Anda di halaman 1dari 28

PENGARUH KONSEP PRODUK, BUDAYA KONSUMSI, DAN KELUARGA

TERHADAP PERILAKU KONSUMEN DALAM MENGKONSUMSI PRODUK


KEBAB

Proposal ini dibuat untuk memenuhi Tugas

Mata Kuliah Perilaku Konsumen

Dosen Pengampu : Oktori Kiswati Zaini, S.E., M.M.

Disusun Oleh :

M.Hafiz Al Rasyid (021118366)

PROGRAM STUDI MANAJEMEN

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS PAKUAN

BOGOR

2020

Jl. Pakuan PO Box 452 Bogor 16413 Jawa Barat Indonesia Telp 0251-8312206,

02151-8380137 http://www.feunpak.web.id E-mail: feup@feunpakweb.id


KATA PENGANTAR

Puji syukur atas kehadirat Allah SWT. sehingga penulis dapat menyusun dan
menyelesaikan Mini Skripsi dengan judul “Analisis Faktor-Faktor yang Memengaruhi Perilaku
Konsumen dalam Mengkonsumsi Kebab ”. Mini skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk
menyelesaikan program studi Strata-1 di Fakultas Manajemen dan Universitas Pakuan Bogor.

Penulis banyak mendapatkan bantuan baik berupa materil dan moral yang sangat berarti
dari berbagai pihak dalam penyusunan Mini skripsi ini.

Penulis menyadari bahwa latihan membuat Mini Skripsi mini ini mungkin masih
banyak kekurangannya. Oleh sebab itu, penulis menerima kritik dan saran yang bersifat
membangun untuk menyempurnakan penelitian ini. Akhir kata penyusun mengharapkan
penelitian ini bermanfaat dan dapat memenuhi apa yang diharapkan oleh semua pihak.

Bogor, April 2021

Penulis

i
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ......................................................................................................... i

KATA PENGANTAR....................................................................................................... ii

DAFTAR ISI...................................................................................................................... iii

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Penelitian ....................................................................................... 1


1.2. Identifikasi dan Perumusan Masalah ...................................................................... 4
1.2.1. Identifikasi Masalah .................................................................................... 4
1.2.2. Perumusan Masalah..................................................................................... 4
1.3. Maksud Penelitian dan Tujuan Penelitian ............................................................... 4
1.3.1. Maksud Penelitian ....................................................................................... 4
1.3.2. Tujuan Penelitian......................................................................................... 4
1.4. Kegunaan Penelitian ............................................................................................... 4
1.4.1. Kegunaan Praktis......................................................................................... 4
1.4.2. Kegunaan Akademis ................................................................................... 4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Pengertian Teori


2.1.1. Kajian Teori................................................................................................. 5
1. Makanan Siap Saji .................................................................................. 5
2.2. Tinjauan Produk Makanan ...................................................................................... 5
2.3. Perilaku Konsumen dan Faktor yang Mempengaruhinya ....................................... 7
2.3.1. Perilaku Konsumen ..................................................................................... 7
2.3.2. Faktor yang Mempengaruhinya .................................................................. 9
2.4. Penelitian Sebelumnya dan Kerangka Pemikiran ................................................... 15
2.4.1. Penelitian Sebelumnya ................................................................................ 15
2.4.2. Kerangka Pemikiran .................................................................................... 16

BAB III METODE PENELITIAN

3.1. Jenis Penelitian ........................................................................................................ 17

ii
3.2. Unit Analisis,Waktu Penelitian, Objek dan Lokasi Penelitian ............................... 17
3.3. Jenis dan Sumber Data Penelitian ........................................................................... 18
3.4. Operasionalisasi Variabel........................................................................................ 19
3.5. Metode Penarikan Sampel ...................................................................................... 20
3.6. Metode Pengumpulan Data ..................................................................................... 20
3.7. Metode Pengolahan/Analisis ................................................................................... 21

DAFTAR PUSTAKA

iii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Penelitian

Makanan siap saji menurut Peraturan Pemerintah Indonesia Nomor 28 Tahun 2004
Tentang Keamanan, Mutu, dan Gizi Pangan ialah makanan yang sudah diolah dan siap
untuk langsung disajikan di tempat usaha atau di luar tempat usaha atas dasar pesanan.
Smith (2012:10) menyatakan bahwa makanan siap saji merupakan makanan yang
mengandung kalori dalam jumlah yang tinggi namun memiliki gizi yang rendah. Khomsan
(2008:10) menyatakan Gizi yang rendah atau tidak seimbang ini dikarenakan makanan
siap saji mengandung lemak dan garam yang tinggi dengan kandungan serat yang rendah.
Kehadiran makanan siap saji ini langsung disukai oleh masyarakat karena cocok untuk
gaya hidup modern (Sari, 2008:5). Ayam balut tepung, burger, bento, hot dog, pizza,
kebab, dan sandwich serta roti bakar merupakan contoh makanan siap saji yang populer
dan berkembang di Indonesia (Alamsyah, 2009:18-33).

Menurut Alamsyah (2009:12), salah satu alasan pemilihan makanan siap saji ialah
karena praktis. Lebih lanjut Alamsyah menjelaskan bahwa praktis memiliki pengertian
dapat memberikan solusi bagi rumah tangga yang tidak memiliki waktu cukup untuk
menyiapkan makanan di rumah. Konsumen di tengah kesibukannya bisa membeli
makanan siap saji tidak hanya dari restoran, tetapi juga dari food service lain semacam
supermarket, hypermart, atau counter makanan yang siap dibawa pulang. Konsumen
tinggal memilih makanan yang diinginkan, dibungkus, dibawa pulang, dan disajikan di
rumah.

Salah satu produk makanan siap saji ialah kebab. Kebab merupakan makanan yang
berasal dari Timur Tengah. Kebab menjadi salah satu makanan siap saji yang dapat
dijadikan sebagai alternatif bagi konsumen dalam memenuhi kebutuhan terhadap
makanan. Kebab memiliki perbedaan dibandingkan produk makanan siap saji lainnya.
Kebab terdiri dari roti tipis (tortilla), irisan daging, sayur, saus dan mayonaise.

1
Kebab memiliki tortilla sebagai ciri khas produk. Tortilla merupakan roti tipis yang
membungkus bahan-bahan kebab lainnya seperti sayuran, daging, saus, dan mayonaise
yang merupakan isian dari kebab. Fitur-fitur seperti tortilla, sayuran, daging, saus, dan
mayonaise merupakan elemen yang menyatu menjadi sebuah produk bernama kebab dan
memberikan rasa khas dari bumbu-bumbu yang terdapat pada daging maupun berasal dari
saus dan mayonaise.

