Anda di halaman 1dari 30

MAKALAH

Menejemen asuhab kebidanan komunitas

DI SUSUN OLEH KELEMPOK 10 :

 NOVITA R PAHUDE

 SELVIANA M. PIANTAE

 NURUL RAHMA

 SUKMA

YAYASAN PENDIDIKAN HUSADA LESTARI AKADEMI

KEBIDANAN GRAHA ANANDA

TAHUN 2020/2021
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Wr.WbSegala puji dan syukur penulis panjatkan ke khadirat Allah SWT karena
atasridho,taufik,dan hidayah-Nya.Penulis masih diberi kesehatan dan kesempatan
untukmenyelesaikan makalah ini sesuai dengan waktu yang telah ditentukan.Tak lupa shalawatdan
salam hendaknya penulis haturkan kepada nabi akhir zaman Rasulullah SAW besertakeluarga dan
sahabat yang telah membawa kita kezaman yang penuh rahmat.Makalah yang berjudul“ASUHAN
KOMUNITAS”. Makalah ini dibuat untuk membantumempermudah pemahaman dalam mendalami
mata kuliah Asuhan komunitas Makalahini tersusun dengan dukungan dan bantuan beberapa pihak
yang terkait . Padakesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih yang tidak terhingga pada semua
pihakyang telah membantu penyusunan makalah yang tidak dapat penulis sebutkan namanyasatu per
satu. Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna ,maka penulis menerima kritik
dan saran yang membangun demi perbaikan makalah ini di masa mendatang Akhirul kata.
Terimakasih dan

Wasalam
Daftar ISI

Kata pengantar .......................................................................................................................

Daftar isi .................................................................................................................................

BAB I PENDAHULUAN1.

Latar belakang ......................................................................................................................

Rumusan masalah ................................................................................................................

Tujuan penulisan ..................................................................................................................

BAB II TINJAUAN TEORI1.

2.1 Pengertian kebidanan komunitas........................................................................................

2.2 riwayat kebidanan komunitas di Indonesia dan beberapa Negara lain..................................

2.3 tujuan dari kebidanan komunitas.........................................................................................

2.4. Bekerja di Komunitas dan Jaringan Kerja Kebidanan Komunitas………………………

2.5 Konsep keluarga……………………………………………………………………….

BAB lll PENUTUP1.

Kesimpulan ........................................................................................................................

Saran…………………………………………………………………………………….....

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Para ahli mendefinisikan komunitas atau masyarakat dari sudut pandang yang berbeda.
WHOmendefinisikan komunitas sebagai kelompok social yang ditentukan oleh batas –
bataswilayah, nilai – nilai keyakinan dan minat yang sama, serta adanya saling mengenal dan
berinteraksi Antara anggota masyarakat yang satu dengan yang lainnya.Kebidanan komunitas
merupakan konsep dasar bidan dalam melayani keluarga danmasyarakat di wilayah tertentu.
Kebidanan komunitas adalah bidan yang melayani keluargadan masyarakat di luar rumah sakit. Di
dalam konsep tersebut tercakup berbagai unsur.Unsur – unsur tersebut adalah bidan sebagai
pelaksana pelayanan, pelayanan kebidanan, dankomunitas sebagai sarana pelayanan, ilmu dan
teknologi kebidanan, serta factor yangmempengaruhi seperti lingkungan, masing-masing usnur
memiliki karekteristik.Pendekatan baru mengenai kualitas pelayanan menuntut pergeseran titik
tekan pelayanankesehatan terutama kebidanan dari yang berorientasi target peencapaian menjadi
berorientasi penjagaan mutu pelayanan. Pendekatan semacam ini mengharuskan pihak pengelola
programuntuk mengoordinasi semua kegiatan yang berbasis klinik seperti rumah sakit,
puskesmas,klinik, swasta atau yanh berbasis pada masyarakat seperti posyanddu, polindes, bidan
di desa, petugas penyalur kontrasepsi (CBD), dan lainnya.Praktik bidan adalah suatu perwujudan
dari kewenangan bidan dalam melakukan tugasnyamelayani pasien. Pratik bidan adalah salah satu
kegiatan kebidanan komunitas, kegiatan praktik kerja dikelola oleh bidan sendiri sesuai dengan
kewenangannya. Dala kegiatan praktik ini, bidan dapat dibantu oleh tenaga kesehatan atau tenaga
lainnya yang kuallifikasi pendidikannay lebih rendah.Bidan yang bekerja di desa mempunyai
wilayah kerja atau wilayah pelayanan. Masyarakatyang berada di dekat tempat aktivitas bidan
merupakan sasaran utama pelayanan kebidanankomunitas mendorong bidan bekerja aktif, tidak
menunggu pasien dating ketempat kerjanya.

Bidan harus aktif memberi pelayanan terhadap ibu dan anak balita baik di dalam maupun diluar
unit kerjanya. Untuk itu bidan harus mengetahui perkembangan kesehatan masyarakat dari waktu
ke waktu. Pemantauan kesehatan masyarakat di wilayah kerjanya harus dilakukanoleh bidan
komunitas.Konsep kebidanan terdiri dari beberapa kompenen yang membentuk suatu konsep
kebidanankomunitas . unsur- unsur yang tercakup dalam keidanan komunitas adalah bidan,
pelayanankebidanan, sasaran pelayanan, lingkungan dan pengetahuan, serta teknologi.Ciri
kebidanan komunitas adalah menggunakan populasi sebagai unit analisis. Populasi
dapatkelompok sasaran (jumlah perempuan, jumlah kepala keluarga, jumlah laki-laki,
jumlahneonates, jumlah balita) dalam area yang dapat ditentukan sendiri oleh bidan. Analisis
situasimerupakan proses sistematis untuk melihat fakta, data atau kondisi yang ada dalam
suatulingkup wilayah.

1.2. Rumusan Masalah


1.Apa yang dimaksud dengan kebidanan komunitas?

2.Bagaiamana riwayat kebidanan komunitas di Indonesia dan beberapa Negara lain?

3.Apa saja tujuan dari kebidanan komunitas?

4.Bagaimana karakteristik kebidanan komunitas?

5.Bagaimanakah bekerja kebidanan di komunitas?

6.Apa itu Indonesia sehat 2025 sebagai landasan fikir pelayanan kebidanan?

1.3. Tujuan

1. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan kebidanan komunitas.

2.Bagaimana riwayat kebidanan komunitas di Indonesia dan beberapa Negara lain.

3.Untuk mengetahui tujuan dari kegiatan kebidanan komunitas.

4. Untuk mengetahui bagaimana karakteristik kebidanan komunitas.

5.Untuk mengetahui bagaiamana bekerja di kebidanan komunitas.

6. Untuk mengetahui apa itu Indonesia sehat 2025 sebagai landasan fikir pelayanan Kebidanan

BAB II
PEMBAHASAN

2.1. Pengertian kebidanan komunitas


Kebidanan komunitas adalah pelayanan kebidanan professional yang ditujukan
kepadamasyarakat dengan penekanan pada kelompok resiko tinggi, dengan upaya mencapai
derajatkesehatan yang optimal melalui pencegahan penyakit, peningkatan kesehatan,
menjaminketerjangkauan pelayanan kesehatan, menjamin keterjangkauan pelayanan kesehatan
yangdibutuhkan dan melibatkan klien sebagai mitra dalam perencanan, pelaksanaan, dan evaluasi
pelayanan kebidanan.Kebidanan komunitas memberi perhatian terhadap pengaruh factor lingkungan
meliputi fisik, biologis, psikologis, social, kultural, dan spiritual terhadap kesehatan masyarakat dan
memberi prioritas pada strategi pencegahan, peningkatan dan pemeliharaan kesehatan.

