Anda di halaman 1dari 7

HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN KELUARGA DAN KUALITAS

HIDUP PASIEN DIABETES MELLITUS TIPE II


DI RSUD ARIFIN ACHMAD PROVINSI RIAU
Ervy Tamara1, Bayhakki2, Fathra Annis Nauli3

Program Studi Ilmu Keperawatan


Universitas Riau
Email: ervytamara09@gmail.com

Abstract
The aim of this research was to identify correlation between family support and quality of life of patients with type 2 Diabetes
Mellitus in Arifin Achmad General Hospital of Riau Province. The design of the study was correlation with cross sectional
approach. The sampling technique was consecutive sampling with 46 type 2 Diabetes Mellitus patients were selected based on
inclusion criteria. Instrument used the study was a questionnaire consisted of 18 question to asses family support and 20
question to asses quality of life which was valid and reliable. Data analyses used in the study were univariate analysis to know
distribution of frequency and bivariate analysis by using chi square. The result showed that p value (0,030) < alpha (0,05). It
meant that there was a correlation between family support and quality of life of patients with type 2 Diabetes Mellitus in Arifin
Achmad General Hospital of Riau Province. Family of the patients are expected to increase support for the patients with type 2
Diabetes Mellitus therefore it can increase quality of life of the patients with type 2 Diabetes Mellitus.
Keyword: family support, type 2 Diabetes Mellitus, quality of life

PENDAHULUAN penelitian yang dilakukan oleh Murdiningsih dan


World Health Organization (WHO) (2011) Ghofur (2013) menunjukkan bahwa terdapat
mendefinisikan Diabetes Mellitus (DM) sebagai hubungan yang kuat antara tingkat kecemasan
penyakit kronis yang terjadi ketika pankreas terhadap kadar glukosa darah penderita DM yang
tidak menghasilkan insulin yang cukup atau akan berpengaruh terhadap kualitas hidupnya.
ketika tubuh tidak dapat secara efektif Secara sosial penderita DM akan mengalami
menggunakan insulin yang dihasilkan. Menurut hambatan umumnya berkaitan dengan
studi International Diabetes Federation pada pembatasan diet yang ketat dan keterbatasan
tahun 2013 menjadi sekitar 382 juta orang. aktivitas karena komplikasi yang muncul. Pada
Indonesia merupakan negara yang menduduki bidang ekonomi biaya untuk perawatan penyakit
urutan ketujuh dengan penderita DM terbanyak dalam jangka waktu panjang dan rutin
dengan jumlah penderita DM sebanyak 7,6 juta merupakan masalah yang menjadi beban
jiwa dan diperkirakan akan terus meningkat tersendiri bagi pasien. Beban tersebut ditambah
enam persen setiap tahunnya (Rachmaningtyas, dengan adanya penurunan produktifitas kerja
2013). Berdasarkan data dari Rekam Medik yang berkaitan dengan perawatan ataupun akibat
Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Umum Daerah penyakitnya. Kondisi tersebut berlangsung
(RSUD) Arifin Achmad Provinsi Riau pada pada kronis dan bahkan sepanjang hidup pasien DM
tahun 2012 sebanyak 189 orang dan pada tahun dan hal ini akan menurunkan kualitas hidup
2013 dari bulan Januari sampai Juli sebanyak 86 pasien DM. Oleh karena itu, penanganan
orang. penyakit ini memerlukan pendekatan yang
Komplikasi yang dialami penderita DM komprehensif. Penanganan pasien harus
bervariasi diantaranya komplikasi fisik, memperhatikan keseimbangan dan keutuhan
psikologis, sosial dan ekonomi. Komplikasi fisik aspek fisik, psikologis, sosial dan ekonomi. Saat
yang timbul berupa kerusakan mata, kerusakan ini penanganan penyakit ini menunjukkan
ginjal, penyakit jantung, tekanan darah tinggi, kecenderungan lebih berfokus pada pengaturan
stroke bahkan sampai menyebabkan gangren pola diet, pengaturan aktivitas fisik, perubahan
(Barnes, 2009). Komplikasi psikologis yang perilaku, pengobatan yang dilakukan dengan
muncul diantaranya dapat berupa kecemasan. obat ± obatan, dan kontrol gula darah, sedangkan
Gangguan kecemasan yang muncul bisa penanganan masalah psikologis belum banyak
disebabkan oleh long life diseases ataupun ditangani.
