Disusun Oleh :
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS PAKUAN
BOGOR
2020
Jl. Pakuan PO Box 452 Bogor 16413 Jawa Barat Indonesia Telp 0251-8312206,
Puji syukur atas kehadirat Allah SWT. sehingga penulis dapat menyusun dan
menyelesaikan Mini Skripsi dengan judul “Analisis Faktor-Faktor yang Memengaruhi Perilaku
Konsumen dalam Mengkonsumsi Kebab ”. Mini skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk
menyelesaikan program studi Strata-1 di Fakultas Manajemen dan Universitas Pakuan Bogor.
Penulis banyak mendapatkan bantuan baik berupa materil dan moral yang sangat berarti
dari berbagai pihak dalam penyusunan Mini skripsi ini.
Penulis menyadari bahwa latihan membuat Mini Skripsi mini ini mungkin masih
banyak kekurangannya. Oleh sebab itu, penulis menerima kritik dan saran yang bersifat
membangun untuk menyempurnakan penelitian ini. Akhir kata penyusun mengharapkan
penelitian ini bermanfaat dan dapat memenuhi apa yang diharapkan oleh semua pihak.
Penulis
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR....................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN
ii
3.2. Unit Analisis,Waktu Penelitian, Objek dan Lokasi Penelitian ............................... 17
3.3. Jenis dan Sumber Data Penelitian ........................................................................... 18
3.4. Operasionalisasi Variabel........................................................................................ 19
3.5. Metode Penarikan Sampel ...................................................................................... 20
3.6. Metode Pengumpulan Data ..................................................................................... 20
3.7. Metode Pengolahan/Analisis ................................................................................... 21
DAFTAR PUSTAKA
iii
BAB I
PENDAHULUAN
Makanan siap saji menurut Peraturan Pemerintah Indonesia Nomor 28 Tahun 2004
Tentang Keamanan, Mutu, dan Gizi Pangan ialah makanan yang sudah diolah dan siap
untuk langsung disajikan di tempat usaha atau di luar tempat usaha atas dasar pesanan.
Smith (2012:10) menyatakan bahwa makanan siap saji merupakan makanan yang
mengandung kalori dalam jumlah yang tinggi namun memiliki gizi yang rendah. Khomsan
(2008:10) menyatakan Gizi yang rendah atau tidak seimbang ini dikarenakan makanan
siap saji mengandung lemak dan garam yang tinggi dengan kandungan serat yang rendah.
Kehadiran makanan siap saji ini langsung disukai oleh masyarakat karena cocok untuk
gaya hidup modern (Sari, 2008:5). Ayam balut tepung, burger, bento, hot dog, pizza,
kebab, dan sandwich serta roti bakar merupakan contoh makanan siap saji yang populer
dan berkembang di Indonesia (Alamsyah, 2009:18-33).
Menurut Alamsyah (2009:12), salah satu alasan pemilihan makanan siap saji ialah
karena praktis. Lebih lanjut Alamsyah menjelaskan bahwa praktis memiliki pengertian
dapat memberikan solusi bagi rumah tangga yang tidak memiliki waktu cukup untuk
menyiapkan makanan di rumah. Konsumen di tengah kesibukannya bisa membeli
makanan siap saji tidak hanya dari restoran, tetapi juga dari food service lain semacam
supermarket, hypermart, atau counter makanan yang siap dibawa pulang. Konsumen
tinggal memilih makanan yang diinginkan, dibungkus, dibawa pulang, dan disajikan di
rumah.
Salah satu produk makanan siap saji ialah kebab. Kebab merupakan makanan yang
berasal dari Timur Tengah. Kebab menjadi salah satu makanan siap saji yang dapat
dijadikan sebagai alternatif bagi konsumen dalam memenuhi kebutuhan terhadap
makanan. Kebab memiliki perbedaan dibandingkan produk makanan siap saji lainnya.
Kebab terdiri dari roti tipis (tortilla), irisan daging, sayur, saus dan mayonaise.
1
Kebab memiliki tortilla sebagai ciri khas produk. Tortilla merupakan roti tipis yang
membungkus bahan-bahan kebab lainnya seperti sayuran, daging, saus, dan mayonaise
yang merupakan isian dari kebab. Fitur-fitur seperti tortilla, sayuran, daging, saus, dan
mayonaise merupakan elemen yang menyatu menjadi sebuah produk bernama kebab dan
memberikan rasa khas dari bumbu-bumbu yang terdapat pada daging maupun berasal dari
saus dan mayonaise.