Kebidanan komunitas didasarkan pada asumsi berikut.

1.System pelayanan kesehatan bersifat kompleks.

2.Pelayanan kesehatan primer, sekunder, dan tersier merupakan komponen system


pelayanan kesehatan.

3.Kebidanan merupakan subsistem pelayanan kesehatan, hasil pendidikan dan penelitian


yang melandasi praktik.

4.Focus utama adalah pelayanan kesehatan primer sehingga kebidanan komunitas


perludikembangkan di tatanan pelayanan kesehatan utama.

Kebidanan komunitas perlu dikembangkan di tatanan pelayanan kesehatan dasar yangmelibatkan


komunitas secara aktif dans sesuai keyakinan komunitas. Beberapa keyakinan yangmendasari praktik
kebidanan komunintas adalah sebagai berikut.

1. Pelayanan kesehatan sebaiknya tersedia, dapat dijangkau, dan dapat diterima


semuaorang.

2. Penyusunan kebijakan seharusnya melibatkan penerima pelayanan, dalam hal


inikomunitas.

3. Bidan sebagai pemberi pelayanan dan klien sebagai penerima pelayanan perlu
menjalin kerja sama yang baik

4. Lingkungan dapat mempengaruhi kesehatan komunitas, baik yang mendukung


maupunmengahambat sehingga hal ini perlu diantisipasi.

5. Pencegahan penyakit dilakukan dalam upaya meningkatkan kesehatan.

6. Kesehatan merupakan tanggung jawab setiap orang.


Tujuan umum kebidanan komunitas adalah meningkatkan kemampuan masyarakat agar
dapatmenjalankan fungsinya secara optimal. Tujuan khusus kebidanan komunitas sebagai berkut.

1. Meningkatkan kemampuan individu, keluarga, kelompok, dan masyarakat dalam


pemahaman tentang pengertian sehat dan sakit.

2. Meningkatkan kemampuan individu, keluarga, kelompok, dan masyarakat


dalammengatasi masalah kesehatan.

3. Menciptakan dukungan bagi individu yang terkait.

4. Mengendalikan lingkungan fisik dan social untuk menuju keadaan sehat yang optimal.

5. Mengembangkan ilmu dan melaksanakan kebidanan kesehatan masyarakat.

Kebidanan komunitas merupakan bentuk pelayanan/asuhan langsung yang berfokus


padakebutuhan dasar komunitas, yang berkaitan dengan kebiasaan atau pola perilaku masyarakatyang
tidak sehat, ketidakmampuan masyarakat untuk beradaptasi dengan lingkungan internal daneksternal.
Intervensi kebidanan yang dilakukan mencakup pendidikan kesehatan,mendemonstrasikan
keterampilan dasar yang dapat dilakukan oleh komunitas, melalui intervensikebidanan yang
memerlukan keahlian bidan (konseling pasangan yang akan menikah,melakukan kerja sama lintas-
program dan lintas-sektoral) untuk mengatasi masalah komunitasserta melakukan rujukan kebidanan
dan non kebidanan jika perlu.

Intervensi kebidanan tersebut difokuskan pada tiga level pencegahan yaitu sebagai berikut.

1. Prenvensi primer. Prevensi primer adalah pencegahan dalam arti yang sebenarnya,
ketikateridentifikasi factor risiko di masyarakat. Pencegahan primer mencakup
peningktankesehatan pada umumnya dan perlindungan khusus terhadap penyakit, health
promotion,health education, specific protection dan environmental protection. Contoh
kegiatan di bidang prevensi primer, seperti imunisasi, penyuluhan tentang gizi, dan
penyuluhan untuk mencegah.keracunan

2. Prevensi sekunder. Pencegahan sekunder menekankan pada diagnosis dini dan intervensiyang
tepat untuk menghambat proses patologis sehingga memperpendek waktu sait dantingkat
keparahan/keseriusan penyakit, contoh: mengkaji keterbelakangan tumbuhkembang seorang
anak/belita atau memotivasi keluarga untuk melakukan pemeriksaankesehatan berkala
termasuk pemeriksaan gigi dan mata secara berkala.

3. Prevensi sekunder. Pencegahan tersier dilakukan pada kasus kecacatan atauketidakmampuan


atau tidak dapat diperbaiki. Rehabilitasi sebagai tujuan pencegahan primer lebih dari upaya
menghambat proses penyakitnya sendiri, yaitu mengembalikanindividu pada tingkat berfungsi
yang optimal dari ketidakmampuannya. Contoh: bidanmengajarkan kepada keluarga untuk
melakukan perawatan anak dengan kolostomi dirumah atau membantu keluarga yang
mempunyai anak dengan kelumpuhan anggotagerak untuk latihan secara teratur di rumah.
2.2 Riwayat kebidanan komunitas di Indonesia dan di Negara lain.

Pada zaman pemerintahan Hindia Belanda tahun 1807 pertolongan persalinan dilakukan
olehdukun, tahun 1951 didirikan sekolah bidan bagi wanita pribumi di Batavia kemudian tahun
1953kursus tambahan bidan (KTB) di masyarakat Yogyakarta dan berkembang di daerah lain.
Seiringdengan pelatihan ini dibukalah BKIA, bidan sebagai penanggung jawab, memberikan
pelayananantenatal care, post natal care, pemeriksaan bayi dan gizi, intranatal di rumah, kunjungan
rumah pasca salin. Tahun 1952 diadakan pelatiihan secara formal untuk kualitas persalinan, tahun
1967kursus tambah bidan (ktb) ditutup, kemudian BKIA terintegrasi dengan puskesmas.

Munculnya gagasan kebidanan komunitas merupakan upaya tindak lanjut dari


konferensiinternasional tentang Safe Motherhood di Nairobi tahun 1987, kemudian dilaksanakan
suatuLokakarya Nasional tentang kesejahteraan ibu, yang menghasilkan komitment lintas –
sektoralunruk menurunkan AKI (Angka Kematian Ibu) sebesar 50% dari 450 pada tahun 1986
menjadi225 per 100.000 kelahiran hidup di tahun 2000.

