1) Belajar kreatif membantu anak menjadi berhasil, guna jika kita tidak
bersama mereka.Belajar kreatif adalah aspek penting dalam upaya kita
membantu siswa agar mereka lebih mampu menangani dan mengarahkan
belajar bagi mereka sendiri.
2) Belajar kreatif menciptakan kemungkinan-kemungkinan untuk
memecahkan masalah-masalah yang tidak mampu kita ramalkan yang
timbul dimasa depan.
Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan oleh seorang guru yang professional
dalam menyusun pembelajaran yang dapat meningkatkan kreativitas siswa
dalam belajar yaitu: Menciptakan lingkungan di dalam kelas yang merangsang
belajar kreatif, seperti: a) Memberikan pemanasan. Sebelum memulai dengan
kegiatan yang menuntut prilaku kreatif siswa sesuai dengan rencana pelajaran
lebih dahulu diusahakan sikap menerima (reseptif) dikalangan siswa, terutama
berlaku apabila siswa sebelumnya baru saja terlihat dalam suatu penguasaan
yang berstruktur, mengerjakan soal fiqih, tugas atau kegiatan, bertujuan
meningkatkan pemikiran kreatif menuntut sikap belajar yang berbeda lebih
terbukadan berperan secara aktif dengan memberikan gagasan-gagasan
sebanyak mungkin untuk itu diberikan pemanasan yang dapat tercapai dengan
memberikan pertanyaan-pertanyaan terbuka dengan menimbulkan minat dan
rasa ingin tahu siswa. b). Pengaturan fisik. Membagi siswa dalam kelompok
untuk mengadakan diskusi kelompok.c). Kesibukan dalam kelas kegiatan
belajar secara kreatif sering menuntut lebih banyak kegiatan fisik, dan diskusi
antara siswa oleh karena itu guru hendaknya agak tenggang rasa dan luwes
dalam menuntut ketenangan dan sebagai siswa tetap duduk pada tempatnya.
Guru harus dapat membedakan kesibukan yang asyik serta suara-suara yang
produktif yang menunjukan bahwa siswa bersibuk bersibuk diri secara kreatif.
d). Guru sebagai fasilitator. Guru dan anak yang berbakat lebih berperan
sebagai fasilitator dari pada sebagai pengarah yang menetukan segala-galanya
bagisiswa. Sebagai fasilitator guru mendorong siswa (memotivator) untuk
menggabungkan inisiatif dalam menjajaki tugas-tugas baru. Guru harus terbuka
menerima gagasan dari semua siswa dan guru harus dapat menghilangkan
ketakutan, kecemasan siswa yang dapat menghambat dalam pemecahan
masalah secara kreatif menurut Munandar (Tarsisius Harpalma, 2014:18)
Kesempatan untuk belajar kreatif ditentukan oleh banyak faktor antara lain sikap
dan minat, siswa, guru, orang tua, lingkungan rumah dan kelas atau sekolah, waktu,
uang dan bahan-bahan menurut Semiawan (Tarsisius Harpalma, dkk. 2014:18).
Sudah lebih dari tiga puluh tahun pakar psikologi mengemukakan bahwa
sikapdan nilai orang tua berkaitan dengan dengan kreatifitas anak jika kita
menggabung hasilpenelitian dilapangan dengan teori-teori penelitian
labolatorium mengenai kreatifitas kita memperoleh petunjuk bagaimana
sikaporang tua secara langsung mempengaruhi kreatifitas anak mereka.
Menurut Amabile (Tarsisius Harpalma, 2014:19) menegaskan bahwa ada
beberapa faktor yang menetukan kreatifitas anak ialah: 1). Kebebasan. Orang
tua yang percaya untuk memberikan kebebasan kepada anak cendrung
mempunyai anak kreatif.Mereka tidak otoriter, tidakselalu mau mengawasi dan
mereka tidak terlalu membatasi kegiatan anak. 2). Aspek. Anak yang kreatif
biasanya mempunyai orang tua yang menghormati mereka sebagai individu,
percaya akan kemampuan mereka dan menghargai keunikan meraka. 3).
