Anda di halaman 1dari 49

PENGARUH PENERAPAN SISTEM AKUNTANSI KEUANGAN PEMERINTAH DAERAH,

KOMPETENSI SUMBER DAYA MANUSIA DAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH


TERHADAP KUALITAS LAPORAN KEUANGAN PEMERINTAH DAERAH

(Studi Empiris Pada Badan Pengelolaan Keuangan Daerah dan Aset Daerah
Kabupaten Nganjuk)

PROPOSAL PENELITIAN
Diajukan Untuk Penulisan Penelitian Guna Memenuhi
Tugas Akhir Mata Kuliah Metodologi Penelitian
Pada Prodi Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis UN PGRI Kediri

OLEH :

Feri Doni Setyawan


NPM : 18.1.02.01.0062

PROGRAM STUDI AKUNTANSI


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS NUSANTARA PERSATUAN GURU REPUBLIK INDONESIA
UNP KEDIRI
2020
1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Di era reformasi seperti sekarang ini pemerintahan di setiap negara baik itu
negara berkembang ataupun negara maju dituntut untuk dapat menunjukkan kualitas
pemerintahaan yang semakin baik setiap tahunnya. Hal ini dikarenakan bahwa
setiap negara sangat membutuhkan adanya pemerintahan yang berkualitas dan
mampu mengemban atau melaksanakan tugas negara dengan baik. Dalam hal ini
ditekankan pada pemerintahan yang menuju pada corporate governance. Dalam
perkembangan dunia yang sangat pesat ini di setiap negara, termasuk negara
Indonesia sangat memperhatikan hal tersebut. Selain itu adanya keinginan
masyarakat untuk menciptakan good government governance adalah untuk
mewujudkan tuntutan akan tingkat transparansi dan akuntabilitas publik yang
berkualitas.

Berdasarkan pada Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2010, kualitas


laporan pemerintah pusat dan daerah harus memenuhi karakteristik kualitatif, yaitu:
relevan, handal, dapat dibandingkan, dan dapat dipahami. Untuk itu Pemerintah
daerah diwajibkan menyusun laporan pertanggungjawaban yang menggunakan
sistem akuntansi yang diatur oleh pemerintah pusat dalam bentuk undang-undang
dan peraturan pemerintah yang bersifat mengikat seluruh pemerintah daerah. Dalam
sistem pemerintah daerah terdapat 2 subsistem akuntansi, yaitu Satuan Kerja
Pengelola Keuangan Daerah (SKPKD) dan Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD).
Laporan keuangan SKPD merupakan sumber untuk menyusun laporan keuangan
SKPKD, oleh karena itu setiap SKPD harus menyusun laporan keuangan sebaik
mungkin.

Tingkat transparansi dan akuntabilitas publik dapat mempengaruhi kualitas


laporan keuangan suatu daerah. Laporan keuangan menurut Peraturan Pemerintah
Nomor 71 Tahun 2010 adalah laporan yang terstruktur mengenai posisi keuangan
dan transaksi-transaksi yang dilakukan oleh suatu entitas pelaporan. Entitas
pelaporan sendiri merupakan unit pemerintahan yang terdiri dari satu atau lebih
entitas akuntansi atau entitas pelaporan yang menurut ketentuan peraturan
perundang-undangan wajib menyampaikan laporan pertanggungjawaban berupa
laporan keuangan. Sebagai organisasi yang mengelola dana masyarakat, organisasi
sektor publik harus mampu memberikan pertanggungjawaban publik melalui laporan
keuangannya. Laporan keuangan yang dihasilkan oleh pemerintah daerah nantinya
akan digunakan oleh beberapa pihak yang berkepentingan sebagai dasar untuk
pengambilan keputusan.

Laporan keuangan merupakan sebuah produk yang dihasilkan oleh bidang


atau disiplin ilmu akuntansi. Oleh karena itu, dibutuhkan sumber daya manusia yang
kompeten untuk menghasilkan sebuah laporan keuangan yang berkualitas. Begitu
juga pada entitas pemerintahan, untuk menghasilkan laporan keuangan daerah yang
berkualitas dibutuhkan sumber daya manusia yang paham dan memiliki kompetensi
dalam bidang akuntansi pemerintahan keuangan daerah bahkan organisasional
tentang pemerintahan (Roviyantie, 2011).

Di era reformasi pengelolaan keuangan daerah sudah mengalami berbagai


perubahan regulasi dari waktu ke waktu. Perubahan yang terjadi merupakan
rangkaian bagaimana suatu Pemerintah Daerah dapat menciptakan good
governance dan clean goverment dengan melakukan tata kelola pemerintahan yang
2

baik. Selain itu, keberhasilan dari suatu pembangunan di daerah tidak terlepas dari
aspek pengelolaan keuangan daerah yang dikelola dengan manajemen yang baik.

Pengelolaan keuangan daerah yang diatur dalam Peraturan Menteri Dalam


Negeri Nomor 13 Tahun 2013 pasal 3 meliputi kekuasaan pengelolaan keuangan
daerah, azas umum dan struktur APBD, penyusunan rancangan APBD, penetapan
APBD, penyusunan dan penetapan APBD bagi daerah yang belum memiliki DPRD,
pelaksanaan APBD, perubahan APBD, pengelolaan kas, penatausahaan keuangan
daerah, akuntansi keuangan daerah, pertanggungjawaban pelaksanaan APBD,
pembinaan dan pengawasan pengelolaan keuangan daerah, kerugian daerah, dan
pengelolaan keuangan BLUD.

Kualitas laporan keuangan dapat diperkuat juga dari opini BPK. Kualitas
terbaik dari laporan keuangan adalah Wajar Tanpa Pengecualian (WTP). Di dalam
mencapai opini WTP, peran dari sumber daya manusia yang kompeten sangat
berpengaruh terhadap peningkatan kualitas laporan keuangan. Selain itu, proses
penyusunan laporan keuangan harus dilakukan secara efektif dan efisien, tepat
waktu, cepat, dan tentunya data yang dihasilkan harus akurat, maka di dalam hal ini
diperlukan adanya dukungan sistem akuntansi dan teknologi.