Fungsi kebab salah satunya ialah sebagai camilan yang cukup mengenyangkan.
Fitur-fitur pada kebab selain berfungsi sebagai camilan, juga memberikan manfaat
kesehatan dari terdapatnya sayuran pada kebab. Sayuran pada kebab merupakan sayuran
segar yang terdiri dari selada, tomat, timun, dan bawang bombay (Malahayati dan
Ramdhan, 2010:110). Beberapa masyarakat Indonesia kemudin mengadopsi kebab dan
disesuaikan dengan lidah orang Indonesia. Makanan ini banyak diminati oleh masyarakat,
sehingga banyak muncul usaha kebab dengan berbagai merek (Alamsyah, 2010:6). Sejak
awal mula produk kebab dipasarkan di Indonesia, kebab mendapat respon positif, sehingga
banyak pengusaha kebab yang berpikir mewaralabakan usahanya (Hartanti, 2009:129.

Kebab Ramli Parung sebagai unit usaha yang dijalankan oleh PT Ramli Parung
Indonesia). Kebab Ramli Parung memulai usahanya pada tahun 2008 dengan satu gerai.
Pada tahun 2014, jumlah outlet Kebab Ramli Parung telah mencapai 100 unit yang
berlokasi di dalam negeri. Banyaknya outlet tersebut memudahkan konsumen untuk
memperoleh produk Kebab Turki Baba Rafi sehingga produk yang dipasarkan oleh
perusahaan dapat menjangkau calon konsumen.Membuka outlet atau cabang sering
dilakukan ketika bisnis yang didirikan di sebuah tempat ramai oleh pembeli sehingga
pemilik usaha mendirikan usaha yang sama lagi di tempat lain dengan tujuan mendekati
konsumen (Hartanti, 2009:17). Rangkuti (2005:95) menyatakan bahwa pembukaan cabang
juga bertujuan sebagai daya tarik untuk menarik pelanggan baru. Peter dan Olson (2010:4)
menyatakan sebuah perusahaan harus mengetahui dan memahami konsumen serta dekat
dengan mereka untuk memberikan barang atau jasa yang akan dibeli dan digunakan oleh
konsumen. Menurut Schiffman dan Kanuk, (2004:491) untuk memahami konsumen
terutama dalam perilakunya, terdapat dua faktor yang memengaruhi perilaku konsumen
yaitu faktor usaha pemasaran dan faktor lingkungan sosial budaya.

Usaha pemasaran dalam memengaruhi perilaku konsumen terdiri dari produk,


harga, promosi, dan saluran distribusi (Schiffman dan Kanuk, 2004:491). Produk

2
merupakan hal yang mendasar dalam proses pemasaran karena produk merupakan elemen
kunci dalam penawaran pemasaran (Kotler dan Armstrong, 2012:224). Kotler dan
Armstrong lebih lanjut menyatakan bahwa produk merupakan segala sesuatu yang dapat
ditawarkan ke pasar untuk menarik, mengakuisisi, menggunakan, atau mengkonsumsi
dalam memenuhi kebutuhan atau keinginan. Perilaku konsumen, selain dipengaruhi oleh
usaha pemasaran, juga dipengaruhi oleh lingkungan sosial budaya.

Faktor lingkungan sosial budaya terdiri dari berbagai macam pengaruh non-
komersial seperti komentar teman, pemakaian oleh anggota keluarga, atau pandangan para
konsumen yang memang memiliki pengalaman terhadap suatu produk. Selain itu, terdapat
pengaruh kelas sosial, budaya dan subbudaya. Hawkins dan Mothersbough (2010:42)
menyatakan bahwa budaya merupakan faktor yang penting karena budaya sebagai konsep
yang komprehensif memengaruhi proses pemikiran dan perilaku dari seorang individu
serta memengaruhi beragam perilaku.

Seorang individu, tentunya merupakan sebuah anggota dari ruang lingkup terkecil
dalam masyarakat yaitu keluarga. Keluarga memiliki pengaruh yang sangat kuat dalam
memengaruhi perilaku konsumen. Keluarga merupakan organisasi yang paling penting
dalam masyarakat (Kotler dan Armstrong, 2012:141). Penelitian menyatakan bahwa
seseorang yang berada di anggota keluarga memiliki perannya masing-masing dan
menunjukkan perilaku yang berbeda selama pengambilan keputusan dan konsumsi (Peter
dan Olson, 2010:343).

Faktor produk, budaya, dan keluarga memengaruhi perilaku konsumen terhadap


suatu produk yang dikonsumsi (Schifmann dan Kanuk, 2004:493). Bidang perilaku ini
diwakili oleh pengaruh dalam diri (motivasi, persepsi, pembelajaran, kepribadian, dan
sikap) yang mendorong seorang konsumen dalam mengkonsumsi suatu produk. Oleh
karena itu, menjadi pertanyaan yang menarik dan mendorong peneliti untuk mengetahui
bagaimana faktor-faktor tersebut memengaruhi perilaku konsumen dalam mengkonsumsi
produk kebab.

1.2. Identifikasi Masalah dan Perumusan Masalah


1.2.1. Identifikasi Masalah

3
1. Menganalisis karakteristik konsumen terhadap Kebab Ramli Parung.
2. Menganalisis sikap/persepsi/respon konsumen terhadap Kebab Ramli Parung.
1.2.2. Perumusan Masalah

Berdasarkan uraian di atas, maka perumusan masalah dari penelitian ini antara lain
ialah:

1. Apakah karakteristik konsumen terhadap Kebab Ramli Parung.


2. Apakah sikap/persepsi/respon konsumen terhadap Kebab Ramli Parung.

1.3. Maksud dan Tujuan Penelitian


1.3.1. Maksud Penelitian
Maksud dilakukannya penelitian ini adalah untuk mendapatkan data dan informasi
yang diperlukan untuk menganalisis persepsi atau respon konsumen terhadap
Kebab Ramli Parung.
1.3.2. Tujuan Penelitian
1. Mengetahui karakteristik konsumen terhadap Kebab Ramli Parung.
2. Untuk mengetahui sikap/persepsi/respon konsumen terhadap Kebab Ramli
Parung.

1.4. Kegunaan Penelitian

Hasil penelitian diharapkan dapat memberikan manfaat bagi pihak-pihak yang terlibat.
Manfaat tersebut antara lain ialah:

1. Bagi Peneliti

Penelitian ini diharapkan dapat menambah ilmu pengetahuan serta wawasan dalam
melakukan aplikasi teori yang telah didapat selama belajar di bangku kuliah.

2. Bagi Program Studi dan Universitas

Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi mahasiswa lainnya untuk dijadikan
literatur atau referensi dalam melakukan penelitian tentang perilaku konsumen.

