Nim : P2833318022 Prodi : SMT 7 D4 Sanitasi Lingkungan
Logbook Materi Pertemuan 15
No. Hari, tanggal, Materi yang dibaca sumber Paraf dosen
dan jam baca 1. Jumat, 17-09- keberadaan vektor penyakit Bahan Ajar 2021 seperti lalat, kecoa, nyamuk Kesehatan dan binatang pengganggu Lingkungan (tikus), dalam dunia industri “Sanitasi masih kurang mendapat Industri & K3 perhatian pihak manajemen. Hal ini dapat disebabkan, karena vektor dan tikus di industri tidak langsung dapat menimbulkan penyakit, tetapi hanya sebagai perantara penularan penyakit. Walaupun sebagai perantara penularan penyakit, adanya vektor lalat, kecoa, nyamuk dan tikus dapat mengganggu kenyamanan dan kesehatan tenaga kerja di industri. Pada dasanya dalam pengawasan vektor penyakit seperti lalat, kecoa, dan nyamuk baik di permukiman masyarakat maupun di industri tidak ada perbedaan, bedanya hanya dari segi lokasi. Pengawasan vektor di industri dapat dilakukan baik secara fisik, kimia, biologis dan perbaikan sanitasi lingkungan di industri. Upaya untuk pengawasan vektor penyakit di industri dengan tujuan untk membasmi vektor sampai tuntas, namun hal tersebut tidak mungkin dan yang dapat dilakukan adalah usaha mengurangi dan menurunkan populasi kesatu tingkat yang tidak membahayakan kehidupan manusia. Selain itu, hendaknya dalam pengawasan dapat diusahakan agar segala kegiatan dalam rangka memurunkan populasi vektor dapat mencapai hasil yang baik. Untuk itu perlu diterapkan teknologi yang sesuai, bahkan teknologi sederhanapun, yang penting didasarkan prinsip dan konsep yang benar. Adapun prinsip dasar dalam pengawasan atau pengendalian vektor penyakit yang dapat dijadikan sebagai pegangan sebagai berikut : 1. Pengendalian vektor harus menerapkan bermacam- macam cara pengendalian agar vektor tetap berada di bawah garis batas yang tidak merugikan atau membahayakan. 2.Pengendalian vektor tidak menimbulkan kerusakan atau gangguan ekologi terhadap tata lingkungan hidup. Sementara konsep dasar pengendalian vektor; 1.Harus dapat menekan densitas vekto 2. Tidak membahayakan manusia 3.Tidak mengganggu keseimbangan lingkungan. Tujuan pengawasan/pengendalian vektor di industri antara lain; 1. Mencegah wabah penyakit yang tergolong vector-borne disease, memperkecil risiko kontak antara manusia dengan vektor penyakit dan memperkecil sumber penularan penyakit atau reservoir, 2. Mencegah dimasukkannya vektor atau penyakit yang baru ke suatu kawasan yang bebas dilakukan dengan pendekatan legal, maupun dengan aplikasi pestisida (spraying, baiting, trapping). Lalat merupakan serangga dengan metamorfosis sempurna, pada usia 4 sampai 20 hari lalat betina sudah bisa menhasilkan telur. telurnya berbentuk oval, warna putih, uuran 10mm dan biasanya mengelompok, pada tiap kelompok bisa mencapai 75 sampai dengan 150 butir telur. Telur diletakkan pada tempat yang terhindar dari sinar matahari dan ada makanannya. telur dan tempayaknya tidak tahan pada suhu 750C. Telur menetas berubah menjadi tempayak (12 jam) pada waktu 4 s.d 7 hari berubah menjadi kepompong (warnanya merah tua atau coklat). kepompong mencari tempat yang kering untuk bersembunyi. jika suhu sesuai maka akan berubah menjadi dewasa setelah 3 hari. Sebelum terbang memerlukan waktu satu jam untuk mengeringkan tubuh dan sayap. lebih kurang 15 jam, kemudian hidup sebagaimana lalat dewasa. Usia lalat antara 2 sampai 4 minggu, tetapi akan lebih lama jika udara dingin. Pengawasan ini ditujukan terutama untuk serangga dan binatang pengerat yang menularkan penyakit. Dalam keadaan bencana walaupun tidak merupakan prioritas utama seperti halnya upaya menyediaan air bersih dan makanan, pengendalian atau pengawasan vektor pengganggu tetap harus dijalankan agar tidak menambah masalah kesehatan lingkungan di industry (Rachmadhi, 2013). Ditujukan pada telur, dengan menghilangkan tempat berkembang-biaknya lalat seperti gundukan sampah Merubah bentuk lingkungan (adanya sesuatu yang baru) yang dapat diterapkan sehingga dapat merubah kondisi lingkungan aslinya. Hal ini bertujuan untuk memcegah nyamuk tumbuh dan berkembang biak karena lingkungan berbiak nyamuk sudah tidak sesuai dengan standart untuk kelangsungan hidupnya. Kecoa dikontrol dengan mengurangi tempat- tempat yang optimal untuk perkembangbiakan kecoa dengan memberikan suhu 5°C . Penggunaan bahan kimia kadangkadang ditambah dengan insektisida nonresidual pyrethrin berbasis memaksa serangga dari daerah tersembunyi ke wilayahterbuka, di mana kontak diperbaiki dengan insektisida dapat terjadi. Senyawa lainnya, seperti diazinon microencapsulated flowable, tersedia untuk pengontrolan kecoa dan serangga lain didaerah retak, atau celah tapi tidak untuk aplikasi di daerah penanganan makanan.