karena komplikasi yang ditimbulkannya. Kualitas hidup dinyatakan sebagai ukuran
Kecemasan ini jika tidak diatasi akan semakin konseptual atau operasional mencakup
menyulitkan dalam pengelolaan DM. Hasil kesejahteraan, kualitas kelangsungan hidup serta

JOM PSIK VOL.1 NO.2 OKTOBER 2014 1


kemampuan untuk secara mandiri melakukan METODE PENELITIAN
aktivitas sehari ± hari yang sering digunakan Penelitian ini dilakukan di Poliklinik
dalam situasi penyakit kronik sebagai cara untuk Penyakit Dalam RSUD Arifin Achmad Provinsi
menilai dampak terapi pada pasien (Brooker, Riau yang dilaksanakan dari bulan Februari
2008). Pengukuran kualitas hidup bersifat sampai Juli 2014. Populasi dalam penelitian ini
multidimensi yang meliputi fungsi fisik, adalah seluruh penderita DM tipe 2 yang datang
psikologis, sosial, lingkungan dan kualitas hidup ke Poliklinik Penyakit Dalam RSUD Arfin
secara umum. Pengukuran kualitas hidup bisa Achmad yang dipilih dengan menggunakan
dilakukan dengan menggunakan kuesioner yang teknik consecutive sampling. Kriteria inklusi
dikembangkan oleh WHO. dalam penelitian ini adalah penderita DM tipe 2
Penelitian yang dilakukan Pompili (2009) berumur 20 ± 65 tahun, mengalami DM tipe 2
di Italia tentang kualitas hidup dan resiko bunuh minimal 1 tahun, bersedia menjadi responden,
diri pada pasien DM, diketahui bahwa pasien mampu berkomunikasi dengan baik dan tinggal
DM menunjukan keputusasaan yang lebih besar bersama keluarga.
dan ide bunuh diri, serta kualitas hidup yang Sebelum pengumpulan data dimulai
buruk terkait dengan self efficacy yang rendah. peneliti meminta calon responden mengisi
Brannon dan Feist dalam Sholichah (2009) lembar persetujuan responden. Alat pengumpul
mengemukakan bahwa penderita sakit kronis data dalam penelitian ini menggunakan
cenderung menunjukkan ekspresi emosi yang kuesioner yang terdiri dari tiga bagian yaitu data
bersifat negatif dengan kondisi sakitnya. Mereka demografi, 18 pertanyaan menilai dukungan
juga menjelaskan bahwa penderita sakit kronis keluarga dan 20 pertanyaan untuk menilai
sangat membutuhkan dukungan keluarga. kualitas hidup. Data yang sudah dikumpulkan
Dukungan keluarga adalah sikap, tindakan diolah dan dianalisa menggunakan software
dan penerimaan keluarga terhadap penderita komputer.
yang sakit. Dukungan bisa berasal dari orang lain Analisa yang digunakan berupa analisa
(orangtua, anak, suami, istri atau saudara) yang univariat dan bivariat. Analisa univariat
dekat dengan subjek dimana bentuk dukungan digunakan untuk melihat distribusi frekuensi
berupa informasi, tingkah laku tertentu atau setiap variabel dan analisa bivariat untuk melihat
materi yang dapat menjadikan individu merasa hubungan antara variabel. Penelitian ini
disayangi, diperhatikan dan dicintai (Ali, 2009). menggunakan uji chi-square dengan derajat
Dukungan keluarga memiliki 4 dimensi kemaknaan 5% (0,05).
dukungan yaitu dukungan emosional, dukungan
penghargaan, dukungan instrumental dan HASIL PENELITIAN
dukungan informatif (Friedman, 2010). Hasil penelitian yang dilakukan terhadap
Dukungan keluarga dapat mempengaruhi 46 responden didapatkan hasil analisa univariat
kepuasaan seseorang dalam menjalani kehidupan dan analisa bivariat sebagai berikut:
sehari ± hari dimana peran keluarga sangat 1. Analisa Univariat
penting dalam setiap aspek perawatan kesehatan Tabel 1.