BAB II

4
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Kajian Teori

1. Makanan Siap Saji

Makanan siap saji menurut Peraturan Pemerintah Indonesia Nomor 28 Tahun 2004
Tentang Keamanan, Mutu, dan Gizi Pangan ialah makanan yang sudah diolah dan siap
untuk langsung disajikan di tempat usaha atau di luar tempat usaha atas dasar pesanan.
Smith (2012:10) menyatakan makanan siap saji mengandung kalori yang tinggi namun
memiliki gizi yang rendah. Gizi yang rendah atau tidak seimbang ini dikarenakan makanan
siap saji mengandung lemak dan garam yang tinggi dengan kandungan serat yang rendah
(Khomsan, 2008:10). Kehadiran makanan siap saji ini langsung disukai oleh masyarakat
karena cocok untuk gaya hidup modern (Sari, 2008:5).

Alamsyah (2009:12) menyatakan bahwa salah satu alasan pemilihan makanan siap
saji ialah karena praktis. Praktis memiliki pengertian dapat memberikan solusi bagi rumah
tangga yang tidak memiliki waktu cukup untuk menyiapkan makanan di rumah.
Konsumen di tengah kesibukannya bisa membeli makanan siap saji tidak hanya dari
restoran, tetapi juga dari food service lain semacam supermarket, hypermart, atau counter
makanan yang siap dibawa pulang. Mereka tinggal memilih makananannya, dibungkus,
dibawa pulang, dan tinggal disajikan di rumah.

Salah satu produk makanan siap saji pada bisnis waralaba ialah kebab. Kebab
merupakan makanan yang berasal dari Timur Tengah yang akhir-akhir ini banyak
berkembang. Perkembangan yang luar biasa dengan kemunculan aneka gerobak dan resto
kebab dengan berbagai merek (Alamsyah, 2010:6). Kebab menjadi salah satu makanan
siap saji yang dapat dijadikan sebagai alternatif bagi konsumen dalam memenuhi
kebutuhan terhadap makanan. Kebab terdiri dari roti pita (roti tipis) yang berisi daging
yang telah dicampur dan diolah dengan rempah rempah. Selain daging di dalamnya,
terdapat pula topping berupa sayur segar yaitu bawang bombai, selada, dan mentimun
(Malahayati dan Ramdhan, 2010:109-110).

Kebab sebagai salah satu jenis makanan siap saji tentunya harus memerhatikan
aspek-aspek keamanan pangan. Aspek keamanan pangan antara lain mencakup mencegah

5
tercemarnya makanan siap saji dari cemaran biologis, kimia, dan benda lain yang
mengganggu, merugikan, dan membahayakan kesehatan. Keamanan pangan juga dapat
ditinjau dari pengendalian proses pada pemilihan bahan baku, penggunaan bahan
tambahan pangan, pengolahan, pengemasan, penyimpanan, pengangkutan, dan cara
penyajian (Saparinto dan Hidayati, 2006:56-57). Keamanan pangan salah satunya dapat
dijaga dengan cara menjaga kontaminasi dari kontak tangan, untuk pengemasan dan
pembungkusan sebaiknya kebersihan tangan dapat dijaga dengan selalu mencuci tangan
serta menggunakan sarung tangan (Alamsyah, 2009:91).

2.2. Tinjauan Produk Makanan

Produk makanan yang dimakan hendaknya halal lagi baik. Baik ini dapat

mencakup kesehatan, kelezatan, dan keamanan. Para ulama menyebutkan bahwa

makanan yang baik berarti makanan yang tidak kotor dari segi zatnya atau sudah

kadaluarsa (Nuraini, 2007:13).

Produk makanan yang dijual di Indonesia diwajibkan untuk menggunakan

logo halal yang didapatkan dari hasil sertifikasi MUI. Hal ini berlaku juga bagi kebab.

Selain kehalalan produk, aspek keamanan pangan juga dilihat dalam aspek Islam. Penggunaan

kemasan yang praktis dan tidak langsung bersentuhan dengan tangan selain memudahkan

mengkonsumsi juga mengurangi sentuhan dengan tangan yang dapat menimbulkan pangan

menjadi tidak aman.

2.3. Perilaku Konsumen dan Faktor yang Mempengaruhinya

2.3.1. Perilaku Konsumen

6
Pemahaman akan perilaku konsumen menurut Sunyoto (2013:1) dapat

diaplikasikan dalam tiga hal, yang pertama adalah untuk merancang sebuah strategi

pemasaran yang baik, misalnya menentukan kapan saat yang tepat perusahaan

memberikan diskon untuk menarik pembeli. Kedua, perilaku konsumen dapat membantu

pembuat keputusan membuat kebijakan publik, misalnya dengan mengetahui bahwa

konsumen akan banyak menggunakan transportasi saat lebaran, pembuat keputusan dapat

merencanakan harga tiket transportasi di hari raya. Aplikasi ketiga adalah dalam hal

pemasaran sosial, yaitu penyebaran ide di antara konsumen. Melalui pemahaman sikap

terhadap konsumen, seseorang dapat menyebarkan ide dengan lebih cepat dan efektif

(Sunyoto, 2013:1)

Perilaku konsumen mempelajari individu, kelompok, atau organisasi dan proses

yang mereka gunakan untuk memilih, mengamankan, menggunakan, dan membuang

produk, jasa, pengalaman, atau ide untuk memuaskan kebutuhan serta dampak dari proses

tersebut terhadap konsumen dan masyarakat. Pandangan terhadap perilaku konsumen ini

lebih luas dibandingkan pandangan secara tradisional yang fokus terhadap pembeli dan

konsekuensi dari proses pembelian. Pandangan yang lebih luas akan membawa kita untuk

memeriksa pengaruh tidak langsung pada keputusan konsumsi serta konsekuensi yang

lebih luas dan melibatkan lebih dari sekedar pembeli dan penjual (Hawkins dan

Mothersbough, 2010:6).

Schiffman dan Kanuk (2004:6) menyatakan bahwa perilaku konsumen merupakan

cara individu dalam mengambil keputusan untuk memanfaatkan sumber daya mereka yang

7
tersedia (waktu, uang, usaha) guna membeli barang- barang yang berhubungan dengan

konsumsi. Schiffman dan Kanuk (2004:493) menyatakan bahwa model pengambilan

keputusan dibagi menjadi tiga yaitu masukan, proses, dan keluaran.

Berikut merupakan model perilaku konsumen Schiffman dan kanuk.