Tingginya AKI di Indonesia ini dipengaruhi pula oleh belum memadainya cakupan persalinan
oleh tenaga kesehatan dan rendahnya cakupan penanganan kasus obstetric. Adakorelasi yang jelas
Antara cakupan pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan dan Aki Semakin tinggi cakupan
pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan maka akan semakinrendah AKI suatu Negara. Salah
satu analisis yang melatarbelakangi keadaan tersebut adalahtidak adanya atau kurangnya tenaga
kesehatan yanga da di dekat masyarakat terutama daerah pedesaan. Salah satu upaya penting yang
ditempuh dalam mempecepat penurunan AKI dan AKBadalah dengan mendekatkan pelayanan
kesehatan kepada masyarakat berarti menempatkantenaga kesehatan di tengah-tengah
masyarakatPada tahun 1989 pemerintah membuat kebi jakan melaksanakan “cash program” secara
nasional yang memperbolehkan lulusan sekolah pendidikan kepeawatan (SPK) untuk langsung masuk
keProgran Pendidikan Bidan yang dikena dengan Program bidan A (PBB A). lama pendidikan na
1tahun dan lulusannya langsung ditempatkan di desa-desa yang kemudian disebut sebagai bidandesa
(BDD), Namun selama bekerja didesa, tugas pokok BDD tidak hanya melaksanakan
pelayanankebidanan, tetapi juga harus dapat melayani pengobatan umum.

Masyarakat menganggap BDDtidak hanya sebagai tenaga kesehatan yang menolong persalinan
tetapi juga sebagai tenaga promotif, preventif, dan kuratif yang sangat diandalkan oleh masyarakat
desa. Bidan di desadianggap sebagai ujung tombak peningkatan status kesehatan ibu dan anak di
desa/masyarakatyang mempunyai peran penting dalam pembangunan investasi dini, yaitu penanganan
kesehatanibu hamil dan laktasi sebagai modal dasar pembangunan sumber daya manusia (SDM).
Padaawalnya BDD diangkat sebagai PNS, namun kemudian dalam perjalanannya BDD di
berikanstatus kontrak atau PTT sesuai dengan kemampuan daerah setempat.

Puskesmas memberi pelayanan didalam dan diluar gedung dalam wilayah kerja. Bidan di
puskesmas memberi pelayanan kesehatan ibu dan anak (KIA) termasuk keluarga berencana(KB).
Diluar gedung pelayanan kesehatan kkeluarga dan posyandu yang mencakup pemeriksaan kehamilan.
KB, imunisasi, gizi dan kesehatan lingkungan. Instruksi presiden secara llisan padasiding cabinet
tahun 1992 tentang perlunya mendidik bidan untuk ditempatkan diseluruh desasebagai pelaksana
KIA. Tahun 1994 merupakn ttik tolak dan koferensi kependudukan dunia dikairo yang menekankan
pada reproduksi health memperluas garapan bidan Antara lain safemotherhood, keluarga berencana,
kesehatan reroduksi remaja, Penyakit Menular Seksual (PMS) dan kesehatan reproduksi orang tua

2.3 Tujuan dari kebidanan komunitas

Pemberian asuhann kebidanan di komunitas harus terarah atau mempunyai tujuanyang


jelas,adapun tujuan pemberian asuhan kebidanan dikomunitas sebagai berikut. 1). Tujuan
UmumAsuhan kebidanan di komunitas harus mampu meningkatkan kesejahteraan
masyarakatkhususnya kesehatan perempuan di wilayah kerja bidan.

2). Tujuan Khusus

- Meningkatkan pelayanan kebidanan komunitas sesuai dengan tanggung jawab bidan.

- Meningkatkan mutu pelayanan ibu hamil, pertolongan persalnan, perawatan nifasdam


perinatal secara terpadu.

- Menurunkan jumlah kasus-kasus yang berkaitan dengan risiko kehamilan, persalinan,nifas dan
perinatal.

- Mendukung program-program pemerintah lainnya untuk menurunkan angkakesakitan dan


kematian ibu dan anak.

- Membangun jejaring kerja dengan fasilitas rujukan dan tokoh masyarakat setempatatau
terkait.Prinsip pelayanan atau asuhan kebidanan komunitas.

1. Kebidanan komunitas sifatnya multidisiplin meliputi ilmu kesehatan masyarkat,social,


psikolgi, ilmu kebidanan, dan ilmu lainnya yang mendukung peran bidandi komunitas.

2. Berpedoman pada etika profesi kebidanan yang menjunjung harkat dan martabatkemanusiaan
klien.

3. Ciri kebidanan komunitas adalah menggunakan populasi sebagai unit analisis.Populasi bias
berupa kelompok sasaran (jumlah perempuan, jumlah Kepalakeluarga, jumlah laki-laki,
jumlah nonatus, jumlah perempuan usia subur dalam1RT atau 1 kelurahan kawasan
perumahan/perkantoran.

4. 4 Ukuran keberhasilan bukan hanya mencakup sebagai target sasaran pelayanan,namun


perubahan pola pikir dan terjalinnya kemitraan seperti: PKK, kelompokibu-ibu pengajian dan
kader kesehatan.

5. System pelaporan kebidanan komunitas, berbeda dengan kebidanan di klinik.System


pelaporan kebidanan komunitas berhubungan dengan wilayah kerja yang menjadi tanggung
jawab
2.3. Bekerja di Komunitas dan Jaringan Kerja Kebidanan Komunitas

Bidan yang bekrja di komunitas membutuhkan suatu kemitraan yang berguna untuk
pengambilan keputusan secara kolaboratif dalam rangka meningkatkan kesehatan danmemecahkan
masalah-masalah kesehatan ibu dan anak. Kemitraan dibentuk dengan klien,keluarga, dan
masyarakat. Keterlibatan komponen tersebut sangat penting demi keberhasilanupaya-upaya kesehatan
yang dilakukan kebidanan.

Program kemitraan komunitas mencakup konsep pemberdayaan dan


pengembangankomunitas. Kemitraan adalah proses kompleks sebagai upaya untuk mengarahkan
paraakademisi, pemuka masyarakat, dan pemberi pelayanan kesehatan untuk bersama-samamencapai
perubahan. Unsur yang penting dalam menjalin jaringan di komunitass adalahsensitivitas terhhadap
aspek kultural, yang berarti bahwa pelayanan yang diberikan harus sesuaidengan presepsi masyarakat.

Ada 10 pelayanan kesehatan komunitas yang sangat penting dan dapat digunakan untukmenjamin
praktik kebidanan komunitas yang komperhensif.

1. 1.Memantau status kesehatan untuk mengidentifikasi masalah kesehatan melalui pengkajian


komunitas dengan menggunakan data statistk vital atau profil risiko.

2. Mendiagnosis dan menyelidiki masalah kesehatan komunitas dan hal-hal yang


dapatmembahayakan kesehatan komunitas, contohnya pengawasan melekat di komunitas.

3. Menginformasikan, mendidik, dan memberdayakan masyarakat mengenai issue.

4. Memobilisasi kemitraan komunitas dan tindakan untuk mengidentifikasi danmemecahkan


masalah kesehatan contoh, mendiskusikan dan memfasilitasi kelompokkomunitas untu
promosi kesehatan.

5. Menyusun rencana dan kebijakan yang mendukung masalah kesehatan kounitas individu.

6. Mendorong kepatuhan masyarakat terhadap undang-undang dan peraturan yangmelindungi


dan menjamin keamanan.

7. Menghubungkan masyarakat kepada fasilitas pelayanan kesehatan personal yangdibutuhkan


dan memastikan penyediaan layanan kesehatan tersebut.

8. Memastikan kompetensi petugas pemberi layanan kesehatan masyarakat atau individu

9. Mengevaluasi efektivitas, keterjangkauan, dan kualitas layanan kesehatan individu


danmasyarakat.