Fungsi kebab salah satunya ialah sebagai camilan yang cukup mengenyangkan.
Fitur-fitur pada kebab selain berfungsi sebagai camilan, juga memberikan manfaat
kesehatan dari terdapatnya sayuran pada kebab. Sayuran pada kebab merupakan sayuran
segar yang terdiri dari selada, tomat, timun, dan bawang bombay (Malahayati dan
Ramdhan, 2010:110). Beberapa masyarakat Indonesia kemudin mengadopsi kebab dan
disesuaikan dengan lidah orang Indonesia. Makanan ini banyak diminati oleh masyarakat,
sehingga banyak muncul usaha kebab dengan berbagai merek (Alamsyah, 2010:6). Sejak
awal mula produk kebab dipasarkan di Indonesia, kebab mendapat respon positif, sehingga
banyak pengusaha kebab yang berpikir mewaralabakan usahanya (Hartanti, 2009:129.
Kebab Ramli Parung sebagai unit usaha yang dijalankan oleh PT Ramli Parung
Indonesia). Kebab Ramli Parung memulai usahanya pada tahun 2008 dengan satu gerai.
Pada tahun 2014, jumlah outlet Kebab Ramli Parung telah mencapai 100 unit yang
berlokasi di dalam negeri. Banyaknya outlet tersebut memudahkan konsumen untuk
memperoleh produk Kebab Turki Baba Rafi sehingga produk yang dipasarkan oleh
perusahaan dapat menjangkau calon konsumen.Membuka outlet atau cabang sering
dilakukan ketika bisnis yang didirikan di sebuah tempat ramai oleh pembeli sehingga
pemilik usaha mendirikan usaha yang sama lagi di tempat lain dengan tujuan mendekati
konsumen (Hartanti, 2009:17). Rangkuti (2005:95) menyatakan bahwa pembukaan cabang
juga bertujuan sebagai daya tarik untuk menarik pelanggan baru. Peter dan Olson (2010:4)
menyatakan sebuah perusahaan harus mengetahui dan memahami konsumen serta dekat
dengan mereka untuk memberikan barang atau jasa yang akan dibeli dan digunakan oleh
konsumen. Menurut Schiffman dan Kanuk, (2004:491) untuk memahami konsumen
terutama dalam perilakunya, terdapat dua faktor yang memengaruhi perilaku konsumen
yaitu faktor usaha pemasaran dan faktor lingkungan sosial budaya.
2
merupakan hal yang mendasar dalam proses pemasaran karena produk merupakan elemen
kunci dalam penawaran pemasaran (Kotler dan Armstrong, 2012:224). Kotler dan
Armstrong lebih lanjut menyatakan bahwa produk merupakan segala sesuatu yang dapat
ditawarkan ke pasar untuk menarik, mengakuisisi, menggunakan, atau mengkonsumsi
dalam memenuhi kebutuhan atau keinginan. Perilaku konsumen, selain dipengaruhi oleh
usaha pemasaran, juga dipengaruhi oleh lingkungan sosial budaya.
Faktor lingkungan sosial budaya terdiri dari berbagai macam pengaruh non-
komersial seperti komentar teman, pemakaian oleh anggota keluarga, atau pandangan para
konsumen yang memang memiliki pengalaman terhadap suatu produk. Selain itu, terdapat
pengaruh kelas sosial, budaya dan subbudaya. Hawkins dan Mothersbough (2010:42)
menyatakan bahwa budaya merupakan faktor yang penting karena budaya sebagai konsep
yang komprehensif memengaruhi proses pemikiran dan perilaku dari seorang individu
serta memengaruhi beragam perilaku.
Seorang individu, tentunya merupakan sebuah anggota dari ruang lingkup terkecil
dalam masyarakat yaitu keluarga. Keluarga memiliki pengaruh yang sangat kuat dalam
memengaruhi perilaku konsumen. Keluarga merupakan organisasi yang paling penting
dalam masyarakat (Kotler dan Armstrong, 2012:141). Penelitian menyatakan bahwa
seseorang yang berada di anggota keluarga memiliki perannya masing-masing dan
menunjukkan perilaku yang berbeda selama pengambilan keputusan dan konsumsi (Peter
dan Olson, 2010:343).