Pengaruh Eksternal Masukan

Lingkungan Sosial Budaya


Usaha Pemasaran
1. Keluarga
1. Produk 2. Sumber Informasi
2. Promosi 3. Sumber Nonkomersial lain
3. Harga 4. Kelas Sosial
4. Saluran Distribusi 5. Subbudaya dan Budaya
6.
7.
Pengambilan Keputusan Konsumen ( proses )

Pengenalan Kebutuhan Bidang Psikologi

Pencarian Informasi 1. Motivasi


2. Persepsi
Evaluasi Alternatif 3. Pembelajaran
4. Kepribadian
5. Sikap

Pengalaman

Perilaku Setelah Keputusan ( keluaran )

Pembelian

1. Percobaan
2. Pembelian Ulang

Evaluasi Setelah Pembelian

8
Gambar 1 yang merupakan bagan model perilaku konsumen diawali dengan
pengaruh eksternal atau masukan dari dua aspek yaitu usaha pemasaran dan lingkungan
sosial budaya. Aspek tersebut lalu diarahkan kepada pengambilan keputusan konsumen
sebagai sebuah proses dari pengambilan keputusan secara utuh. Proses pengambilan
keputusan terdapat lima tahapan yaitu pengenalan kebutuhan, pencarian informasi,
evaluasi alternatif, pembelian, dan evaluasi setelah pembelian. Sebelum masuk ke dalam
tahapan tersebut terdapat bidang psikologi yang merupakan perilaku konsumen yang
terdiri dari motivasi, persepsi, pembelajaran, kepribadian, dan sikap yang berkaitan dengan
individu-individu manusia dalam mengambil keputusan.

2.3.2. Faktor yang Memengaruhi Perilaku Konsumen


a) Faktor Budaya
Schiffman dan Kanuk (2004:356) mendefinisikan budaya sebagai
keseluruhan kepercayaan, nilai-nilai, dan kebiasaan yang dipelajari yang
membantu mengarahkan perilaku konsumen para anggota masyarakat tertentu.
Komponen kepercayaan dan nilai dalam definisi tersebut merujuk pada akumulasi
perasaan dan prioritas yang dipunyai individu mengenai masalah dan barang milik.
Peter dan Olson (2010:278) menjelaskan bahwa budaya merupakan sebuah
kerangka dari mental dan makna yang dibagi bersama oleh kebanyakan orang
dalam kelompok sosial. Dalam arti luas, makna budaya termasuk perspektif secara
umum, keyakinan yang khas, reaksi afektif, dan karakteristik pola dari perilaku.
Setiap masyarakat menetapkan pandangannya masing-masing dari budaya dengan
menciptakan dan menggunakan makna untuk mewakili perbedaan budaya yang
penting.
Sheth dan Maholtra dalam jurnalnya yang berjudul “Global Consumer
Culture” menyatakan “consumer culture is a system in which consumption, a set
of behaviors found in all times and places, is dominated by the consumption of
commercial products. It is also a system in which the transmission of existing
cultural values, norms and customary ways of doing things from generation to
generation is largely understod to be carried out through the exercise of free
personal choice in the private sphere of everyday life”. Pernyataan tersebut
menandakan bahwa konsumsi dalam budaya merupakan suatu set dari perilaku
yang dapat ditemui kapan saja dan dimana saja. Budaya konsumsi terdiri dari nilai,
norma, dan adat dalam melakukan sesuatu dari generasi ke generasi.
9
Apriyani dan Saty (2013) dalam jurnalnya yang berjudul “Pengaruh Faktor
Internal Konsumen Terhadap Keputuan Pembelian Sayuran Organik”
menggunakan variabel budaya konsumsi yang dapat diukur dengan indikator
kebiasaan, frekuensi dan waktu konsumsi. Kebiasaan merupakan tingkat
keseringan dalam melakukan konsumsi, frekuensi merupakan jumlah konsumsi
yang yang dilakukan dalam sehari, dan waktu konsumsi merupakan pilihan waktu
untuk konsumsi.
Penelitian Apriyani dan Saty ditulis berdasarkan disertasi yang ditulis oleh
Rosida P. Adam (2006) yang berjudul “Pengaruh Faktor Internal Konsumen dan
Kinerja Bauran Pemasaran Terhadap Keputusan Pembelian Komoditas Teh Oleh
Konsumen Rumah Tangga di Provinsi Jawa Barat”. Operasionalisasi variabel
internal konsumen dalam penelitian tersebut terdapat subvariabel budaya dengan
indikator kebiasaan, frekuensi, dan waktu konsumsi untuk mengetahui budaya
konsumen dalam mengkonsumsi sebagai penentu keinginan dan perilaku yang
paling mendasar.

b) Faktor Keluarga

Kotler dan Armstrong (2012:141) menyatakan “family members can


strongly influence buyer behavior. The family is the most important consumer
buying organization in society, and it has been researched extensively”. Anggota
keluarga dapat memiliki pengaruh yang sangat kuat dalam perilaku konsumen.
Keluarga merupakan organisasi yang paling penting bagi konsumen dalam
melakukan pembelian dan hal tersebut telah dibuktikan dengan penelitian yang
sangat luas. Seorang pemasar tertarik dalam peran serta pengaruh dari seorang
kepala rumah tangga, seorang istri, dan anak dalam pembelian produk barang
maupun jasa yang berbeda. Hal ini dikarenakan pada umumnya seorang istri atau
ibu rumah tangga biasanya menjadi pembeli utama bagi sebuah keluarga, terutama
untuk makanan dan pakaian.

Seseorang biasanya tergabung dalam suatu kelompok, baik dalam suatu


keluarga, klub, maupun organisasi. Posisi seseorang di setiap kelompok dapat
didefinisikan dalam hal peran dan status. Sebuah peran terdiri dari aktivitas
seseorang yang diharapkan dapat menjadi panutan bagi lainnya di sekitar orang
10
tersebut. Setiap peran merefleksikan nilai umum yang diberikan kepada
masyarakat. Sunyoto (2013:39) beserta Hawkins dan Mothersbough (2010:208).

c) Faktor Pribadi

a. Usia
Hawkins dan Mothersbough (2010:122) menyatakan bahwa usia yang
sesuai sangat penting untuk banyak produk. Usia beserta budaya menjelaskan
perilaku dan sikap. Usia kita mencerminkan media apa yang kita gunakan,
dimana kita berbelanja, bagaimana kita menggunakan produk, dan bagaimana
kita berpikir serta merasakan aktivitas pemasaran.
Kotler dan Armstrong (2012:145) menyatakan bahwa masyarakat
melakukan perubahan terhadap produk baik barang maupun jasa yang mereka
beli seiring berjalannya waktu. Mereka melakukan pembelian barang sesuai
dengan kebutuhan mereka yang dapat memenuhi keadaan mereka saat itu
termasuk keadaan usia. Siklus hidup psikologi seseorang juga memengaruhi
proses keputusan pembelian. Seorang dewasa biasanya mengalami transformasi
pada bagian tertentu semasa hidupnya hal ini menyebabkan seorang pemasar
harus menaruh perhatian terhadap minat masyarakat yang berubah-ubah.