keluarga mulai dari strategi ± strategi hingga fase Gambaran Karakteristik Responden
rehabilitasi. Karakteristik Jumlah %
Umur
Hasil wawancara mengenai dukungan 26 ± 35 tahun 3 6,5
keluarga yang dirasakan pasien, semua pasien 36 ± 45 tahun 6 13,0
mengatakan merasakan dukungan dari 46 ± 55 tahun 21 45,7
keluarganya. Dukungan yang biasa diterima 56 ± 65 tahun 16 34,8
pasien biasanya memberikan semangat, serta Jenis Kelamin
Laki ± laki 22 47,8
membantu dalam pengobatan. Semua pasien juga Perempuan 24 52,2
mengatakan memiliki semangat kembali untuk Status pernikahan
melakukan aktivitas sehari ± hari serta dalam Belum menikah 1 2,2
melakukan pengobatan yang harus dijalani Menikah 41 89,1
penderita ketika keluarga memberikan perhatian. Janda/duda 3 8,7
Pendidikan terakhir
Penelitian ini dilakukan dengan tujuan
Tidak sekolah 2 4,3
untuk mengetahui hubungan antara dukungan SD 7 15,2
keluarga dan kualitas hidup pasien DM tipe 2 di SMP 13 28,3
RSUD Arifin Achmad Provinsi Riau.
JOM PSIK VOL.1 NO.2 OKTOBER 2014 2
SMA 17 37,0 PEMBAHASAN
PT 7 15,2 1. Karakteristik Responden
Pekerjaan
Pada tabel 1 dapat dilihat kelompok umur
PNS 5 10,9
Swasta 5 10,9 terbanyak yang mengalami DM tipe 2 adalah
Wiraswasta 14 30,4 lansia awal yaitu pada rentang umur 46 ± 55
Tidak Bekerja 19 41,3 tahun dengan jumlah 21 orang responden
Lain ± lain 3 6,5 (45,7%). Hasil penelitian ini sejalan dengan
penelitian yang dilakukan oleh Jelantik dan
Penyakit penyerta 5 10,9
Jantung 21 45,7 Haryati (2014) menunjukkan hasil bahwa
Hipertensi 13 28,3 terdapat hubungan antara umur dengan
Lain ± lain 7 15,2 kejadian DM tipe 2 di wilayah kerja
Tidak ada Puskesmas Mataram dimana sebagian besar
Lama Menderita responden memiliki uPXU • WDKXQ
1± 5 tahun 27 58,7
6± 10 tahun 11 23,9 Yusra (2010) mengatakan secara normal
>10 tahun 8 17,4 seiring bertambahnya usia seseorang akan
terjadi perubahan baik fisik, psikologis
Total 46 100 bahkan intelektual. Perubahan yang terjadi
dapat menyebabkan kerentanan pada berbagai
Tabel 1 diatas menunjukkan kelompok umur penyakit serta dapat menimbulkan kegagalan
terbanyak pada rentang 46 ± 55 tahun dalam mempertahankan homeostatis terhadap
sebanyak 21 orang (45,7%), jenis kelamin stress. DM tipe 2 merupakan suatu kondisi
terbanyak yaitu perempuan berjumlah 24 gangguan metabolik yang dapat muncul
orang (52,2%), sebagian besar responden seiring bertambahnya usia. Hal ini tentunya
memiliki status pernikahan telah menikah akan menimbulkan berbagai keterbatasan
sebanyak 41 orang (89,1%), pendidikan yang akan bermuara kepada penurunan
terakhir SMA sebanyak 17 orang (37,0), kualitas hidup.
pekerjaan terbanyak adalah tidak bekerja/IRT Berdasarkan kategori jenis kelamin dapat
yaitu 19 orang (41,3%), penyakit penyerta dilihat mayoritas responden berjenis kelamin
terbanyak adalah hipertensi dengan jumlah 21 perempuan yaitu berjumlah 24 orang
orang (45,7%), lama menderita terbanyak 1 ± responden (52,2%). Kejadian DM tipe 2
5 tahun sebanyak 27 orang (58,7%). tinggi pada wanita disebabkan oleh penurunan
2. Analisa Bivariat hormon esterogen akibat menopause.
Tabel 2. Hasil penelitian yang dilakukan oleh
Hubungan antara dukungan keluarga dan Yusra (2010) menunjukkan hasil bahwa tidak
kualitas hidup pasien DM tipe 2 ada hubungan antara jenis kelamin dengan
Variabel Kualitas Hidup kualitas hidup. Yusra (2010) mengatakan
Dukungan Rendah Tinggi Total p
Keluarga bahwa laki ± laki dan perempuan memiliki
Sedang 12 4 16 kemampuan yang sama dalam menyelesaikan
26,1% 8,7% 34,8% berbagai masalah atau menggunakan koping.