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Permadi (2013), penelitian ini


menunjukkan hasil bahwa sistem akuntansi keuangan pemerintahan daerah
berpengaruh terhadap kualitas laporan keuangan pemerintah daerah pada Dinas
Bina Marga Provinsi Jawa Barat, Sedangkan penelitian yang dilakukan oleh Ihsanti
(2014), menunjukkan bahwa hasil yang diperoleh adalah kompetensi SDM dalam
pengujian hipotesis mempunyai pengaruh signifikan positif terhadap kualitas laporan
keuangan SKPD Kab. Lima Puluh Kota. Akan tetapi, penerapan SAKD tidak
berpengaruh signifikan positif terhadap kualitas laporan keuangan SKPD Kab. Lima
Puluh Kota. Berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh Megawati (2015)
dengan menunjukkan bahwa hasil yang diperoleh adalah Pengaruh Penerapan
Sistem Akuntansi Keuangan Pemerintah Daerah, Kompetensi Sumber Daya
Manusia Dan Pengelolaan Keuangan Daerah berpengaruh terhadap kualitas laporan
Keuangan Pemerintah Daerah (Studi Empiris pada Tiga Dinas Kabupaten Buleleng.)

Melihat dari hasil penelitian-penelitian sebelumnya yang menunjukkan bahwa


dalam hal kualitas laporan keuangan yang dihasilkan, setiap saat akan dikeluarkan
pemerintah daerah masih sering menemui kendala yaitu adanya penyesuaian
kembali dengan sistem akuntansi keuangan yang digunakan, belum adanya
kesesuaian antara kualitas laporan keuangan yang dihasilkan dengan sistem
akuntansi yang digunakan, pengendalian prosedur akuntansi dalam tata usaha
keuangan daerah sehingga masih terdapat kendala dalam memperoleh laporan
keuangan daerah yang sangat berkualitas serta kurangnya sumber daya manusia
yang berkompeten di bidang akuntansi. Hal ini juga terlihat dari upaya perbaikan di
bidang pembuatan laporan keuangan daerah yang nampaknya belum dapat
dilaksanakan sepenuhnya dengan baik oleh pemerintah daerah. Untuk dapat
menghasilkan laporan keuangan yang relevan, handal dan dapat dipercaya
pemerintah daerah harus memiliki sistem informasi yang handal.

Penulis menggunakan penelitian terdahulu dimaksudkan untuk dijadikan


bahan pertimbangan dan pembanding penelitian. Dalam peneliti terdahulu Megawati
(2015) Pemerintah Kabupaten Buleleng mendapat predikat Wajar Dengan
Pengecualian (WDP) dalam Laporan Hasil Pemeriksaan (LHP) atas audit Laporan
Keuangan Pemerintah Daerah (LKPD) Kabupaten Buleleng Tahun 2013 yang
dikeluarkan Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) RI Perwakilan Provinsi Bali.
3

Sedangkan di Pemerintah Kabupaten Nganjuk, Laporan Keuangan Pemerintah


Daerah (LKPD) pada tahun 2020 mendapatkan predikat Wajar Tanpa Pengecualian
(WTP) dari perbandingan hasil opini tersebut peneliti ingin meneliti lebih dalam
mengenai hal-hal apa saja yang dapat mempengaruhi kualitas suatu Laporan
Keuangan Pemerintah Daerah (LKPD) agar bisa mendapatkan predikat Wajar Tanpa
Pengecualian (WTP).

Perbedaan yang dilakukan terhadap penelitian terdahulu Megawati (2015)


yaitu pada tempat penelitian dimana penulis melakukan penelitian pada Badan
Pengelolaan Keuangan Daerah dan Aset Daerah Kabupaten Nganjuk dengan
perangkat kuesioner tertutup. Adapun yang menjadi pertimbangan peneliti dalam
penelitian di Badan Pengelolaan Keuangan Daerah dan Aset Daerah Kabupaten
Nganjuk ini yaitu peneliti ingin mengetahui tingkat transparansi dan akuntabilitas
publik pemerintah daerah Kabupaten Nganjuk.

Berdasarkan uraian latar belakang tersebut maka peneliti tertarik untuk


melakukan penelitian tentang “Pengaruh Penerapan Sistem Akuntansi Keuangan
Pemerintah Daerah, Kompetensi Sumber Daya Manusia Dan Pengelolaan
Keuangan Daerah Terhadap Kualitas Laporan Keuangan Pemerintah Daerah
(Studi Empiris Pada Badan Pengelolaan Keuangan Daerah dan Aset Daerah
Kabupaten Nganjuk)”.
4

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang di atas, peneliti mengidentifikasi masalah


sebagai berikut:

1. Belum adanya kesesuaian antara kualitas laporan keuangan yang dihasilkan


dengan sistem akuntansi yang digunakan

2. Sumber daya manusia yang kompeten sangat berpengaruh terhadap


peningkatan kualitas laporan keuangan

3. Untuk dapat menghasilkan laporan keuangan yang relevan, handal dan dapat
dipercaya pemerintah daerah harus memiliki sistem informasi yang handal.

C. Pembatasan Masalah

Batasan masalah dilakukan agar penelitian ini tidak keluar dari pokok
pembahasan. Batasan masalah yang terdapat pada penelitian ini dapat diuraikan
sebagai berikut:

1. Sistem Akuntansi Keuangan Pemerintah Daerah Pada BPKAD Kabupaten


Nganjuk Tahun 2020

2. Kompetensi Sumber Daya Manusia Pada BPKAD Kabupaten Nganjuk Tahun


2020

3. Pengelolaan Keuangan Daerah Pada BPKAD Kabupaten Nganjuk Tahun 2020

4. Kualitas Laporan Keuangan Pemerintah Daerah Pada BPKAD Kabupaten


Nganjuk Tahun 2020

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan identifikasi dan batasan masalah diatas, maka penelitian


memiliki beberapa pokok permasalahan, diantaranya :

1. Bagaimanakah pengaruh sistem akuntansi keuangan pemerintah daerah secara


parsial terhadap kualitas laporan keuangan pemerintah daerah?