Kedekatan emosional yang sedang. Kreatifitas anak dapat dihambat dengan
suasana emosional yang mencerminkan rasa permusuhan, penolakan dan
terpisah. 4). Prestasi Bukan Angka. Orang tua menghargai prestasi anak,
mereka mendorong anak untuk berusaha sebaik-baiknya dan menghasilkan
karya-karya yang baik. 5). Menghargai kreatifitas. Anak yang kreatif
memperoleh dorongan dari orang tua untuk melakukan hal-hal yamg kreatif.
Metode dan teknik-teknik belajar kreatif membantu anak didik berfikir dan
mengungkapkan diri secara kreatif, yaitu mampu memberikan macam-macam gagasan
dan macam-macam wawasan jawaban dalam pemecahan masalah.
Adapun teknik-teknik belajar kreatif yaitu: a). Pemikiran dan perasaan terbuka. Cara
yang sederhana untuk merangsang pemikiran yang kreatif ialah denganmengajukan
pertanyaan yang memberikan kesempatan timbulnya berbagai macam jawaban sebagai
uangkapan pikiran dan perasaan serta dengan membantu siswa mengajukan
pertanyaan.Contoh kegiatan pemikiran dan perasaan terbuka. 1). Menyelesaiakn
sesuatu yang telah dimulai. 2). Mencari penggunaan baru dari benda sehari-hari. 3).
Meningkatkan atau memperbaiki suatu produkatau benda menurut Munandar
(Tarsisius Harpalma, 2014:20). b). Sumbang Saran. Teknikyang dikembangkan oleh
Osborn ini dapat diterapkan untuk memecahkan suatu masalah dalam kelompok kecil
(sekitar 8-10 orang) dengan “menggali” gagasan-gagasan sebanyak mungkin dari
anggota kelompok. Hal-hal yang perlu diperhatikan meliputi: 1). Kebebasan dalam
memberikan gagasan, 2). Penekanan pada kuantitas, 3) Kritik ditangguhkan, 4).
Kombinasi dan peningkatan gagasan, 5). Mengulangi gagasan menurut Munandar
(Tarsisius Harpalma, 2014:21). c). Daftar pertanyaan yang memacu gagasan. Teknik
ini bertujuan melancarkan arus pencetusan gagasan dalampemecahan masalah seperti
mengembangkan, meningkatkan dan memperbaiki suatu subyek atau situasi dengan
meninjau daftar pertanyaan yang membantu melihat hubungan-hubungan baru. d).
Menyimak sifat benda atau keadaan. Teknik ini diguunakan untuk mengubah gagasan
guna meningkatkan atau memperbaiki suatu subyek atau situas.Pertama-tam semua
atribut (sifat) dari suatu subyek atau situasi dicatat, kemudian masing-masing ciri
ditinjau satu persatu untuk mempertimbangkan kemungkinan mengubahatau
memperbaiki obyek atausituasi tersebut. e). Hubungan yang dipaksakan. Teknik lain
untuk merangsang gagasan-gagasan baru. Maksud dari “memaksakan hubungan” ialah
agar kita dapat melepaskan diri dari hubungan-hubungan yang lazim atau yang sudah
menjadi tradisi (kebiasaan) untuk menjajakikemungkinan-kemungkinan baru. f).
Pendekatan Morfologis. Pada teknik pendekatan atau analisis morfologis kita berusaha
memecahkan suatu masalah atau memperoleh ide-ide baru dengan cara mengkaji
dengan cermat bentuk struktur masalah. Langka-langkahnya sebagai berikut: (1) Kita
mulai dengan menentukan komponen-komponen dasar dari masalah atau situasi. (2)
Dari setiapkomponen kita tentukan sifatnya. (3) Dengan meninjau setiap kemungkinan
kombinasi, dari sifat-sifat setiap komponen kita mendapatkan gagasan baru dan
kombinasi baru menurut Munandar (Tarsisius Harpalma, 2014:22). g). Pecahan
masalah secara kreatif. Pamers, Noller dan Biondi menurut Munandar (Tarsisius
Harpalma, 2014:22) mengajukan suatu model pemecahan masalah secara kreatif
(PMK) meliputi: (1) Tahap mengumpulkan fakta. (2) Tahap menemukan masalah. (3)
Tahap menemukan gagasan. (4) Tahap menemukan jawaban. (5) Tahap menemukan
penerimaan.