Baik 11 19 30 0,030
23,9% 41,3% 65,2%
Laki ± laki dan perempuan menyikapi dan
Total 23 23 46
berperilaku sesuai dengan yang diharapkan
50% 50% 100% untuk mengelola penyakitnya.
Tabel 2 diatas menunjukkan hasil analisa data Berdasarkan kategori status pernikahan
hubungan dukungan keluarga dan kualitas dapat dilihat mayoritas responden memiliki
hidup pasien DM tipe 2. Hasil uji statistik status pernikahan telah menikah sebanyak 41
diperoleh p value 0,030 . DUWLQ\D DGD orang responden (89,1%). Keberadaan
hubungan antara dukungan keluarga dan pasangan hidup didefinisikan sebagai ada atau
kualitas hidup pasien DM tipe 2 di RSUD tidaknya pasangan hidup (karena bercerai,
Arifin Achmad Provinsi Riau. meninggal, maupun tidak pernah menikah).
Pasangan hidup memiliki fungsi sebagai
supporting dalam berbagai hal misalnya
emosi, problem solving, keuangan, maupun
pengasuhan (Papalia & Feldman, 2009).

JOM PSIK VOL.1 NO.2 OKTOBER 2014 3


Kodriati (2004) menyatakan bahwa suatu insulin dan memiliki efek terhadap penurunan
pernikahan akan memberikan keuntungan kadar glukosa darah. Hal ini sejalan dengan
bagi kesehatan seseorang karena akan penelitian yang dilakukan oleh Indriyani,
mendapatkan perhatian dari pasangannya. Supriyatno dan Santoso (2007) yang
Pasien DM tipe 2 dengan status menikah akan menunjukkan bahwa ada pengaruh latihan
mempunyai harga diri yang lebih tinggi dan fisik: senam aerobik terhadap penurunan
mempunyai sumber koping yang adekuat dari kadar gula darah pada penderita DM tipe 2 di
pasangannya sehingga dapat lebih Wilayah kerja Puskesmas Purbalingga.
mengembangkan koping yang adaptif Berdasarkan kategori komplikasi dapat
terhadap stressor. Penelitian yang dilakukan dilihat mayoritas responden memiliki
oleh Sari, Thobari dan Andayani (2011) komplikasi hipertensi dengan jumlah 21
menyatakan bahwa seseorang yang terikat responden (45,7%). Salah satu komplikasi
dalam status pernikahan kualitas hidupnya penyakit yang menyerang pada penderita DM
lebih baik dibandingkan seseorang yang tidak adalah hipertensi, terutama pada pasien
terikat dalam pernikahan. dengan DM tipe 2. Penderita DM tipe 2 pada
Berdasarkan kategori pendidikan terakhir umumnya memiliki kondisi yang disebut
dapat dilihat mayoritas responden memiliki dengan resistensi insulin. Insulin yang tidak
tingkat pengetahuan menengah dengan bekerja tidak akan dirombak menjadi apapun
pendidikan terakhir SMA sebanyak 17 orang dan akan tetap ada dalam bentuk insulin
responden. Hasil penelitian yang dilakukan sehingga insulin yang berlebih inilah yang
oleh Yusra (2010) menunjukkan bahwa akan menyebabkan terjadinya hipertensi pada
tingkat pendidikan memiliki hubungan pasien DM. Insulin selain bekerja untuk
dengan kualitas hidup. Selain itu penelitian merubah glukosa menjadi glikogen dapat
yang dilakukan oleh Wahyuni (2013) juga mengakibatkan peningkatan retensi natrium di
menunjukkan bahwa semakin tinggi tingkat ginjal dan meningkatkan aktivitas sistem
pendidikan seseorang maka semakin tinggi syaraf simpatik. Retensi natrium dan
kualitas hidupnya. meningkatnya aktivitas sistem syaraf simpatik
Tingkat pendidikan akan menentukan merupakan dua hal yang berpengaruh
mudah atau tidaknya seseorang dalam terhadap meningkatnya tekanan darah
menyerap dan memahami pengetahuan yang (Sulistyoningrum, 2010).
