Anda di halaman 1dari 8

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyatakan pada Januari 2020

bahwa wabah penyakit virus corona baru yang terjadi di Provinsi Hubei, Cina

sebagai darurat Kesehatan Masyarakat yang merupakan Keprihatinan

Internasional. Dua bulan kemudian, pada 11 Maret 2020, WHO menyatakan

wabah virus Corona Covid-19 sebagai pandemi. Wabah yang muncul di Wuhan,

China, itu pertama kali dilaporkan kepada WHO pada 31 Desember 2019. Data

hingga 10 Maret 2020 menunjukkan jumlah pasien terinfeksi Covid-19 di seluruh

dunia mencapai 113.710 kasus. Jumlah pasien terbanyak kedua di dunia setelah

China adalah Italia dengan 9.172 kasus. Kasus di Korea Selatan dan Iran juga

meningkat menjadi 7.478 dan 7.161 kasus untuk masing-masing negara.

Sementara itu, jumlah yang meninggal mencapai 3.990 orang hingga 10 Maret

2020. Kematian paling banyak di luar China terjadi di Italia, 463 orang, dan kedua

di Iran, 237 orang. Adapun negara-negara ASEAN yang mengonfirmasi telah

memiliki pasien positif tertular Covid-19 adalah Indonesia, Thailand, Malaysia,

Singapura, Vietnam, Kamboja, dan Filipina. Jumlah pasien positif Covid-19 di

Indonesia.

Para peneliti di Institute of Virology di Wuhan telah melakukan analisis

metagenomis untuk mengidentifikasi virus corona baru sebagai etiologi potensial.

Mereka menyebutnya novel Coronavirus 2019 (nCoV-2019) Selanjutnya, Pusat

Pengendalian dan Pencegahan Penyakit AS (CDC) menyebut

1
2

virus corona sebagai 2019 novel Coronavirus (2019-nCoV) dan sekarang penyakitnya

populer dengan istilah coronavirus disease-19 (Covid-19) (Parwanto, 2020).

Beberapa orang yang terinfeksi virus corona tidak mengalami gejala apa pun dan tidak

merasakan adanya masalah dengan tubuh mereka. Namun, menurut pengetahuan yang ada saat

ini, sekitar 1 dari 6 kasus Covid-19 telah menyebabkan penyakit serius dan menyebabkan

berkembangnya kesulitan bernapas (WHO, 2020).

Covid-19 pertama dilaporkan di Indonesia pada tanggal 2 Maret 2020 sejumlah dua

kasus. Tingkat mortalitas Covid-19 di Indonesia sebesar 8,9%, angka ini merupakan yang

tertinggi di Asia Tenggara. Angka kematian akibat virus corona di Indonesia tertinggi di Asia

setelah Cina, meninggal 181 orang, persentase kematian 9,11%, jumlah kasus virus corona 1.986

kasus, sembuh 134 orang, 3 Sampai tanggal 5 April 2020 terkonfirmasi Covid-19 berjumlah

2.273 orang, sembuh 164 orang dan meninggal 198 orang. Mengingat wabah Covid-19

merupakan masalah global melanda di belahan Negara-Negara di dunia termasuk Indonesia

(Syafrida & Hartati, 2020).

Wabah Covid-19 menyebar keIndonesia Pada Awal bulan Maret 2020 termasuk Riau.

pada tanggal 18 Maret 2020 sudah terdeteksi 1 orang pasien positif Covid-19 di Riau. Pasien

tersebut berdomisili di Pekanbaru dan sudah di rawat di Rumah Sakit Umum Daerah Provinsi

Riau Arifin Ahmad, Pekanbaru tanggal 13 maret 2020. Setelah kasus tersebut, beberapa hari

kemudian terjadi peningkatan signifikan jumlah masyarakat yang diduga terinfeksi Covid-19 di

Pekanbaru. Diantaranya tanggal 20 Maret 2020 terdata 46 Orang Dalam Pengawasan (ODP) dan

14 orang Pasien Dalam Pengawasan (PDP), termasuk 1 pasien yang positif Covid-19.

Selanjutnya hari berikutnya tanggal 21 Maret 2020 terjadi peningkatan jumlah ODP sebanyak
3

84,8 persen dari 46 menjadi 85 orang, sedangkan jumlah PDP meningkat dari 14 menjadi 16

orang (Ali Yusri, 2020).

World Health Organization (WHO) menyatakan gizi buruk mengakibatkan 54%

kematian bayi dan anak. Hasil sesus WHO menunjukkan bahwa 49% dari 10,4 juta kematian

balita di Negara berkembang berkaitan dengan gizi buruk. Tercatat sekitar 50% balita Asia, 30%

balita Afrika, 20% Amerika menderita gizi buru (Kemenkes,2018). Perkembangan masalah gizi

di Indonesia semakin kompleks baik persoalan kekurangan gizi maupun kelebihan gizi. Anak

yang menderita gizi kurang akan mengalami gangguan pertumbuhan fisik dan perkembangan

mental, dimana anak mempunyai IQ lebih rendah dan mudah terserang infeksi (Departemen

Kesehatan (Depkes, 2007).

