan penduduk yang

dihitung dalam kurun satu bulan terakhir adalah 25,0%. Sebanyak lima

provinsi dengan prevelensi ISPA tertinggi yaitu Nusa Tenggara Timur

(41,7%), Papua (31,1%), Nusa Tenggara Barat (28,3%), Aceh (30,0%),

dan jawa Timur (28,3%) (Riskesdas, 2018).

Berdasarkan data yang didapatkan dari Dinas Kesehatan Kota

Ambon, diketahui jumblah penyakit ISPA tahun 2017 pada orang Dewasa

(32.127 orang), Balita (20.097 orang), tahun 2018 pada orang Dewasa

(17.048 orang), Balita (29.306 orang), tahun 2019 pada orang Dewasa

(18.327 orang), Balita (30.354 orang). dan menurut data dari Puskesmas

Kecamatan Baguala Passo diketahui jumblah penyakit ISPA di Dusun

Ama Ory dari tahun 2017 (215 orang), 2018 (230 orang), 2019 (155

10
orang) dan pada tahun ini jumblah penyakit ISPA pada bulan januari

Sampai bulan ferbuary berjumblah 54 orang.

Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) merupakan terinfeksinya

saluran pernapasan baik di saluran pernapasan atas maupun di saluran

pernapasan bawah atau Keduanya (WHO 2016). Masalah infeksi di

saluran pernapasan atas adalah laringitis, sinusitis, influenza (virus) yaitu

nasofaring, rhinitis, epligotitis, infeksi telingga, pembengkakan membran

mukosa dan adanya pengeluaran eksudat serosa mukopurulent atau yang

sering dikatakan pilek. Masalah infeksi di saluran nafas bawah adalah

pneumonia bakteri, pneumonia virus, Tuberkulosis, bronkitis,

bronkopneumonia, dan radang paru-paru. ISPA merupakan infeksi yang

menyerang secara cepat dan berbahaya jika tidak diberi tindakan

(Tambayong, 2017).

Menurut The Global Alliance of Waste Pickers bahwa ada hampir

dua juta jiwa di indonesia bekerja menjadi pemulung sampah. Pemulung

mengumpulkan sampah rumah tangga baik dari tempat sampah rumah

warga atau Tempat Penampungan Sementara (TPS) atau di Tempat

Pembuanngan Akhir (TPA).

Menurut data dari DLHP, Kota Ambon TPA Toisapu setiap

harinya mendapat setoran sampah sebanyak 162,5 ton/hari dari 164 TPS

yang tersebar di wilayah Kota Ambon. TPA Toisapu juga mempunyai

petugas Buru Mobil Sampah berjumblah 130 orang dan pemulung yang

bekerja di TPA berjumblah 100 orang.

11
Kondisi tempat kerja yang sangat kumuh dan berbau merupakan

sumber berbagai penyakit yang berpotensi menyerang pemulung (Ceballos

& Burr, 2016). Namun hal ini sudah dianggap hal yang wajar oleh para

pemulung karena sudah terbiasa dengan bau tak sedap dan menyengat.

Sehingga dari hal yang sudah terbiasa ini pemulung tidak mengetahui

kondisi tubuhnya akibat bau tidak sedap dan menyengat dilingkungan

sekitar. Rendahnya tingkat pemahaman para pemulung tentang resiko

penyebaran penyait melalui sampah seperti Infeksi Saluran Pernapasan

Akut dll (Gutberlet & Uddin, 2017). Faktor yang mempengaruhi kejadian

ISPA pada pekerja pemulung yaitu usia, penggunaan alat pelindung diri,

masa kerja dilihat dari lamanya pekerjaan di TPA dan lama paparan

pemulung berdasarkan durasi waktu perharinya.

Menurut peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi nomor 8

tahun 2015 tentanng alat pelindung diri (APD) adalah suatu alat yang

mempunyai kemampuan untuk melindungi seseorang yang fungsinya

mengisolasi sebagian atau seluruh tubuh dari potensi bahaya ditempat

kerja. APD sangatlah penting bagi kesehatan dan keselamatan dalam

bekerja, khusunya bagi pemulung dikarenakan sangat rentang terpapar

bakteri dan gas berbahaya yang akan berdampak buruk bagi kesehatan

khusunya pada saluran pernafasan manusia.

Kebiasaan merokok pun dapat menimbulkan berbagai gangguan sistem

pernapasan seperti kanker paru, gejalah iritan akut, gejalah pernapasan

kronik, penyakit paru obstruktif kronik, infeksi pernapasan. Dengan

12
kebiasaan merokok dari para pekerja akan lebih meningkatkan jumblah

polutan udara yang masuk ke dalam tubuh sehingga lebih beresiko

mengalami penyakit ISPA. Masih banyak pemulung disaat sedang bekerja

atau mengumpulkan sampah dengan merokok, hal ini yang seharusnya

tidak dilakukan oleh pemulung apalagi disaat sedang bekerja (Putra &

Afriana, 2017)

Umur berhubungan dengan proses penuaan atau bertambahnya umur.

Penurunan kapasitas vital paru dapat terjadi setelah usia 30 tahun, dan

akan semakin cepat menurun setelah umur 40 tahun ke atas. Meningkatnya

umur seseorang maka akan dibarengi dengan kerentanan terhadap penyakit

juga akan bertambah, khusunya ISPA pada kelompok yang memiliki risiko

tinggi seperti pekerja yang terpapar bahan berbahaya secara terus menerus.

Semakin tua usia seseorang maka semakiin besar kemungkinan terjadi

penurunan fungsi paru. Kebutuhan zat tenaga terus meningkat sampai

akhirnya menurun setelah usia 40 tahun telah menurunya kekuatan fisik

(Widodo, 2016).

Lama bekerja adalah durasi waktu yang untuk melakukan sesuatu

kegiatan atau pekerjaan setiap harinya yang dinyatakan dalam satuan jam.

Lamanya seseorang bekerja dengan optimal dalam sehari pada umumnya

adalah selama 8 jam. Pemulung yang bekerja melebihi standart waktu

yang ditetapkan dapat menyebabkan terjadinya ISPA. Dikarenakan

semakin lama bekerja maka semakin lama juga terpapar bakteri dan

13
menghirup udara yang mengandung gas berbahaya (Horrington & Grill,

2016).

Masa Kerja dapat menyebabkan timbulnya ISPA . faktor ini juga

memungkinkan terjadinya gangguan pernapasan terhadap pemulung di

TPA. Semakin lama dia bekerja di tempat udara yang tidak kondusif

maka semakin terbiasa dalam bekerja, sehingga akan mengakibatkan

dampak buruk bagi kesehatan terutama pada gangguan pernapasan

(Fujianti,Hasyim&sunarsih, 2016).

Telah dilakukan survei pendahuluan di TPA Toisapu Dusun Ama

Ory Kota Ambon yaitu dilakukan wawancara kepada pemulung sebanyak

10 responden. Hasil yang diperoleh tercatat 6 orang atau 60% yang

mengalami keluhan gangguan pernapasan. Keluhan-keluhan yang

dirasakan pemulung di TPA Toisapu yaitu seperti nyeri dada, sakit

tenggorokan, pusing dan terkadang rasa perih pada hidung.

Berdasarkan hal tersebut diatas maka peneliti tertarik untuk

melakukan penelitian mengenai “Faktor-Faktor yang Berhubunngan

dengan Infeksi Saluran Pernapasan Akut Pemulung di TPA Toisapu

Dusun Ama Ory Kota Ambon”.

A. Rumusan Masalah

Berdasarka uraian latar belakang penelitian maka yang menjadi

permasalahan dalam penelitian ini adalah apa saja “Faktor-Faktor yang

14
Berhubungan dengan Infeksi Saluran Pernapasan Akut Pemulung di TPA

Toisapu Dusun Ama Ory Kota Ambon”.

B. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian ini terdiri dari tujuan umum dan tujuan

khusus, yaitu:

1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan infeksi

saluran pernapasan akut pemulung di TPA Toisapu Dusun Ama

Ory Kota Ambon.

2. Tujuan Khusus

a. Menganalisis hubungan antara umur dengan kejadian

Infeksi Saluran Pernapasan Akut pada Pemulung.

b. Menganalisis hubungan antara kebiasaan merokok dengan

Kejadian Infeksi Saluran Pernapasan Akut pada Pemulung.

c. Menganalisis hubungan antara masa kerja dengan kejadian

Infeksi Saluran Pernapasan Akut pada Pemulung.

d. Menganalisis hubungan antara jam kerja dengan kejadian

Infeksi Saluran Pernapasan Akut pada Pemulung.

e. Menganalisis hubungan antara penggunaan APD dengan

kejadian Infeksi Saluran Pernapasan Akut pada Pemulung.

15
C. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat kepada

berbagai pihak diantaranya sebagai berikut :

1. Manfaat Teoritis

a. Refrensi

Sebagai tambahan refrensi tentang faktor-faktor yang berhubungan

dengan infeksi saluran pernapasan akut pada pemulung

2. Manfaat Praktis

a. Institusi

Penelitian diharapkan dapat dijadikan sebagai dasar acuan bagi

pengembangan penelitian selanjutnya dan pengembangan ilmu

pengetahuan di waktu yang akan datang.

b. Pemulung TPA Toisapu Dusun Ama Ory Kota Ambon

Sebagai sarana informasi dan menambah pengetahuan pada

pemulung faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian infeksi

saluran pernapasan akut

b. Bagi Peneliti

Penelitian ini digunakan untuk memenuhi tugas akhir sebagai

syarat guna memperoleh gelar sarjana pada program studi Ilmu

Keperawatan. Dengan ini penulis dapat menerapkan ilmu yang

diperoleh selama perkuliahan untuk memperoleh pengalaman dan

wawasan sebagai praktis dengan menganalisis suatu masalah

kemudian mengambil keputusan.