mereka peroleh, pada umumnya semakin Hasil penelitian ini sejalan dengan teori
tinggi pendidikan seseorang makin baik pula diatas dimana sebagaian besar responden
pengetahuannya (Notoatmodjo, 2007). memiliki penyakit penyerta hipertensi. Hal ini
Seseorang yang memiliki tingkat pendidikan juga sejalan dengan penelitian yang dilakukan
yang baik akan lebih matang dalam proses Jelantik dan Haryati (2014) yang
perubahan dirinya sehingga akan lebih mudah menunjukkan bahwa dari 50 orang responden
menerima pengaruh dari luar yang positif, 44 responden yang mengalami DM tipe 2 juga
obyektif dan terbuka terhadap berbagai mengalami hipertensi.
informasi terkait kesehatan. Sehingga dengan Berdasarkan kategori lama menderita
mudahnya penerimaan terhadap informasi dapat dilihat mayoritas responden telah
terkait kesehatan tentunya akan memudahkan menderita DM tipe 2 selama 1 ± 5 tahun
pasien DM tipe 2 dalam melaksanakan dengan jumlah 27 responden (58,7%). Pasien
manajemen perawatan DM tipe 2 yang akan dengan DM terjadi penurunan kualitas hidup.
meningkatkan kualitas hidupnya. Penurunan kualitas ini dirasakan setelah
Berdasarkan kategori jenis pekerjaan penderita minimal menderita DM selama satu
dapat dilihat mayoritas pekerjaan responden tahun. Hal ini disebabkan karena setelah satu
adalah tidak bekerja atau IRT dengan jumlah tahun pasien telah mengalami dan merasakan
19 orang responden (41,3%). Aktivitas fisik perubahan atau keluhan fisik dan psikis
yang dilakukan oleh orang yang tidak bekerja selama menderita (Rahmat, 2010). Namun hal
atau ibu rumah tangga kemungkinan besar ini tidak sejalan dengan penelitian yang
lebih sedikit dibanding orang yang memiliki dilakukan oleh Yusra (2011) yang
aktifitas pekerjaan diluar rumah. menunjukkan bahwa tidak ada hubungan
Menurut Black dan Hawks (2005), bahwa antara lama menderita DM dengan kualitas
aktivitas fisik dapat meningkatkan sensitivitas hidup sehingga dapat diartikan bahwa durasi
JOM PSIK VOL.1 NO.2 OKTOBER 2014 4
atau lama menderita DM yang berbeda tidak Ada beberapa hal yang dapat mempengaruhi
menentukan kualitas hidup pasien DM. kualitas hidup diantaranya adalah kesehatan
Berdasarkan penemuan yang peneliti fisik, keadaan psikologis, tingkat
dapatkan selama melakukan penelitian kemandirian, hubungan sosial (dukungan
walaupun lama menderita DM masih dalam sosial), keyakinan pribadi, dan status ekonomi
kurung waktu yang singkat namun jika (CDC, 2011).
disertai komplikasi baik jangka pendek atau Hasil penelitian yang juga dilakukan oleh
jangka panjang maka akan berdampak pada Sari pada tahun 2011 menunjukkan bahwa
penurunan kualitas hidup. Sebaliknya durasi faktor jenis kelamin, usia, durasi mengalami
DM yang lama tetapi disertai dengan DM, pendidikan, status pernikahan dapat
kepatuhan dan terhindar dari komplikasi mempengaruhi kualitas hidup. Hasil
tentunya kualitas hidupnya akan baik. Hal ini penelitian ini menunjukkan keseimbangan
dibuktikan dari penelitian yang dilakukan antara tingkat kualitas hidup hal ini mungkin
terdapat responden yang memiliki durasi DM disebabkan karena beberapa faktor yang
yang lebih dari 10 tahun tetapi masih mempengaruhi kualitas hidup diantaranya
memiliki kualitas hidup yang tinggi. kategori umur yang bervariasi dan pada
penelitian ini sebagian besar responden
2. Dukungan Keluarga memiliki rentang umur 46 ± 55 tahun. Selain
Berdasarkan hasil penelitian yang telah itu, tingkat pendidikan yang bervariasi yang
dilakukan responden memilki dukungan dapat mempengaruhi seseorang dalam
keluarga pada kategori baik dengan jumlah 30 melakukan pengelolaan terhadap penyakit
responden (65,2%). Hasil penelitian ini juga DM tipe 2.
sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh
Sholichah (2009) terhadap 30 responden 4. Hubungan antara Dukungan Keluarga dan
dengan DM tipe 2 didapatkan hasil bahwa Kualitas Hidup Pasien DM tipe 2
sebagian besar respondennya memiliki Hasil analisa data uji chi-square
dukungan keluarga yang tinggi. menunjukkan hasil p value 0,030 yang berarti
Hasil penelitian yang dilakukan oleh p value < 0,05, artinya ada hubungan antara
Coffman, M. J (2008) tentang efek dukungan dukungan keluarga dan kualitas hidup pasien
sosial dan depresi terhadap self efikasi DM DM tipe 2 di RSUD Arifin Achmad Provinsi
tipe 2 di Spanyol menemukan umumnya Riau. Dukungan keluarga sangat membatu
dukungan yang diterima oleh pasien DM tipe pasien DM tipe 2 untuk dapat meningkatkan
2 adalah dari keluarga. Coffman menyatakan keyakinan akan kemampuannya melakukan
bahwa keluarga merupakan sumber dukungan tindakan perawatan diri. Pasien DM tipe 2
yang paling utama. Dukungan keluarga yang yang berada dalam lingkungan keluarga dan
dapat diberikan kepada penderita DM tipe 2 diperhatikan oleh anggota keluarganya akan
bisa dalam bentuk dukungan emosional, dapat menimbulkan perasaan aman dan
penghargaan, instrumental, dan informasi. nyaman sehingga akan menumbuhkan
Dukungan yang diberikan kepada anggota motivasi untuk melaksanakan perawatan diri.
keluarga yang sakit dapat meningkatkan rasa Perasaan nyaman dan aman yang timbul
nyaman dan menurunkan stress sehingga dalam diri pasien DM tipe 2 akan muncul
dapat meningkatkan kualitas hidup anggota karena adanya dukungan baik emosional,
keluarga yang sakit. penghargaan, instrumental dan informasi dari
keluraga. Kondisi inilah yang akan mencegah
3. Kualitas Hidup munculnya stress dan mengurangi kecemasan
Hasil penelitian yang telah dilakukan, pada pasien DM tipe 2.
diperoleh hasil 23 responden memiliki Pada penelitian ini responden
kualitas hidup yang rendah (50%) dan 23 mengatakan dukungan yang biasa diterima
responden memiliki kualitas hidup yang dari keluarganya antara lain berupa dorongan
tinggi (50%). Peningkatan kualitas hidup dari keluarga untuk mengontrol kesehatannya
merupakan tujuan akhir dari suatu program ke rumah sakit, selain itu keluarga juga
rehabilitasi medik dan mobilitas merupakan membantu responden dalam mendukung
salah satu aspek yang sangat mempengaruhi usahanya melakukan perawatan terkait DM
kualitas hidup dari seseorang (Oktavia, 2012). seperti pengaturan pola makan, pengaturan
JOM PSIK VOL.1 NO.2 OKTOBER 2014 5
minum obat dan memberikan informasi keluarga cara memberikan dukungan serta
terkait pengobatan misalnya dengan bentuk dukungan yang dibutuhkan bagi pasien
menggunakan tanaman tradisional yang dapat Diabetes Mellitus tipe 2.
menurunkan kadar gula darah. Dukungan Bagi keluarga responden diharapkan agar
keluarga seperti inilah yang mungkin dapat dapat mengoptimalkan pemberian dukungan dan
meningkatkan kualitas hidup pasien DM tipe membantu mengembangkan aktivitas yang dapat
2. meningkatkan kualitas hidup anggota keluarga
Selain itu responden dalam penelitian ini yang mengalami Diabetes Mellitus tipe 2.
mengatakan memang terjadi penurunan dalam Bagi peneliti selanjutnya agar dapat
melakukan aktivitas sehari ± hari. Responden melanjutkan penelitian ini mengenai faktor ±
mengatakan hal ini mungkin disebabkan faktor yang mempengaruhi kualitas hidup pasien
karena faktor umur yang semakin bertambah Diabetes Mellitus tipe 2.