Menurut Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan dalam Riset Kesehatan Dasar

2010 tercatat jumlah balita di Indonesia sebanyak 26,7 juta. Dari jumlah tersebut 17,9% atau 4,7

juta balita menderita gizi kurang dan 5,4% atau 1,3 juta balita menderita gizi buruk. Kasus gizi

buruk saat ini menjadi perhatian di Indonesia. Gizi kurang dan gizi buruk merupakan masalah

yang perlu mendapatkan perhatian, karena akan dapat menimbulkan the lost generation. Kualitas

bangsa dimasa depan akan sangat dipengaruhi keadaan atau status gizi pada saat ini, terutama

balita. Akibat gizi buruk dan gizi kurang akan mempengaruhi kualitas kehidupannya kelak

(Sarlis & Ivanna, 2018).

Pakar nutrisi UNICEF Sri Sukotjo mengatakan bahwa pandemi Covid-19 berisiko

menurunkan status gizi anak balita di Indonesia (pemaparan di Badan Nasional penanggulangan

Bencana). Sebelum adanya pandemic Covid-19, status gizi anak balita di Indonesia dirasa belum

optimal “ 1 dari 3 anak Indonesia atau sekitar 7 juta balita Indonesia mengalami stunting dan

wasting sekitar 2 juta balita.


4

Pandemi COVID-19 ( corona virus ) menyebabkan banyak perubahan dalam kehidupan

sehari-hari. Gizi seimbang pada masa pandemi covid-19 sangat penting bagi pola hidup manusia

karena dengan mengkonsumsi gizi seimbang maka masyarakat dapat menjaga kesehatan

sehingga virus tidak mudah masuk kedalam tubuh dan dengan itu dapat memutuskan rantai

penyebaran virus corona (Maulidini & Zuhrina, 2018).

Pada tanggal 27 maret 2020 DinKes Siak menyatakan jumlah orang dalam Pengawasan

(ODP) dan Pasien Dalam Pengawasan (PDP) Covid-19 di Kabupaten Siak meningkat. Sebanyak

93 orang dinyatakan ODP dan 2 orang ditetapkan sebagai PDP. Dinas kesehatan Siak, bahwa

peningkatan jumlah ODP di Kabupaten Siak dikarenakan banyaknya warga Siak yang baru

pulang dari Malaysia. ODP pasti akan bertambah sebab kita menentukan kriteria ODP Covid-19

itu karena pulang dari luar negeri, daerah yang terjangkiti seperti Jakarta, Solo, Jawa Barat, Jawa

Tengah, Kalimantan Timur atau pernah kontak fisik dengan yang sudah Positif Corona (Dinas

Kesehatan (Dinkes,2020).

Proporsi terendah status gizi buruk dan gizi kurang pada tahun 2018 terdapat di provinsi

Kepulauan Riau sebesar 13,0% dan proporsi tertinggi status gizi buruk dan gizi kurang pada

tahun 2018 terdapat di provinsi Nusa Tenggara Timur sebesar 29,5% (Kementrian kesehatan RI,

2018). Di Provinsi Riau tepatnya di Kota Pekanbaru dari 20 Puskesmas yang ada, tercatat jumlah

balita yang mengalami gizi kurang pada tahun 2014 berkisar 2.476 orang balita. Sedangkan

balita yang mengalami gizi buruk tercatat 3 orang balita. Balita yang memiliki gizi baik berkisar

3.210 orang, dan 9% bayi mengalami obesitas (Sarlis & Ivanna, 2018). Namun demikian pada

2020 dimana persoalan pandemi Covid-19 melanda Indonesia dan permasalahan kemiskinan

masih menjadi kendala utama dalam menyumbang tingkat kelaparan dan kekurangan gizi

penduduk. Pandemi Covid-19 mewabah di banyak negara di dunia, World Rural Forum bersama
5

dengan Organisasi Pertanian Keluarga di Dunia (2020) menyebutkan Covid-19 telah berdampak

pada sektor pertanian mulai dari aspek produksi hingga

distribusi pangan. permasalahan pangan baik dari aspek supply maupun demand memimiliki

potensi besar dalam menyumbang tingkat kelaparan dan kekurangan gizi bagi penduduk miskin

(Vanda, 2020).