b. Pekerjaan
Pekerjaan seseorang memengaruhi barang dan jasa yang dibeli.
Karyawan biasa hanya membeli barang-barang yang sesuai dengan pendapatan
yang ia dapatkan dari pekerjaannya sebagai karyawan. Namun, seorang presiden
direktur sebuah perusahaan dapat membeli baju yang mahal, barang-barang
mewah, dan barang lainnya yang menunjang kehidupannya sebagai presiden
direktur (Kotler dan Armstrong, 2012:145).
Kotler dan Armstrong lebih lanjut menjelaskan bahwa seorang pemasar
dapat mencoba untuk mengidentifikasi kelompok pekerjaan yang memiliki
minat yang berada di atas rata-rata terhadap produk dan jasa mereka. Sebuah
perusahaan bahkan dapat menspesialisasi dalam pembuatan dan pemasaran
produk yang dibutuhkan oleh kelompok pekerjaan tertentu.

c. Kondisi Ekonomi
11
Kotler dan Armstrong (2012:146) menyatakan bahwa situasi ekonomi
seseorang dapat memberikan pengaruh yang cukup besar terhadap pemilihan
suatu produk. Seorang pemasar harus mengetahui bahwa kondisi ekonomi
seseorang terdiri dari penghasilan yang dapat dibelanjakan, tabungan, aktiva
(asset), hutang, kemampuan untuk menerima pinjaman dari bank, dan sikap atas
belanja atau menabung.

d. Gaya Hidup
Kotler dan Armstrong (2012:146) menyatakan bahwa seseorang
yang berasal dari sub kultur, kelas sosial, bahkan pekerjaan yang sama
dapat memiliki gaya hidup yang berbeda. Gaya hidup merupakan pola
seseorang dalam melakukan kehidupan yang diekspresikan dalam
kegiatan atau beraktivitas, minat, dan opini. Gaya hidup menjadi lebih
penting dibandingkan kelas sosial atau kepribadian seseorang

d) Faktor Psikologis
a. Motivasi
Hawkins dan Mothersbough (2010:360) mengemukakan “motivation is
the reason for behavior. A motive is a construct representing an unobserveable
inner force that stimulates and compels a behavioral response and provide
specific directiong to that response”. Motivasi adalah sebuah konstruk yang
mewakili kekuatan batin yang tidak dapat diobservasi dan mendorong respon
perilaku serta memberikan arah yang spesifik terhadap respon tersebut.

Kotler dan Armstrong (2012:147) menyatakan bahwa seseorang bisa


saja memiliki kebutuhan yang sangat banyak dalam kurun waktu tertentu,
beberapa merupakan kebutuhan biologis seperti lapar dan haus, serta yang
lainnya kebutuhan psikologis seperti pengakuan, penghargaan, atau
kepemilikan. Motivasi atau dorongan merupakan kebutuhan yang cukup
menekankan secara langsung kepada seseorang untuk mencari kepuasan
terhadap kebutuhan tersebut.

b. Persepsi

12
Persepsi adalah proses yang diawali dengan paparan dan perhatian
konsumen terhadap rangsangan pemasaran dan diakhiri dengan interpretasi
konsumen (Hawkins dan Mothersbough, 2010:278). Persepsi masuk sebagai
rangsangan yang mengaktifkan reseptor sensorik seperti mata, telinga, selera,
dan kulit (Hoyer dan Macinnis 2008:80).
Kotler dan Armstrong (2012:148) berpendapat bahwa “a motivated
person is ready to act. How the person acts is influenced by his or her own
perception of situation. All of us learn by the flow of information through our
five senses: sight, hearing, smell, touch, and taste. However, each of us receives,
organizes, and interprets this sensory information to form a meaningful picture
of the world”.
Kotler dan Armstrong menyatakan cara seseorang termotivasi
tergantung persepsi masing-masing terhadap situasi. Persepsi merupakan suatu
proses dimana seorang individu memilih, mengorganisir, mengartikan informasi
yang masuk untuk menciptakan gambaran yang berarti di lingkungannya.

c. Sikap
Hawkins dan Mothersbough (2010:392) menyatakan “attitude is an
enduring organization of motivational, emotional, perceptual, and cognitive
processes with respect to some aspect of our environment. It is learned
prediposition to respond in a consistently favorable or unfavorable manner with
respect to a given object”. Berdasarkan pernyataan Hawkins dan Mothersbough
diatas, sikap adalah organisasi abadi dari motivasi, emosional, persepsi, dan
proses kognitif yang memiliki hubungan dengan beberapa aspek dari
lingkungan dan memiliki kecenderungan yang dipelajari untuk merespon secara
konsisten baik menguntungkan maupun tidak menguntungkan sehubungan
dengan suatu objek tertentu. Peter dan Olson (2010:128) menyatakan bahwa
seluruh definisi dari sikap memiliki satu kesamaan, mereka mengacu kepada
evaluasi masyarakat. Peter dan Olson mendefinisikan bahwa sikap sebagai
evaluasi keseluruhan seseorang dari sebuah konsep.

e) Faktor Usaha Pemasaran

13
Menurut model perilaku konsumen Schiffman dan Kanuk (2004:493),
pengaruh eksternal sebagai input dalam pengambilan keputusan terdiri dari usaha
pemasaran perusahaan dan lingkungan sosial budaya. Faktor usaha pemasaran
terdiri dari produk, promosi, harga, serta saluran distribusi. Produk merupakan
elemen kunci dari penawaran pemasaran (Kotler dan Armstrong, 2012:224).
Penawaran pemasaran sebagai bagian dari bauran pemasaran dimulai dari
membangun penawaran yang bernilai untuk konsumen. Produk adalah segala
sesuatu yang dapat ditawarkan ke pasar dalam menarik, mengakuisisi,
menggunakan, atau mengkonsumsi sesuatu yang dapat memenuhi keinginan dan
kebutuhan (Kotler dan Armstrong, 2012:224).
Peter dan Olson (2010:70) menyatakan bahwa konsumen dapat memiliki tiga
tipe pengetahuan produk. Pertama, produk sebagai sekumpulan atribut atau
karakteristik dari produk. Kedua, produk sebagai sekumpulan manfaat atau
konsekuensi positif yang didapat dari penggunaan produk. Ketiga, nilai dari produk
yang membantu konsumen puas atau terpenuhi keinginannya..
Peter dan Olson lebih lanjut menjelaskan bahwa konsumen sangat tertarik
terhadap karakteristik secara fisik dari sebuah produk, sehingga seorang pemasar
sering menganggap bahwa konsumen memiliki pemikiran kalau produk dan merek
merupakan sekumpulan atribut. Konsumen memiliki ingatan terhadap atribut dari
sebuah produk dan mereka dapat melakukan pilihan produk dan merek mana yang
akan dibeli, sehingga seorang pemasar harus mengetahui atribut produk mana yang
sesuai dengan konsumen, yang berarti bagi konsumen, dan bagaimana cara
konsumen untuk menggunakan pemikiran tersebut dalam pengambilan keputusan.
Seorang konsumen dapat membedakan tipe dari atribut produk yaitu atribut yang
konkrit seperti karakteristik produk dan atribut yang abstrak seperti kualitas.
Konsumen melihat produk sebagai sekumpulan manfaat yang dapat memenuhi
kebutuhan mereka. Manfaat merupakan konsekuensi yang diinginkan ketika
konsumen membeli atau menggunakan produk atau merek (Peter dan Olson,
2010:73). Ketika mengembangkan produk, seorang pemasar harus
mengidentifikasi nilai yang diinginkan oleh seorang konsumen dari sebuah produk.
Mereka harus membuat produk secara aktual dan mencari cara untuk membangun
nilai dari produk tersebut yang dapat memberikan kepuasan kepada konsumen
(Kotler dan Armstrong, 2012:226).