3
1. Menganalisis karakteristik konsumen terhadap Kebab Ramli Parung.
2. Menganalisis sikap/persepsi/respon konsumen terhadap Kebab Ramli Parung.
1.2.2. Perumusan Masalah
Berdasarkan uraian di atas, maka perumusan masalah dari penelitian ini antara lain
ialah:
Hasil penelitian diharapkan dapat memberikan manfaat bagi pihak-pihak yang terlibat.
Manfaat tersebut antara lain ialah:
1. Bagi Peneliti
Penelitian ini diharapkan dapat menambah ilmu pengetahuan serta wawasan dalam
melakukan aplikasi teori yang telah didapat selama belajar di bangku kuliah.
Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi mahasiswa lainnya untuk dijadikan
literatur atau referensi dalam melakukan penelitian tentang perilaku konsumen.
BAB II
4
TINJAUAN PUSTAKA
Makanan siap saji menurut Peraturan Pemerintah Indonesia Nomor 28 Tahun 2004
Tentang Keamanan, Mutu, dan Gizi Pangan ialah makanan yang sudah diolah dan siap
untuk langsung disajikan di tempat usaha atau di luar tempat usaha atas dasar pesanan.
Smith (2012:10) menyatakan makanan siap saji mengandung kalori yang tinggi namun
memiliki gizi yang rendah. Gizi yang rendah atau tidak seimbang ini dikarenakan makanan
siap saji mengandung lemak dan garam yang tinggi dengan kandungan serat yang rendah
(Khomsan, 2008:10). Kehadiran makanan siap saji ini langsung disukai oleh masyarakat
karena cocok untuk gaya hidup modern (Sari, 2008:5).
Alamsyah (2009:12) menyatakan bahwa salah satu alasan pemilihan makanan siap
saji ialah karena praktis. Praktis memiliki pengertian dapat memberikan solusi bagi rumah
tangga yang tidak memiliki waktu cukup untuk menyiapkan makanan di rumah.
Konsumen di tengah kesibukannya bisa membeli makanan siap saji tidak hanya dari
restoran, tetapi juga dari food service lain semacam supermarket, hypermart, atau counter
makanan yang siap dibawa pulang. Mereka tinggal memilih makananannya, dibungkus,
dibawa pulang, dan tinggal disajikan di rumah.
Salah satu produk makanan siap saji pada bisnis waralaba ialah kebab. Kebab
merupakan makanan yang berasal dari Timur Tengah yang akhir-akhir ini banyak
berkembang. Perkembangan yang luar biasa dengan kemunculan aneka gerobak dan resto
kebab dengan berbagai merek (Alamsyah, 2010:6). Kebab menjadi salah satu makanan
siap saji yang dapat dijadikan sebagai alternatif bagi konsumen dalam memenuhi
kebutuhan terhadap makanan. Kebab terdiri dari roti pita (roti tipis) yang berisi daging
yang telah dicampur dan diolah dengan rempah rempah. Selain daging di dalamnya,
terdapat pula topping berupa sayur segar yaitu bawang bombai, selada, dan mentimun
(Malahayati dan Ramdhan, 2010:109-110).
Kebab sebagai salah satu jenis makanan siap saji tentunya harus memerhatikan
aspek-aspek keamanan pangan. Aspek keamanan pangan antara lain mencakup mencegah
5
tercemarnya makanan siap saji dari cemaran biologis, kimia, dan benda lain yang
mengganggu, merugikan, dan membahayakan kesehatan. Keamanan pangan juga dapat
ditinjau dari pengendalian proses pada pemilihan bahan baku, penggunaan bahan
tambahan pangan, pengolahan, pengemasan, penyimpanan, pengangkutan, dan cara
penyajian (Saparinto dan Hidayati, 2006:56-57). Keamanan pangan salah satunya dapat
dijaga dengan cara menjaga kontaminasi dari kontak tangan, untuk pengemasan dan
pembungkusan sebaiknya kebersihan tangan dapat dijaga dengan selalu mencuci tangan
serta menggunakan sarung tangan (Alamsyah, 2009:91).
Produk makanan yang dimakan hendaknya halal lagi baik. Baik ini dapat
makanan yang baik berarti makanan yang tidak kotor dari segi zatnya atau sudah
logo halal yang didapatkan dari hasil sertifikasi MUI. Hal ini berlaku juga bagi kebab.
