Akankah ada kebahagiaan datang setelah ini? Aku tidak tahu itu.
Andai aku mengetahui
jawaban dari pertanyaan itu,mungkin saja aku akan bertahan dalam situasi seperti ini. Berbaring beralaskan tikar,pikiran itu selalu berada dalam otakku,berharap setelah aku membuka mataku ada kebahagiaan yang menghampiriku. Tapi nyatanya tidak. Perkenalkan namaku erika,umurku 22 tahun,aku kuliah jurusan kebidanan saat ini aku semester 3 sebenarnya semester 5 tapi memutuskan untuk cuti karena masalah biaya. Aku tinggal bersama saudara sepupu aku. Berawal dari ketika aku memutuskan untuk kuliah kebidanan dan orang tuaku mengizinkan itu,rasa senang di dalam hati tidak bisa diungkapkan lagi karena itu adalah impian aku sejak dulu dan mendengar kabar bahwa aku lulus tes masuk perguruan tinggi jurusan kebidanan menambah rasa senang keluargaku. Hari demi hari aku lewati dengan penuh semangat karena apa yang aku impikan sejak dulu bisa tercapai saat ini meskipun banyak rintangan yang aku alami semenjak aku kuliah,harus tetap sabar dan yakin rintangan itu pasti berlalu. Ya benar rintangan itu berlalu tapi sampai di awal semester 3 orang tuaku tidak bisa menyelesaikan pembayaran spp dan aku tidak bisa mengikuti krs dan khs. Hal itu berpengaruh terhadap kuliahku karena ketika aku tidak bisa menyelesaikan khs dan krs itu,aku tidak bisa mengikuti perkuliahan selanjutnya. Itu membuat kesedihan dalam diriku tapi aku tidak menampakkannya di depan orang tuaku karena itu akan menambah beban kedua orang tuaku. Dari dulu aku sering memendam masalah sendiri, sewaktu SD sering dibully, SMP tambah parah lagi, SMA sering dapat kata – kata yang sering melukai hati dari guru,orang tuaku tidak tahu akan hal itu karena aku tidak pernah menceritakan hal – hal buruk yang aku dapatkan ketika bersekolah,mereka hanya mendengar hal – hal baik dariku karena aku ingin orang tuaku beranggapan aku senang berada di sekolah,tetapi nyatanya tidak. Aku tetap mengikuti perkuliahan meskipun absensiku dianggap kosong. Aku berharap ada keajaiban dalam hidup ini. Hari terus berlalu,aku menganggap semua tidak terjadi apa – apa. Sampai pada akhirnya ketika memasuki ujian tengah semester,disaat itulah semuanya menjadi semakin rumit. Salah satu syarat mengikuti uts harus lunas spp sampai bulan yang ditentukan. Disaat itulah semua terbongkar,aku yang belum melakukan krs dan khs dan memiliki tanggungan yang jumlahnya tidak sedikit. Seketika pikiranku kacau. Akankah hari ini bisa terulang lagi besok?aku tidak tau,yang aku tau hanyalah rasa ketakutan dan kebingungan. Aku tidak tau bagaimana cara menyelesaikan hal ini,apakah berakhir di sni ataukah lanjut?itulah yang sekarang aku pikirkan. Bukannya aku diam dan tidak mau tau,hanya saja untuk menyelesaikan hal ini bukan hanya dengan tangan kosong saja melainkan dengan puluhan lembar kertas yang bernilai harganya. Aku hanya bisa pasrah dengan keputusannya nanti. Apakah aku harus istirahat untuk menggapai cita citaku? Apakah aku siap untuk hal itu?jujur untuk saat ini aku belum siap. Apakah aku harus fokus dengan impianku?bagaimana dengan cita citaku?Untuk saat ini aku masih bingung. Hampir setiap hari aku bermimpi tentang impianku,apakah itu jawabannya untuk aku fokus dengan impianku dan meninggalkan sejenak cita citaku?aku tau terkadang apa yang terlalu dipikirkan akan terbawa mimpi tapi terkadang aku tidak memikirkannya hal itu