14
2.4. Penelitian Sebelumnya dan Kerangka Pemikiran

2.4.1 Penelitian Sebelumnya

Hong Qin, dan Victor R. Prybutok (2009) dengan judul “Service quality,

customer satisfaction, and behavioral intentions in fast-food restaurants”. Penelitian

ini dilakukan dengan tujuan untuk mengeksplorasi dimensi potensial kualitas layanan,

dan menguji hubungan antara kualitas layanan, kualitas 10 makanan, nilai yang

dirasakan, kepuasan pelanggan dan niat perilaku di restoran cepat saji. Data diambil

dari hasil survey beberapa staf pengajar dan pakar di bidang manajemen kualitas

layanan. Langkah selanjutnya adalah melakukan uji coba kepada 30 mahasiswa

doktoral. Format survei online digunakan sebagai pengganti survei kertas tradisional

karena lebih murah, lebih cepat, dan menawarkan format yang fleksibel. Mahasiswa

dipilih sebagai subjek karena kemudahan mengaksesnya dan karena mereka sering

makan di FFR (Fast Food Restaurant), dan memiliki pemahaman intuitif tentang

kualitas layanan di FFR (Fast Food Restaurant). Responden yang di teliti

menggunakan penyebaran kuisioner online sebanyak 305 tanggapan dan 23 di

antaranya tidak dapat digunakan.

Marlinda Apriyani dan Fadila Marga Saty (2013) dengan judul “Pengaruh Faktor

Internal Konsumen Terhadap Keputusan Pembelian Sayuran Organik” menggunakan

variabel budaya, kelas sosial, individu, dan psikologi dalam penelitiannya. Kedua

peneliti tersebut menggunakan analisis jalur (path analysis) dalam metode

penelitiannya. Hasil penelitian tersebut menghasilkan pengaruh yang cukup kuat antara

faktor internal yaitu kelas sosial, individu, dan psikologi dalam keputusan pembelian.

Sedangkan variabel budaya memiliki pengaruh yang lemah.

2.4.2. Kerangka Pemikiran


Kerangka pemikiran merupakan tahapan yang penting dalam melakukan

15
penelitian. Kerangka ini untuk membantu peneliti dalam menyusun tahapan- tahapan
penelitian yang harus dilakukan hingga menghasilkan analisis terhadap penelitian yang
dilakukan dan mencapai tujuan dari penelitian.
Kerangka pemikiran merupakan alur berpikir peneliti untuk melakukan penelitian.
Penelitian diawali dengan mengetahui karakteristik konsumen kebab secara umum. Proses
selanjutnya yaitu perilaku yang diwakili dengan motivasi, persepsi, dan sikap. Perilaku
konsumen dipengaruhi oleh dua faktor pengaruh yaitu pengaruh pemasaran dan pengaruh
lingkungan.
Pengaruh pemasaran diwakilkan dengan variabel konsep produk dan pengaruh
lingkungan diwakilkan dengan variabel budaya dan variabel pengaruh keluarga. Penelitian
ini menggunakan kuesioner untuk mengetahui pengaruh- pengaruh tersebut yang
selanjutnya akan dianalisis melalui metode SEM dengan pendekatan PLS. Hasil analisis
akan dibahas dan dibuat kesimpulan serta saran.

BAB III
METODE PENELITIAN

3.1. Jenis Penelitian


Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian kuantitatif yang bersifat kausal

16
yaitu suatu penelitian yang mempunyai tujuan untuk menguji suatu hipotesis yang spesifik
atau jelas dangan menampilkan hubungan sebab akibat atau menyatakan adanya pengaruh
harga, kualitas produk, dan citra merek terhadap keputusan pembelian (Sugiyono,
2010:265). Populasi dalam penelitian ini meliputi konsumen yang telah membeli dan
mengkonsumsi Kebab Turki Baba Rafi di Surabaya.

3.2. Unit Analisis, Waktu Penelitian, Objek dan Lokasi Penelitian

A. Unit Analisis

Unit analisis yang digunakan pada penelitian ini ialah konsumen kebab yang

bertempat tinggal di Kec. Parung yang dijadikan responden. Responden memberikan

keterangan yang mendukung penelitian ini sebagai sumber data primer melalui

kuesioner. Populasi responden yang dipilih ialah responden yang berada di ruang

lingkup Kec. Parung.

B. Waktu, Objek dan Lokasi Penelitian


Dalam penelitian ini, peneliti melakukan penelitian di Kebab Ramli Parung yang
berada di Jl. Masjid Al Islah No.57, RT.3/RW.3, Parung, Kec. Parung, Bogor, Jawa Barat
16330. Kebab Ramli Parung merupakan salah satu merek makanan kebab yang ada di Kec.
Parung

Lokasi tersebut dipilih sebagai objek penelitian karena objek penelitian ini sudah,
sangat popular, karena Kebab Ramli Parung ini dalam hal pemasaran mampu menarik
konsumen dengan cepat bahkan mendahului para pesaing-pesaingnya.