Selain kehalalan produk, aspek keamanan pangan juga dilihat dalam aspek Islam. Penggunaan
kemasan yang praktis dan tidak langsung bersentuhan dengan tangan selain memudahkan
mengkonsumsi juga mengurangi sentuhan dengan tangan yang dapat menimbulkan pangan
6
Pemahaman akan perilaku konsumen menurut Sunyoto (2013:1) dapat
diaplikasikan dalam tiga hal, yang pertama adalah untuk merancang sebuah strategi
pemasaran yang baik, misalnya menentukan kapan saat yang tepat perusahaan
memberikan diskon untuk menarik pembeli. Kedua, perilaku konsumen dapat membantu
konsumen akan banyak menggunakan transportasi saat lebaran, pembuat keputusan dapat
merencanakan harga tiket transportasi di hari raya. Aplikasi ketiga adalah dalam hal
pemasaran sosial, yaitu penyebaran ide di antara konsumen. Melalui pemahaman sikap
terhadap konsumen, seseorang dapat menyebarkan ide dengan lebih cepat dan efektif
(Sunyoto, 2013:1)
produk, jasa, pengalaman, atau ide untuk memuaskan kebutuhan serta dampak dari proses
tersebut terhadap konsumen dan masyarakat. Pandangan terhadap perilaku konsumen ini
lebih luas dibandingkan pandangan secara tradisional yang fokus terhadap pembeli dan
konsekuensi dari proses pembelian. Pandangan yang lebih luas akan membawa kita untuk
memeriksa pengaruh tidak langsung pada keputusan konsumsi serta konsekuensi yang
lebih luas dan melibatkan lebih dari sekedar pembeli dan penjual (Hawkins dan
Mothersbough, 2010:6).
cara individu dalam mengambil keputusan untuk memanfaatkan sumber daya mereka yang
7
tersedia (waktu, uang, usaha) guna membeli barang- barang yang berhubungan dengan
Pengalaman
Pembelian
1. Percobaan
2. Pembelian Ulang
8
Gambar 1 yang merupakan bagan model perilaku konsumen diawali dengan
pengaruh eksternal atau masukan dari dua aspek yaitu usaha pemasaran dan lingkungan
sosial budaya. Aspek tersebut lalu diarahkan kepada pengambilan keputusan konsumen
sebagai sebuah proses dari pengambilan keputusan secara utuh. Proses pengambilan
keputusan terdapat lima tahapan yaitu pengenalan kebutuhan, pencarian informasi,
evaluasi alternatif, pembelian, dan evaluasi setelah pembelian. Sebelum masuk ke dalam
tahapan tersebut terdapat bidang psikologi yang merupakan perilaku konsumen yang
terdiri dari motivasi, persepsi, pembelajaran, kepribadian, dan sikap yang berkaitan dengan
individu-individu manusia dalam mengambil keputusan.
b) Faktor Keluarga
c) Faktor Pribadi
a. Usia
Hawkins dan Mothersbough (2010:122) menyatakan bahwa usia yang
sesuai sangat penting untuk banyak produk. Usia beserta budaya menjelaskan
perilaku dan sikap. Usia kita mencerminkan media apa yang kita gunakan,
dimana kita berbelanja, bagaimana kita menggunakan produk, dan bagaimana
kita berpikir serta merasakan aktivitas pemasaran.
Kotler dan Armstrong (2012:145) menyatakan bahwa masyarakat
melakukan perubahan terhadap produk baik barang maupun jasa yang mereka
beli seiring berjalannya waktu. Mereka melakukan pembelian barang sesuai
dengan kebutuhan mereka yang dapat memenuhi keadaan mereka saat itu
termasuk keadaan usia. Siklus hidup psikologi seseorang juga memengaruhi
proses keputusan pembelian. Seorang dewasa biasanya mengalami transformasi
pada bagian tertentu semasa hidupnya hal ini menyebabkan seorang pemasar
harus menaruh perhatian terhadap minat masyarakat yang berubah-ubah.
b. Pekerjaan
Pekerjaan seseorang memengaruhi barang dan jasa yang dibeli.
Karyawan biasa hanya membeli barang-barang yang sesuai dengan pendapatan
yang ia dapatkan dari pekerjaannya sebagai karyawan. Namun, seorang presiden
direktur sebuah perusahaan dapat membeli baju yang mahal, barang-barang
mewah, dan barang lainnya yang menunjang kehidupannya sebagai presiden
direktur (Kotler dan Armstrong, 2012:145).