16
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Sistem pernapasan

1. Pengertian pernapasan

Pernapasan atau respirasi adalah kegiatan pertukaran udara

(karbodioksida dan oksigen) dari dalam tubuh ke luar tubuh atau paru-

paru. Oksigen yang berada di luar tubuh dihirup (inspirasi) melalui

organ-organ pernapasan. Pada keadaan tertentu, bila tubuh kelebihan

karbondioksida, maka tubuh berusaha untuk mengeluarkan

karbondioksida yang ada didalam tubuh tersebut dengan jalan

mengehebuskan napas (ekspirasi) sehingga terjadi sesuatu

keseimangan antara oksigen dan karbondioksida didalam tubuh.

Syaifuddin (2016).

a. Hidung

Rongga hidung merupakan jalan masuk oksigen untuk

pernapasan, dan jalan keluar karbon dioksida serta uap air sisa

pernapasan. Kotoran atau debu akan tertinggal pada bagian

rongga hidung, seperti upil. Pada bagian inipula temperatur atau

suhu dan kelembaban udara diatura sebelum diproses dalam

paru-paru. Seperti yang kita ketahui, kelembaban udara

tak selalu sesuai dengan kondisi tubuh. Sehingga tubuh perlu

17
menyeimbangkannya sebelum melewati tenggorokan atau

saluran pernapasan lainnya.

b. Tenggorokan

Tenggorokan memiliki 2 bagian dengan fungsi berbeda, yakni

sebagai jalan pernapasan dan pencernaan. Untuk pernapasan

sendiri, tenggorokan memiliki panjang sekitar 12 – 14 cm pada

bagian pangkal. Dalam biologi kita mengenalnya sebagai laring,

dengan bentuk mengerucut sekitar 3 – 4 cm. Laring sendiri

terdiri dari 9 macam tulang rawan dan serabut otot untuk dapat

bekerja secara maksimal.

c. Faring

Faring berbentuk seperti tabung corong yang terletak di

belakang rongga hidung dan mulut. Faring berfungsi sebagai

jalan bagi udara dan makanan. Selain itu, faring juga berfungsi

sebagai ruang getar untuk menghasilkan suara.

d. Laring

Laring (pangkal tenggorokan) terdapat di antara faring dan

trakea. Dinding laring tersusun dari sembilan buah tulang

rawan. Salah satu tulang rawan tersusun dari dua lempeng

kartilago hialin yang menyatu dan membentuk segitiga. Bagian

ini disebut jakun. Di dalam laring terdapat epiglotis dan pita

suara. Epiglotis merupakan kartilago elastis yang berbentuk

seperti daun. Epiglotis dapat membuka dan menutup. Pada saat

18
menelan makanan, epiglotis menutup sehingga makanan tidak

masuk ke tenggorokan tetapi menuju kerongkongan. Pita suara

merupakan selaput lendir yang membentuk dua pasang lipatan

dan dapat bergetar menghasilkan suara.

e. Trakea

Trakea (batang tenggorokan) menyerupai cincin yang terdiri

dari tulang rawan. Letaknya sendiri berada di kerongkongan

yang berfungsi sebagai saluran makan. Pada bagian dinding

trakea terdapat silia dan lapisan lendir. Lapisan lendir sendiri

berfungsi menyaring kotoran yang tidak tertangkap oleh laring

sebelum masuk ke paru-paru. Biasanya tubuh akan merespon

dengan cara batuk atau bersin untuk mengeluarkan kotoran

yang masuk melalui saluran pernapasan. Trakea berbentuk

seperti pipa yang terletak memanjang di bagian leher dan

rongga dada (toraks). Trakea tersusun dari cincin tulang rawan

dan otot polos. Dinding bagian dalam trakea berlapis sel-sel

epitel berambut getar (silia) dan selaput lendir. Trakea

bercabang dua, yang satu menuju paru-paru kiri dan yang lain

menuju paru-paru kanan. Cabang trakea disebut bronkus.

f. Paru-paru

Paru-paru merupakan alat pernapasan yang berfungsi sebagai

alat pompa. Paru-paru manusia berjumlah dua buah, yaitu paru-

paru kanan dan kiri, masing-masing memiliki glambir yang

19
berjumlah lima, 3 di paru-paru bagian kiri dan 2 di bagian

kanan. Paru-paru kanan terdiri dari tiga gelambir dan paru-paru

kiri terdiri dari dua gelambir. Paru-paru dibungkus oleh selaput

paru-paru tipis yang disebut pleura. Di dalam paru-paru,

masing-masing bronkus bercabang-cabang membentuk

bronkiolus. Selanjutnya bronkiolus bercabang-cabang menjadi

pembuluh halus yang berakhir pada gelembung paru-paru yang

disebut alveolus (jamak=alveoli). Alveoli memmpunyai busa

atau sarang tawon. Jumblah alveoli kurang lebih 300 juta.

Dinding alveolus sangat tipis dan elastis. Pada alveolus inilah

terjadi difusi atau pertukaran gas pernapasan, yaitu oksigen dan

karbon dioksida (pearce, 2017).

g. Alveolus

Alveolus merupakan saluran akhir dari alat pernapasan yang

berupa gelembung-gelembung udara. Dindingnya tipis, lembap,

dan berlekatan erat dengan kapiler-kapiler darah. Alveolus

terdiri atas satu lapis selepitelium pipih dan di sinilah darah

hampir langsung bersentuhan dengan udara. Adanya alveolus

memungkinkan terjadinya perluasan daerah permukaan yang

berperan penting dalam pertukaran gas o2 dariudara bebas ke

sel-sel darah dan co2 dari sel-sel darah ke udara (purnomo.

Dkk, 2009). Membran alveolaris adalah permukaan tempat

terjadinya pertukaran gas. Darah yang kaya karbon dioksida

20
dipompa dari seluruh tubuh ke dalam pembuluh darah

alveolaris, dimana, melalui difusi, ia melepaskan karbon

dioksida dan menyerap oksigen (hogan, 2016).

2. Mekanisme pernapasan

Pernapasan adalah suatu proses yang terjadi secara otomatis

walau dalam keadaan tertidur sekalipun, karena sistem pernapasan

dipengaruhi oleh susunan saraf otonom. Menurut tempat terjadinya

pertukaran gas maka pernapasan dapat dibedakan atas 2 jenis, yaitu

pernapasan luar dan pernapasan dalam. Pernapasan luar adalah

pertukaran udara yang terjadi antara udara dalam alveolus dengan

darah dalamkapiler. Pernapasan dalam adalah pernapasan yang

terjadi antara darah dalam kapiler dengan sel-sel tubuh.

Masuk keluarnya udara dalam paruparu dipengaruhi oleh

perbedaan tekanan udara dalam rongga dada dengan tekanan udara

di luar tubuh. Jika tekanan di luar rongga dada lebih besar, maka

udara akan masuk. Sebaliknya, apabila tekanan dalam rongga dada

lebih besar maka udara akan keluar. Sehubungan dengan organ

yang terlibat dalam pemasukkan udara (inspirasi) dan pengeluaran

udara (ekspirasi) maka mekanisme pernapasan dibedakan atas dua

macam, yaitu pernapasan dada dan pernapasan perut.

a. Pernapasan dada adalah pernapasan yang melibatkan otot antar

tulang rusuk. Mekanismenya dapat dibedakan sebagai berikut:

21
1) Fase inspirasi fase inspirasi berupa berkontraksinya otot

antartulang rusuk sehingga rongga dada mengembang.

Pengembangan rongga dada menyebabkan volume paru- paru

juga mengembang akibatnya tekanan dalam rongga dada

menjadi lebih kecil daripada tekanan di luar sehingga udara

luar yang kaya oksigen masuk.

2) Fase ekspirasi fase ini merupakan fase relaksasi atau

kembalinya otot antar tulang rusuk ke posisi semula yang

dikuti oleh turunnya tulang rusuk sehingga rongga dada

menjadi kecil. Rongga dada yang mengecil menyebabkan

volume paru-paru juga mengecil sehingga tekanan di dalam

rongga dada menjadilebih besar daripada tekanan luar. Hal

tersebut menyebabkan udara dalam rongga dada yang kaya

karbon dioksida keluar.

b. Pernapasan perut merupakan pernapasan yang mekanismenya

melibatkan aktivitas otot-otot diafragma yang membatasi

rongga perut dan rongga dada. Mekanisme pernapasan perut

dapat dibedakan menjadi dua fase, yakni:

1) Fase inspirasi merupakan kontraksi otot diafragma sehingga

mengembang, akibatnya paru-paru ikut mengembang. Hal

tersebut menyebabkan membesar dan tekanan udara di dalam

paru-paru lebih kecil daripada tekanan udara luar sehingga

udara luar dapat masuk ke dalam.

22
2) Fase ekspirasi merupakan fase relaksasi otot diafragma

(kembali ke posisisemula) sehingga rongga dada mengecil

dan tekanan udara di dalam paru-paru lebih besar daripada

tekanan udara luar, akibatnya udara keluar dari paru-paru.

B. Infeksi Saluran Pernapasan Akut

1. Pengertian ISPA

Infeksi saluran pernapasan akut (ISPA) adalah penyakit saluran

pernapasan atas atau bawah, biasanya menular, yang dapat

menimbulkan berbagai spektrum penyakit yang berkisar dari penyakit

tanpa gejala atau infeksi ringan sampai penyakit yang parah dan

mematikan, tergantung pada patogen penyebabnya, faktor lingkungan

dan faktor penjamu. ISPA didefinisikan sebagai penyakit saluran

pernapasan akut yang disebabkan oleh agen infeksius yang ditularkan

dari manusia ke manusia. Timbulnya gejala biasanya cepat, yaitu

dalam waktu beberapa jam 20 sampai beberapa hari. Gejalanya

meliputi demam, batuk dan sering juga nyeri tenggorokan, pilek, sesak

napas, mengi atau kesulitan bernapas (WHO, 2016).