muncul dalam mimpiku. Keputusan sudah diambil,bahwa mau tidak mau aku harus cuti kuliah. Hal yang tidak pernah aku fikirkan sebelumnya terjadi begitu saja hari itu. Ada keirian dalam hatiku melihat teman – teman sudah berjalan jauh di depan tetapi aku masih tempat yang sama. Aku selalu berdoa dan berharap ada keajaiban dalam hidupku bahwa aku bisa berjalan lagi dengan mereka untuk menggapai apa yang aku impikan tapi nyatanya tetap saja aku harus melanjutkan cuti. Aku mencoba ikhlas dengan apa yang terjadi dalam hidupku ini meskipun itu susah tapi aku harus tetap melanjutkan hidup ini. Tidak boleh ada kesedihan bahkan keirian dalam hatiku. Hari demi hari aku lewati,aku sudah tidak memikirkan kuliah itu lagi dan berniat untuk tidak melanjutkannya. 1 tahun berlalu,tepatnya tanggal 21 september 2020 saatnya memasuki kuliah lagi,tetapi perkuliahan sekarang jauh berbeda,dilakukan secara online karena adanya pademi Covid – 19. Hal yang aku rasakan pada saat itu tidak seperti awal memasuki perkuliahan di tahun 2018. Ketakutan,kebingungan bahkan keingingan untuk melukai diri sendiri itu yang aku rasakan sekarang. Aku tidak tahu mengapa perasaan seperti itu muncul lagi dalam diri aku. Dulu aku pernah merasakan hal itu sewaktu aku sekolah SMP dan SMA. Perasaan itu hilang setelah aku memasuki kuliah dan perasaan itu muncul lagi saat ini. Semakin aku mencoba mengikuti perkuliahan semakin aku merasakan ketakutan,badanku gemetar. Aku mencoba untuk tidak mengikuti beberapa perkuliahan meskipun aku sadar ini merupakan hal yang tidak patut dilakukan tetapi aku tetap melakukannya karena aku tidak mau perasaan ketakutan dalam diriku semakin parah. Sampai pada akhirnya aku memberanikan diri untuk mengatakan aku mau berhenti kuliah kepada orang tuaku. Kebetulan aku tinggal di rumah saudara sepupuku bersama ibu aku karena ibu aku bekerja di rumah saudara sepupu aku. Sore itu, ketika duduk bersantai berdua di teras rumah,aku mencoba mengatakan hal yang ingin kukatakan sejak awal kuliah tetapi perasaanku sudah bercampur aduk antara takut,sedih hal ini pasti akan membuat orang tuaku kecewa dan sedih. Dan hal itu benar terjadi ketika aku mengatakan bu,aku mau berhenti kuliah,boleh? Ibuku menjawab “ kenapa?ada apa? Sudah jangan memikirkan hal – hal diluar kuliahmu,kalau masalah biaya biar ibu yang fikirkan itu”. Seketika air mata yang sedari tadi sudang membendung di kelopak mataku akhirnya lolos juga mengalir deras di kedua pipiku. Tidak ada kata satupun yang bisa aku ucapkan lagi yang ada hanya tangisan tanpa suara. Setelah itu, Aku berjalan menuju kamarku. Aku terdiam, Aku tidak tahu keputusan yang Aku ambil ini benar atau salah. Di satu sisi Aku sebenarnya Aku tidak ingin mengatakan hal itu karena kuliah dengan jurusan kesehatan adalah impianku dari dulu,di sisi lain Aku tidak kuat dengan ketakutan yang Aku alami. Tuhan, jika takdirku harus kuliah kebidanan dan aku bisa sukses dari sana tolong kuatkan aku,tolong beri aku kesabaran,tolong hilangkan rasa takut itu. Jika itu bukan takdirku,tolong bantu aku untuk bisa melepaskan semua itu,tolong ikhlasnya hatiku untuk menerima semua yang Engkau takdirkan kepadaku. Kalimat itu yang selalu terucap dalam doaku di sepanjang hari. Banyak teman – teman yang menasehatiku,memberikanku semangat,memberikanku kekuatan ini dan itu tapi tetap saja hatiku bimbang untuk menentukan apa yang harus aku pilih.