sehingga menurunkan kemampuannya untuk
1
melakukan aktivitas ditambah lagi dengan Ervy Tamara: Mahasiswa Program Studi Ilmu
keadaan sakitnya yang sudah lebih dari satu Keperawatan Universitas Riau, Indonesia
2
tahun yang menimbulkan berbagai keluhan Bayhakki: Dosen Bidang Keilmuan
fisik lainnya seperti penurunan fungsi Keperawatan Medikal Bedah Program Studi
penglihatan, tekanan darah tinggi, serta Ilmu Keperawatan Universitas Riau, Indonesia
3
masalah jantung. Kondisi ± kondisi seperti Fathra Annis Nauli: Dosen Bidang Keilmuan
inilah yang dapat mengakibatkan penurunan Keperawatan Jiwa Program Studi Ilmu
kualitas hidup seseorang. Keperawatan Universitas Riau, Indonesia
KESIMPULAN DAFTAR PUSTAKA
Hasil penelitian yang telah dilakukan Ali, Z. (2009). Pengantar keperawatan keluarga.
mengenai hubungan dukungan keluarga dan Jakarta: EGC.
kualitas hidup pasien DM tipe 2 di RSUD Arifin Andrews, M., Johnson, P.H., & Weinstock, D.
Achmad Provinsi Riau didapatkan hasil bahwa (2005). Handbook of geriatric nursing
adanya hubungan dukungan keluarga dan care. Pennsylvania: Springhouse
kualitas hidup pasien DM Tipe 2 di RSUD Arifin Corporation.
Achmad Provinsi Riau. Dukungan keluarga Barnes, E. D. (2004). Program olahraga:
mampu meningkatkan kualitas hidup bagi diabetes. Yogyakarta: PT Citra Aji
penderita DM tipe 2 dikarenakan dukungan Parama.
keluarga diberikan dalam bentuk emosional, Black, J.M., & Hawks, J.H. (2005). Medical
instrumental, penghargaan dan informasi yang surgical nursing: clinical management
mampu memberikan rasa nyaman dan dapat for positive outcomes. (7th). Philadelphia:
meningkatkan motivasi pasien dalam menjalani Elsevier Saunders.
pengobatan dan perawatan diri yang akan Brooker, C. (2008). Ensiklopedia keperawatan.
mempengaruhi kualitas hidup pasien DM tipe 2 Jakarta: EGC.
menjadi lebih baik. CDC. (2011). HRQOL concepts. Diperoleh pada
tanggal 30 Juni 2014 dari
SARAN
http://www.cdc.gov/hrqol/concept.htm.
Berdasarkan hasil penelitian yang
Coffman, M.J. (2008). Effect of tangible social
menyatakan adanya hubungan antara dukungan
support and depresion on diabetes self-
keluarga dan kualitas hidup pasien DM tipe 2
efficacy. Journal of Gerontological
maka disarankan bagi institusi pendidikan
Nursing, 34 (4), 32 ± 39.
diharapkan dapat memberikan materi dukungan
Dinas Kesehatan Kota. (2013). Data penyakit
keluarga yang ditinjau dari empat dimensi dan
DM. Pekanbaru: DinKes Kota
cara memaksimalkan dukungan keluarga serta
Pekanbaru.
melibatkan keluarga dalam proses pemberian
Friedman, L. M. (2010). Buku ajar keperawatan
perawatan pada pasien Diabetes tipe 2.
keluarga: riset, teori, praktik (5th ed).
Bagi instansi Rumah Sakit khususnya
Jakarta: EGC.
RSUD Arifin Achmad agar dapat memfasilitasi
Indriyani, P., Supriyatno, H., & Santoso, A.
keluarga dalam memaksimalkan dukungan
(2007). Pengaruh latihan fisik: Senam
keluarga serta memberikan informasi kepada
aerobik terhadap penurunan kadar
JOM PSIK VOL.1 NO.2 OKTOBER 2014 6
gula darah pada penderita DM di Diperoleh pada tanggal 23 Oktober 2013
wilayah puskesmas Bukateja dari http://www.ncbi.nlm.
Purbalingga. Diperoleh tanggal 30 Juni Sari, R. M., Thobari, J.A., & Andayani, M.
