Anda di halaman 1dari 7

Nama : Aracelly M M Tumengkol

Nim : 19209016
Kelas : B
Angkatan : 2019

RINGKASAN BAB 1 & II


IRIGASI DAN BANGUNAN AIR

BAB 1. SISTEM IRIGASI DI INDONESIA

1. Pengertian dan Maksud Irigasi

Irigasi berasal dari istilah Irrigatie ( Bahasa Belanda ) atau Irigation ( Bahasa Inggris )
yang diartikan sebagai suatu usaha yang dilakukan untuk mendatangkan air dari sumbernya
guna keprluan pertanian mengalirkan dan membagikan air secara teratur, setelah digunakan
dapat pula dibuang kembali melalui saluran pembuang.
Maksud dari irigasi itu sendiri yaitu untuk memenuhi kebutuhan air ( water supply )
untuk keperluan pertanian, meliputi pembasahan tanah, perabukan/pemupukan, pengatur
suhu tanah, menghindarkan gangguan hama dalam tanah, dsb.

Tanaman yang diberi air irigasi umumnya dibagi dalam 3 golongan besar yaitu :

 Padi : Irigasi di Indonesia digunakan pemberian air kepada muka tanah dengan cara
menggenang ( flooding method )
 Tebu
 Palawija ( jagung, kacang-kacangan, bawang, cabe, dan lain-lain ).

1.2. Tingkat Jaringan Irigasi

Irigasi di Indonesia dapat dibedakan menjadi Irigasi Pedesaan dan Irigasi Pemerintah.
Sistem irigasi pemerintah bersifat komunal dan tidak menerima bantuan dari pemerintah pusat.
Pembangunan dan pengelolaannya ( seluruh jaringan irigasi ) dilakukan sepenuhnya oleh
masyarakat. Sistem Irigasi ( SI ) bantuan pemerintah berdasarkan cara pengukuran aliran air,
pengaturan, kelengkapan fasilitas. Jaringan irigasi di Indonesia dapat dibedakan kedalam 3
Tingkat kategori yaitu :

 Irigasi Teknis
 Irigasi Semi Teknis
 Irigasi Sederhana
Mengacu pada KP-01 ( Kriteria Perencanaan Bagian Jaringan Irigasi ), dalam suatu
jaringan irigasi terdapat empat unsur funsional Jaringan Irigasi yaitu :

 Bangunan-bangunan utama ( Headwork ) dimana air dari sumbernya dielakkan ke


saluran
 Jaringan pembawa irigasi berupa saluran-saluran ( primer,sekunder,tersier,kwarter )
yang mengalirkan air irigasi ke petak-petak tersier
 Petak-petak tersier dengan sistem pembagian air dan sistem pembuangan kolektif, air
irigasi di bagi-bagi dan dialirkan ke sawah-sawah dan kelebihan ditampung di dalam
suatu sistem pembuangan di dalam petak tersier.
 Sistem pembuangan yang terdapat diluar daerah irigasi untuk membuang kelebihan air
irigasi ke sungai atau saluran-saluran alamiah sekitarnya.

1.2.1 Irigasi Teknis


Prinsip dari jaringan irigasi teknis adalah :

 Jaringan irigasi yang mendapatkan pasokan air terpisah dengan jaringan


pembuang/pematus
 Pemberian airnya dapat diukur, diatur dan terkontrol pada beberapa titik tertentu
 Dalam irigasi teknis, petak tersier menduduki fungsi sentral dalam jaringan irigasi teknis
 Semua bangunan bersifat permanen
Contoh S.I Jatiluhur
S.I. Pemal. Comal
S.I. Rentang
S.I. Sampean dll
1.2.2. Irigasi Semi Teknis
Prinsip dari jaringan irigasi semiteknis adalah sebagai berikut :

 Pengaliran kesawah dapat diatur tetapi banyaknya air tidak dapat diukur
 Pembagian air tidak dapat dilakukan secara seksama
 Memiliki sedikit bangunan permanen
 Hanya satu alat pengukuran aliran yang dapat ditempatkan pada bangunan bendung
 Sistem pemberian air dan sistem pembuangan air tidak mesti sama sekali terpisah.