2. Bagaimanakah pengaruh kompetensi sumber daya manusia secara parsial


terhadap kualitas laporan keuangan pemerintah daerah?

3. Bagaimanakah pengaruh pengaruh pengelolaan keuangan daerah secara parsial


terhadap kualitas laporan keuangan pemerintah daerah?

4. Bagaimanakah pengaruh sistem akuntansi keuangan pemerintah daerah,


kompetensi sumber daya manusia, pengelolaan keuangan daerah secara silmutan
terhadap kualitas laporan keuangan pemerintah daerah?
5

E. Tujuan Penelitian

Berdasarkan latar belakang di atas, maka peneliti memiliki beberapa tujuan,


diantaranya:

1. Untuk menganalisis pengaruh sistem akuntansi keuangan pemerintah daerah


secara parsial terhadap kualitas laporan keuangan pemerintah daerah

2. Untuk menganalisis pengaruh kompetensi sumber daya manusia secara parsial


terhadap kualitas laporan keuangan pemerintah daerah

3. Untuk menganalisis pengaruh sistem pengelolaan keuangan daerah secara


parsial terhadap kualitas laporan keuangan pemerintah daerah

4. Untuk menganalisis pengaruh sistem akuntansi keuangan pemerintah daerah,


kompetensi sumber daya manusia, pengelolaan keuangan daerah secara silmutan
terhadap kualitas laporan keuangan pemerintah daerah

F. Kegunaan Penelitian

Adapun kegunaan penelitian yang diperoleh dari peneliti ini adalah sebagai
berikut :

1. Manfaat Teoritis

a. Bagi Penulis

1) Untuk memenuhi salah satu syarat dalam menempuh ujian sidang dan
untuk meraih gelar sarjana (S1) pada Program Studi Akuntansi Fakultas
Ekonomi Universitas Nusantara PGRI Kediri.

2) Hasil penelitian ini diharapkan dapat memperluas wawasan dan


pengetahuan mengenai metode penelitian yang menyangkut masalah
akuntansi sektor publik secara umum.

b. Bagi Penelitian Selanjutnya

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan referensi


khususnya bagi pihak-pihak lain yang meneliti dengan kajian yang sama yaitu
kompetensi sumber daya manusia, peranan sistem akuntansi keuangan
daerah, dan kualitas laporan keuangan pemerintah daerah.

c. Bagi Pemerintah

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan gambaran


mengenai keadaan kompetensi sumber daya manusia, peranan sistem
akuntansi keuangan daerah, dan kualitas laporan keuangan pemerintah
daerah khususnya pada Pemerintah Kabupaten Nganjuk

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menghimpun informasi sebagai


bahan sumbangan pemikiran untuk dijadikan sebagai bahan masukan dan
pertimbangan bagi pemerintah daerah guna meningkatkan kinerja dalam
penyusunan laporan keuangan pemerintah daerah.

d. Bagi Pembaca
6

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan gambaran awam


mengenai pengaruh kompetensi sumber daya manusia, peranan sistem
akuntansi keuangan daerah, terhadap kualitas laporan keuangan pemerintah
daerah.
7

2. Manfaat Praktis

Penelitian ini diharapkan dapat menambah pemahaman dalam


memperbanyak pengetahuan yang berhubungan dengan kompetensi sumber
daya manusia, peranan sistem akuntansi keuangan daerah, dan kualitas laporan
keuangan pemerintah daerah pada satuan kerja perangkat daerah. Serta dapat
mengetahui seberapa besar pengaruh kompetensi sumber daya manusia,
peranan sistem akuntansi keuangan daerah, terhadap kualitas laporan keuangan
pemerintah daerah Kabupaten Nganjuk

Hasil penelitian ini juga akan melatih kemampuan teknis analitis yang telah
diperoleh selama mengikuti perkuliahan dalam melakukan pendekatan terhadap
suatu masalah, sehingga dapat memberikan wawasan yang lebih luas dan
mendalam berkaitan dengan masalah yang diteliti.
8

BAB II

KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS

A. Kajian Teori

1. Kualitas Laporan Keuangan Daerah


a. Pengertian Laporan Keuangan Daerah

Menurut Kasmir (2014:7), “laporan yang menunjukkan kondisi


keuangan perusahaan pada saat ini atau dalam suatu periode tertentu
adalah laporan keuangan.”

Berdasarkan PSAK No.1 (2012:5) laporan keuangan merupakan


suatu penyajian terstruktur dari posisi keuangan dan kinerja keuangan suatu
entitas.

Menurut Afiyah (2010:164) definisi laporan keuangan adalah

Hasil proses akuntansi sesuai dengan siklus akuntansi yang


dilaksanakan sebelumnya oleh OPD yaitu tahap pengidentifikasian
dokumen, tahap penjurnalan, dan tahap posting ke buku besar
masing-masing akun.

Adapun definisi laporan keuangan daerah menurut Mahmudi


(2010:10) “suatu bentuk pertanggungjawaban pemerintah kepada rakyat
atas pengelolaan dana publik baik dari pajak, retribusi atau transaksi
lainnya”.

Dari pengertian beberapa ahli yang sudah dituliskan di atas maka


dapat diambil kesimpulan bahwa Laporan Keuangan Daerah merupakan
suatu proses pencatatan, dari suatu ringkasan transaksi keuangan yang
terjadi di sebuah instansi selama satu tahun buku yang bersangkutan dan
merupakan suatu bentuk pertanggungjawaban pemerintah kepada rakyat
atas pengelolaan dana publik baik dari pajak, retribusi atau transaksi
lainnya.

b. Peranan Penyajian Laporan Keuangan Pemerintah Daerah

Laporan keuangan disusun untuk menyediakan informasi yang


relevan mengenai posisi keuangan dan seluruh transaksi yang dilakukan oleh
suatu entitas pelaporan selama satu periode pelaporan. Laporan keuangan
terutama digunakan untuk mengetahui nilai sumber daya ekonomi yang
dimanfaatkan untuk melaksanakan kegiatan operasional pemerintahan,
menilai kondisi keuangan, mengevaluasi efektivitas dan efisiensi suatu entitas
pelaporan, dan membantu menentukan ketaatannya terhadap peraturan
perundang-undangan.