10. Melakukan riset atau penelitian untuk mendapatkan wawasan baru dan solusi terhadapmasalah
kesehatan masyarakat.

Bekerja di komunitas juga tidaklah mudah, agar dapat diterima masyarakat setidaknyaseorang bidan
harus memliki profil berikut:
1. Mempunyai kemampuan intelektual yang luas berkaitan dengan kebidanan,
kesehatanmasyarkat dan pengetahuan social.

2. Terampil dalam teknik kebidanan.

3. Menguasai teknik pemecahan masalah kesehatan dan prioritas pemecahan masalahkesehatan.

4. Mempunyai keterampilan dalam berhubungan dengan orang lain (hubungan antarmanusia).

5. Luwes dan melakukan pendekatan kepada masyarakat.

6. Memiliki kemampuan komunikasi yang bagus (komunikatif).

7. Memiliki kemampuan berorganisassi.

8. Memiliki kemampuan bekerjasama dengan orang lain.

Bekerja di komunitas mempunyi keunikan tersendiri. Ada beberapa strategi umum


dalammelaksanakan asuhan kebidanan komunitas yaitu:

1. Pendekatan pada masyarakat

-Pengenalan masyarakat (dengan cara survey tentang keberadaan masyarakat yang berkaitan
dengan kesehatan ibu bayi, dan anak serta kesehatan reproduksi denganmengikutsertakan
masyarakat).

- Bersama masyarakat menganalisis survey dan melihat masalah yang ada dimasyarakat

- Bersama masyarakat menentukan proritas masalah kesehatan yang ada

-penanganan masalah kesehatan bersama dengan masyarakat

2. Pemasaran sosial

3. Menginformasikan pelayanan kebidanan tingkat dasar dan rujukan

4. Mengikutsertakan masyarakat dalam upaya peningkatan kesehatan serta pelaksanaan program


kesehatan di masyarakat.

Ruang lingkup kerja dikomunitas meliputi upaya peningkatan kesehatan (promotif),


pencegahan penyakit (preventif), pemeliharaan atau pengobatan (kuratif), pemulihan
embali(rehabilitaif), serta mengembalikan serta memfungsikan kembali individu, keluarga,
kelompokmasyarakat ke lingkungan social dan masyarakatnya (resosiantitatif). Bidan dapat
melakukanasuhan primer meliputi :

1. Pencegahan penyakit

2. Skrinining atau deteksi dini untuk di rujuk.

3. Asuhan kegawatdaruratan ibu dan neonatal.


4. Pertolongan pertama pada penyakit akut untuk kemudian dirujuk.

5. Pengobatan ringan.

6. Asuhan pada kondisi kronik.

7. Memberikan pendidikan kesehatan.

8. Mempertahankan dan meningkatkan derajat kesehatan masyarakat.

Selain memberikan asuhan primer kegiatan-kegiatan kemasyarakatan yang dilakukan bidan


dikomunitas adalah sebagai berikut :

1. Memberikan asuhan langsung kepada individu keluarga dan kelompok khusus.

2. Penyuluhan dan pendidikan kesehatan kepada masyarakat.

3. Konsultasi dan pemecahan masalah.

4. Penemuan kasus

5. Sebagai penghubung antara masyarakat dengan unit pelayanan kesehatan.

6. Melaksanakan asuhhan kesehatan komunitas melalui pengenalan masalah,


kesehatanmasyarakat, perencanaan kesehatan, pelaksanaan dan penilaian kegiatan.

7. Mengadakan koordinasi.

8. Mengadakan kerjasama lintas program dan sektoral.

2.5. Konsep Keluarga

Keluarga [Bahasa sangsakerta: “kulawarga”;”Ras “ dan “warga” yang berarti “ Amggota] adalah
lingkungan yang terdapat beberapa orang yang masi memiliki hubungan darah.

Menurut depertemen kesehatan RI, keluarga merupakan unit terkecil dari kepala keluarga dari
masyarakat yang terdidiri dari kepala keluarga dan beberapa orang yang berkumpul dan tinggal di
suatu tempat dibaewah satu atap dalam kedaan saling ketergantungan.

Sedangkan menurut Salvicion dan Ara Celis, keluarga adalah dua atau lebih dari dua individu yang
tergabung karena hubungan darah, hubungan perkawinan atau pengangkatan dan mereka hidupnya
dalam suatu rumah tangga, berinteraksi satu sama

a.Struktur keluarga

Struktur keluarga ada beberapa macam, diantaranya :

1) Patriakal, yang dominan dan memegang kekuasaan dalam keluarga adalah dipihak ayah.
2) Matriakal, yang dominan dan memegang kekuasan dalam keluarga adalah dipihak ibu.

3) Equalitarian, yang memegang kekuasan dalam keluarga adalah ayah dan ibu.

4) Patrilokal, adalah sepasang suami istri yang tinggal bersama keluarga sedarah suami.

5) Keluarga kawinan adalah hubungan suami istri sebagai dasar bagi pembinaan keluarga, dan
beberapa sanak saudara yang menjadai bagian keluarga karena adanya hubiungan dengan suatu
atau istri

c. Bentuk-Bentuk Keluarga

1) Nuclear Family (keluarga inti)Adalah keluarga yang terdiri dari ayah, ibu dan anak.

2) Extendet Family (Keluarga Besar)Adalah keluarga inti di tambah dengan sanak saudara
misalnya: nenek, kakek, keponakan, saudara sepupu, paman, bibi, dan sebagainya.

3) Serial Family (Keluarga Berantai)Adalah keluarga yang terdiri dari wanita dan pria yang
menikah lebih dari 2x dan merupakan satu keluarga inti.

4) Single Family (Keluarga Duda atau Janda)Adalah keluarga yang terjadi karena perceraian
atau kematian.

5) Composite Family (Keluarga Berkomposisi)Adalah keluarga yang perkawinannya


berpoligami atau hidup bersama.

6) Cahibitation Family (Keluarga habitas)Adalah dua orang yang menjadi satu keluarga.

d. Peran Keluarga

Menurut Hartan dan Hunt peran keluarga terdiri dari sebagai berikut :

1) Peran Ayah.

2) Peran IbuSebagai istri dan suami dan ibu dari anak-anaknya, ibu mempunyai peran mengurus
rumah tangga pengasuh anak-anaknya dan sebagai satu kelompok dari peran sentral darianggota
masyarakat dan pencari nafkah

3) Peran AnakAnak melaksanakan perahan psikososial sesuai tingkat perkembangan baik,fisik,


mental, social , dan spiritual.

e. Fungsi Keluarga

Fungsi keluarga sehari-hari menurut Horton dan Hunt yaitu :

1) Fungsi pengaturan seksual.

Yaitu keluarga merupakan wadah sah baik ditinjau dari agama maupun maryarakat dalam
pengetahuan dan pemuasan keinginan seksual.

2) Fungsi Reproduksi
Yaitu keluarga berfungsi menghasilkan anggota baru sebagai penerus keturunan.

3) Fungsi Perlindungan dan Pemeliharaan Yaitu memberikan perlindungan dan pemeliharaan


terhadap stress.

4) Fungsi Pendidikan

Yaitu keluarga merupakan lingkungan pendidikan yang pertama dan utama karena anak-anak
mengenal pendidikan sejak lahir.