Kotler dan Armstrong lebih lanjut menjelaskan bahwa seorang pemasar
dapat mencoba untuk mengidentifikasi kelompok pekerjaan yang memiliki
minat yang berada di atas rata-rata terhadap produk dan jasa mereka. Sebuah
perusahaan bahkan dapat menspesialisasi dalam pembuatan dan pemasaran
produk yang dibutuhkan oleh kelompok pekerjaan tertentu.
c. Kondisi Ekonomi
11
Kotler dan Armstrong (2012:146) menyatakan bahwa situasi ekonomi
seseorang dapat memberikan pengaruh yang cukup besar terhadap pemilihan
suatu produk. Seorang pemasar harus mengetahui bahwa kondisi ekonomi
seseorang terdiri dari penghasilan yang dapat dibelanjakan, tabungan, aktiva
(asset), hutang, kemampuan untuk menerima pinjaman dari bank, dan sikap atas
belanja atau menabung.
d. Gaya Hidup
Kotler dan Armstrong (2012:146) menyatakan bahwa seseorang
yang berasal dari sub kultur, kelas sosial, bahkan pekerjaan yang sama
dapat memiliki gaya hidup yang berbeda. Gaya hidup merupakan pola
seseorang dalam melakukan kehidupan yang diekspresikan dalam
kegiatan atau beraktivitas, minat, dan opini. Gaya hidup menjadi lebih
penting dibandingkan kelas sosial atau kepribadian seseorang
d) Faktor Psikologis
a. Motivasi
Hawkins dan Mothersbough (2010:360) mengemukakan “motivation is
the reason for behavior. A motive is a construct representing an unobserveable
inner force that stimulates and compels a behavioral response and provide
specific directiong to that response”. Motivasi adalah sebuah konstruk yang
mewakili kekuatan batin yang tidak dapat diobservasi dan mendorong respon
perilaku serta memberikan arah yang spesifik terhadap respon tersebut.
b. Persepsi
12
Persepsi adalah proses yang diawali dengan paparan dan perhatian
konsumen terhadap rangsangan pemasaran dan diakhiri dengan interpretasi
konsumen (Hawkins dan Mothersbough, 2010:278). Persepsi masuk sebagai
rangsangan yang mengaktifkan reseptor sensorik seperti mata, telinga, selera,
dan kulit (Hoyer dan Macinnis 2008:80).
Kotler dan Armstrong (2012:148) berpendapat bahwa “a motivated
person is ready to act. How the person acts is influenced by his or her own
perception of situation. All of us learn by the flow of information through our
five senses: sight, hearing, smell, touch, and taste. However, each of us receives,
organizes, and interprets this sensory information to form a meaningful picture
of the world”.
Kotler dan Armstrong menyatakan cara seseorang termotivasi
tergantung persepsi masing-masing terhadap situasi. Persepsi merupakan suatu
proses dimana seorang individu memilih, mengorganisir, mengartikan informasi
yang masuk untuk menciptakan gambaran yang berarti di lingkungannya.
c. Sikap
Hawkins dan Mothersbough (2010:392) menyatakan “attitude is an
enduring organization of motivational, emotional, perceptual, and cognitive
processes with respect to some aspect of our environment. It is learned
prediposition to respond in a consistently favorable or unfavorable manner with
respect to a given object”. Berdasarkan pernyataan Hawkins dan Mothersbough
diatas, sikap adalah organisasi abadi dari motivasi, emosional, persepsi, dan
proses kognitif yang memiliki hubungan dengan beberapa aspek dari
lingkungan dan memiliki kecenderungan yang dipelajari untuk merespon secara
konsisten baik menguntungkan maupun tidak menguntungkan sehubungan
dengan suatu objek tertentu. Peter dan Olson (2010:128) menyatakan bahwa
seluruh definisi dari sikap memiliki satu kesamaan, mereka mengacu kepada
evaluasi masyarakat. Peter dan Olson mendefinisikan bahwa sikap sebagai
evaluasi keseluruhan seseorang dari sebuah konsep.
13
Menurut model perilaku konsumen Schiffman dan Kanuk (2004:493),
pengaruh eksternal sebagai input dalam pengambilan keputusan terdiri dari usaha
pemasaran perusahaan dan lingkungan sosial budaya. Faktor usaha pemasaran
terdiri dari produk, promosi, harga, serta saluran distribusi. Produk merupakan
elemen kunci dari penawaran pemasaran (Kotler dan Armstrong, 2012:224).