3.3. Jenis dan Sumber Data Penelitian


Menurut ( Sugiyono,2012:225 ), pengumpulan data didasarkan pada dua jenis data,
yaitu data primer adalah data yang dapat langsung dari sumber pertama yang memberikan
data kepada pengumpul. Kemudian data sekunder adalah data yang berasal dari sumber

17
internal ( data yang diambil dari perusahaan ) dan data yang digunakan pada penelitian ini
adalah data primer. Yaitu :
1. Data Primer
Data primer ialah data yang diperoleh secara langsung dari subjek yang diteliti
yaitu konsumen kebab dengan sejumlah variabel penelitian. Data bersumber dari
kuesioner sebagai instrumen penelitian dalam mengumpulkan data. Kuesioner diisi oleh
responden yang pernah mengkonsumsi kebab. Kuesioner menggunakan skala ordinal,
untuk memudahkan tabulasi dan analisis data. Skala ordinal menggunakan rentang skor 1
hingga 4. Kuesioner pada penelitian ini terdapat pada lampiran 1. Data Primer juga
didapatkan dari hasil wawancara dengan perusahaan yang disajikan pada tabel 1.
2. Data Sekunder
Data sekunder merupakan data yang diperoleh secara tidak langsung terkait objek
yang diteliti melalui sumber lain secara lisan maupun tulisan. Data ini bersumber dari
literatur terkait penelitian seperti buku, data perusahaan yang terkait penelitian, internet,
dan hasil penelitian terdahulu.

Tabel 1. Panduan Wawancara


Pertanyaan Tujuan
Target pasar perusahaan Mengetahui konsumen-konsumen dalam aspek
demografis seperti jenis kelamin, usia, pekerjaan, dan
pendidikan yang menjadi target
pasar perusahaan.
Keunggulan perusahaan Mengetahui keunggulan perusahaan baik dari aspek
dibandingkan pesaing perusahaan itu sendiri maupun produk yang dipasarkan
termasuk di dalamnya fitur dan manfaat yang ditawarkan
oleh perusahaan ke
pasar.
Tujuan dipasarkannya produk Mengetahui tujuan produk kebab yang dipasarkan
kebab oleh perusahaan dari aspek fungsi
kehadiran produk tersebut.
Harapan perusahaan dari pasar Mengetahui harapan yang diinginkan oleh
perusahaan dari proses pemasaran produk kebab yang
dilakukan oleh perusahaan

3.4. Operasionalisasi Variabel

18
Variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian ini perlu
diidentifikasi terlebih dahulu agar tidak terdapat perbedaan cara pandang terhadap variabel
penelitian. Variabel penelitian ini terdiri dari variabel bebas (independent) dan variabel
terikat (dependent) yang masingmasing memiliki hubungan sebab-akibat. Variabel bebas
yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah Harga (Hrg), Kualitas Produk (Kpr),
Citra Merek (Ctr). Sedangkan variabel terikat yaitu Keputusan Pembelian (Kp).
A. Variabel Dependen (Terikat) .
Keputusan Pembelian (Kp)
Tindakan yang dilakukan konsumen untuk melakukan pembelian kebab turki
baba rafi. Terdapat beberapa indikator: (1) pengenalan kebutuhan; (2) pencarian
informasi; (3) evaluasi alternatif; (4) pembelian dan kebutuhan; (5) evaluasi purna
beli.

B. Variabel Independen (Bebas)


1. Harga
Jumlah uang yang ditukarkan konsumen untuk mendapatkan atau membeli
kebab turki baba rafi pada waktu tertentu dan tempat tertentu. Terdapat beberapa
indikator: (1) keterjangkauan harga; (2) kesesuaian harga dengan kualitas produk;
(3) daya saing harga; (4) kesesuaian harga dengan manfaat.
2. Kualitas Produk
Kemampuan kebab turki baba rafi untuk memuaskan kebutuhan atau tuntutan
dari konsumen. Terdapat beberapa indikator: (1) performance (kinerja); (2)
feature (keistimewaan); (3) Estetika (keindahan); (4) Conformance (mutu
kinerja).
3. Citra Merek
Keyakinan yang dipegang oleh konsumen terhadap produk kebab turki baba
rafi yang tertanam dalam ingatan konsumen. Terdapat beberapa indikator.: (1)
memorable (mudah diingat); (2) persepsi konsumen terhadap kualitas produk; (3)
persepsi konsumen terhadap harga; (4) persepsi konsumen terhadap lokasi.

3.5. Metode Penarikan Sampel


Teknik pengambilan sampel pada penelitian ini ialah non probability sampling.
metode ini merupakan teknik pengambilan sampel yang tidak memberi
peluang/kesempatan sama bagi setiap unsur atau anggota populasi untuk dipilih menjadi
19
sampel ( Sugiono, 2010:84 ). Sampel yang digunakan ialah terhadap responden atau
konsumen yang pernah melakukan pembelian produk kebab.
Teknik dari nonprobabilty sampling yang digunakan ialah insidental sampling
yaitu teknik penentuan sampel berdasarkan kebetulan, yaitu siapa saja yang secara
kebetulan bertemu dengan peneliti dapat digunakan sebagai sampel, bila dipandang orang
yang kebetulan ditemui itu cocok sebagai sumber data (Sugiyono, 2012: 85). Adapun
kriteria dari responden yang akan dijadikan sampel penelitian ini ialah:
1) Responden berusia 18-65 tahun. Menurut Hawkins dan Mothersbough (2010:122),
usia membawa perilaku dan norma dalam bersikap. Usia memperlihatkan bagaimana
cara kita menggunakan media, dimana kita berbelanja, bagaimana kita menggunakan
produk dan bagaimana kita berpikir dan merasakan tentang aktivitas pemasaran.
Hawkins dan Mothersbough (2010:122) membagi usia dalam perilaku konsumsi dari
umur 18 tahun hingga di atas 65 tahun.
Populasi pada penelitian ini adalah konsumen yang bertempat tinggal Kec.Parung.
Sampel diambil dari populasi dari total jumlah penduduk yang tersebar di Kec.Parung.
Penentuan sampel secara insidental atau kebetulan dilakukan karena peneliti tidak
menemui subjek penelitian secara sengaja atau direncakanan sebelumnya. Proses
pengisian kuesioner dilakukan dengan cara menemui masyarakat yang merupakan
konsumen kebab dan berada di lokasi penelitian yaitu Kec.Parung

3.6. Metode Pengumpulan Data


1. Wawancara
Wawancara digunakan sebagai teknik pengumpulan data apabila peneliti ingin
melakukan studi pendahuluan untuk menemukan masalah yang akan diteliti, dan juga
apabila peneliti ingin mengetahui hal – hal dari responden yang lebih mendalam.
Wawancara dapat dilakukan secara struktur maupun tidak struktur, dan dapat dilakukan
secara tatap muka secara langsung (Sugiono, 2011).

2. Observasi
Observasi atau pengamatan adalah kegiatan keseharian manusia dengan menggunakan
panca indra mata sebagai bantu utamanya. Yang dimaksud metode observasi adalah
metode pengumpulan data yang digunakan untuk menghimpun data penelitian, data–data
penelitian dapat diamati oleh peneliti melalui pengamatan panca indra (Bungin, 2005).