5) Fungsi Sosialisasi

Yaitu individu atau anggota keluargamempelajari kebiasaan ide-ide nilai dan tingkah laku dalam
masyarakat.Melalui lingkungan keluarga.

6) Fungsi Toleran dan Efektif

Yaitu apabila rasa cinta kasih saying dalam keluarga dapat dirasakan oleh semua anggota maka
anggota keluarga akan merasakan kesenangan kegembiraan dan ketentraman sehingga mereka akan
kerasan tinggal dirumah maka keluarga merupakan tempat rekreasi bagi anggota keluarga.

7) Fungsi Ekonomi.

8) Fungsi Status Sosial

Yaitu suatu dasar yang menunjukan kedudukan atau status bagi anggota nya

f. Tugas Keluarga

Pada dasarnya ada 8 tugas pokok dalam keluarga, yaitu :

1) Pemeliharaan fisik keluarga dan para anggotanya

2) Pemeliharaan sumber-sumbr daya yang ada pada keluarga.

3) Pembagian tugas masing-masing anggotanya sesuai dengan kedudukannya masing-masing.

4) Sosialisasi antar anggota keluarga.

5) Pengaturan jumlah anggota keluarga.

6) Pemeliharaan ketertiban anggota keluarga.

7) Penempatan anggota-anggota keluarga dalam masyarakat yang lebih luas.

8) Membangkitkan dorongan dan semangat para anggota keluarga

g. Tahap-Tahap Kehidupan Keluarga

Tahap tahap kehidupan keluarga menurut Duvall adalah sebagai berikut :


1) Tahap pembentukan kelurgaTahap ini dimulai dari pernikahan, yang dilanjutkan dalam
membentuk rumah tangga.

2) Tahap menjelang kelahiran anak

Tugas keluarga yang utama untuk mendapatkan keturunan sebagai generasi penerus, melahirkan ank
merupakan kebanggan bagi keluarga yang merupakan saat-saat yang dinantikan.

3) Tahap menghadapi bayi

Dalam hal ini keluarga mengasuh, mendidik, dan memberikan kasih sayang kepada anak karena pada
tahap ini bayi kehidupannya sangat tergantung pada kedua orang tuanya dan kondisinya masih sangat
lemah.

4) Tahap menghadapi anak prasekolah

tugas keluarga adalah mulai menanamkan norma kehidupan,norma agama, norma-norma social
budaya dan sebagainya.

5) Tahap menghadapi anak sekolah

Dalam tahap ini tugas keluarga adalah bagaimana mendidik anak, mengajari anak untuk
mempersiapkan masa depannya.Membiasakan anak belajar secara teratur, mengontrol tugas-tugas
sekolah anak, dan meningkatkan pengetahuan umum anak.

6) Tahap menghadapi anak remaja

Tahap ini adalah tahap yang paling rawan, karena dalam tahap ini anak akan mencari identitas diri
dalam membentuk kepribadiannya, oleh karena itu suri tauladan dari kedua orang tua sangat
diperlukan.Komunikasi dan saling pengertian antara kedua orang tua dengan anak perlu dipelihara
dan dikembangkan.

7) Tahap melepaskan anak ke masyarakat

Setelah melalui tahap remaja dan anak telah dapat menyelesaikan pendidikannya, maka tahap
selanjutnya adalah melepaskan anak kemasyarakat dalam memulai kehidupannya yang
sesungguhnya, dalam tahap ini anak akan memulai kehidupan berumah tangga.

8) Tahap berdua kembali

Setelah anak besar dan menempu kehidupan keluarga sendiri-sendiri, tinggalah suami istri berdua
saja.dalam tahap ini kelurga akan merasa sepi,dan bila tidak dapat menerima kenyataan akan dapat
menimbulkan depresi dan stress.

9) Tahap masa tua

Tahap ini masuk ke tahap lanjut usia, dan kedua orang tua mempersiapkan diri untuk meninggalkan
dunia yang fana ini.
B. Manajemen / asuhan kebidanan pada keluarga

Manajemen asuhan kebidanan adalah proses pemecahan masalah yang digunakan sebagai
metode untuk mengorganisasikan pikiran dan tindakan berdasarkan teori ilmiah, penemuan-
penemuan, keterampilan dalam rangkaian tahapan logis untuk pengambilan keputusan yang berfokus
pada klien (Simatupang E.J, 2012, hal.7).

Asuhan kebidanan adalah penerapan fungsi, kegiatan, dan tanggung jawab bidan dalam
pelayanan yang di berikan kepada klien yang memiliki kebutuhan atau masalah kebidanan
(kehamilan, persalinan, nifas, bayi baru lahir, keluarga berencana, kesehatan reproduksi wanita, dan
pelayanan kesehatan masyarakat). ( Blogspot.2011).

Proses manajemen kebidanan terdiri dari 7 langkah. Manajemen asuhan kebidanan dimulai dengan
identifikasi data dasar dan diakhiri dengan evaluasi asuhan kebidanan.

Ketujuh langkah terdiri dari keseluruhan kerangka kerja yang dapat dipakai dalam segala situasi.
Langkah tersebut sebagai berikut :

1. Langkah I. Identifikasi Data Dasar

Identifikasi data merupakan langkah awal dari manajemen kebidanan, langkah yang merupakan
kemampuan intelektual dalam mengidentifikasi masalah klien, kegiatan yang dilaksanakan dalam
rangka identifikasi data dasar meliputi pengumpulan data dan pengolahan.

a. Pengumpulan data

Dalam pengumpulan data mencari dan menggali data/fakta atau informasi baik dari klien,
keluarganya maupun tim kesehatan lainnya atau data yang diperoleh dari hasil pemeriksaan pada
pencatatan dokumen medik, hal yang dilakukan dalam pengumpulan data meliputi :

1) Wawancara

Wawancara/anamnese adalah tanya jawab yang dilakukan antara bidan dan klien, keluarga maupun
tim medis lain dan data yang dikumpulkan mencakup semua keluhan klien tentang masalah yang
dimiliki.

2) Observasi dan pemeriksaan fisik

Pada saat observasi dilakukan inspeksi, palpasi, auskultasi, dan perkusi. Pemeriksaan fisikdilakukan
dari ujung kepala sampai ujung kaki (head to toe).

b. Pengolahan data

Setelah data dikumpulkan secara lengkap dan benar maka selanjutnya dikelompokkan dalam :

1) Data subyektifMeliputi identitas klien, keluhan utama, riwayat penyakit, riwayat menstruasi,
riwayat persalinan, riwayat nifas dan laktasi yang lalu, riwayat ginekologi, dan KB, latar belakang
budaya, pengetahuan dan dukungan keluarga serta keadaan psikososial.
2) Data obyektif

Menyangkut keadaan umum, tinggi dan berat badan, tanda-tanda vital dan keadaan fisik obstetri.

3) Data penunjang

Meliputi hasil pemeriksaan laboratorium.

Diagnosa adalah hasil analisis dan perumusan masalah yang diputuskan berdasarkan
identifikasi yang didapat dari analisa-analisa dasar. Dalam menetapkan diagnosa bidan menggunakan
pengetahuan profesional sebagai data dasar untuk mengambil tindakan diagnosa kebidanan yang
ditegakkan harus berlandaskan ancaman keselamatan hidup klien.