B. KerangkaBerpikir
1. Pengaruh motivasi belajar terhadap kemampuan menyelesaikan masalah
matematika siswa kelas X SMK NEGERI 10 MAKASSAR
Belajar adalah perubahan tingkah laku secara relatif permanen dan secara professional
terjadi sebagai hasil dari praktik atau penguatan (reinforced practice) yang dilandasi tujuan
untuk mencapai tujuan tertentu, sedangkan motivasi merupakan dorongan yang terdapat
dari dalam diri seseorang untuk berusaha mengadakan perubahan tingkah laku yang lebih
baik dalam memenuhi kebutuhannya, sehingga motivasi dan belajar merupakan dua hal
yang saling mempengaruhi. Motivasi belajar dapat timbul karena faktor instrinsik, berupa
hasrat dan keinginan berhasil dan dorongan kebutuhan belajar, harapanakan cita-
cita.Sedangkan faktor ekstrinsiknya adalah adanya penghargaan, lingkungan belajar yang
kondusif, dankegiatan belajar yang menarik.Tetapi harus diingat, kedua faktor tersebut
disebabkan oleh ransangan tertentu sehingga seseorang berkeinginan untuk melakukan
aktivitas belajar yang lebih giat dan semangat. Maka dari itu dapat disimpulkan bahwa
motivasi belajar berpengaruh positif terhadap kemampuan menyelesaikan masalah
matematika siswa kelas X SMK NEGERI 10 MAKASSAR.
Perubahan yang terjadi itu sebagai akibat dari kegiatan belajar yang telah dilakukan
oleh individu. Perubahan itu adalah hasil yang dicapai dari proses belajar. Jadi,
untukmengsilkanproses belajar dalam bentuk “perubahan” harus melalui proses tertentu.
Namun perlu diketahui aktifitas belajar bukanlah suatu kegiatan yang terlepas dari faktor
lain, aktivitas belajar merupakan kegiatan yang melibatkan unsur jiwa dan raga.
Masalah matematika adalah suatu soal atau pertanyaan ataupun fenomena yang
memiliki tantangan yang dapat berupa bidang, aljabar, analisis, geometri, logika
permasalahan sosial ataupun gabungan satu dengan lainnya yang membutuhkan
pemecahan bagi yang menghadapinya menurut Fidaus (Tarsisius Harpalma, 2014:23).
Pada hakekatnya ptogram pembelajaran tidak hanya memahami dan menguasai apa dan
bagaimanaitu terjadi, tetapi jugamemberi pemahaman dan penguasaan tentang “mengapa
itu terjadi”. Berpijak pada masalah tersebut, pembelajaranmenyelesaikan masalah menjadi
sangat penting untuk diajarkan.
Pada akhirnya tujuan akhir pembelajaran adalah menghasilkan siswa yang memiliki
pengetahuan dan keterampilan menyelesaikan masalah yang dihadapi kelak
dimasyarakat.Untuk menghasilkan siswayang memiliki kompetensi yang handal dalam
menyelesaikan masalah, maka diperluka strategi pembelajaran pemecahan
masalah.Berdasarkan kajian beberapa literatur terdapat banyak strategi pemecahan
masalah yang kiranya dapat diterapkan dalam pembelajaran.
Mengingat jenis permasalahan yang akan diajarkan terdiri dari berbagai macam
permasalahan, maka terdapat juga berbagai macam strategi pemecahan masalah. Macam-
macam strategi pemecahan masalah yang akan dibahas dalam uraian berikut antara lain
pemecahan masalah yang dikembangkan Solso, pemecahan masalah wangkat dan
Oreovorz, pemecahan masalah sistematis, inkuiri biologi, inkuiri juris prudensial,inkuiri
sosial, latihan inkuiri, strategi pemecahanmasalah ideal, dan strategi belajar berbasis
masalah.