ISPA telah ditandai sebagai penyakit demam akut dengan tanda

dan gejala seperti batuk, pilek, sakit tenggorokan dan suara serak yang

mana merupakan alasan utama penyakit ISPA. Istilah ISPA diadaptasi

dari istilah bahasa Inggris Acute Respiratory Infections (ARI).

23
Istilah ISPA meliputi tiga unsur yakni infeksi, saluran pernapasan

dan akut, dengan pengertian masing-masing sebagai berikut:

a. Infeksi

Infeksi adalah masuknya kuman mikroorganisme ke dalam tubuh

manusia dan berkembang biak sehingga menimbulkan gejala

penyakit.

b. Saluran pernapasan

Saluran pernapasan adalah organ-organ pernapasan yang

diantaranya adalah hidung, faring, laring, trakea, bronkus, paru-

paru yang melakukan fungsi fungus respirasi pertukaran gas antara

oksigen dan CO2 di dalam tubuh manusia.

c. Infeksi akut

Infeksi Akut adalah infeksi yang berlangsung selama 14 hari

diambil untuk menunjukkan proses akut. Meskipun beberapa

penyakit yang dapat digolongkan dalam ISPA proses ini

berlangsung lebih dari 14 hari.

2. Etiologi

ISPA disebabkan oleh adanya infeksi pada bagian saluran

pernapasan. ISPA dapat disebabkan oleh bakteri, virus, jamur dan

polusi udara:

a. Pada umumnya ISPA disebabkan oleh bakteri. Bakteri yang

dapat menyebabkan pneumonia adalah Streptococcus

pneumonia, Mycoplasma pneumonia, Staphylococcus aureus,

24
dan bakteri yang paling sering menyebabkan ISPA adalah

Streptococcus pneumonia.

b. ISPA yang disebabkan oleh virus dapat disebabkan oleh virus

sinsisial pernapasan, hantavirus, virus influenza, virus

parainfluenza, adenovirus, rhinovirus, virus herpes simpleks,

sitomegalovirus, rubeola, varisella.

c. ISPA yang disebabkan oleh jamur dapat disebabkan oleh

candidiasi, histoplasmosis, aspergifosis, coccidioido mycosis,

cryptococosis, pneumocytis carinii.

d. ISPA yang disebabkan oleh polusi, antara lain disebabkan oleh

asap rokok, asap pembakaran di rumah tangga, asap kendaraan

bermotor dan buangan industri serta kebakaran hutan dan lain-

lain (WHO, 2016)

3. Patofisiologi

Proses terjadinya ISPA diawali dengan masuknya beberapa

bakteri dari genus streptokokus, stafilokkokus, pneumokokus,

hemofillus, bordetella dan korinebakterium dan virus dari golongan

mikrovirus (termasuuk didalamnya virus para influenza dan virus

campak), adenoveirus, koronavirus, pikornavirus, herpesvirus

kedalam tubuh manusia melalui partikel udara (droplet infection).

Kuman ini akan melekat pada sel epitel hidung dengan mengikuti

proses pernapasan maka kuman tersebut bisa masuk ke bronkus dan

25
masuk ke saluran pernapasan, yang mengakibatkan demam, batuk,

pilek, sakit kepala dan sebagainya (Marni, 2017).

4. Klasifikasi ISPA

Klasifikasi berdasarkan lokasi anatomi (Depkes RI, 2016) adalah

sebagai berikut :

a. Infeksi Saluran Pernapasan atas Akut (ISPaA)

Infeksi yang menyerang hidung sampai faring, seperti pilek, otitis

media, faringitis.

b. Infeksi Saluran Pernapasan bawah Akut (ISPbA)

Infeksi yang menyerang mulai dari bagian epiglottis atau laring

sampai dengan alveoli, dinamakan sesuai dengan organ saluran

napas, seperti epiglotitis, laryngitis, laringotrakeitis, bronkiolitis,

pneumonia.

Klasifikasi berdasarkan umur (Kemenkes RI, 2017) Sebagai berikut :

a. Kelompok umur <2 bulan, diklasifikasikan atas :

1) Pneumonia berat : bila disertai dengan tana-tanda klinis seperti

berhenti menyusu (jika sebelumnya menyusu dengan baik),

kejang, rasa kantuk yang tidak wajar atau sulit bangun, stridor

pada anak yang tenang, mengi, demam (138 ºC) atau suhu tubuh

rendah (dibawah 35,5ºC), pernapasan cepat 60 kali atau lebih

permenit, penarikan dinding dada berat, siaonis sentral (pada

lidah), serangan apnea, distensi abdomen dan abdomen tegang.

26
2) Bukan pneumonia : jika anak bernapas dengan frekkuensi

kurang dari 60 kali permenit dan tidak terdapat tanda pneumonia

seperti di atas.

b. Kelompok umur 2 bulan ≤5 tahun, diklasifikasian atas :

1) Pneumonia sangat berat : batuk atau kesulitan bernapas yang

disertai dengan sionisis sentral, tidak apat minum, adanya

penarikan dinding dada, anak kejang dan sulit dibangunkan.

2) Pneumonia berat : batuk atau kesulitan bernapas dan penarikan

dinding ada, tetapi tidak disertai sianosis sentral dan dapat

minum.

3) Pneumonia : batuk (atau kesulitan bernapas) dan pernapasan

cepat tanpa penarikan dinding dada.

4) Bukan pneumonia (batuk pilek biasa) : batuk (atau kesulitan

bernapas) tanpa pernapasan cepat atau penarikan dinding dada.

5) Pneumonia persisten : anak dengan diagnosis pneumonia tetap

sakit walaupun telah iobati selama 10-14 hari dengan dosis

antibiotic yang adekuat dan antibiotic yang sesuai, biasanya

terdapat penarikan dinding dada, frekuensi pernapasan yang

tinggi, dan demam ringan.

Klasifikasi berdasarkan WHO :

WHO telah merekomendasikan pembagian ISPA menurut derajat

keparahhannya. Pembagian ini dibuat berdasarkan gejalah-gejalah

klinis yang timbul. Adapun pembagiannya sebagai berikut :

27
a. ISPA ringan : ditandai secara klinis olleh batuk, pilek, bisa disertai

demam, sakit kepala, sakit tenggorokan dan mungkin kesulitan

nafas.

b. ISPA sedang : ditandai secara klinis oleh batuk, adanya nafas

cepat, dahak kental, dan tenggorokan berwarnah merah.

c. ISPA berat : ditandai secara klinis oleh adanya tarikan dinding

dada ke dalam, demam tinggi, cuping hidung bergerak jika

bernafas dan muka kebiruan.

5. Faktor-faktor Resiko ISPA

Banyak faktor yang mempengaruhi penyakit saluran pernapasan

khususnya pada faktor individu dari suatu pekerjaan dan faktor

lingkungan. Penurunan fungsi pernapasan ini dapat terjadi secara

bertahap dan bersifat kronis sebagai frekuensi lama individu dari

satu pekerjaan tertentu. Model epidemologi atau triad epidemologi

menggambarkan interaksi tiga komponen penyakit yaitu manusia

(Host), penyebab (Agent), dan lingkungan (Environment). Berikut

hubungan 3 komponen yang terdapat dalam model segitiga

epidemologi dengan faktor resiko terjadinya ISPA :

a. Faktor Manusia (Host)

1) Umur

Usia merupakan faktor yang secara alamiah menurunkan

kapasitas fungsi paru. Sistem pernapasan akan berubah secara

anatomi dan imunologi sesuai bertambahnya usia. Daya

28
pengembangan paru, kekuatan otot pernapasan, kapasitas vital,

FEV1,FVC, dan cairan antioksiden epitel akan menurun sesuai

peningkatan usia (Sharma & Goodwin, 2016). Seiring

bertambahnya usia, mulai dari masa anak-anak hingga dewasa

sekitar 24 tahun kapasitas paru seseorang akan berkembang dan

mencapai optimu. Setelah itu akan menetap (stationer) sampai

pada usia 30 tahu, kemudian menurun secara gradual sesuai

pertambahan usia. Rata-rata penurunan yang terjadi untuk nilai

FVC dan FEV1 adalah 20 ml tiap satu pertambahan usia.

2) Kebiasaan Merokok

Kebiasaan merokok telah terbukti menyebabkan 25 jenis

penyakit dari berbagai alat tubuh manusia. Menurut WHO, ada

sekitar 1,1 miliar perokok di dunia, 800 juta orang diantaranya

berasal dari negara berkembang. Setiap hari, lebih dari seribu

orang di seluruh dunia meninggal akibat penyakit yang

disebabkan oleh merokok. Hal ini jelas bahwa merokok adalah

salah satu penyebab utama kematian (World Health

Organization, 2016). Merokok menyebabkan penyakit paru

Obstruktif Kronik (PPOK). PPOK adalah penyakit progresif

yang membuat seseorang sulit untuk bernafas. Banyak 23

perokok tidak tahu bahwa mereka telah terkena penyakit ini dan

tidak ada cara untuk mengembalikan kerusakan.

29
Efek merokok pada setiap orang berbeda-beda tergantung pada

usia kapan orang tersebut pertama kali merokok, kerentanan

seseorang terhadap bahan kimia dalam asap tembakau, jumblah

rokok yang dihisap per hari, dan lamanya seseorang merokok.

Selain itu asap rokok yang dihasilkan dapat mempengaruhi

sistem escalator mukosiliar, yang dapat mempermudah

sampainya asap ke saluran nafas bawah sehingga dapat

memperparah keadaan (Elizabeth J. Corwin 2018).

3) Masa Kerja

Masa Kerja adalah suatu kurun waktu atau lamanya tenaga kerja

itu bekerja disuatu tempat. Masa kerja dan lama paparan setiap

harinya juga menjadi salah satu faktor terjadinya keluhan

gangguan pernapasan, terlebih di tempat yang memiliki bahan

berbahaya seperti pencemaran udara yang dapat menyebabkan

keluhan pernapasan seperti batuk dan iritasi saluran pernapasan.