Berdasarkan Peraturan Pemerintah RI Nomor 71 Tahun 2010 tentang


Standar Akuntansi Pemerintahan (SAP) setiap entitas pelaporan mempunyai
kewajiban untuk melaporkan upaya-upaya yang telah dilakukan serta hasil
yang dicapai dalam pelaksanaan kegiatan secara sistematis dan terstruktur
pada suatu periode pelaporan untuk kepentingan:
9

1. Akuntabilitas

Mempertanggungjawabkan pengelolaan sumber daya serta


pelaksanaan kebijakan yang dipercayakan kepada entitas
pelaporan dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan secara
periodik.

2. Manajemen

Membantu para pengguna untuk mengevaluasi pelaksanaan


kegiatan suatu entitas pelaporan dalam periode pelaporan
sehingga memudahkan fungsi perencanaan, pengelolaan dan
pengendalian atas seluruh aset, kewajiban, dan ekuitas
pemerintah untuk kepentingan masyarakat.

3. Transparansi

Memberikan informasi keuangan yang terbuka dan jujur


kepada masyarakat berdasarkan pertimbangan bahwa
masyarakat memiliki hak untuk mengetahui secara terbuka dan
menyeluruh atas pertanggungjawaban pemerintah dalam
pengelolaan sumber daya yang dipercayakan kepadanya dan
ketaatannya pada peraturan perundang-undangan.

4. Keseimbangan Antar-Generasi (Intergenerational Equity)

Membantu para pengguna dalam mengetahui kecukupan


penerimaan pemerintah pada periode pelaporan untuk membiayai
seluruh pengeluaran yang dialokasikan dan apakah generasi yang
akan datang diasumsikan akan ikut menanggung beban
pengeluaran tersebut.

5. Evaluasi Kinerja

Mengevaluasi kinerja entitas pelaporan, terutama dalam


penggunaan sumber daya ekonomi yang dikelola pemerintah
untuk mencapai kinerja yang direncanakan.

c. Tujuan Penyajian Laporan Keuangan Pemerintah Daerah

Menurut Peraturan Pemerintah RI Nomor 71 Tahun 2010 tentang


Standar Akuntansi Pemerintahan (SAP), pelaporan keuangan pemerintah
seharusnya menyajikan informasi yang bermanfaat bagi para pengguna
dalam menilai akuntabilitas dan membuat keputusan baik keputusan
ekonomi, sosial, maupun politik yaitu dengan:

1. Menyediakan informasi tentang sumber, alokasi dan penggunaan


sumber daya keuangan;
2. Menyediakan informasi mengenai kecukupan penerimaan periode
berjalan untuk membiayai seluruh pengeluaran;
3. Menyediakan informasi mengenai jumlah sumber daya ekonomi yang
digunakan dalam kegiatan entitas pelaporan serta hasil-hasil yang
telah dicapai;
4. Menyediakan informasi mengenai bagaimana entitas pelaporan
mendanai seluruh kegiatannya dan mencukupi kebutuhan kasnya;
10

5. Menyediakan informasi mengenai posisi keuangan dan kondisi entitas


pelaporan berkaitan dengan sumber-sumber penerimaannya, baik
jangka pendek maupun jangka panjang, termasuk yang berasal dari
pungutan pajak dan pinjaman;
6. Menyediakan informasi mengenai perubahan posisi keuangan entitas
pelaporan, apakah mengalami kenaikan atau penurunan, sebagai
akibat kegiatan yang dilakukan selama periode pelaporan.

d. Komponen Laporan Keuangan Pemerintah Daerah

Halim (2013:44) menyatakan bahwa setelah berlakunya Peraturan


Pemerintah RI Nomor 71 Tahun 2010 tentang SAP, laporan keuangan yang
harus disajikan oleh pemerintah daerah selambat-lambatnya tahun anggaran
2014 adalah sebagai berikut:

1. Pelaporan pelaksanaan anggaran (budgetary reports)


a) Laporan realisasi anggaran (LRA)
b) Laporan perubahan saldo anggaran lebih (Laporan
Perubahan SAL)
2. Pelaporan finansial (financial reports)
a) Neraca
b) Laporan operasional (LO)
c) Laporan arus kas (LAK)
d) Laporan perubahan ekuitas (LPE)
e) Catatan atas laporan keuangan (CaLK)

e. Karakteristik Kualitatif Laporan Keuangan Daerah


Deddi Nordiawan (2010:44) menyatakan bahwa “Definisi karakteristik
kualitatif laporan keuangan adalah ukuran-ukuran normatif yang perlu
diwujudkan dalam informasi akuntansi sehingga dapat memenuhi tujuannya”.
Karakteristik suatu laporan keuangan menurut Governmental Accounting
Standards Board (1987) dalam Concepts Statement No. 1 tentang Objectives
of Financial Reporting (par. 62) menyatakan bahwa:
Financial reporting is the means of communicating financial information
to users. For this communication to be effective, information in financial
reports must have these basic characteristics: understandability,
reliability, relevance, timeliness, consistency, and comparability.