Penawaran pemasaran sebagai bagian dari bauran pemasaran dimulai dari
membangun penawaran yang bernilai untuk konsumen. Produk adalah segala
sesuatu yang dapat ditawarkan ke pasar dalam menarik, mengakuisisi,
menggunakan, atau mengkonsumsi sesuatu yang dapat memenuhi keinginan dan
kebutuhan (Kotler dan Armstrong, 2012:224).
Peter dan Olson (2010:70) menyatakan bahwa konsumen dapat memiliki tiga
tipe pengetahuan produk. Pertama, produk sebagai sekumpulan atribut atau
karakteristik dari produk. Kedua, produk sebagai sekumpulan manfaat atau
konsekuensi positif yang didapat dari penggunaan produk. Ketiga, nilai dari produk
yang membantu konsumen puas atau terpenuhi keinginannya..
Peter dan Olson lebih lanjut menjelaskan bahwa konsumen sangat tertarik
terhadap karakteristik secara fisik dari sebuah produk, sehingga seorang pemasar
sering menganggap bahwa konsumen memiliki pemikiran kalau produk dan merek
merupakan sekumpulan atribut. Konsumen memiliki ingatan terhadap atribut dari
sebuah produk dan mereka dapat melakukan pilihan produk dan merek mana yang
akan dibeli, sehingga seorang pemasar harus mengetahui atribut produk mana yang
sesuai dengan konsumen, yang berarti bagi konsumen, dan bagaimana cara
konsumen untuk menggunakan pemikiran tersebut dalam pengambilan keputusan.
Seorang konsumen dapat membedakan tipe dari atribut produk yaitu atribut yang
konkrit seperti karakteristik produk dan atribut yang abstrak seperti kualitas.
Konsumen melihat produk sebagai sekumpulan manfaat yang dapat memenuhi
kebutuhan mereka. Manfaat merupakan konsekuensi yang diinginkan ketika
konsumen membeli atau menggunakan produk atau merek (Peter dan Olson,
2010:73). Ketika mengembangkan produk, seorang pemasar harus
mengidentifikasi nilai yang diinginkan oleh seorang konsumen dari sebuah produk.
Mereka harus membuat produk secara aktual dan mencari cara untuk membangun
nilai dari produk tersebut yang dapat memberikan kepuasan kepada konsumen
(Kotler dan Armstrong, 2012:226).
14
2.4. Penelitian Sebelumnya dan Kerangka Pemikiran
Hong Qin, dan Victor R. Prybutok (2009) dengan judul “Service quality,
ini dilakukan dengan tujuan untuk mengeksplorasi dimensi potensial kualitas layanan,
dan menguji hubungan antara kualitas layanan, kualitas 10 makanan, nilai yang
dirasakan, kepuasan pelanggan dan niat perilaku di restoran cepat saji. Data diambil
dari hasil survey beberapa staf pengajar dan pakar di bidang manajemen kualitas
doktoral. Format survei online digunakan sebagai pengganti survei kertas tradisional
karena lebih murah, lebih cepat, dan menawarkan format yang fleksibel. Mahasiswa
dipilih sebagai subjek karena kemudahan mengaksesnya dan karena mereka sering
makan di FFR (Fast Food Restaurant), dan memiliki pemahaman intuitif tentang
Marlinda Apriyani dan Fadila Marga Saty (2013) dengan judul “Pengaruh Faktor
variabel budaya, kelas sosial, individu, dan psikologi dalam penelitiannya. Kedua
penelitiannya. Hasil penelitian tersebut menghasilkan pengaruh yang cukup kuat antara
faktor internal yaitu kelas sosial, individu, dan psikologi dalam keputusan pembelian.
15
penelitian. Kerangka ini untuk membantu peneliti dalam menyusun tahapan- tahapan
penelitian yang harus dilakukan hingga menghasilkan analisis terhadap penelitian yang
dilakukan dan mencapai tujuan dari penelitian.
Kerangka pemikiran merupakan alur berpikir peneliti untuk melakukan penelitian.
Penelitian diawali dengan mengetahui karakteristik konsumen kebab secara umum. Proses
selanjutnya yaitu perilaku yang diwakili dengan motivasi, persepsi, dan sikap. Perilaku
konsumen dipengaruhi oleh dua faktor pengaruh yaitu pengaruh pemasaran dan pengaruh
lingkungan.