Karena semakin lama seseorang bekerja di suatu tempat yang

terpapar maka kapasitas paru seseorang akan semakin menurun.

Masa kerja yang cukup lama dapat memungkinkan akumulasi

bahan pencemar dalam paru-paru juga akan meningkat, karena

telah lama menghirup udara yang terkontaminasi (Tarwaka,

2017)

4) Jam Kerja

30
Jam Kerja adalah waktu untuk melakukan pekerjaan, dapat

dilaksanakan siang hari atau malam hari. Jam Kerja bagi para

pekerja di sektor swasta diatur dalam Undang-Undang No.13

tahun 2003 tentang Ketenaga kerjaan, khususnya pasal 77

sampai dengan pasal 85.Pasal 77 ayat 1, UU No.13/2003

mewajibkan setiap pengusaha untuk melaksanakan ketentuan

jam kerja. Ketentuan jam kerja ini telah diatur dalam 2 sistem

seperti yang telas disebutkan diatas yaitu 7 jam kerja dalam 1

hari atau 40 jam kerja dalam 1 minggu untuk 6 hari kerja dalam

1 minggu; atau 8 jam kerja dalam 1 hari atau 40 jam kerja dalam

1 minggu untuk 5 hari kerja dalam 1 minggu.

Maka dari itu semakin lama pemulung berkerja tiap harinya

maka semakin tinggi resiko terpapar oleh debu dan gas

berbahaya yang ditimbulkan oleh sampah. Sehingga jam kerja

menjadi salah satu faktor penyebab terjadinya keluhan

gangguan pernapasan.

5) Alat Pelindung Diri

Alat pelindung diri Menurut OSHA (Occupational Safety and

Health Administration) tahun 2017, personal protective

aquipment atau alat pelindung diri (APD) didefinisikan sebagai

alat yang digunakan untuk melindungi pekerja dari luka atau

penyakit yang diakibatkan oleh adanya kontak dengan bahaya

(hazards) di tempat kerja, baik yang bersifat kimia, biologis,

31
radiasi, fisik, elektrik, mekanik dan lainnya. Alat pelindung diri

adalah alat yang dipakai untuk melindungi diri dari bahaya–

bahaya kecelakaan kerja. Alat pelindung diri merupakan salah

satu cara untuk mencegah kecelakaan dan secara tehnis APD

tidaklah sempurna dapat melindungi tubuh akan tetapi dapat

mengurangi tingkat keparahan dari kecelakaan yang terjadi.

Efektifitas APD sangat tergantung pada pekerja yang

menggunakan. Tanpa peralatan yang memadai dan pelatihan

yang memadai, penyimpanan dan perawatan yang baik, alat

pelindung diri tidak akan efektif dalam mengendalikan bahaya.

Tujuan utama penggunaan APD adalah menghindari teradinya

cidera pada tubuh dalam keadaan pekerja oleh bahaya, dengan

selalu memikirkan bahwa prioritas harus diberikan pada

pengambilan cara yang memungkinkan untuk menghindari

timbulnya kondisi bahaya tersebut. Selain itu penggunaan APD

untuk mencegah atau menurunkan angka kecelakaan dan

penyakit akibat kerja. Sebagai penggunaan APD dalam

mencegah penyakitdan cidera akibat kerja merupakan alternatif

terakhir, setelah usaha rekaya secara mesin (engineering) dan

administratif telah maksimum, namun belum mampu

meminimalkan resiko dan bahaya.

32
6) Jenis Kelamin

Berdasarkan hasil dari berbagai penelitian, dilaporkan bahwa

faktor risiko meningkatnya kejadian ISPA adalah dengan jenis

kelamin laki-laki. Pada anak laki-laki dan perempuan ketika

berusia 15-24 tahun, memiliki risiko ISPA tidak terlalu jauh.

Hal ini berhubungan dengan kebutuhan oksigen dimana laki-

laki lebih membutuhkan oksigen lebih banyak dibandingkan

dengan perempuan. Akan tetapi, risiko tersebut akan menjadi

dua kali lipat pada laki-laki setelah berumur 25 tahun. Hal ini

terkait dengan aktivitas di luar rumah, perilaku merokok dan

nikotin (Nelson & Williams, 2016).

7) Riwayat Penyakit

Riwayat penyakit menunjukkan bahwa seseorang yang

mempunyai riwayat penyakit paru akan lebih mudah dan lebih

sering mengalami keluhan pernapasan dibandingkan dengan

seseorang yang sebelumnya tidak mempunyai riwayat penyakit

paru. Karena anggota tubuh yang sebelumnya sudah terserang

penyakit ketahanan terhadap penyakit pun akan menurun,

berbeda dengan anggota tubuh yang belum pernah terserang

penyakit. (Ganong,2016).

8) Status Gizi

Perilaku konsumsi pangan bergizi seimbang dapat terganggu

oleh pola kegiatan kelompok usia dewasa saat ini yaitu

33
persaingan tenaga kerja yang ketat, ibu bekerja diluar rumah,

tersedianya berbagai makanan siap saji dan siap olah, dan

ketidak-tahuan tentang gizi menyebabkan keluarga dihadapkan

pada pola kegiatan yang cenderung pasif atau “sedentary life”,

waktu di rumah yang pendek terutama untuk ibu, dan konsumsi

pangan yang tidak seimbang dan tidak higienis. Oleh karena itu,

perhatian terhadap perilaku konsumsi pangan dengan gizi

seimbang, termasuk kegiatan fisik yang memadai dan

memonitor BB normal, perlu diperhatikan untuk mencapai pola

hidup sehat, aktif dan produktif (Depkes, 2016). Status Gizi

kerja merupakan nutrisi yang diperlukan oleh para pekerja

untuk memenuhi kebutuhan sesuai dengan jenis pekerjaan.

Segala sesuatu aspek dari ilmu gizi pada umumnya, maka gizi

kerja ditujukan untuk kesehatan dan daya kerja tenaga kerja

yang setinggi-tingginya. Kesehatan dan aktifitas sehari-hari

sangat erat hubungannya dengan tingkat gizi seseorang. Tanpa

makan dan minum yang cukup kebutuhan energi untuk

beraktifitas akan diambil dari cadangan yang terdapat dalam

cadangan sel tubuh. Kekurangan makanan yang terus-menerus

akan menyebabkan susunan fisiologi terganggu. Status gizi juga

dapat menjadi faktor individu untuk dapat mengalami keluhan

pernapasan, status gizi yang seimbang lmaka diharapkan

susunan fisiologis tubuh akan bekerja secara maksimal. Selain

34
itu, dengan gizi seimbang maka kebutuhan energi akan

terpenuhi dan daya tahan tubuh dapat bekerja secara optimal,

sehingga ketika terjadi sebuah gangguan dalam fisiologi tubuh,

antibodi kita dapat bekerja dengan optimal (Depkes, 2016).

9) Jenis Pekerjaan

Tempat kerja merupakan kawasan (wilayah) bagian dari

kewenangan dan tanggung jawab manajemen perusahaan.

Kategoti atau pembagian manajemen penyakit infeksi dapat

dikategorikan menjadi “penyakit infeksi” yang merupakan

“akibat kerja”, yakni dari jenis pekerjaannya atau penyakit

infeksi yang berhubungan dengan pekerjaannya.

Berdasarkan KEPPRES NO. 22 Tahun 1993, jenis-jenis

pekerjaan tertentu dapat menyebabkan terjadinnya masalah

kesehatan khususnya gangguan saluran pernapasan (ISPA).

b. Faktor Penyebab (Agent)

Penyakit menular merupakan hasil perpaduan berbagai faktor yang

saling mempengaruhi, salah satunya yaitu agen penyebab penyakit

(agent). Mengenai pencemaran udara yang bersifat biologis sangat

penting terutama yang berada di dalam perumahan penduduk,

rumah-rumah sakit, gedung-gedung umum, pabrik dan gedung-

gedung lainnya. Pencemaran biologis terdiri atas berbagai jenis

mikroba patogen, baik jamur, metazoa, bakteri maupun virus.

Penyakit yang ditimbulkannya sering diklasifikasikan sebagai

35
penyakit yang menyebar lewat udara (air-borne diseases)

(Soemirat,2018).

1) Virus penyebab terjadinya keluhan gangguan pernafasan adalah

seperti Virus Influenza, (Soemirat,2018)

2) Bakteri

Bakteri penyebab terjadinya keluhan gangguan pernapasan

antara lain adalah Mycobakterium tuberculosis, dan

Diplococcus pneumonia. (Soemirat,2018)

3) Gas

TPA sampah dalam proses dekomposisinya dapat menghasilkan

gas berbahaya yang dapat mengganggu kesehatan. Gas yang

dihasilkan di TPA sampah diantaranya ammonia (NH3), karbon

dioksida (CO2), karbon monoksida (CO), hydrogen (H2),

hidrogen sulfida (H2S), metana (CH4), nitrogen (N2), dan

oksida (O2) (Martono, 2016).

c. Faktor Lingkungan (environment)

1) Debu

Dalam kasus pencemaran udara baik dalam maupun di luar

gedung (indoor and out door pollution) debu merupakan

campuran dari berbagai bahan dengan ukuran dan bentuk yang

relatif berbeda-beda dan sering dijadikan salah satu indikator

pencemaran yang digunakan untuk menunjukkan tingkat

36
bahaya, baik terhadap lingkungan maupun terhadap kesehatan

dan keselamatan kerja (Pudjiastuti, 2016).

Aktivitas pengolahan sampah dengan cara pengurugan dan truk-

truk pengangkut sampah menyebabkan debu berterbangan.