1.2.3. Irigasi Sederhana


Prinsip dari jaringan irigasi sederhana adalah sebagai berikut :

 Biasanya menerima bantuan pemerintah untuk membangun dan atau penyempurnaan,


tetapi dikelola dan dioperaswikan oleh aparat desa
 Memiliki bangunan semi permanen dan tidak mempunyai alat pengukur dan penontrol
aliran sehingga aliran tidak diatur dan diukur.
1.3. Unsur Jaringan Irigasi
Unsur-unsur jaringan irigasi tersebut meliputi :
1. Peta Ikhtisar
 Bangunan utama
 Jaringan dan trase saluran irigasi
 Jaringan dan trase saluran pembuang
 Petak-petak primer, sekunder, dan tresier
 Lokasi Bangunan
 Batas-batas daerah irigasi
 Jaringan dan trase jalan
 Daerah-daerah yang tidak diairi, misal ; desa
Peta ikhtisar umum dapat dibuat berdasarkan peta topografi yang dilengkapi dengan
garis-garis kontur dengan skala 1 : 2500. Peta ikhtisar detail yang biasa disebut “ Peta Petak “
dipakai untuk perencanaan dibuat dengan skala 1 : 5000 dan untuk petak terseier 1 : 5000 atau
1 : 2000.

 Petak Tersier
Petak tersier dibagi menjadi petak-petak kwarter, dengan luas 8-15 ha. Panjang
saluran tersier mencapai 2000 m . Panjang saluran kwarter maksimum 500 m tetapi
prakteknya kadang mencapai 800 m .
 Petak Sekunder
Batas-batas petak sekunder umumnya berupa tanda-tanda topografi yang jelas
seperti saluran pembuang. Luas petak berbeda-beda tergantung pada situasi daerah.
Sluran sekunder sering terletak dipunggung medan, mengairi kedua sisi saluran, hingga
pembuang yang membatasinya.
2. Bangunan
Bangunan yang direncanakan di sepanjang sungai atau aliran air untuk membelokkan air
kedalam jaringan saluran, agar dipakai untuk keperluan irigasi, terdiri dari :
 Bangunan pengelak dengan peredam energy
 Pengambilan utama
 Pintu Bilas
 Kolam olak
 Kantong Lumpur ( bila perlu )
 Tanggal Banjir
 Bangunan pelengkap lainnya
Bangunan utama dapat diklasifikasikan kedalam sejumlah kategori tergantung pada
perencanaannya yaitu :
a. Bendung/Bendung Gerak
b. Pengembilan Bebas
c. Pengambilan dari Waduk
d. Stasiun Pompa
3. Saluran Pembawa di Jaringan Irigasi
a. Saliran Irigasi pada Jaringan Irigasi utama
b. Saluran Irigasi Pada Jaringan Irigasi Tersier
4. Saluran Pembuang
a. Jaringan Saluran Pembuang Tersier
b. Jaringan Pembuang Utama
5. Bangunan Bagi/Bagi-Sadap/Sadap
Bangunan bagi/bagi-sadap/sadap pada jaringan irigasi teknis dilengkapi dengan pintu
dan alat ukur debit untuk memenuhi kebutuhan air irigasi sesuai jumlah debit yang
direncankan. Bangunan bagi dan sadap tanpa pintu dan alat ukut tetapi dengan syarat-
syarat sebagai berikut :
 Elevasi ambang ke semya arah saluran harus sama
 Bentuk ambang harus sama agar memliki koefisien debit yang sama.
 Lebar bukaan proporsional dengan luas area sawah yang diairi.
6. Bangunan-bangunan Pengukur dan Pengatur
Sesuai dengan KP-01 Bangunan ukur dapat dibedakan menjadi bangunan ukur air aliran
bebas ( free overflow ) dan bangunan ukur aliran bawah ( underflow ).
7. Bangunan Pengatur Muka Air
Bangunan-bangunan pengatur muka air berfungsi untuk mengatur/mengontrol muka air
di jaringan irigasi utama sampai batas-batas yang diperlukan agar dapat memberikan debit
yang konstan kepada bangunan sadap tersier. Bangunan-bangunan pengatur diperlukan
pada tempat-tempat di mana tinggi muka air pada saluran dipengaruhi oleh bangunan
terjun atau got miring ( chute ). Untuk mencegah perubahan muka air di saluran dipakai
mercu tetap atau celah control trapezium.
8. Bangunan Pembawa
Bangunan-bangunan pembawa membawa air dari ruas hulu ke ruas hilir saluran. Aliran
yang melalui bangunan ini bisa superkiritis atau subkritis.
a. Bangunan pembawa dengan aliran superkritis.
Superkritis diperlukan di tempat lebih curam daripada kemiringan maksimal
saluran. Untuk itu diperlukan jenis-jenis bangunan pembawa antara lain.
1. Bangunan terjun
2. Got miring
b. Bangunan Pembawa dengan aliran subkritis (bangunan silang)
 Gorong-gorong
 Talang
 Sipon
 Jembatan Sipon
 Flum (flume)
 Saluran yang tertutup
 Terowongan.
9. Bangunan Lindung
Diperlukan untuk melindungi saluran baik dari dalam maupun luar.

