PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
bahwa wabah penyakit virus corona baru yang terjadi di Provinsi Hubei, Cina
wabah virus Corona Covid-19 sebagai pandemi. Wabah yang muncul di Wuhan,
China, itu pertama kali dilaporkan kepada WHO pada 31 Desember 2019. Data
dunia mencapai 113.710 kasus. Jumlah pasien terbanyak kedua di dunia setelah
China adalah Italia dengan 9.172 kasus. Kasus di Korea Selatan dan Iran juga
Sementara itu, jumlah yang meninggal mencapai 3.990 orang hingga 10 Maret
2020. Kematian paling banyak di luar China terjadi di Italia, 463 orang, dan kedua
Indonesia.
1
2
virus corona sebagai 2019 novel Coronavirus (2019-nCoV) dan sekarang penyakitnya
Beberapa orang yang terinfeksi virus corona tidak mengalami gejala apa pun dan tidak
merasakan adanya masalah dengan tubuh mereka. Namun, menurut pengetahuan yang ada saat
ini, sekitar 1 dari 6 kasus Covid-19 telah menyebabkan penyakit serius dan menyebabkan
Covid-19 pertama dilaporkan di Indonesia pada tanggal 2 Maret 2020 sejumlah dua
kasus. Tingkat mortalitas Covid-19 di Indonesia sebesar 8,9%, angka ini merupakan yang
tertinggi di Asia Tenggara. Angka kematian akibat virus corona di Indonesia tertinggi di Asia
setelah Cina, meninggal 181 orang, persentase kematian 9,11%, jumlah kasus virus corona 1.986
kasus, sembuh 134 orang, 3 Sampai tanggal 5 April 2020 terkonfirmasi Covid-19 berjumlah
2.273 orang, sembuh 164 orang dan meninggal 198 orang. Mengingat wabah Covid-19
Wabah Covid-19 menyebar keIndonesia Pada Awal bulan Maret 2020 termasuk Riau.
pada tanggal 18 Maret 2020 sudah terdeteksi 1 orang pasien positif Covid-19 di Riau. Pasien
tersebut berdomisili di Pekanbaru dan sudah di rawat di Rumah Sakit Umum Daerah Provinsi
Riau Arifin Ahmad, Pekanbaru tanggal 13 maret 2020. Setelah kasus tersebut, beberapa hari
kemudian terjadi peningkatan signifikan jumlah masyarakat yang diduga terinfeksi Covid-19 di
Pekanbaru. Diantaranya tanggal 20 Maret 2020 terdata 46 Orang Dalam Pengawasan (ODP) dan
14 orang Pasien Dalam Pengawasan (PDP), termasuk 1 pasien yang positif Covid-19.
Selanjutnya hari berikutnya tanggal 21 Maret 2020 terjadi peningkatan jumlah ODP sebanyak
3
84,8 persen dari 46 menjadi 85 orang, sedangkan jumlah PDP meningkat dari 14 menjadi 16
kematian bayi dan anak. Hasil sesus WHO menunjukkan bahwa 49% dari 10,4 juta kematian
balita di Negara berkembang berkaitan dengan gizi buruk. Tercatat sekitar 50% balita Asia, 30%
balita Afrika, 20% Amerika menderita gizi buru (Kemenkes,2018). Perkembangan masalah gizi
di Indonesia semakin kompleks baik persoalan kekurangan gizi maupun kelebihan gizi. Anak
yang menderita gizi kurang akan mengalami gangguan pertumbuhan fisik dan perkembangan
mental, dimana anak mempunyai IQ lebih rendah dan mudah terserang infeksi (Departemen
Menurut Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan dalam Riset Kesehatan Dasar
2010 tercatat jumlah balita di Indonesia sebanyak 26,7 juta. Dari jumlah tersebut 17,9% atau 4,7