3. Langkah III. Merumuskan diagnose/masalah potensial

Bab ini mengidentifikasi masalah potensial yang mungkin akan terjadi pada klien jika tidak
mendapatkan penanganan yang akurat, yang dilakukan melalui pengamatan, observasi dan persiapan
untuk segala sesuatu yang mungkin terjadi bila tidak segera ditangani dapat membawa dampak yang
lebih berbahaya sehingga mengancam kehidupan klien.

4. Langkah IV. Identifikasi Perlunya Tindakan Segera dan Kolaborasi

Menentukan intervensi yang harus segera dilakukan oleh bidan atau dokter kebidanan. Hal ini
terjadi pada penderita gawat darurat yang membutuhkan kolaborasi dan konsultasi dengan tenaga
kesehatan yang lebih ahli sesuai keadaan klien. Pada tahap ini, bidan dapat melakukan tindakan
emergency sesuai kewenangannya,kolaborasi maupun konsultasi untuk menyelamatkan ibu dan bayi.
Pada bagian ini pula,bidan mengevaluasi setiap keadaan klien untuk menentukan tindakan selanjutnya
yang diperoleh dari hasil kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain. Bila klien dalam keadaan normal
tidak perlu dilakukan apapun sampai tahap kelima.

5. Langkah V. Rencana Tindakan Asuhan Kebidanan

Mengembangkan tindakan komprehensif yang ditentukan pada tahap sebelumnya, juga


mengantisipasi diagnosa dan masalah kebidanan secara komprehensif yang didasari atas rasional
tindakan yang relevan dan diakui kebenarannya sesuai kondisi dan situasi berdasarkan analisa dan
asumsi yang seharusnya boleh dikerjakan atau tidak oleh bidan.

6. Langkah VI. Impelementasi

Implementasi dapat dikerjakan keseluruhan oleh bidan bekerja sama dengan tim kesehatan lain. Bidan
harus bertanggung jawab terhadap tindakan langsung,konsultasi maupun kolaborasi,implementasi
yang efisien akan mengurangi waktu dan biaya perawatan serta meningkatkan kualitas pelayanan
pada klien.

Langkah akhir manajemen kebidanan adalah evaluasi. Pada langkah ini,bidan harus mengetahui
sejauh mana keberhasilan asuhan kebidanan yang diberikan kepada klien.

C. Teori yang bersangkutan dengan masalah


ASUHAN KEBIDANAN KOMUNITAS PADA KELUARGA Tn “M”
DI DUSUN ALLU KEKE

KEC.PARANGLOE KAB. GOWA

TANGGAL 03 DESEMBER 2014

PENGAJIAN DATA

Tanggal pengkajian 03 Desember 2014

A. STRUKTUR DAN SIFAT KELUARGA


1. Struktur
Nama KK : Tn. “ M “
Umur : 29 Tahun
Nikah / Lamanya : 1 ×/ ± 5Tahun
Suku : Makassar
Agama : Islam
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Petani
Alamat : Lingkungan RK 01, Dusun Allu keke

2. Daftar anggota keluarga

UMUR HUBUNGAN
NO. NAMA PENDIDIKAN PEKERJAAN
L P KELUARGA
1 Ny.Rabasia 20 Istri SD IRT
2 Nursyahriah 4 Anak - -
3 Muh. Nasrul 2 Anak - -
bul
an
3. Genogram

Keterangan :

: Laki – Laki

: Perempuan

: Garis perkawinan

…………….. : Keluarga (serumah)

: Meninggal

4. Sifat keluarga
a. Anggota keluarga yang paling berperan dalam pengambilan keputusan adalah suami
b. Hubungan keluarga dengan anggota keluarga cukup harmonis

5. Kegiatan sehari – hari


a. Kebiasaan makanan
 Makanan pokok berupa nasi
 Komposisi makanannya berupa sayur dan lauk pauk
 Pola makan 3× sehari (sarapan pagi, siang, malam )
b. Kebiasaan tidur / istirahat
 Kebiasaan tidur / istirahat baik dan teratur
 Tidur siang keluarga tidak menentu
 Malam hari keluarga tidur sekitar pukul 21.00 – 22.00 WITA, dan bangun pagi pukul
05.00 WITA

c. Kebiasaan rekreasi
 Keluarga tidak pernah melakukan rekreasi, karena waktu santai / luang dimanfaatkan
untuk nonton TV

d. Kebiasaan hidup sehari – hari


 Tn. M” bekerja sebagai petani dengan aktivitas sehari – hari yaitu bangun tidur, shalat,
mandi, kemudian sarapan, lalu berangkat ke sawah sekitar pukul 06.00 WITA,
sedangkan istri melakukan pekerjaan rumah, dan anak bermain di rumah.

e. Kebersihan diri
 Kebiasaan mandi 3× sehari dengan memakai sabun mandi, kebiasaan menggosok
gigi setiap kali mandi dengan memakai pasta gigi
 Keluarga mencuci rambut 3× seminggu dengan memakai sampo

B. FAKTOR SOSIAL, EKONOMI DAN BUDAYA

1. Penghasilan dan pengeluaran


 Pekerjaan kepala keluarga adalah petani , dimana bekerja mulai pukul 06.00 WITA sampai
pukul 17.00 WITA
 Besar uang yang dihasilkan tidak menentu
 Pemenuhan kebutuhan keluarga cukup untuk memenuhi kebutuhan sehari - hari
 Uang simpanan keluarga disimpan oleh Ny. “R” istri Tn.” M “
 Penentu keuangan adalah suami dibantu oleh istri yang mengatur dan bertanggung jawab
mengurus kebutuhan sehari – hari
2. Suku dan agama
 Bapak dan ibu berasal dari Dusun Allukkeke, bapak dan ibu cukup taat melakasanakan
ajaran agama yang dianutnya yaitu islam

3. Peran anggota keluarga


 Suami sebagai pencari nafkah untuk keluarga
 Istri mengatur urusan rumah tangga
 Anak 2 orang, anak pertama berumur 4 tahun, dan anak kedua 2 bulan.
4. Hubungan keluarga dengan masyarakat
 Hubungan keluarga dengan masyarakat setempat cukup baik dan akrab satu sama lain.

C. FAKTOR LINGKUNGAN

1. Rumah
Bentuk rumah batu yang merupakan rumah sendiri, mempunyai ventilasi dan pencahayaan yang
baik serta terjaga kebersihannya.
DENAH RUMAH

6 5

3 4

2
1

Keterangan :
1. Ruang tamu
2. Lemari
3. Tempat TV
4. Ranjang tidur
5. Dapur
6. Tempat cuci piring

 Ventilasi rumah cukup baik, pertukaran udara keluar masuk cukup baik
 Ruangan dalam rumah cukup mendapatkan cahaya
 Pengaturan perabot rumah tangga kurang baik karena rumah sempit
 Keluarga tidak mempunyai kamar mandi sendiri

2. Sumber air bersih


 Sumber air bersih keluarga berasal dari pegunungan dengan keadaan air jernih, tidak
berbau, sehingga digunakan untuk mandi dan mencuci serta minum.
3. Tempat sampah
a. Tinja keluarga dibuang di WC di luar rumah yang bentuk yang keaadannya
cukup bersih
b. Pembuangan sampah
Keluarga membuang sampah di belakang rumah dengan membuat galian tetapi sampah tidak
di timbun.
c. Pembuangan air limbah
SPAL keluarga adalah SPAL tertutup sehingga airnya tidak terpakai kemana-mana
d. Lingkungan rumah
Lingkungan rumah cukup baik, jarak rumah keluarga dengan rumah tetangga ± 3 meter dan
cukup aman dari gangguan kejahatan.