Dampak dari pandemi pada kehidupan individu dan masyarakat pada bidang pangan juga

akan terjadi. Ketersediaan dan akses pangan masyarakat menjadi penting sehingga pemerintah

pun terus berusaha membantu bukan saja dalam bantuan materi transfer uang langsung juga

dalam bantuan pangan. Penyelesaian masalah Covid-19 ini terutama pada dampak sosial tidak

bisa hanya diserahkan pada pemerintah akan tetapi setiap keluarga harus berusaha untuk mampu

mengatasi masalah terutama pangan, karena jika pangan tersedia tidak akan terjadi kelaparan dan

masalah social lanjutan. Akses makanan mengacu pada keterjangkauan dana lokasi makanan,

serta preferensi individu dan rumah tangga. Komite PBB untuk hak-hak Ekonomi, Sosial, dan

Budaya mencatat bahwa penyebab kelaparan dan kekurangan gizi seringkali bukan karena

kelangkaan makanan tetapi ketidak mampuan untuk mengakses makanan yang tersedia, biasanya

karena kemiskinan . Kemiskinan dapat membatasi akses pada makanan dan juga dapat

meningkatkan seberapa rentan seseorang atau rumah tangga terhadap lonjakan harga pangan

(Bernatal, 2020).

Berdasarkan studi pendahuluan yang dilakukan kepada 20 orang ibu yang memiliki anak

balita di Kecamatan Lubuk Dalam. Didapatkan hasil 8 diantaranya mengatakan terdapat dampak

terhadap gizi anak balita pada masa pandemi Covid-19 karena keluarga kehilangan pendapatan

sehingga tidak mampu membeli makanan sehat dan bergizi, dan 5 ibu lainnya mengatakan

terdapat dampak terhadap gizi anak balita pada masa pandemi Covid-19 karena posyandu dinon
6

aktifkan sementara ibu harus mengetahui gizi anak setiap bulannya, sedangkan 7 diantaranya

mengatakan tidak ada dampak gizi anak pada masa pandemic Covid-19 .

Berdasarkan uraian diatas, perlu dilakukan penelitian untuk mengetahui Gambaran

Pemenuhan Gizi Anak Balita Pada Masa Pandemi Covid-19 Di Kecamatan Lubuk Dalam

Kabupaten Siak Riau.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah uraian diatas, maka dapat dirumuskan masalah

penelitian adalah “Bagaimana gambaran Pemenuhan Gizi Balita Pada Masa Pandemi Covid-19

Di Kecamatan Lubuk Dalam Kabupaten Siak Riau’’?.

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui distribusi frekuensi gambaran pemenuhan gizi balita pada masa

pandemi Covid-19 di Kecamatan Lubuk Dalam Kabupaten Siak Riau.

2. Tujuan Khusus

a. Untuk mengetahui gambaran karakteristik ibu yang memiliki balita di Kecamatan Lubuk

Dalam meliputi usia, Pendidikan, dan sumber informasi tentang gizi.

b. Untuk mengetahui gambaran pemenuhan gizi balita (Pola makan, Jenis makan, perhatian,

perilaku, keterampilan).

D. Manfaat Penelitian

1. Teoritis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah literatur dan dapat dijadikan

pertimbangan dalam meningkatkan gizi anak Balita pada masa Covid-19.


7

2. Praktis

a. Bagi peneliti

Untuk memperoleh pengetahuan, pengalaman, dan kemampuan dalam melaksanakan

penelitian yang lebih mendalam tentang ”Gambaran Pemenuhan gizi balita pada masa

pandemi Covid-19 di Kecamatan Lubuk Dalam Kabupaten Siak Riau”.

b. Bagi masyarakat

Penelitian ini memberikan informasi bagi masyarakat terutama ibu terkait dengan

Pemenuhan gizi balita selama masa pandemi Covid-19.

c. Bagi Tenaga Kesehatan

Meningkatkan kesadaran dan motivasi kader, bidan, dan tenaga kesehatan setempat untuk

memberikan informasi tentang pendidikan kesehatan seputar pemenuhan gizi balita pada

masa Covid-19.

d. Bagi penelitian selanjutnya

Manfaat penelitian ini bagi peneliti selanjutnya adalah dapat digunakan sebagai dasar

penelitian terkait pemenuhan gizi balita pada masa pandemi covid-19 .

E. Ruang lingkup penelitian

Penelitian ini dilakukan oleh Mahasiswa program Studi Ilmu Keperawatan Universitas

Fort De Kock Bukittinggi untuk mengetahui ‘’ Gambaran Pemenuhan Gizi Balita Pada Masa

Pandemi Covid-19 Di Kecamatan Lubuk Dalam Kabupaten Siak Riau’’. Penelitian ini

merupakan penelitian kuantitatif dengan metode survey deskriptif. Dalam penelitian teknik

pengambilan sampel secara Accidental Sampling. Populasi penelitian adalah ibu yang memiliki

Balita Di Kecamatan Lubuk Dalam Kabupaten Siak Riau. Waktu penelitian dilakukan pada

bulan Januari tahun 2021. Penelitian ini menggunakan metode pengumpulan data dengan angket
8

yang dibuat dengan google form dan dibagikan kepada masyarakat di Kecamatan Lubuk Dalam

Kabupaten Siak Riau.

Anda mungkin juga menyukai