 Bangunan Pembuang Silang


 Pelimpah (Spillway)
 Bangunan Penggelontor Sedimen (Sediment Exluder )
 Bangunan Penguras ( Wasteway )
 Saluran Pembuang Samping
 Saluran Gendong
10. Jalan dan Jembatan
Jembatan dibangun untuk saling menghubungkan jalan-jalan inspeksi di seberang
saluran irigasi/pembuang atau untuk menghubungkan jalan inspeksi dengan jalan umum.
11. Bangunan Pelengkap
Bangunan-bangunan pelengkap yang dibuat di dan sepanjang saluran meliputi.

 Pagar, rel pengaman dan sebagainya, guna memberikan pengaman sewaktu


terjadi keadaan-keadaan gawat.
 Tempat-tempat cuci, tempat mandi ternak dan sebagainya, untuk
memberikan sarana untuk mencapai air di saluran tanpa merusak lereng.
 Kisi-kisi penyaring untuk mencegah tersumbatnya bangunan (sipon dan
gorong-gorong panjang) oleh benda-benda yang hanyut.
 Jembatan-jembatan untuk keperluan penyeberangan bagi penduduk.
 Sanggar tani sebagai sarana untuk interaksi antar petani, dan antara petani
dan petugas irigasi dalam memudahkan penyelesaian permasalahan yang
terjadi di lapangan.

1.4. Asal air untuk irigasi


Di Indonesia air yang dipakai untuk irigasi banyak diambil dari air yang mengalir pada
alur yang berupa sungai.

1.5. Kualitas air irigasi


Kualitas air irigasi tergantung pada campuran yang terbawah oleh air. Campuran yang
terbawa bisa dalam bentuk larutan (solution) dan suspension (suspension). Pada daerah
tertentu suspensi mempunyai pengaruh penting terhadap kualitas. Air irigasi dengan
kualitas tertentu cocok untuk suatu daerah irigasi sangat tergantung pada kondisi lokal dari
iklim, tanah, jenis tanaman yang tumbuh, jumlah/tinggi air yang dipakai. Suspensi akan
tertahan di permukaan tanah daerah irigasi maka akan merusak sifat phisis tanah dan
menyulitkan pengolahan.

1.6. Kebutuhan air untuk irigasi


Saluran Irigasi dipakai untuk membawa air mulai dari sumber sampai kedaerah
pertanian yang diairi dan membuang air yang sudah dipakai/air lebih yang ada pada daerah
irigasi. Pemberian air pada dilakukan dengan penggenangan dan tebu dilakukan dengan
menekankan kedalam tanah lewat saluran terbuka. Saluran air untuk irigasi Dipengaruhi
oleh beberapa faktor :

 Klimatologi Iklim
 Kedudukan di terhadap garis lintang
 Hujan
 Temperatur
 Umur dan jenis tanaman
 Kualitas air
 Kesuburan tanah
 Musim tumbuh