4. Fasilitas hiburan
 Keluarga memiliki TV 21 inci sebagai sarana hiburan dan informasi bagi keluarga

5. Fasiitas social dan kesehatan


 Lingkungan social keluarga cukup ramah, keluarga selalu berobat ke pustu desa terdekat
dan puskesmas bila ada yang sakit.

D. RIWAYAT KESEHATAN
1. Riwayat kesehatan anggota keluarga, Kepala Keluarga merokok dan tidak minum
minuman keras dan tidak menggunakan narkoba
2. Keluarga Berencana
Selama ibu menggunakan KB ibu tidak lancar haid

E. PENGKAJIAN/PEMERIKSAAN FISIK
 Tn. “M” : TD : 120/80 mmHg
N : 80 ×/i
S : 36,8 °C
P : 20 X/ i
 Ny. “R” : TD :120/80 mmHg
N : 80×/i
S : 36,9 °C
P : 22 x/i
 Nursyahira
a. Lahir tahun 2010 di tolong oleh bidan
b. Jenis kelamin ♀ (perempuan)
c. Berat badan lahir 3700 gram
d. Anak tersebut tampak sehat
e. Pola makan baik
f. Imunisasi lengkap
 Muh. Nasrul
a. Lahir tahun 2014 ditolong oleh bidan
b. Jenis kelamin ♂ (laki-laki)
c. Berat badan lahir 4000 gram
d. Anak tersebut tampak sehat
e. Pola makan baik
f. Imunisasi baru HB0

F. PENGKAJIAN PSIKOSOSIAL
1. Status emosi
Tingkat emosi anggota keluarga cukup baik bila ada masalah umumnya di bicarakan secara
musyawarah keluarga.
2. Pola interaksi/komunikasi
Pola interaksi keluarga cukup baik dan bahasa yang di gunakan sehari-hari adalah bahasa
Makassar.
3. Pola pertahanan dalam keluarga
Sebagai kepala keluarga suami di segani oleh istri dan anaknya, permasalahan di selesaikan
melalui keputusan kepala keluarga.

G. PENGKAJIAN PENGETAHUAN KELUARGA TENTANG TUMBUH KEMBANG ATAU KESEHATAN


KELUARGA
Keluarga cukup mengetahui dan menyadari bahwa setiap orang akan mudah di serang penyakit bila
lingkungan kurang sehat dan kurang makan (gizi) serta pentingnya gizi untuk pertumbuhan dan
perkembangan anak

H. HARAPAN KELUARGA TERHADAP BIDAN


Keluarga berharap kepada tenaga kesehatan supaya dapat mengatasi masalah kesahatan dan lebih
banyak memberikan motivasi dan mendukung perkembangan masyarakat .

I. ANALISA MASALAH
NO. DATA ANALISA DATA
1 DS: Ibu mengatakan tidak tahu manfaat ASI Ketidaktahuan ibu tentang manfaat ASI
dan tehnik cara menyusui yang benar dan tehnik cara menyusui yang benar
DO: Ibu tidak dapat menyebutkan manfaat
ASI dan tehnik cara menyusui kurang tepat
2 DS : Ibu mengatakan kurang paham Kurangnya pemahaman ibu tentang
mengenai imunisasi pada bayi imunisasi wajib untuk bayi dan jadwal
pemberiannya

DO : ibu tidak bisa menyebutkan imunisasi


untuk bayi dan jadwal pemberiannya
J. PERIORITAS MASALAH

a. Ketidak tahuan ibu tentang manfaat ASI dan tehnik menyusui yang benar

NO KRITERIA PENILAIAN SKOR PEMBENARAN


.
1 Sifat masalah 2/3 × 1 2/3 Ibu tidak mengetahui
tentang manfaat ASI dan
tehnik menyusui yang
benar
2 Kemungkinan masalah 2/2 × 2 2 Keluaraga dapat menerima
dapat di ubah dengan penjelasan yang di berikan
mudah
3 Potensi masalah untuk di 2/3 × 1 2/3 Keinginan keluarga untuk
ubah tinggi mengetahui tentang
manfaat ASI dan tehnik
menyusui yang benar
4 Masalah yang menonjol 0/2 × 1 0 Masalah tidak dirasakan
harus segera ditangani
TOTAL 2 4/3

b. Kurangnya pengetahuan ibu tentang imunisasi pada bayi dan jadwal pemberiannya

NO KRITERIA PENILAIAN SKOR PEMBENARAN


.
1 Sifat masalah 2/3 × 1 2/3 Ibu tidak mengetahui
imunisasi pada bayi dan
jadwal pemberiannya
2 Kemungkinan masalah 2/3 × 2 0 Keluarga dapat menerima
daoat diubah penjelasan yang di berikan
3 Potensi masalah untuk 3/3 × 1 1 Keinginan keluarga untuk
diubah mengetahui tentang
imunisasi pada bayi dan
jadwal pemebriannya
4 Penonjolan masalah 0/2 × 1 0 Masalah tidak dirasakan
TOTAL 2 2/3

K. PERIORITAS MASALAH
Berdasarkan hasil perumusan maka urutan peroiritas masalah kebidanan kesehatan keluarga,
masalah perioritasnya sebagai berikut :
1. Ketidaktahuan ibu tentang manfaat ASI dan tehnik menyusui yang benar
2. Ketidaktahuan ibu tentang imunisasi pada bayi dan jadwal pemberiannya
L. INTERVENSI

DS : 1. Ibu tidak mengetahui tentang manfaat ASI dan tehnik menyusui yang benar
2. ibu kurang paham tentang imunisasi bayi dan jadwal pemberiannya

DO : 1. Ibu tidak dapat menyebutkan manfaat ASI dan tehnik cara menyusui yang benar
2. ibu tidak dapat menyebutkan imunisasi pada bayi dan jadwal pemberianya

Tujuan : 1. Ibu mengetahui tentang manfaat ASI dan tehnik cara menyusui yang benar
2. ibu memahami mengenai imunisasi pada bayi dan jadwal pemeberianya

Kriteria : Ibu dapat menjelaskan kembali penjelasan yang diberikan sehubungan dengan manfaat
ASI dan melakukan tehnik cara menyusui yang benar serta imunisasi pada bayi dan jadwal
pemeberiannya

Intervensi :
1. Beri tahu ibu tentang manfaat ASI
Rasional : Agar ibu mengerti tentang manfaat ASI
2. Ajarkan ibu tehnik cara menyusui yang benar
Rasional : Agar bayi terpenuhi nutrisinya dengan cukup
3. Ajarkan ibu perwatan payudara
Rasional : dengan melakukan perawatan payudara dapat memperlancar keluarnya
asi di samping itu payudara bias terjaga dan terwat serta bersih.