Sedangkan karakteristik kualitatif laporan keuangan pemerintah menurut


Tanjung (2014:14) adalah sebagai berikut:
1) Relevan
Laporan keuangan dapat dikatakan relevan apabila informasi
yang termuat di dalamnya dapat mempengaruhi keputusan pengguna
dengan membantu mereka mengevaluasi peristiwa masa lalu atau
masa kini, dan memprediksi masa depan, serta menegaskan atau
mengoreksi hasil evaluasi mereka di masa lalu. Dengan demikian,
informasi laporan keuangan yang relevan dapat dihubungkan dengan
maksud penggunaannya. Informasi yang relevan:
a) Memiliki Manfaat Umpan Balik (Feedback Value)
Informasi memungkinkan pengguna untuk menegaskan atau
11

mengoreksi ekspektasi mereka di masa lalu.


b) Memiliki Manfaat Prediktif (Predictive Value)
Informasi dapat membantu pengguna untuk memprediksi
masa yang akan datang berdasarkan hasil masa lalu dan kejadian
masa kini.
c) Tepat Waktu
Informasi disajikan tepat waktu sehingga dapat berpengaruh
dan berguna dalam pengambilan keputusan.
d) Lengkap
Informasi akuntansi keuangan pemerintah disajikan selengkap
mungkin, mencakup semua informasi akuntansi yang dapat
mempengaruhi pengambilan keputusan dengan memperhatikan
kendala yang ada. Informasi yang melatarbelakangi setiap butir
informasi utama yang termuat dalam laporan keuangan
diungkapkan dengan jelas agar kekeliruan dalam penggunaan
informasi tersebut dapat dicegah.
2) Andal
Informasi dalam laporan keuangan bebas dari pengertian yang
menyesatkan dan kesalahan material, menyajikan setiap fakta secara
jujur, serta dapat diverifikasi. Informasi mungkin relevan, tetapi jika
hakekat atau penyajiannya tidak dapat diandalkan maka penggunaan
informasi tersebut secara potensial dapat menyesatkan. Informasi
yang andal memenuhi karakteristik:
a) Penyajian Jujur
Informasi menggambarkan dengan jujur transaksi serta
peristiwa lainnya yang seharusnya disajikan atau yang secara
wajar dapat diharapkan untuk disajikan.
b) Dapat Diverifikasi (verifiability)
Informasi yang disajikan dalam laporan keuangan dapat diuji,
dan apabila pengujian dilakukan lebih dari sekali oleh pihak yang
berbeda, hasilnya tetap menunjukkan simpulan yang tidak
berbeda jauh.
c) Netralitas
Informasi diarahkan pada kebutuhan umum dan tidak berpihak
pada kebutuhan pihak tertentu
3) Dapat Dibandingkan
Informasi yang termuat dalam laporan keuangan akan lebih
berguna jika dapat dibandingkan dengan laporan keuangan periode
sebelumnya atau laporan keuangan entitas pelaporan lain pada
umumnya. Perbandingan dapat dilakukan secara internal dan
eksternal. Perbandingan secara internal dapat dilakukan bila suatu
entitas menerapkan kebijakan akuntansi yang sama dari tahun ke
tahun. Perbandingan secara eksternal dapat dilakukan bila entitas
yang diperbandingkan menerapkan kebijakan akuntansi yang sama.
Apabila entitas pemerintah menerapkan kebijakan akuntansi yang
lebih baik daripada kebijakan akuntansi yang sekarang diterapkan,
perubahan tersebut diungkapkan pada periode terjadinya perubahan
4) Dapat Dimengerti/dipahami
Informasi yang disajikan dalam laporan keuangan dapat dipahami
oleh pengguna dan dinyatakan dalam bentuk serta istilah yang
12

disesuaikan dengan batas pemahaman para pengguna. Untuk itu,


pengguna diasumsikan memiliki pengetahuan yang memadai atas
kegiatan dan lingkungan operasi entitas pelaporan, serta adanya
kemauan pengguna untuk mempelajari informasi yang dimaksud.
13

2. Sistem Akuntansi Keuangan Pemerintah Daerah (SAKPD)


a. Sistem Akuntansi Keuangan Pemerintah Daerah
(SAKPD)

Pemerintah daerah pada saat ini telah dituntut untuk dapat


menghasilkan Laporan Pertanggungjawaban (LPJ) yang memiliki nilai
akuntabilitas dan transparansi yang tinggi. Untuk dapat menghasilkan
Laporan Pertanggungjawaban (LPJ) tersebut tentunya memerlukan sarana
dan prasarana yang memadai, yang disertai dengan pembelajaran terhadap
sumber daya manusia yang dimiliki oleh pemerintah daerah agar dapat
memahami dan melaksanakan sistem yang baru dalam pengelolaan dan
pertanggungjawaban Sistem Akuntansi Keuangan Pemerintah Daerah
(SAKPD).

SAKD adalah sistem informasi yang dapat membantu proses


pencatatan dan pelaporan anggaran dan keuangan daerah. Sebelumnya,
proses penyusunan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD)
membutuhkan waktu yang sangat lama, dengan dokumen yang banyak. Kini
dengan adanya SAKD, waktu penyusunannya menjadi lebih singkat dan tidak
membutuhkan dokumen dengan jumlah yang terlalu banyak karena dibantu
oleh otomatisasi dan sistem digital.

Menurut Moh. Mahsun, dkk (2016:91), mendefinisikan sistem


akuntansi keuangan daerah adalah :

Sistem akuntansi keuangan daerah adalah serangkaian kegiatan


pengidentifikasian, pengukuran, pencatatan, pengklasifikasian,
penguraian, penyajian, atau pelaporan data keuangan daerah dalam
rangka pertanggungjawaban pelaksanaan APBD.

Sementara itu, Noerdiawan dan Hertanti (2014:201), mengatakan


bahwa sistem akuntansi keuangan daerah adalah sebagai berikut:

Sistem akuntansi keuangan daerah adalah serangkaian prosedur


mulai dari pencatatan, pengikhtisaran, sampai dengan pelaporan
keuangan dalam rangka pertanggungjawaban pelaksanaan APBD
yang dapat dilakukan secara manual atau aplikasi komputer.