Pengaruh pemasaran diwakilkan dengan variabel konsep produk dan pengaruh
lingkungan diwakilkan dengan variabel budaya dan variabel pengaruh keluarga. Penelitian
ini menggunakan kuesioner untuk mengetahui pengaruh- pengaruh tersebut yang
selanjutnya akan dianalisis melalui metode SEM dengan pendekatan PLS. Hasil analisis
akan dibahas dan dibuat kesimpulan serta saran.
BAB III
METODE PENELITIAN
16
yaitu suatu penelitian yang mempunyai tujuan untuk menguji suatu hipotesis yang spesifik
atau jelas dangan menampilkan hubungan sebab akibat atau menyatakan adanya pengaruh
harga, kualitas produk, dan citra merek terhadap keputusan pembelian (Sugiyono,
2010:265). Populasi dalam penelitian ini meliputi konsumen yang telah membeli dan
mengkonsumsi Kebab Turki Baba Rafi di Surabaya.
A. Unit Analisis
Unit analisis yang digunakan pada penelitian ini ialah konsumen kebab yang
keterangan yang mendukung penelitian ini sebagai sumber data primer melalui
kuesioner. Populasi responden yang dipilih ialah responden yang berada di ruang
Lokasi tersebut dipilih sebagai objek penelitian karena objek penelitian ini sudah,
sangat popular, karena Kebab Ramli Parung ini dalam hal pemasaran mampu menarik
konsumen dengan cepat bahkan mendahului para pesaing-pesaingnya.
17
internal ( data yang diambil dari perusahaan ) dan data yang digunakan pada penelitian ini
adalah data primer. Yaitu :
1. Data Primer
Data primer ialah data yang diperoleh secara langsung dari subjek yang diteliti
yaitu konsumen kebab dengan sejumlah variabel penelitian. Data bersumber dari
kuesioner sebagai instrumen penelitian dalam mengumpulkan data. Kuesioner diisi oleh
responden yang pernah mengkonsumsi kebab. Kuesioner menggunakan skala ordinal,
untuk memudahkan tabulasi dan analisis data. Skala ordinal menggunakan rentang skor 1
hingga 4. Kuesioner pada penelitian ini terdapat pada lampiran 1. Data Primer juga
didapatkan dari hasil wawancara dengan perusahaan yang disajikan pada tabel 1.
2. Data Sekunder
Data sekunder merupakan data yang diperoleh secara tidak langsung terkait objek
yang diteliti melalui sumber lain secara lisan maupun tulisan. Data ini bersumber dari
literatur terkait penelitian seperti buku, data perusahaan yang terkait penelitian, internet,
dan hasil penelitian terdahulu.
18
Variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian ini perlu
diidentifikasi terlebih dahulu agar tidak terdapat perbedaan cara pandang terhadap variabel
penelitian. Variabel penelitian ini terdiri dari variabel bebas (independent) dan variabel
terikat (dependent) yang masingmasing memiliki hubungan sebab-akibat. Variabel bebas
yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah Harga (Hrg), Kualitas Produk (Kpr),
Citra Merek (Ctr). Sedangkan variabel terikat yaitu Keputusan Pembelian (Kp).
A. Variabel Dependen (Terikat) .
Keputusan Pembelian (Kp)
Tindakan yang dilakukan konsumen untuk melakukan pembelian kebab turki
baba rafi. Terdapat beberapa indikator: (1) pengenalan kebutuhan; (2) pencarian
informasi; (3) evaluasi alternatif; (4) pembelian dan kebutuhan; (5) evaluasi purna
beli.
2. Observasi
Observasi atau pengamatan adalah kegiatan keseharian manusia dengan menggunakan
panca indra mata sebagai bantu utamanya. Yang dimaksud metode observasi adalah
metode pengumpulan data yang digunakan untuk menghimpun data penelitian, data–data
penelitian dapat diamati oleh peneliti melalui pengamatan panca indra (Bungin, 2005).
20
3. Dokumentasi
Menurut (Sugiono, 2011), dokumentasi merupakan catatan peristiwa yang sudah
berlalu. Dokumen bisa berbentuk tulisan, gambar atau karya-karya monumental dari
seseorang. Dokumen yang berbentuk tulisan misalnya catatan harian, sejarah kehidupan,
cerita, biografi, peraturan dan kebijakan.