Debu dapat melayang di udara dalam waktu yang lama. Para

pemulung yang bekerja di TPA menghirup udara yang

mengandung debu. Debu tersebut dapat masuk ke dalam tubuh

melalui mulut dan masuk ke dalam saluran pernapasan,

sehingga debu yang terhirup terus menerus dalam jangka waktu

panjang akan terjadi penimbunan debu dalam saluran

pernapasan yang menyebabkan infeksi saluran pernapasan.

2) Kelembaban

Kelembaban udara adalah tingkat kebasahan udara karena

dalam udara air selalu terkandung dalam bentuk uap air. Saat

udara dipenuhi uap air dapat dikatakan bahwa udara berada

dalam kondisi jenuh dalam arti kelembaban tinggi dan segala

sesuatu menjadi basah. Kelembaban lingkungan kerja yang

tidak memberikan pengaruh kepada kesehatan pekerja berkisar

antara 65 % - 95 %. Kelembaban sangat erat kaitannya dengan

suhu dan keduanya merupakan pemicu pertumbuhan jamur dan

bakteri. Pada umumnya kondisi optimal perkembangbiakan

mikroorganisme adalah pada kondisi kelembaban tinggi.

Kelembaban udara yang relatif rendah yaitu kurang dari 20%

37
dapat menyebabkan kekeringan selaput lendir membran.

Sedangkan kelembaban yang tinggi dapat meningkatkan

pertumbuhan mikroorganisme.

6. Penatalaksanaan

Pada penyakit ISPA yang disebabkan oleh virus tidak perlu

diterapi dengan antibiotik, karena dapat mengakibatkan resistensi.

Terapi pada ISPA bersifat simptomatik yaitu istirahat total yang dapat

membantu kesembuhan dan meminimalisir transmisi virus, selain itu

banyak mengkonsumsi air dapat membantu mencegah dehidrasi pada

demam ringan. Dekongestan seperti pseudoefedrin digunakan untuk

mengurangi sekret nasal dan radang pada sinus. Dekongestan

digunakan tidak lebih dari 3-4 hari untuk mencegah gejala rebound,

Dextromethorphan, codeine, atau terpin hydrate dapat mengurangi

batuk. Aspirin, acetaminophen,atau anti-inflamasi seperti ibuprofen

dapat menghilangkan nyeri. Aspirin tidak harus digunakan pada anak

dibawah 18 tahun karena meningkatkan reye syndrom. Inhalasi seperti

cromolyn insodium atau ipratropium dapat digunakan untuk

mengurangi gejala pada ISPA (Hirschmann, 2016).

C. Pemulung

1. Pengertian Pemulung

Pemulung adalah bentuk aktivitas dalam mengumpulkan bahan-

bahan bekas yang masih bisa dimanfaatkan (daur ulang). Aktivitas

38
tersebut terbagi ke dalam tiga klasifikasi diantaranya, agen,

pengepul, dan pemulung (Wurdjinem, 2018). Pemulung termasuk

pekerja sector informal yang sampai saat ini belummendapatkan

pelayanan kesehatan sebagaimana mestinya. Dibeberapa kota besar

jumlah keberadaan pemulung cukup banyak, mereka merupakan

kelompok masyarakat dengan risiko tinggi terjangkit penyakit

akibat kerja mengingat jenis pekerjaan mereka (Junaedi, 2017).

Faktor yang ikut menentukan seseorang bekerja sebagai

pemulung antara lain adalah tingkat pendidikan yang rendah,

pendidikan berfungsi sebagai basis dari suatu modal pengembangan

produktifitas kerja. Tingkat pendidikan rendah menyebabkan

aksesbilitas dalam bidang pekerjaan juga rendah, disamping itu

pemikiran relatif sempit. Pendidikan rendah juga adalah salah satu

ciri penduduk miskin. Faktor yang lain adalah modal yang dimiliki

sangat terbatas, sehingga sarana yang digunakan oleh para

pemulung sangat sederhana yaitu karung plastik dan gancu untuk

menyungkit sampah atau barang bekas. (Wurdjinem, 2018).

2. Faktor Resiko

Salah satu dampak lingkungan yang besar dari Tempat

Pembuangan Akhir (TPA) sampah adalah pencemaran udara

sebagai akibat dari proses dekomposisi sampah. Proses

dekomposisi sampah akan membentuk berbagai jenis gas, seperti

Hidrogen Sulfida (H2S), Karbon Monoksida (CO), Ammonia (NH3

39
), Fosfor (PO4 ) dan Sulfur Oksida (SO4 ), dan Metana (CH4).

Semakin banyak sampah yang didekomposisi, akan semakin

banyak pula jumlah gas-gas yang dihasilkan. Gas-gas tersebut

sering menimbulkan bau busuk dan menurunkan kualitas udara di

lingkungan TPA tersebut (Noriko, 2016).

Pemulung merupakan kelompok masyarakat yang paling rentan

mengalami gangguan kesehatan akibat paparan gas-gas pencemar

dari proses dekomposisi sampah. Aktivitas pemulung yang setiap

hari berada dalam lingkungan TPA serta tempat tinggalnya yang

berada di sekitar lokasi TPA tentu menjadi salah satu penyebab

terpaparnya pemulung terhadap gas-gas tersebut. Meirinda

menyatakan bahwa ada hubungan yang bermakna antara jarak

rumah dari TPA dengan konsentrasi gas hasil pembusukan sampah.

Selain itu juga terdapat hubungan yang bermakna antara kondisi

fisik rumah dan konsentrasi gas pembusukan sampah dalam rumah

penduduk tersebut (Meirinda, 2016). Pemulung merupakan tenaga

kerja yang memiliki resiko tinggi untuk menderita penyakit yang

ditimbulkan oleh sampah. Hampir setiap hari mereka mengalami

kontak langsung dengan sampah. Oleh karena penyakit-penyakit

tersebut terjadi karena pekerjaan yang dilakukan, maka disebut

sebagai penyakit akibat kerja. Infeksi kulit merupakan salah satu

menempati urutan pertama jenis penyakit yang di derita oleh

petugas pengangkut sampah di semua kelurahan. Salah satunya

40
adalah infeksi kulit pada sela jari kaki dan telapak kaki yang

disebabkan oleh jamur atau yang lebih dikenal sebagai Tinea Pedis

atau ringworm of the foot. Tinea Pedis disebabkan oleh

Trichophyton rubrum yang sering memberikan kelainan menahun.

Personal hygiene merupakan modal yang paling utama untuk hidup

lebih sehat. Banyak masalah kesehatan yang timbul akibat

kurangnya perhatian terhadap perilaku personal hygiene.

Lingkungan dan perilaku dalam menjaga kebersihan diri

merupakan faktor yang sangat berpengaruh terhadap kesehatan

seseorang. Penyakit tubercolusis, tifus, ISPA, diare, disentri,

cacingan, dan ifeksi kulit yang disebabkan oleh kutu dan jamur

merupakan akibat dari kurangnya menjaga kebersihan diri (Anies,

2016).

3. APD Pemulung

Pemulung merupakan kelompok masyarakat yang paling rentan

mengalami gangguan kesehatan. Maka dari itu pemulung harus

wajib menggunakan APD yang lengkap supaya mencegah atau

mengurangi faktor resiko yang akan terjadi. Adapun APD yang

harus digunakan oleh pemulung seperti :

a. Masker

Penggunaan masker harus cukup besar dan baik untuk menutupi

hidung dan mulut. Menggunakan masker (face mask) terbukti

merupakan cara yang murah, mudah dan efektif untuk

41
mengurangi paparan polusi udara terhadap kesehatan, dan untuk

mencegah penyebaran penyakit menular seperti influenza,

tuberkolosis dan sebagainya. Maka dari itu masker sangat

penting bagi pekerja agar melindungi kesehatan dari paparan

lingkungan sekitar ataupun penularan penyakit dari sesorang.

b. Sarung Tangan

Sarung tangan merupakan alat pelindung diri yang paling

banyak digunakan. Dalam memilih sarung tangan perlu

dipertimbangkan beberapa faktor yaitu bahaya terpapar, apakah

berbentuk bahan korosif, panas dingin, tajam, atau kasar; daya

tahan terhadap bahaya-bahaya kimia karena alat pelindung

tangan berbeda - beda yaitu bahan karet, kainkatun, dan kulit

(Butarbutar, 2017). Sarung tangan sangat membantu melindungi

terhadap zat yang dapat menyebabkan penyakit kulit dan

melindungi terhadap teririsnya dari bahan yang dapat melukai

kulit ( Rijanjo, 2017).

c. Sepatu Kerja

Pemakaian sepatu kerja sebagai pengaman kaki harus

diperhatikan karena pemakaian sepatu kerja dapat melindungi

kaki dari benda yang jatuh ke kaki, paku, atau benda lain yang

menusuk telapak kaki, serta benda tajam yang dapat melukai

urat nadi kaki seperti sepatu boots. Sepatu boot karet atau sepatu

kulit tertutup memberikan lebih banyak perlindungan, tetapi

42
harus dijaga tetap bersih dan bebas tajam atau kedap air

(Rijanto, 2017).

d. Pelindung Mata

Pelindung mata digunakan untuk melindungi mata dari gas atau

uap iritan dan bermacam-macam radiasi termasuk sinar

matahari. Pelindung mata ada yang berbentuk kacamata biasa,

kacamata pelindung atau tameng muka (Harrington dan Gill,

2016).

e. Pakaian Kerja

Pakaian kerja jenis celana, hindarkan bagian kaki yang terlalu

panjang, bagian bawah yang terlalu lebar atau terlipat keluar

akan mengurangi pergerakan dan mudah terkait atau jatuh.

Pakaian kerja jenis baju bahannya terbuat dari katun, linen,

sutera dan sedapat mungkin tidak boleh terlalu longgar. Pakaian

kerja dapat berbentuk Apron yang menutupi sebagian dari

tubuh, emakainnya yaitu mulai dari dada sampai lutut dan

Overalls yang menutupi seluruh tubuh. Pakian pelindung

digunakan untuk melindungi pemakai dari percikan bahan kimia

dan cuaca kerja yang ekstrim (Harrington dan Gill, 2016).

D. Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Sampah

1. Pengertian TPA Sampah

43
Tempat Pembuangan Akhir (TPA) adalah suatu area yang

menampung sampah hasil pengangkutan dari Tempat Pembuangan

Sementara (TPS) maupun langsung dari sumbernya (bak atau tong

sampah) dengan tujuan untuk mengurangi permasalahan kapasitas

atau timbunan sampah yang ada dimasyarakat umumnya. Sampah

yang dibuang di TPA akan memberikan dampak, baik dari segi

estetika maupun gangguan lain seperti pencemaran lingkungan dan

terjadinya gangguan kesehatan serta bencana atau kecelakaan

(Suyono dan Budiman, 2016).

Secara terbatas yang disebut sampah hanya merupakan

tumpukan bekas dan sisa tanaman (daun-daun gugur, sisa sayuran,

sisa pertanian) ataupun sisa dan kotoran hewan, serta benda-benda

lain yang setiap saat dibuang.Tetapi secara luas, segala benda yang

akhirnya dibuang disebut sampah dan dikumpulkan pada suatu

tempat penampungan yang sering disebut TPA atau Dump Station

(Suriawiria, 2017).

Sesuai dengan SNI 19-2454-2002. 2002, Pengertian TPA

sampah adalah sarana fisik untuk berlangsungnya kegiatan

pembuangan akhir sampah berupa tempat yang digunakan untuk

mengkarantina sampah kota secara aman.

2. Sistem Pengelolaan Sampah

Pengelolaan sampah adalah suatu bidang yang berhubungan

dengan pengendalian terhadap penimbunan, penyimpanan

44
sementara, pengumpulan, pemindahan, dan Pengangkutan,

pemrosesan dan pembuangan dengan suatu cara yang, sesuai

dengan prinsip terbaik dari kesehatan masyarakat, ekonomi, teknik,

konvensasi, estetika pertimbangan- pertimbangan lingkungan yang

lain dan juga sikap masyarakat. Pada dasarnya pengelolaan sampah

ada dua macam yakni pengelolaan atau penanganan sampah

setempat (individu) dan pengelolaan atau penanganan terpusat.

Pengelolaan sampah perlu didasarkan berbagai pertimbangan yaitu

untuk mencegah terjadinya penyakit, konservasi sumber daya alam,

mencegah gangguan estetika, serta memberi insentif untuk daur

ulang atau pemanfaatan kuantitas dan kualitas sampah (Juli

Soemirat Slamet, 2016).

Proses akhir dari rangkaian penanganan sampah yang biasa

dijumpai di Indonesia adalah dilaksanakan di Tempat Pemerosesan

Akhir (TPA). Pada umumnya pemerosesan akhir sampah yang

dilaksanakan di TPA adalah berupa proses landfilling

(pengurugan), dan di Indonesia sebagian besar dilaksanakan

dengan open-dumping, yang mengakibatkan permasalahan

lingkungan, seperti timbulnya bau, tercemarnya air tanah,

timbulnya asap, dsb.

3. Pengaruh Sampah

Sampah merupakan sesuatu yang tidak digunakan dan telah

dibuang, berasal dari kegiatan manusia baik kegiatan sehari-hari

45
atau hasil industri dan dapat mencemari lingkungan serta dapat

menjadi sumber penyakit. Sedangkan Tempat Pemrosesan Akhir

(TPA) sampah merupakan tempat dimana sampah mencapai tahap

terakhir dalam pengelolaannya sejak mulai muncul dari sisa

kegiatan manusia, mengumpulan dari sumber sampah, pemindahan

atau pengangkutan dari tempat pengumpulan sementara,

pengolahan sampai pembuangan akhir yang mana sampah itu sudah

benar-benar tidak dapat digunakan. TPA sampah dalam proses

dekomposisinya dapat menghasilkan gas berbahaya yang dapat

mengganggu kesehatan. Gas yang dihasilkan di TPA sampah

diantaranya ammonia (NH3), karbondioksida (CO2), karbon

monoksida (CO), hydrogen (H2), hidrogen sulfida (H2S), metana

(CH4), nitrogen (N2), dan oksida (O2)(Martono, 2006). Kadar gas

berbahaya di TPA sampah terbanyak adalah amonia (45–60%) dan

karbon dioksida (40– 60%). Gas NH3 cukup tinggi di dalam TPA

karena proses penguraian sampah oleh bakteri anaerobic (Martono,

2016).

Pengaruh sampah terhadap kesehatan dikelompokkan menjadi

efek yang langsung dan tidak langsung. Efek Langsung adalah efek

yang disebabkan karena kontak yang langsung dengan sampah

tersebut. Misalnya, sampah beracun, sampah yang korosif terhadap

tubuh, yang karsinogenik, teratogenik dan sampah yang

mengandung kuman patogen sehingga dapat menimbulkan

46
penyakit, sedangkan Efek Tidak Langsung adalah efek yang

dirasakan masyarakat akibat proses pembusukan, pembakaran, dan

pembuangan sampah. Dekomposisi sampah biasanya terjadi secara

aerobik, dilanjutkan secara fakultatif, dan secara anaerobik apabila

oksigen telah habis (Juli Soemirat Slamet, 2017). Efek tidak

langsung lainnya berupa penyakit bawaan vector yang berkembang

biak di dalam sampah. Sampah apabila ditimbun sembarangan

dapat dipakai sarang lalat dan tikus. Lalat merupakan vektor

berbagai penyakit perut dan tikus dapat menisak harta benda

masyarakat dan sering membawa pinjal yang menyebabkan

penyakit pest. Sampah juga dapat menyebab kanpenyakit bawaan

yang sangat luas dan berupa penyakit menular, tidak menular, dapat

berupa akibat kebakaran, keracunan dan lainnya (Juli Soemirat

Slamet, 2017).

47
E. Kerangka Konsep

Berdasarkan landasan teori yang telah diuraikan pada tinjauan

pustaka serta masalah penelitian, maka kerangka konsep penelitian dengan

menggunakan beberapa Variabel yang digambarkan sebagai berikut

Umur

KebiasaanMerokok
Keluhan Infeksi Saluran
Pernapasan Akut (ISPA)
Masa Kerja Pada Pemulung

Jam Kerja

Penggunaan
APD

Gambar 2.1. Kerangka Konsep

Ket:

Variabel independen

Variabel dependen

Hubungan

48
F. Hipotesis

1. Hipotesis Alternatif (Na) :

a. Ada hubungan antara umur dengan keluhan infeksi saluran

pernapasan akut pada pemulung di TPA Toisapu Kota Ambon

b. Ada hubungan antara Kebiasaan merokok dengan keluhan infeksi

saluran pernapasan pada pemulung di TPA Toisapu Kota Ambon

c. Ada hubungan antara masa kerja dengan keluhan infeksi saluran

pernappasan akut pada pemulung di TPA Toisapu Kota Ambon

d. Ada hubungan antara jam kerja dengan keluhan infeksi saluran

pernapasan akut pada pemulung di TPA Toisapu Kota Ambon

e. Ada hubungan antara penggunaan APD dengan keluhan infeksi

saluran pernapasan akut pada pemulung di TPA Toisapu Kota

Ambon

2. Hipotesis Nol (No) :

a. Tidak ada hubungan antara umur dengan keluhan infeksi saluran

pernapasan akut pada pemulung di TPA Toisapu Kota Ambon

b. Tidak ada hubungan antara kebiasaan merokok dengan keluhan

infeksi saluran pernapasan akut pada pemulung di TPA Toisapu

Kota Ambon

49
c. Tidak ada hubungan antara masa kerja dengan Keluhan infeksi

saluran pernapasan akut pada pemulung di TPA Toisapu Kota

Ambon

d. Tidak ada hubungan antara jam kerja dengan keluhan infeksi

saluran pernapasan pada pemulung di TPA Toisapu Kota Ambon

e. Tidak ada hubungan antara penggunaan APD dengan keluhan

infeksi saluran pernapasan akut pada pemulung di TPA Toisapu

Kota Ambon

50
BAB III
METODE PENELITIAN

A. Rancangan Penelitian

Rancanga penelitian yang digunakan adalah metode survei analitik

dengan pendekatan cross sectionalI yaitu penelitian resiko dengan efek,

dengan cara pendekatan, observasi atau pengumpulan data sekaligus pada

suatu saat (point timeapproach) dengan menggunakan kuesioner

B. Lokasi dan Waktu Penelitian

1. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Tempat Pembuangan Akhir (TPA)

Toisapu Dusun Ama Ory Kota Ambon

2. Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan mulai dari bulan April 2020

C. Populasi dan Sampel

1. Populasi

Populasi dalan penelitian ini adalah semua pemulang di TPA

Toisapu Dusun Ama Ory Kota Ambon yang berjumblah 100 orang.

51
2. Sampel

Sampel penelitian adalah pemulung di TPA Toisapu Dusun Ama

Ory Kota Ambon yang berjumblah 50 responden.

Dalam menentukan sampel responden peneliti memerlukan

beberapa kriteria sebagai berikut.

a. Kriteria Inklusi

Kriteria inklusi adalah kriteria atau ciri-ciri yang harus dipenuhi

setiap masing-masing anggota populasi yang akan dijadikan

sampel (Notoatmodjo, 2010).

1) Pemulung yang masih aktif di TPA Toisapu.

2) Bersedia menjadi responden penelitian.

3) Pemulung yang bisa berkomunikasi dengan baik.

b. Kriteria Eksklusi

Kriteria eksklusi adalah kriteria atau ciri-ciri anggota populasi

yang tidak bisa dijadikan sebagai sampel penelitian

(Notoatmodjo, 2016).