Dari beberapa pengertian di atas, maka dapat ditarik kesimpulan


bahwa Sistem Akuntansi Keuangan Daerah (SAKD) merupakan sistem
akuntansi yang terdiri dari seperangkat kebijakan, standar dan prosedur yang
dapat menghasilkan laporan yang relevan, andal dan tepat waktu untuk
menghasilkan informasi dalam bentuk laporan keuangan yang akan
digunakan oleh pihak internal dan eksternal pemerintah daerah untuk
mengambil keputusan ekonomi.
b. Kebijakan Sistem Akuntansi Keuangan Daerah

Kebijakan dari Sistem Akuntansi Keuangan Daerah menurut Peraturan


Menteri Dalam Negeri RI Nomor 13 Tahun 2006 terdiri dari:

1) Pengakuan Unsur Laporan Keuangan


Pengakuan dalam akuntansi adalah proses penetapan
terpenuhinya kriteria pencatatan suatu kejadian atau peristiwa
dalam catatan akuntansi sehingga akan menjadi bagian yang
14

melengkapi unsur aset, kewajiban, ekuitas dana, pendapatan,


belanja, dan pembiayaan, sebagaimana akan termuat pada laporan
keuangan pemerintah daerah. Pengakuan diwujudkan dalam
pencatatan jumlah uang terhadap pos-pos laporan keuangan yang
terpengaruh oleh kejadian atau peristiwa terkait. Kriteria minimum
yang perlu dipenuhi oleh suatu kejadian atau peristiwa untuk diakui
yaitu:
a) Terdapat kemungkinan bahwa manfaat ekonomi yang
berkaitan dengan kejadian atau peristiwa tersebut akan
mengalir keluar dari atau masuk ke dalam entitas
pemerintah yang bersangkutan;
b) Kejadian atau peristiwa tersebut mempunyai nilai atau
biaya yang dapat diukur atau dapat diestimasi dengan
andal. Dalam menentukan apakah suatu kejadian atau
peristiwa memenuhi kriteria pengakuan, perlu
mempertimbangkan aspek materialitas

2) Pengukuran Unsur Laporan Keuangan

Pengukuran adalah proses penetapan nilai uang untuk


mengakui dan memasukkan setiap pos dalam laporan keuangan
pemerintah daerah. Pengukuran pos-pos dalam laporan keuangan
pemerintah daerah menggunakan nilai perolehan historis. Aset
dicatat sebesar pengeluaran kas atau sebesar nilai wajar dari
imbalan yang diberikan untuk memperoleh aset tersebut.
Kewajiban dicatat sebesar jumlah yang diterima sebagai
penukar dari kewajiban, atau nilai sekarang dari jumlah kas yang
diharapkan akan dibayarkan untuk menyelesaikan kewajiban
tersebut. Pengukuran pos-pos laporan keuangan menggunakan
mata uang Rupiah. Transaksi yang menggunakan mata uang asing
harus dikonversikan terlebih dahulu (kurs tengah Bank Indonesia)
dan dinyatakan dalam mata uang Rupiah.

3) Pengungkapan Laporan Keuangan


Laporan keuangan menyajikan secara lengkap informasi yang
dibutuhkan oleh pengguna. Informasi yang dibutuhkan oleh
pengguna laporan keuangan dapat ditempatkan pada lembar muka
(on the face) laporan keuangan atau Catatan atas Laporan
Keuangan.

Suatu entitas pelaporan harus mengungkapkan hal-hal yang


belum diinformasikan dalam bagian manapun dari laporan
keuangan, seperti:

1. Domisili dan bentuk hukum suatu entitas serta yurisdiksi


tempat entitas beroperasi;
2. Penjelasan mengenai sifat operasi entitas dan kegiatan
pokoknya; dan
3. Ketentuan perundang-undangan yang menjadi landasan
kegiatan operasionalnya.

c. Prosedur dalam Sistem akuntansi keuangan daerah


15

Prosedur dalam sistem akuntansi keungan daerah pada sektor publik


terdiri dari beberapa prosedur menurut Halim (2013:84) terdiri dari:

1. Prosedur Akuntansi Penerimaan Kas


Prosedur akuntansi penerimaan kas meliputi serangkaian
proses baik manual ataupun terkomputerisasi mulai pencatatan,
pengikhtisaran atas transaksi dan/atau kejadian keuangan serta
pelaporan keuangan dalam rangka per- tanggungjawaban
pelaksanaan APBD yang berkaitan dengan penerimaan kas.
Dokumen (dokumen sumber dan dokumen pendukung) yang
digunakan pada prosedur akuntansi penerimaan kas, terdiri atas:
a) Surat Ketetapan Pajak Daerah (SKP-Daerah) dan Surat
Ketetapan Retribusi (SKR) merupakan dokumen yang
dibuat oleh pengguna anggaran untuk menetapkan
retribusi atas wajib retribusi.
b) Surat Tanda Setoran (STS) merupakan dokumen yang
diselenggarakan bendahara penerimaan untuk menyetor
penerimaan daerah atau PPK- SKPD untuk dijadikan
dokumen dalam menyelenggarakan akuntansi pada SKPD.
c) Bukti transfer merupakan dokumen atau bukti atas transfer
penerimaan daerah.
d) Nota kredit bank merupakan dokumen atau bukti dari bank
yang menunjukkan adanya transfer uang masuk ke
rekening kas umum daerah.

2. Prosedur Akuntansi Pengeluaran kas


Prosedur akuntansi pengeluaran kas meliputi serangkaian
proses baik manual atau terkomputerisasi mulai pencatatan,
pengikhtisaran atas transaksi dan atau kejadian keuangan serta
pelaporan keuangan dalam rangka pertanggung- jawaban
pelaksanaan APBD yang berkaitan dengan pengeluaran kas.
Dokumen (dokumen sumber dan dokumen pendukung) yang
digunakan pada prosedur akuntansi pengeluaran kas, terdiri atas:
a) Surat Penyediaan Dana (SPD) merupakan dokumen yang
dibuat oleh Pejabat Pengelola Keuangan Daerah (PPKD)
sebagai media atau surat yang menunjukkan tersedianya
dana untuk diserap/direalisasi.
b) Surat Perintah Membayar (SPM) merupakan dokumen
yang dibuat oleh pengguna anggaran untuk mengajukan
surat perintah pencairan dana yang akan diterbitkan oleh
bendahara umum daerah/kuasa bendahara umum daerah.
c) Kuitansi pembayaran dan bukti penerimaan lainnya
merupakan dokumen sebagai tanda bukti pembayaran.
d) Surat Perintah Pencairan Dana (SP2D) merupakan
dokumen yang diterbitkan oleh bendahara umum
daerah/kuasa bendahara umum daerah untuk mencairkan
uang pada bank yang telah ditunjuk.
e) Bukti transfer merupakan dokumen atau bukti atas transfer
pengeluaran daerah.
f) Nota debet bank merupakan dokumen atau bukti dari bank
yang menunjukkan adanya transfer uang keluar dari
rekening kas umum daerah.
16