1.7. Saluran Irigasi

Saluran Irigasi berawal dari intake sampai badan air yang dipakai untu menerima
air yang sudah atau bekas dipakai dan kelebihan air yang ada pada daera irigasi.
Umumnya pengaliran air irigasi menggunakan saluran terbuka yang mempunyai
permukaan air bebas. Menurut fungsinya saluran irigasi dapt dibedakan :
 Saluran Pembawa
 Saluran Pembuang
Macam saluran irigasi dapat dibedakan berdasarkan posisi dan arah mengalir dari
saluran.
 Saluran punggung
 Saluran mengalir ke samping
 Saluran garis tinggi
Saluran irigasi dibedakan klasifikasi tingkatnnya menjadi 4 tingkatan, yaitu :
 Saluran Kwarter
 Saluran Tersier
 Saluran Sekunder
 Saluran Primer
1.8. Proses terjadinya saluran irigasi

Dilihat dari proses terjadinya saluran irigasi dapat dibedakan menjadi :

 Saluran Alam
 Saluran Buatan

1.9. Nomenklatur/ Aturan Tata Nama


Nomenklatur adalah nama-nama yang diberikan untuk saluran irigasi, saluran
pembuang, bangunan-bangunan dan daerah irigasi. Nama-nama yang berikan harus
jelas, logis, harus pendek dan tidak mempunyai tafsiran ganda (ambigu). Nama-nama
harus dipilih dan dibuat sedemikian rupa sehingga jika dibuat bangunan baru tidak perlu
mengubah semua nama yang sudah ada. Pemberian nama perlu ditunjukkan dalam peta
sedemikian rupa sehingga siapa saja yang terlibat dalam manajemen irigasi ini, dapat
dengan segera memahami struktur daerah irigasi yang bersangkutan . Daerah irigasi
dapat diberi nama sesuai dengan nama daerah setempat, atau desa penting di daerah
itu, yang biasanya terletak dekat dengan jaringan bangunan utama atau sungai yang
airnya diambil untuk keperluan irigasi.
Tata nama untuk jaringan tersier sesuai penjelasn di bawah ini :
 Ruas-ruas saluran tersier diberi nama sesuai dengan nama boks yang
terletak di antara kedua boks.
 Boks Tersier diberi kode T, diikuti dengan nomor urut menurut arah jarum
jam, mulai dari boks pertama di hilir bangunan sadap tersier T1,T2 dan
sebagiannya
 Petak kuarter diberi nama sesuai dengan pertak rotasi, diikuti dengan
nomor urut menurut arah jarum jam. Petak rotasi diberi kode A,B,C dan
seterusnya menurut arah jarum jam.
 Boks kuarter diberi kode K, diikuti dengan nomor urut menurut arha jarum
jam, mulai dari boks kuarter pertama di hilir boks tersier dengan nomor
urut tertinggi : K1, K2 dan seterusnya
 Saluran irigasi kuarter diberi nama sesuai dengan petak kuarter yang
dilayani tetapi dengan huruf kecil, misalnya a1,a2 dan seterusnya
 Saluran pembuang kuarter diberi nama sesuai dengan petak kuarter yang
dibuang airnya, menggunakan huruf kecil dibawah dengan dk, misalnya
dk1,dk2 dan seterusnya
 Saluran pembuang tersier, diberi kode dt1,dt2 juga menurut arah jarum
jam.

1.10. Dimensi saluran


Umumnya saluran irigasi dibuat dengan bentuk penampang trapesium, namun
pada beberapa kebutuhan sering dibuat dengan penampang persegi empat atau
setengah lingkaran. Penggunaan penampang trapesium lebih memungkinkan untuk
mendapatkan stabilitas lereng bila dibandingkan dengan penampang persegi empat,
maka perkuatan dengan tujuan untuk stabilitas selalu menggunakan perkuatan dari
beton/beton bertulang. Secara operasional debit saluran irigasi relatif tetap terhadap
waktu, dan ini dilakukan dalam waktu yang cukup panjang dengan tidak merubah
besarnya debit operasional irigasi suatu DI yang diairi. Dengan demikian tipe aliran yang
ada pada saluran irigasi merupakan tipe aliran permanen atau steady flow. Rumus-
rumus yang dipakai.
 Rumus Strickler
 Rumus Chezy
 Rumus Manninig

Anda mungkin juga menyukai