1) Pemulung yang tidak berada di TPA Toisapu

D. Variabel Penelitian

1. Variabel Independen

Variabel independen yang digunakan dalam penelitian ini adalah

umur,merokok,jam kerja,masa kerja,penggunaan APD

2. Variabel Dependen

52
Variabel dependen yang digunakan dalam penelitian ini adalah

keluhan gangguan infeksi saluran pernapasan akut pada pemulung

E. Definisi Operasional

Tabel 3.1. Definisi Operasional

No Variabel Definisi Operasional Alat Ukur Hasil Ukur Skala


1 Umur Umur merupakan Wawancara 1) Berisiko : jika Nominal
lamanya responden dengan pekerja berusia
hidup dihitung sejak menggunakn ≥ 40 tahun.
responden tersebut kuesioner dan 2) Tidak Berisiko
terlahir sampai pada Observasi jika pekerja
waktu dilakukan berusia ≤ 40
pennelitian. tahun.
2 Kebiasaa Perilaku pemulung Wawancara Berdasarkan skala Nominal
n dalam menghisap dengan WHO :
Merokok rokok sehari hari menggunaka Perokok Ringan 5-
yang membedakan n kuesioner 10 batang per hari.
perokok aktif atau Perokok Berat > 10
pasif dan tidak batang per hari
perokok aktif atau
tidak pasif
3 Masa Kurun waktu Wawancara 1) Baru jika tenaga Nominal
Kerja seseorang bekerja dengan kerja bekerja ≤
sampai pada saat menggunaka 5 tahun.
penelitian dalam n 2) lama, jika
satuan tahun kuesioner/isia tenaga kerja
n bekerja > 5
tahun
4 Jam Lama paparan Wawancara 1) Tidak berisiko Nominal
Kerja adallah lamanya dengan jika tenaga kerja
seseorang berada menggunaka bekerja ≤ 8 jam.
dalam lingkungan n kuesioner 2) berisiko jika
kerja dalam sehari tenaga kerja
dengan satuan bekerja ≥ 8 jam
jam/hari
5 Penggun Pengunaan APD Wawancara 1) Tidak Berisiko Nominal
aan APD masker adalah dengan jika pemulung
keadaan dimana menggunaka menggunakan
seseorang memiliki n kuesioner APD (Masker)
kesadaran untuk 2) Berisiko jika

53
melindungi diri dari pemulung tidak
bahaya yang ada menggunakan
dilingkungan kerja APD (Masker)
6 Kejadian Penyakit infeksi Wawancara 1) Jika Pekerja Nominal
ganggua saluran pernapasan dengan Pemulung
n infeksi akut ditandai dengan menggunaka mengalami
salura satu atau lebih n kuesioner keluhan
pernapas gejalah batuk, pilek, gangguan
an akut serta dengan atau pernapasan
tanpa demam yang yang terdaftar di
berlangsung selama Rekam Medis
14 hari dan telah Puskesmas.
didiagnosa dari 2) Jika pekerja
dokter atau tenaga pemulung tidak
kesehatan yang mengalami
tercatat di rekam gangguan
medis puskesmas pernapasan dan
Tidak terdaftar
di Rekam Medis
Puskesmas

F. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah

kuesioner, wawancara dan observasi. Kuesioner terdiri dari 23 Pertanyaan

dan dibagi menjadi 5 komponen, yaitu penggunaan alat pelindung diri,

kebiasaan merokok, masa kerja, jam kerja dan infeksi saluran pernapasan

akut. Pilihan jawaban pada penggunaan alat pelindung diri, kebiasaan

merokok dan gangguan infeksi saluran pernapasan akut terdiri atas ya dan

tidak. Jawaban dari responden dapat dibuat skor tertinggi 2 dan skor

terendah 1, untuk alternatif jawaban dalam kuesioner, penyusun

menetapkan kategori untuk setiap pernyataan positif, yaitu ya = 2 dan

tidak = 1, sedangkan kategori untuk setiap pernyataan negatif, yaitu ya = 1

dan tidak = 2. Sedangkan kuesioner untuk jam kerja di ukur melalui

54
jawaban responden jika ≤ 8 jam/hari maka di dikategorikan Instrumen 2 =

normal, dan jika ≥ 8 jam/hari maka dikategorikan 1 = tidak normal.

Kemudian untuk pertanyaan masa kerja jika bekerja ≤ 5 tahun

dikategorikan 2 = baru, dan untuk yang bekerja ≥ 5 tahun dikategorikan 1

= lama. Kuesioner yang peneliti gunakan adalah kuesioner yang di ambil

dari penelitian sebelumnya dengan uji validitas dilakukan pada kelompok

petani yang berada di wilayah desa Kutukulon Kabupaten Ponorogo. Uji

validitas instrumen menggunakan rumus korelasi product moment.

Penentuan kevalidan suatu instrumen diukur dengan membandingkan r

hitung dengan r tabel. r hitung > r tabel = Valid, r hitung < r tabel = Tidak

Valid. Peneliti melibatkan 20 responden Pekerja Home Industry Batu Bata

di kecamatan Bendo Kabupaten magentan. Maka nilai r tabel diperoleh

yaitu 0,444. Pertanyaan dikatakan valid jika r hitung> r tabel. hasil uji

validitas kemuudian di uji reliabilitas menggunakan alpha cronbach. Hasil

uji reliabilitas untuk kuesioner alat pelindung diri menghasilkan nilai alpha

sebesar 0,780, kebiasaan merokok mengghasilkan nilai alpha 1,000, masa

kerja dengan nilai alpha 1,000, jam kerja dengan nilai alpha 1,000 dan

gangguan infeksi saluran pernapasan akut menghasilkan nilai alpha

sebesar 0,912 yang menunjukan bahwa kuesioner tersebut termasuk

reliabel dan layak digunakan untuk pennelitian.

Data yang telah didapat akan diperiksa kelengkapannya kemudian

dilakukan seleksi data yang sesuai dan diolah dengan menggunakan

program Statistical Product and Service Solution (SPSS) pada komputer.

55
G. Teknik Pengolahan Data

1. Preanalysis phase

Data yang diperoleh dalam penelitian kemudian diolah dan

dianalisis menggunakan computer SPSS for windows, analisa penilitian

menghasilkan informasi yang benar ada empat tahap yaitu :

a. Edit (Editing)

Setelah kuesioner di isi oleh peneliti, kemudian dikumpulkan

dalam bentuk data, data tersebut dilakukan pengecekan dan

memeriksa kelengkapan data, kesinambungan, dan memeriksa

keseragaman data.

b. Transformasi Data (Data Transformation)

Untuk mengubah skala pengukuran data menjadi bentuk lain agar

memenuhi asumsi analisis.

c. Coding

Untuk memudahkan pengolahan data, semua dan/ jawaban

disederhanakan dengan memberikan kode untuk setiap jawaban.

d. Masuk (Entry)

Untuk memasukan data yang diperoleh dengan menggunakan

perangkat lunak komputer dengan bantuan SPSS.

e. Pembersihan (Cleaning)

56
Proses pengecekan data untuk konsistensi dan treatmen yang

hilang, pengecekan konsistensi meliputi pemeriksaan data yang out

of range , tidak konsisten secara logika, ada nilai-nilai ekstrim, data

dengan nilai-nilai tidak terdefinisi.

f. Nilai yang Hilang (Missing value)

Data atau informasi yang hilang atau tidak tersedia mengenai

subjek penelitian pada variabel tertentu akibat kesalahan peneliti

maupun ketidak mampuan responden menjawab secara akurat.

2. Prelimenary assessment

Tindakan untuk melakukan penilaian awal terhadap data yang telah di

kumpulkan dan melakukan penyusunan laporan

3. Relimenary action

Tindakan melanjutkan penyusunan laporan serta melakukan konsultasi

hasil penilaian.

H. Aalisa Data

Data yang sudah diolah kemudian dianalisis untuk memperoleh

kesimpulan secara umum dari penelitian. Analisis data dalam penelitian ini

yakni:

1. Analisis Univariat

Analisis univariat digunakan untuk menjabarkan secara deskritif

mengenai distribusi frekuensi dan proporasi masing-masing variabel

57
yang ditelitik, baik variabel independen maupun variabel dependen.

Analisis univariat bertujuan untuk menjelaskan atau mendeskripsikan

karakteristik setiap variabel penelitian. Pada penelitian ini yang akan

dianalisis univariat adalah umur,merokok,jam kerja,masa kerja,

penggunaan APD, dan Keluhan gangguan infeksi saluran pernapasan

akut

2. Analisis Bivariat

Analisis bivariat merupakan analisis untuk mengetahui interaksi

dua variabel baik berupa komperatif,asosiatif maupun korelatif

(Suryono, 2016). Analisis bivariat digunakan untuk menguji hipotesis

dengan menentukan hubungan variabel independen dengan variabel

dependen. Analisis ini dilakukan dengan menggunakan uji statistik

Chi-Square pada tingkat kepercayaan 95% (a = 0,05, sehingga apabila

ditemukan hasil analisis statistik p < 0,05 maka variabel tersebut

dinyatakan berhubungan secara signifikan.

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, S. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktis Edisi Revisi VI.
Jakarta : Rineka Cipta
Butar Butar, Marlina R. 2017 Hubungan Hygiene Perorangan dan Pemakaian
Alat Pelindung Diri (APD) dengan Keluhan Gangguan Kulit dan
Kecacingan Pada Petugas Pengangkut Sampah Kota Pematangsintar
Tahun 2017. Skripsi.
Dinas Lingkungan Hidup dan Persampahan Kota Ambon. 2019. Profil Dinas
Lingkungan Hidup dan Persampahan 2019.