3. Prosedur Akuntansi Selain Kas


Prosedur akuntansi selain kas meliputi serangkaian proses
baik manual ataupun terkomputerisasi mulai pencatatan,
pengikhtisaran atas transaksi dan/atau kejadian keuangan serta
pelaporan keuangan dalam rangka pertanggungjawaban
pelaksanaan APBD yang berkaitan dengan transaksi dan/atau
kejadian selain kas.
Prosedur akuntansi selain kas meliputi transaksi atau kejadian
sebagai berikut:
a) Pengesahan pertanggungjawaban pengeluaran
(pengesahan SPJ) merupakan pengesahan atas
pengeluaran/belanja melalui mekanisme uang
persediaan/ganti uang persediaan/tambahan uang
persediaan.
b) Koreksi kesalahan pencatatan merupakan koreksi atas
kesalahan pencatatan yang telah dicatat dalam buku jurnal
dan telah di-posting ke buku besar.
c) Penerimaan/pemberian hibah selain kas merupakan
penerimaan/ pengeluaran sumber ekonomi non kas yang
merupakan pelaksanaan APBD, yang mengandung
konsekuensi ekonomi bagi pemerintah daerah.
d) Pembelian secara kredit merupakan transaksi pembelian
barang/aset tetap yang pembayarannya dilakukan di masa
yang akan datang.
e) Retur pembelian kredit merupakan pengembalian
barang/aset tetap yang telah dibeli secara kredit.
f) Pemindah-tanganan atas aset tetap/barang milik daerah
tanpa konsekuensi kas merupakan pemindah-tanganan
aset tetap pada pihak ketiga karena suatu hal tanpa ada
penggantian berupa kas.
g) Penerimaan aset tetap/barang milik daerah tanpa
konsekuensi kas merupakan perolehan aset tetap akibat
adanya tukar menukar (ruilslaag) dengan pihak ketiga.

Dokumen yang digunakan pada sistem dan prosedur selain akuntansi,


terdiri atas:

a) Pengesahan pertanggungjawaban pengeluaran (pengesahan


SPJ); dan/atau
b) Berita acara penerimaan barang; dan/atau
c) Surat keputusan penghapusan barang; dan/atau
d) Surat pengiriman barang; dan/atau
e) Surat keputusan mutasi barang (antar SKPD/SKPKD); dan/atau
f) Berita acara pemusnahan barang; dan/atau
g) Berita acara serah terima barang.

4. Prosedur Akuntansi Aset


Prosedur akuntansi aset meliputi serangkaian proses, baik
manual maupun terkomputerisasi, mulai dari pencatatan dan
pelaporan akuntansi atas perolehan, hingga pemeliharaan,
rehabilitasi, penghapusan, pemindah- tanganan, perubahan
klasifikasi, dan penyusutan terhadap aset yang
17

dikuasai/digunakan. Prosedur akuntansi aset digunakan sebagai


alat pengendali dalam pengelolaan aset yang dikuasai/digunakan.
Dokumen yang digunakan:
a) Berita acara penerimaan barang; dan/atau
b) Berita acara serah terima barang; dan/atau
c) Berita acara penyelesaian pekerjaan.

d. Basis Akuntansi dalam Sistem Akuntansi Keuangan


Daerah
Menurut Halim (2013:47) menyatakan bahwa ada beberapa macam
dasar akuntansi adalah sebagai berikut:

1. Basis Kas (Cash Basis)


Basis kas (cash basis), menetapkan bahwa
pengakuan/pencatatan transaksi ekonomi hanya dilakukan apabila
transaksi tersebut menimbulkan perubahan pada kas. Apabila suatu
transaksi belum menimbulkan perubahan pada kas, maka transaksi
tersebut tidak dicatat.
2. Basis Akrual (Accrual Basis)
Basis akrual (accrual basis) adalah dasar akuntansi yang
mengakui transaksi dan peristiwa lainnya pada saat transaksi dan
peristiwa itu terjadi (dan bukan hanya pada saat kas atau setara kas
diterima atau dibayar). Oleh karena itu, transaksi-transaksi dan
peristiwa-peristiwa dicatat dalam catatan akuntansi dan diakui
dalam laporan keuangan pada periode terjadinya.
3. Basis Kas Modifikasian (Modified Cash Basis)
Menurut butir (12) dan (13) lampiran XXIX (tentang kebijakan
akuntansi) Kepmendagri RI Nomor 29 Tahun 2002 disebutkan
bahwa:
a) Basis/dasar kas modifikasian merupakan kombinasi dasar
akrual;
b) Transaksi penerimaan kas atau pengeluaran kas
dibukukan (dicatat atau dijurnal) pada saat uang diterima
atau dibayar (dasar kas).
c) Pada akhir periode dilakukan penyesuaian untuk
mengakui transaksi dan kejadian dalam periode berjalan
meskipun penerimaan atau pengeluaran kas dari
transaksi dan kejadian dimaksud belum terealisir. Jadi,
penerapan basis akuntansi ini menuntut bendahara
pengeluaran mencatat transaksi dengan basis kas selama
tahun anggaran dan melakukan penyesuaian pada akhir
tahun anggaran berdasarkan basis akrual.
4. Basis Akrual Modifikasian (Modified Accual Basis)
Basis akrual (modified accual basis) modifikasian mencatat
transaksi dengan menggunakan basis kas untuk transaksi-transaksi
tertentu dan menggunakan basis akrual untuk sebagian besar
transaksi.
18