juta balita menderita gizi kurang dan 5,4% atau 1,3 juta balita menderita gizi buruk. Kasus gizi
buruk saat ini menjadi perhatian di Indonesia. Gizi kurang dan gizi buruk merupakan masalah
yang perlu mendapatkan perhatian, karena akan dapat menimbulkan the lost generation. Kualitas
bangsa dimasa depan akan sangat dipengaruhi keadaan atau status gizi pada saat ini, terutama
balita. Akibat gizi buruk dan gizi kurang akan mempengaruhi kualitas kehidupannya kelak
Pakar nutrisi UNICEF Sri Sukotjo mengatakan bahwa pandemi Covid-19 berisiko
menurunkan status gizi anak balita di Indonesia (pemaparan di Badan Nasional penanggulangan
Bencana). Sebelum adanya pandemic Covid-19, status gizi anak balita di Indonesia dirasa belum
optimal “ 1 dari 3 anak Indonesia atau sekitar 7 juta balita Indonesia mengalami stunting dan
sehari-hari. Gizi seimbang pada masa pandemi covid-19 sangat penting bagi pola hidup manusia
karena dengan mengkonsumsi gizi seimbang maka masyarakat dapat menjaga kesehatan
sehingga virus tidak mudah masuk kedalam tubuh dan dengan itu dapat memutuskan rantai
Pada tanggal 27 maret 2020 DinKes Siak menyatakan jumlah orang dalam Pengawasan
(ODP) dan Pasien Dalam Pengawasan (PDP) Covid-19 di Kabupaten Siak meningkat. Sebanyak
93 orang dinyatakan ODP dan 2 orang ditetapkan sebagai PDP. Dinas kesehatan Siak, bahwa
peningkatan jumlah ODP di Kabupaten Siak dikarenakan banyaknya warga Siak yang baru
pulang dari Malaysia. ODP pasti akan bertambah sebab kita menentukan kriteria ODP Covid-19
itu karena pulang dari luar negeri, daerah yang terjangkiti seperti Jakarta, Solo, Jawa Barat, Jawa
Tengah, Kalimantan Timur atau pernah kontak fisik dengan yang sudah Positif Corona (Dinas
Kesehatan (Dinkes,2020).
Proporsi terendah status gizi buruk dan gizi kurang pada tahun 2018 terdapat di provinsi
Kepulauan Riau sebesar 13,0% dan proporsi tertinggi status gizi buruk dan gizi kurang pada
tahun 2018 terdapat di provinsi Nusa Tenggara Timur sebesar 29,5% (Kementrian kesehatan RI,
2018). Di Provinsi Riau tepatnya di Kota Pekanbaru dari 20 Puskesmas yang ada, tercatat jumlah
balita yang mengalami gizi kurang pada tahun 2014 berkisar 2.476 orang balita. Sedangkan
balita yang mengalami gizi buruk tercatat 3 orang balita. Balita yang memiliki gizi baik berkisar
3.210 orang, dan 9% bayi mengalami obesitas (Sarlis & Ivanna, 2018). Namun demikian pada
2020 dimana persoalan pandemi Covid-19 melanda Indonesia dan permasalahan kemiskinan
masih menjadi kendala utama dalam menyumbang tingkat kelaparan dan kekurangan gizi
penduduk. Pandemi Covid-19 mewabah di banyak negara di dunia, World Rural Forum bersama
5
dengan Organisasi Pertanian Keluarga di Dunia (2020) menyebutkan Covid-19 telah berdampak
distribusi pangan. permasalahan pangan baik dari aspek supply maupun demand memimiliki
potensi besar dalam menyumbang tingkat kelaparan dan kekurangan gizi bagi penduduk miskin
(Vanda, 2020).