4. Anjurkan ibu untuk menyusui bayinya sesering mungkin ( on demand ) minimal


hingga mencapai umur 6 bulan dan maksimal sampai umur 2 tahun (ASI EKSLUSIF )
Rasional : dengan isapan bayi pada payudara ibu dapat merangsang pengeluaraan
hormon oksitosin yang membantu infulusio uteri dan semakin sering bayi mengisap
maka semakin banyak pula ASI keluar / produksi asi lancar sehingga kebutuhan
nutrisi bayi dapat terpenuhi dengan baik .
5. Anjurkan ibu untuk mempertahankan KB suntiakn 3 bulannya bila bayinya tidak aktif
menyusui Rasional : Mencegah terjadinya kehamilan
6. Berikan penjelasan mengenai akibat yang mungkin terjadi bila ibu tidak
menggunakan alat kontrasepsi
Rasional : Agar ibu mengerti dan memahami bahaya yang dapat timbul jika tidak
menggunakan KB
7. Beritahu ibu tentang keuntungan, dan efek samping menggunakan kontrasepsi
suntikan 3 bulan
Rasional : agar ibu paham dan Mencegah kekhawatiran pada ibu bila terjadi efek samping
8. Berikan pemahaman mengenai imunisasi bayi dan jadwal pemberiannya pada
keluarga Rasional : Agar keluarga paham betapa pentingnya imunisasi bayi

M. IMPLEMENTASI
Tanggal 03 Desember 2014
1. Memberitahu ibu tentang manfaat ASI
 Manfaat bagi ibu :
a. memberikan asi segera setelah melahirkan akan meningkatkan kontraksi rahim,yang
berati mengurangi resiko pendarahan.
b. member asi juga membantu perkercil ukuran rahim ke ukuran sebelum hamil.
c. beberapa ahli mengatakan bahwa terjadinya kangker payudara pada wanita
menyusui sangat rendah.
d. menambah panjang kembalinya tingkatkesuburan paska melahirkan.sehinga jarak
kehamilan dengan anak yang satu panjang,atau menunda kehamilan yang berikutnya.
(dr.suririnah 2009 )

 Manfaat bagi bayi :


a. asi adalah makanan alami yang di sediakan untuk bayi komposisi nutrisi yang sesua untuk
perkembangan bayi sehat.
b. asi mudah di cerna oleh bayi.
c. jarang menyebabkan konstipasi
d. nutrisi yang di kandung oleh asi sangat mudah diserap oleh bayi.
e. asi kaya akan anti bodi (zat kekebalan tubuh ) yang membantu untuk melawan infeksi dan
penyakit lainnya
f. asi dapat mencegah karies karena mengandung mineral serium.
g. dari suatu penelitian didermak menemukan bahwa bayi yang diberikan asi lebih dari 9
bulan akan menjadi dewasa yang lebih cerdas .
h. member asi juga akan menambah ikatan ibu dan bayi.

2. Mengajarkan ibu tehnik cara menyusui yang benar


3. Mengajarkan cara perawatan payudara
4. menganjurkan ibu untuk menyusui bayinya sesering mungkin ( on demand ) minimal
hingga mencapai umur 6 bulan dan maksimal sampai umur 2 tahun ( ASI EKSLUSIF
5. menganjurkan ibu untuk mempertahankan KB suntiakn 3 bulannya bila bayinya
tidak aktif menyusui
6. memberikan penjelasan mengenai akibat yang mungkin terjadi bila ibu tidak
menggunakan alat kontrasepsi
7. Meberitahu ibu tentang keuntungan, keterbatasan dan efek samping menggunakan
kontrasepsi suntikan 3 bulan
 Keutungan :
a. Sangat efektif
b. Pencegahan kehamilan jangka panjang
c. Tidak berpengaruh terhadap hubungan suami istri
d. Tidak berpengaruh terhadap ASI
e. Sedikit efek samping
 Efek samping :
a. Gangguan pola haid
b. Berat badan yang bertambah
c. Sakit kepala (pusing)
d. keputihan
8. memberikan penjelasan mengenai imunisasi pada bayi dan jadwal pemberiannya

N. EVALUASI
Tanggal 03 Desember 2014
1. Ibu mengerti tentang manfaat ASI dan tehnik menyusui yang benar
2. Ibu mau melakukan perawatan payudara
3. Keluarga mengerti tentang pentingnya pemberian imunisasi pada bayi
PENDOKUMENTASIAN HASIL ASUHAN KEBIDANAN PADA KELUARGA Tn “I” DI

LINGKUNGAN JUPPAI KELURHAN TANETE

KEC. TANETE RILAU KAB. BARRU

TANGGAL 04 DESEMBER 2012

DATA SUBJEKTIF ( S )

1. Ibu tidak menjadi Akseptor KB.


2. Jumlah anak 3 orang.
3. Suami sangat berpengaruh dalam penganbilan keputusan.
4. Ibu dan keluarganya sudah tahu tentang Diare.
5. Ibu dan keluarga kurang mengerti tentang lingkungan.

DATA OBJEKTIF ( O )

1. Tenaga dan sarana kesehatan tersedia.


2. Jarak rumah dan posyandu dapat ditempuh dengan berjalan kaki.
3. Tingkat pendidikan rendah.
4. Tingkat pengetahuan rendah.

ASSESMENT ( A )

Ibu tidak menggunakan alat kontrasepsi karena ketidaktahuan tentang kontrasepsi.

PLANNING ( P )

1. Memberikan pengertian tentang pentingnya menggunakan alat kontrasepsi.


2. Memberikan penjelasan tentang jenis – jenis alat kontrasepsi.
3. Memberikan penjelasan tentang manfaat dan efek samping dari alat kontrasepsi.
4. Memberikan penjelasan mengenai akibat yang mungkin terjadi bila ibu tidak menjadi
Akseptor KB.
5. Memberikan penyuluhan tentang KB
a. Keluarga Berencana.
b. Kesehatan Lingkungan
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Kebidanan komunitas adalah pelayanan kebidanan professional yang ditujukankepada


masyarakat dengan penekanan pada kelompok resiko tinggi, dengan upayamencapai derajat
kesehatan yang optimal melalui pencegahan penyakit, peningkatankesehatan, menjamin
keterjangkauan pelayanan kesehatan, menjamin keterjangkauan pelayanan kesehatan yang
dibutuhkan dan melibatkan klien sebagai mitra dalam perencanan, pelaksanaan, dan evaluasi
pelayanan kebidanan.Puskesmas memberi pelayanan didalam dan diluar gedung dalam wilayah
kerja.Bidan di puskesmas memberi pelayanan kesehatan ibu dan anak (KIA) termasuk keluarga
berencana (KB).

3.2 Saran

Kami sebagai penulis bahwa pembuatan makalah ini masih jauh dari kesempurnaan makadari itu
kami mengharapkan saran dan keritiknya, agar menjadi lebih baik lagi, dan kamiharap
pembuatan makalah ini dapat memberikan manfaat bagi para pembaca dan

pengetahuan wawasan yang lebih luas mengenai ”MENEJEMEN ASUHAN KEBIDANAN


KOMUNITAS

Anda mungkin juga menyukai