2014 dari http://etd.eprints.ums.ic.id T.(2011). Evaluasi kualitas hidup pasien
Instalasi Rekam Medik RSUD Arifin Achmad. DM tipe 2 yang diterapi rawat jalan
(2013). Data penderita DM type 2 dengan anti diabetik oral di RSUP dr.
rawat inap. Pekanbaru: Instalasi Rekam sardjito. Jurnal Manajemen dan
Medik RSUD Arifin Achmad. Pelayanan Farmasi. Diperoleh
Jelantik, I. M. G. & Haryati, E. (2014). tanggal 30 November 2013 dari
Hubungan faktor umur, jenis kelamin, http://jmpf.farmasi.ugm.ac.id.
kegemukan dan hipertensi dengan Sholichah, D. R. (2009). Hubungan antara
kejadian DM tipe 2 di wilayah kerja dukungan sosial dengan derajat depresi
Puskesmas Mataram. Jurnal Media Bina pada penderita DM dengan komplikasi.
Ilmiah. Diperoleh tanggal 4 Juli 2014 dari Skripsi. Diperoleh pada tanggal 26
http://lpsmataram.com. Desember 2013 dari eprints.uns.ac.id
Misnadiarly. (2006). DM: gangren, ulcer, Sulistyoningrum, E. (2010). Tinjauan molekular
infeksi, mengenal gejala, dan aspek klinis resistensi insulin. Jurnal
menanggulangi & mencegah komplikasi. Mandala of Health. Diperoleh pada
Jakarta: Pustaka Populer. tanggal 4 Juli 2014 dari
Murdiningsih, D. S. & Ghofur. A. (2013). http://kedokteran.unsoed.ac.id.
Pengaruh kecemasan terhadap kadar Sudoyo, A.W., Alwi. I., Simadibrata. M., &
glukosa darah pada penderita Setiati. S. (2009). Buku ajar ilmu
diabetes mellitus di wilayah puskesmas penyakit dalam jilid III. Jakarta:
Banyuanyar Surakarta. Jurnal Talenta InternaPublishing.
Psikologi. Diperoleh tanggal 20 Taylor, C. (2008). Gula darah dan menopause-
Desember 2013 dari kenali tanda awal ketidakseimbangan
jurnal.usahidsolo.ac.id. menopause. Diperoleh tanggal 28 Juni
Notoatmodjo, S. (2007). Promosi kesehatan & 2014 dari http://repository.usu.ac.id.
Ilmu perilaku. Jakarta: Rineka Cipta. Wicaksono, R. P. (2011). Faktor ± faktor yang
Oxtavia, V. (2013). Hubungan citra tubuh berhubungan dengan kejadian diabetes
dengan kualitas hidup pasien gagal mellitus tipe 2. Skripsi. Diperoleh pada
ginjal kronik yang menjalani tanggal 3 Juli 2014 dari
hemodialisa. Skripsi tidak http://eprints.undip.ac.id.
dipublikasikan. WHO. (2011). Diabetes. Diperoleh pada tanggal
Rachmaningtyas, A. (3 September 2013). Jumlah 20 Oktober 2013 dari
penderita diabates di Indonesia masuk 7 http://www.who.int/mediacentre/factshee
dunia. Artikel. Sindonews. Diperoleh ts/fs312/en/.
pada tanggal 20 Oktober 2013 dari Yuliani, F., Oenzil, F., Iryani, D. (2014).
http://international.sindonews.com. Hubungan berbagai faktor resiko
Rahmat, W. P. (2010). Pengaruh konseling terhadap kejadian penyakit jantung
terhadap kecemasan dan kualitas hidup koroner pada penderita DM tipe 2. Jurnal
pasien DM di Kecamatan Kebakkramat. FK Unand. Diperoleh pada tanggal 4
Tesis. Diperoleh pada tanggal 20 Juli 2014 dari http://jurnal.fk.unand.ac.id.
Desember 2013 dari eprints.uns.ac.id Yusra, A. (2011). Hubungan antara dukungan
RAND. How to score the RAND SF 36 keluarga dan kualitas hidup pasien DM
questionare. Diperoleh tanggal 2 Januari tipe 2 di Poliklink Penyakit Dalam
2014 dari http://www.SF-36.org Rumah Sakit Umum Pusat Fatmawati
Price, S. A., & Wilson, L. M. (2006). Jakarta. Tesis. Diperoleh pada
Patofisiologi konsep klinis proses-proses tanggal 30 Maret 2014 dari
penyakit. (ed.6). Jakarta: EGC. www.lontar.ui.ac.id.
Pompili, M. (2009). Quality of life and suicide
risk in patients with diabetes mellitus.

JOM PSIK VOL.1 NO.2 OKTOBER 2014 7

Anda mungkin juga menyukai