Dampak dari pandemi pada kehidupan individu dan masyarakat pada bidang pangan juga
akan terjadi. Ketersediaan dan akses pangan masyarakat menjadi penting sehingga pemerintah
pun terus berusaha membantu bukan saja dalam bantuan materi transfer uang langsung juga
dalam bantuan pangan. Penyelesaian masalah Covid-19 ini terutama pada dampak sosial tidak
bisa hanya diserahkan pada pemerintah akan tetapi setiap keluarga harus berusaha untuk mampu
mengatasi masalah terutama pangan, karena jika pangan tersedia tidak akan terjadi kelaparan dan
masalah social lanjutan. Akses makanan mengacu pada keterjangkauan dana lokasi makanan,
serta preferensi individu dan rumah tangga. Komite PBB untuk hak-hak Ekonomi, Sosial, dan
Budaya mencatat bahwa penyebab kelaparan dan kekurangan gizi seringkali bukan karena
kelangkaan makanan tetapi ketidak mampuan untuk mengakses makanan yang tersedia, biasanya
karena kemiskinan . Kemiskinan dapat membatasi akses pada makanan dan juga dapat
meningkatkan seberapa rentan seseorang atau rumah tangga terhadap lonjakan harga pangan
(Bernatal, 2020).
Berdasarkan studi pendahuluan yang dilakukan kepada 20 orang ibu yang memiliki anak
balita di Kecamatan Lubuk Dalam. Didapatkan hasil 8 diantaranya mengatakan terdapat dampak
terhadap gizi anak balita pada masa pandemi Covid-19 karena keluarga kehilangan pendapatan
sehingga tidak mampu membeli makanan sehat dan bergizi, dan 5 ibu lainnya mengatakan
terdapat dampak terhadap gizi anak balita pada masa pandemi Covid-19 karena posyandu dinon
6
aktifkan sementara ibu harus mengetahui gizi anak setiap bulannya, sedangkan 7 diantaranya
mengatakan tidak ada dampak gizi anak pada masa pandemic Covid-19 .
Pemenuhan Gizi Anak Balita Pada Masa Pandemi Covid-19 Di Kecamatan Lubuk Dalam
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah uraian diatas, maka dapat dirumuskan masalah
penelitian adalah “Bagaimana gambaran Pemenuhan Gizi Balita Pada Masa Pandemi Covid-19
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui distribusi frekuensi gambaran pemenuhan gizi balita pada masa
2. Tujuan Khusus
a. Untuk mengetahui gambaran karakteristik ibu yang memiliki balita di Kecamatan Lubuk
b. Untuk mengetahui gambaran pemenuhan gizi balita (Pola makan, Jenis makan, perhatian,
perilaku, keterampilan).
D. Manfaat Penelitian
1. Teoritis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah literatur dan dapat dijadikan
2. Praktis
a. Bagi peneliti
penelitian yang lebih mendalam tentang ”Gambaran Pemenuhan gizi balita pada masa
b. Bagi masyarakat
Penelitian ini memberikan informasi bagi masyarakat terutama ibu terkait dengan
Meningkatkan kesadaran dan motivasi kader, bidan, dan tenaga kesehatan setempat untuk
memberikan informasi tentang pendidikan kesehatan seputar pemenuhan gizi balita pada
masa Covid-19.
Manfaat penelitian ini bagi peneliti selanjutnya adalah dapat digunakan sebagai dasar
Penelitian ini dilakukan oleh Mahasiswa program Studi Ilmu Keperawatan Universitas
Fort De Kock Bukittinggi untuk mengetahui ‘’ Gambaran Pemenuhan Gizi Balita Pada Masa
Pandemi Covid-19 Di Kecamatan Lubuk Dalam Kabupaten Siak Riau’’. Penelitian ini
merupakan penelitian kuantitatif dengan metode survey deskriptif. Dalam penelitian teknik
pengambilan sampel secara Accidental Sampling. Populasi penelitian adalah ibu yang memiliki
Balita Di Kecamatan Lubuk Dalam Kabupaten Siak Riau. Waktu penelitian dilakukan pada
bulan Januari tahun 2021. Penelitian ini menggunakan metode pengumpulan data dengan angket
8
yang dibuat dengan google form dan dibagikan kepada masyarakat di Kecamatan Lubuk Dalam