20
3. Dokumentasi
Menurut (Sugiono, 2011), dokumentasi merupakan catatan peristiwa yang sudah
berlalu. Dokumen bisa berbentuk tulisan, gambar atau karya-karya monumental dari
seseorang. Dokumen yang berbentuk tulisan misalnya catatan harian, sejarah kehidupan,
cerita, biografi, peraturan dan kebijakan.

3.7. Metode Pengolahan/Analisis Data


A. Penguji Instrumen Penelitian
1. Uji Validitas
Instrumen yang valid adalah instrument yang memiliki validitas internal serta
validitas eksternal. Validitas menurut Sugiyono (2008:112) merupakan
mengukur apa yang hendak diukur dan memiliki ketepatan. Validitas internal
merupakan instrument yang dikembangkan menurut teori yang relevan
sedangkan validitas eksternal merupakan instrument yang dikembangkan
menurut fakta empiris. Sugiyono (2010:176) mengemukakan instrumen dapat
dinyatakan valid jika item instrumen yang memiliki koefisien korelasi dibawah
0,3 (r hitung < r kritis), maka instrumen dinyatakan tidak valid.
2. Uji Reliabilitas
Uji reliabilitas digunakan untuk mengukur berkali-kali menghasilkan data yang
sama (Sugiyono, 2008:13). Uji reliabilitas digunakan untuk mengetahui
konsistensi alat ukur, apakah alat pengukur yang digunakan dapat diandalkan
dan tetap konsisten jika pengukuran tersebut diulang. Metode pengujian
reliabilitas yang digunakan yakni metode Cronbach Alpha. Dengan
menggunakan bantuan program SPSS maka dilakukan uji reliabilitas dengan
melihat nilai Cronbach Alpha. Instrument pengukuran dapat dikatakan reliabel
jika nilai Cronbach Alpha > 0,6.

B. Alat Analisis Data


Analisis Regresi Linear Berganda Ghozali (2009:96). Penelitian ini
menggunakan analisis regresi berganda untuk mengetahui besar pengaruh setiap
variabel bebas seperti citra merek, kualitas produk, dan harga terhadap variabel
terikat yaitu keputusan pembelian.
1. Uji Normalitas

21
Priyatno (2013:288) mengemukakan untuk menentukan normal atau tidaknya
data pada variabel dependen dapat dilakukan dengan melihat grafik plot normal
dalam program SPSS yang membandingkan distribusi komulatif dari distribusi
normal. Uji normalitas bertujuan untuk mengetahui apakah variabel penggangu
atau residual memiliki distribusi normal. Apabila asumsi ini dilanggar maka
model regresi dianggap tidak valid dengan jumlah sampel yang ada.
2. Uji Multikolinearitas
Priyatno (2013:290) mengemukakan uji multikolinearitas digunakan untuk
menguji apakah model regresi ditemukan adanya korelasi antar varibel
independen. Uji multikolinearitas dapat dilihat melalui nilai inflation factor
(VIF) dan tolerance pada model regresi. Apabila terjadi multikolinearitas maka
salah satu variabel bebas dapat dihilangkan. Jika nilai VIF kurang 10 dan
tolerance lebih dari 0,1 maka model regresi bebas dari multikolinearitas.
3. Uji Heteroskedastisitas
Priyatno (2010:296) mengemukakan uji ini digunakan untuk menguji apakah
dalam model regresi terjadi ketidaksamaan varian dari residual pada satu
pengamatan ke pengamatan yang lain. Pada penelitian ini menggunakan scatter
plot yaitu dengan melihat pola titik-titik scatter plot regresi, jika titik-titik
menyebar dengan pola yang tidak jelas diatas dan dibawah angka 0 pada sumbu
vertikal maka tidak terjadi masalah heteroskedastisitas.
4. Uji F (Kelayakan Model)
Uji kelayakan model digunakan untuk menguji apakah model dalam penelitian
layak atau tidak layak untuk digunakan dengan membandingkan nilai f
signifikan dengan taraf nyata 95%. Pada penelitian ini menggunakan taraf
signifikan sebesar 0,05 atau 5% dan menggunakan kriteria jika f signifikan < a
= 0,05 maka dapat dikatakan model dalam penelitian layak untuk digunakan
sehingga hipotesis nol (Ho) ditolak dan hipotesis alternatif (Ha) diterima,
sebaliknya Jika f signifikan > a = 0,05 maka dapat dikatakan model dalam
penelitian tidak layak untuk digunakan maka hipotesis nol (Ho) diterima dan
hipotesis alternatif (Ha) ditolak (Ghozali, 2011:130).

22
DAFTAR PUSTAKA

Alamsyah, Yuyun. Antisipasi Krisis Global Bisnis Fast Food A la Indonesia. Jakarta: Elex
Media Komputindo. 2009.
Kursus Wirausaha: Aneka Resep dan Kiat Usaha Kebab dan Burger. Jakarta: Gramedia Pustaka
Utama. 2010.
Apriyani, Marlinda dan Fadila Marga S. Pengaruh Faktor Internal Konsumen Terhadap
Keputusan Pembelian Sayuran Organik [Jurnal]. 2013.

23
Adam, Rosida P.. Pengaruh Faktor Internal Konsumen dan Kinerja Bauran Pemasaran
Terhadap Keputusan Pembelian Komoditas Teh Oleh Konsumen Rumah Tangga di Provinsi
Jawa Barat [Disertasi]. 2006.
Arifin, Johar. Statistik Bisnis Terapan dengan Microsoft Excel 2007. Jakarta: PT Elex Media
Komputindo. 2008.
Gherasim, Toader. Behaviour Social Factors. Economy Transdisciplinarity
Cognition.Volume 6 Issue1/2013, diunduh dari http://www.ugb.ro/etc/etc2013no1/03_
Gherasim_T..pdf pada 26 November 2014.
Hartanti, Dewi. Bisnis Franchise Modal 2 Juta.Yogyakarta: Penerbit Indonesia Cerdas. 2009.
Haryono, Siswoyo dan Parwoto Wardoyo. Structural Equation Modeling Untuk Penelitian
Manajemen Menggunakan AMOS 18.00. Bekasi: Intermedia Personalia Utama. 2012.
Hawkins, Del I. dan David L. Mothersbaugh. Consumer Behavior: Building Marketing
Strategy. New York: Mc-Graw Hill. 2010.
Hidayat, Taufik dan Nina Istiadah. Panduan Lengkap Menguasai SPSS 19 untuk Mengolah
Data Statistik Penelitian. Jakarta: Mediakita. 2011.

24

Anda mungkin juga menyukai