21
Priyatno (2013:288) mengemukakan untuk menentukan normal atau tidaknya
data pada variabel dependen dapat dilakukan dengan melihat grafik plot normal
dalam program SPSS yang membandingkan distribusi komulatif dari distribusi
normal. Uji normalitas bertujuan untuk mengetahui apakah variabel penggangu
atau residual memiliki distribusi normal. Apabila asumsi ini dilanggar maka
model regresi dianggap tidak valid dengan jumlah sampel yang ada.
2. Uji Multikolinearitas
Priyatno (2013:290) mengemukakan uji multikolinearitas digunakan untuk
menguji apakah model regresi ditemukan adanya korelasi antar varibel
independen. Uji multikolinearitas dapat dilihat melalui nilai inflation factor
(VIF) dan tolerance pada model regresi. Apabila terjadi multikolinearitas maka
salah satu variabel bebas dapat dihilangkan. Jika nilai VIF kurang 10 dan
tolerance lebih dari 0,1 maka model regresi bebas dari multikolinearitas.
3. Uji Heteroskedastisitas
Priyatno (2010:296) mengemukakan uji ini digunakan untuk menguji apakah
dalam model regresi terjadi ketidaksamaan varian dari residual pada satu
pengamatan ke pengamatan yang lain. Pada penelitian ini menggunakan scatter
plot yaitu dengan melihat pola titik-titik scatter plot regresi, jika titik-titik
menyebar dengan pola yang tidak jelas diatas dan dibawah angka 0 pada sumbu
vertikal maka tidak terjadi masalah heteroskedastisitas.
4. Uji F (Kelayakan Model)
Uji kelayakan model digunakan untuk menguji apakah model dalam penelitian
layak atau tidak layak untuk digunakan dengan membandingkan nilai f
signifikan dengan taraf nyata 95%. Pada penelitian ini menggunakan taraf
signifikan sebesar 0,05 atau 5% dan menggunakan kriteria jika f signifikan < a
= 0,05 maka dapat dikatakan model dalam penelitian layak untuk digunakan
sehingga hipotesis nol (Ho) ditolak dan hipotesis alternatif (Ha) diterima,
sebaliknya Jika f signifikan > a = 0,05 maka dapat dikatakan model dalam
penelitian tidak layak untuk digunakan maka hipotesis nol (Ho) diterima dan
hipotesis alternatif (Ha) ditolak (Ghozali, 2011:130).
22
DAFTAR PUSTAKA
Alamsyah, Yuyun. Antisipasi Krisis Global Bisnis Fast Food A la Indonesia. Jakarta: Elex
Media Komputindo. 2009.
Kursus Wirausaha: Aneka Resep dan Kiat Usaha Kebab dan Burger. Jakarta: Gramedia Pustaka
Utama. 2010.
Apriyani, Marlinda dan Fadila Marga S. Pengaruh Faktor Internal Konsumen Terhadap
Keputusan Pembelian Sayuran Organik [Jurnal]. 2013.
23
Adam, Rosida P.. Pengaruh Faktor Internal Konsumen dan Kinerja Bauran Pemasaran
Terhadap Keputusan Pembelian Komoditas Teh Oleh Konsumen Rumah Tangga di Provinsi
Jawa Barat [Disertasi]. 2006.
Arifin, Johar. Statistik Bisnis Terapan dengan Microsoft Excel 2007. Jakarta: PT Elex Media
Komputindo. 2008.
Gherasim, Toader. Behaviour Social Factors. Economy Transdisciplinarity
Cognition.Volume 6 Issue1/2013, diunduh dari http://www.ugb.ro/etc/etc2013no1/03_
Gherasim_T..pdf pada 26 November 2014.
Hartanti, Dewi. Bisnis Franchise Modal 2 Juta.Yogyakarta: Penerbit Indonesia Cerdas. 2009.
Haryono, Siswoyo dan Parwoto Wardoyo. Structural Equation Modeling Untuk Penelitian
Manajemen Menggunakan AMOS 18.00. Bekasi: Intermedia Personalia Utama. 2012.
Hawkins, Del I. dan David L. Mothersbaugh. Consumer Behavior: Building Marketing
Strategy. New York: Mc-Graw Hill. 2010.
Hidayat, Taufik dan Nina Istiadah. Panduan Lengkap Menguasai SPSS 19 untuk Mengolah
Data Statistik Penelitian. Jakarta: Mediakita. 2011.
24