58
Elmina, Elysabeth. 2016. Analisis Kulaitas Udara dan Keluhan Kesehatan yang
Berkaitan Dengan Saluran Pernapasan pada Pemulung di TPA Sampah
Terju Kecamatan Medan Marelan Tahun 206. Universitas Sumatra Utara
Medan.
Harrington, J.M & Gill, F.S., 2016. Kesehatan Kerja, Jakarta: EGC.
Hogan, Michael. 2016. Respiration, Encyclopedia of Earth. Eds. Mark McGinley
& C. J. Cleveland. National council for Science and the Enivironment,
Washington DC. Juli Soemirat Slamet, 2010, Prinsip Dasar Kesehatan
Lingkungan, Yogyakarta : Gajah Mada University.
Ganong, W.F. 2002, Buku Ajar Fisiologi Kedokteran, Edisi 20, EGC, Jakarta
Junaedi. 2017. Semangat Kerja Pemulung Sampah, Pahlawan Lingkungan Yang
Terlantar.
Kementrian Kesehatan RI. 2010. Kemenkes RI No. 1087/MenKes/SK/VIII/2010
tentang Standar Kesehatan Dan Keselamatan Kerja. Jakarta: Depkes RI
Kementrian Lingkungan Hidup. 2019. Status Lingkungan Hidup Indonesia 2019.
Jakarta.
Dinas Kesehatan Kota Ambon. Profil Kesehatan Kota Ambon 2019
DR. H. Masriadi, epidemologi penyakit menular. Depok : Rajawali Perss, 2017.
Elizabeth J. Corwin, 2018. Buku Saku Patofisiologi, Jakarta: EGC
ILO. Keselamatan dan Kesehatan Kerja Sarana Untuk Produktifitas. Jakarta:
International Labour Office; 2017
KEPMENKES RI NO 145/MENKES/SK/XI/2001. Tentang program kesehatan
lingkungan kerja perkantoran dan industri.
Kementrian Kesehatan RI. Riset Kesehatan Dasar. Jakarta: Badan Penelitian dan
Pengembangan Kesehatan; 2018.
Masriadi, 2017. Epidemologi penyakit tidak menular. Jakarta : Transinfomedia
Syaifuddin, 2016, Anatomi Fisiologi, Jakarta, EGC
WHO, 2016, Pencegahan dan Pengendalian Infeksi Saluran Pernapasan Akut
(ISPA) yang Cendrung Menjadi Epidemi dan Pandemi di Fasilitas
Pelayanan Kesehatan.
Ifa Ayu Risma. Faktor yang Berhubungan dengan Kejadian ISPA Pada Pekerja
Home Industry Batu Bata di Desa Kleco Kecamatan Bendo Kabupaten
Magetan. Jurnal Fakultas kesehatan Masyarakat, Stikes Bhakti Husada
Mulia Madiun 2018

59
Martono, D.J. 2016 Teknologi Pemanfaatan Gas Dari TPA. Pusat Pengkajian
Teknologi Lingkungan (PTL) Badan Pengkajian dan Penerapan
Teknologi (BPPT).
Mukono, H.J. 2016. Pencemaran Udara dan Pengaruhnya Terhadap Gangguan
saluran Pernapasan. Cetakan Ketiga. Airlangga University Press.
Surabaya.
Soemirat, J.S., 2018. Kesehatan Lingkungan, Yogyakarta: Gajah Mada
University. Press.
Standar Nasional Indonesia (SNI) 03-3241-1997 tentang Tata Cara Pemilahan
Lokasi TPA.
Sugiyono. 2017. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung:
Alfabeta.
Tarawaka, 2017. Keselamatan dan Kesehatan Kerja. Surakarta : HARAPAN
PRESS.

Lampiran 1

SURAT PERMINTAAN UNTUK MENJADI RESPONDEN


FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN GANGGUAN
INFEKSI SALURAN PERNAPASAN AKUT PEMULUNG DI TPA
TOISAPU DUSUN AMA ORY KOTA AMBON

Kepada Yth: Calon Responden Penelitian

Dengan Hormat,

60
Saya yang bertanda tangan dibawah ini

Nama : Imanuwel Timisela,

Npm : 12114201160044

Adalah mahasiswa Program Studi Ilmu Keperawatan Universitas Kristen


Indonesia Maluku yang sedang melakukan penelitian dengan judul: “FAKTOR-
FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN INFEKSI SALURAN
PERNAPASAN AKUT PEMULUNG DI TPA TOISAPU DUSUN AMA ORY
KOTA AMBON”
Penelitian ini tidak menimbulkan akibat yang merugikan bagi saudara
sebagaai responden, kerahasiaan mengenai semua informasi yang diberikan akan
dijaga dan hanya digunakan untuk kepentingan penelitian. Apabila saudara
menyetujui untuk berpatisipasi dalam penelitian saya, mohon kesediaannya untuk
menandatangani persetujuan dan menjawab pertanyaan-pertanyaan yang saya
buat. Atas perhatan dan kesediaan sudara menjadi responden sebelumnya saya
ucapkan terima kasih

Ambon , Maret 2020

Responden

(...........................................)

Lampiran 2

LEMBAR PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN

(INFORMED CONSENT)

Saya yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama :

Umur/ Jenis Kelamin :

61
Alamat :

Setelah mendapat penjelasan tentang manfaat dan hal-hal yang


berhubungan dengan penelitian mengenai “FAKTOR-FAKTOR YANG
BERHUBUNGAN DENGAN INFEKSI SALURAN PERNAPASAN AKUT
PEMULUNG DI TPA TOISAPU DUSUN AMA ORY KOTA AMBON” dan
memahami segala yang akan dilakukan dalam penelitian, dengan ini saya
menyatakan setuju untuk berpatisipasi sebagai responden atau subjek penelitian
dalam penelitian yang dilakukan oleh Mahasiswa Program Studi Ilmu
Keperawatan UKIM Ambon yang bernama Imanuwel Timisela. Semua rahasia
yang diberikan akan dijaga oleh penulis dan hanya digunakan untuk kepentingan
penelitian. Demikian surat persetujuan ini saya buat dalam keadaan baik dan tanpa
paksaan dari pihak manapun

Ambon, Maret 2020

Responden

(...........................................)

Lampiran 3

LEMBAR BIODATA RESPONDEN

Kode responden

Di isi oleh peneliti

62
Petunjuk Pengisian :

a. Bacalah dengann teliti pertanyaan yang telah ada


b. Jawablah semua pertanyaan yang ada dengan menuliskan jawaban anda
dan memberikan tanda (√) pada jawaban yang anda anggap benar.

Nama Responden :.....................................................................

Usia :.....................................................................Thn

Jenis Kelamin : Laki-laki/Perempuan

Agama :......................................................................

Alamat :.....................................................................

Pendidikan

a. SD/MI
b. SMP/SLTA
c. SMA/SLTA
d. Perguruan Tinggi

Lampiran 4

KUESUIONER PENELITIAN
FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN INFEKSI
SALURAN PERNAPASAN AKUT DI TPA TOISAPU DUSUN AMA ORY
KOTA AMBON

No Responden :

63
Tanggal Pngisian :

Masa Kerja : Tahun Bulan

I. KUESIONER UNTUK PENGGUNAAN ALAT PELINDUNG DIRI


(MASKER)
Beri tanda (√) pada kolom checklist ya atau tidak

N Pertanyaan YA TIDAK
O
1. Apakah bapak/ibu disaat bekerja menggunakan APD
Masker ?
2. Apakah bapak/ibu mengetahui cara menggunakan
masker dengan baik ?
3. Apakah bapak/ibu merasah nyaman saat
menggunakan masker saat bekerja ?
4. Apakah udarah dan aroma yang dihasilkan oleh
sampah dilingkungan kerja mengganggu kenyamanan
dalam bekerja
5. Apakah pemerintah Kota Ambon menyediakan
Masker untuk bekerja ?

II. KUESIONER UNTUK KEBIASAAN MEROKOK


Beri tanda (√) pada kolom checklist ya atau tidak

N PERTANYAAN YA TIDAK
O
1. Apakah bapak/ibu merokok ?
2. Apabilah “YA” apakah dalam bekerja anda juga
merokok ?
3. Bila “TIDAK” apakah sebelumnya anda pernah
merokok
4. Apakah keluarga yang berada dirumah ada yang

64
merokok ?
5. Berapa batang rokok dalam sehari
a. 1-10 batang rokok perhari
b. 10-20 batang rokok perhari

III. KUESIONER UNTUK MASA KERJA


1. Bapak/ibu mulai menjalani profesi sebagai pemulung/pemilah sampah
sejak tahun berapa........?

IV. KUESIONER UNTUK JAM KERJA


1. Bapak/ibu mulai bekerja biasanya dari jam berapa setiap hari..........?
2. Waktu bekerja apakah pagi/siang/malam ..........?
3. Berapa jam dalam bekerja .........?

V. KUESIONER UNTUK GANGGUAN ISPA


Beri tanda (√) pada kolom checklist ya atau tidak

N PERTANYAAN YA TIDAK
O
1. Apakah bapak/ibu pernah mengalami gejalah ISPA ?

2. Jika “YA” apakah bapak/ibu pernah melakukan


pemeriksaan di pelayanan Kesehatan ?
3. Apakah bapak/ibu sering mengalami batuk-batuk ?

4. Apakah pernah mengalami Flu ?

5. Apakah pernah mengalami sesak napas ?

6. Apakah pernah mengalami nyeri dada ?

7. Apakah pernah mengalami sakit tenggorokan ?

8. Apakah pernah mengalami perih pada hiduung ?

9. Apakah pernah mengalami batuk berdarah ?

65
Lampiran 5

OBSERVASI
FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN INFEKSI
SALURAN PERNAPASAN AKUT PEMULUNG DI TPA TOISAPU
DUSUN AMA ORY KOTA AMBON

1. TABEL OBSERVASI

NO PERTANYAAN YA TIDAK

66
1. Apakah pekerja memakai APD sesuai SOP

2. Apakah pekerja pada saat melakukan


pekerjaan merokok
3. Apakah pekerja yang bekerja ada yang
sudah lanjut usia
4. Apakah pekerja yang bekerja ada yang
masih anak-anak

67

Anda mungkin juga menyukai