3. Kompetensi Sumber Daya Manusia

a. Pengertian Kompetensi Sumber Daya Manusia


Kompetensi Sumber Daya Manusia adalah kemampuan dan
karakteristik yang dimiliki seseorang berupa pengetahuan, keterampilan, dan
sikap perilaku yang diperlukan dalam pelaksanaan tugas jabatanya dalam
lingkungan pekerjaanya. Dalam Penelitian Kadek Desiana Wati dkk (2015)
Menyatakan bahwa

Tingkat kompetensi dibutuhkan agar dapat mengetahui tingkat kinerja


yang diharapkan untuk kategori baik atau rata-rata. Penentu ambang
kompetensi yang dibutuhkan tentunya akan dapat dijadikan dasar
bagi proses seleksi, suksesi, suksesi perencanaa, evaluasi kinerja,
dan pengembangan Sumber Daya Manusia.

Kompetensi menurut George klemp, dalam Emron, Yohny, Imas


(2017) adalah

Karakteristik yang mendasari seseorang yang menghasilkan


pekerjaan yang efektif dan kinerja yang unggul. Pada dasar nya setiap
karyawan mempunyai ciri atau memiliki karakter berdasarkan
kemampuan yang harus di kuasai nya.

Kompetensi menurut Spencer & Spencer dalam Sudarmanto


(2014:46) adalah “karakteristik dasar perilaku individu yang berhubungan
dengan kriteria acuan efektif dan atau kinerja unggul di dalam pekerjaan
atau situasi.”

Kompetensi menurut International Federation of Accountants (2014)


dalam IAESB: Handbook of International Education Pronouncements
menyatakan bahwa:

Competence is defined as the ability to perform a work role to a


defined standard with reference to working environments. To
demonstrate competence in a role, a professional accountant must
possess the necessary (a) professional knowledge, (b) professional
skills, and (c) professional values, ethics, and attitudes.

Kompetensi didefinisikan sebagai kemampuan untuk melakukan


peran pekerjaan sesuai dengan standar yang ditetapkan dengan mengacu
pada lingkungan kerja. Untuk menunjukkan kompetensi sesuai peranannya,
seorang akuntan profesional harus memiliki (a) pengetahuan profesional
yang diperlukan, (b) keterampilan profesional, dan (c) nilai, etika, dan sikap
profesional.

Berdasarkan uraian di atas, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa


kompetensi yaitu sifat dasar yang dimiliki atau bagian kepribadian yang
mendalam dan melekat kepada seseorang serta perilaku yang dapat
diprediksi pada berbagai keadaan dan tugas pekerjaan sebagai dorongan
untuk mempunyai prestasi dan keinginan berusaha agar melaksanakan
tugas dengan efektif.
19

b. Karakteristik Kompetensi Sumber Daya Manusia


Sumber daya manusia yang berkualitas tentunya adalah tolak ukur
yang dapat dijadikan patokan atau perbandingan agar bisa mengetahui
sumber daya yang berkualitas. Dengan adanya batasan atau tolak ukur ini,
dapat dijadikan landasan dalam menentukan kualitas pribadi sumber daya
manusia.

Menurut sedarmayanti (2014:286) karakteristik kompetensi sumber


daya manusia , adalah sebagai berikut:

1. Pengetahuan (knowledge), Mencakup pengetahuan mengenai ilmu


akuntansi keuangan dan ilmu pengetahuan lainnya yang terkait,
pengetahuan mengenai kegiatan bisnis dan organisasi.
2. Ketrampilan (skill), Mencakup keterampilan teknis dan fungsional,
keterampilan intelektual, keterampilan berorganisasi, keterampilan
personal, keterampilan komunikasi dan intrapersonal.
3. Sikap (attitude) , Memiliki komitmen untuk kepentingan publik dan
sensitifitas terhadap tanggungjawab sosial, pengembangan diri dan
belajar terus menerus, dapat diandalkan, bertanggungjawab, tepat
waktu dan saling menghargai, menaati hukuman dan peraturan
yang berlaku

c. Tipe Kompetensi Sumber Daya manusia


Tipe kompetensi yang berbeda dikaitkan dengan aspek perilaku
manusia dan dengan kemampuannya mendemonstrasikan kemampuan
perilaku tersebut, dan beberapa tipe kompetensi tersebut menurut Wibowo
(2013:91) adalah sebagai berikut:

1. Planning Competency, dikaitkan dengan tindakan tertentu seperti


menetapkan tujuan, menilai resiko dan mengembangkan urutan
tindakan untuk mencapai tujuan.
2. Influence Competency, dikaitkan dengan tindakan seperti
mempunyai dampak pada orang lain, memaksa melakukan
tindakan tertentu atau membuat keputusan tertentu, dan memberi
inspirasi untuk bekerja menuju tujuan organisasional.
3. Communication Competency, dalam bentuk kemampuan berbicara,
mendengarkan orang lain, komunikasi tertulis dan nonverbal.
4. Interpersonal Competency, meliputi empati, pembangunan
konsensus, networking, persuasi, negoisasi, diplomasi, manajemen
konflik, menghargai orang lain, dan menjadi team player.
5. Thinking Competency, berkenaan dengan berpikir strategis,
berpikir analitis, berkomitmen terhadap tindakan, memerlukan
kemampuan kognitif, mengidentifikasi mata rantai dan
membangkitkan gagasan kreatif.
6. Organizational Competency, meliputi kemampuan merencanakan
pekerjaan, mengorganisasi sumber daya, mendapatkan pekerjaan,
mengukur kemajuan dan mengambil resiko yang diperhitungkan.
7. Human Resources Management Competency, merupakan
kemampuan dalam bidang team building, mendorong partisipasi,
mengembangkan bakat, mengusahakan umpan balik kinerja, dan
menghargai keberagaman.
20

8. Leadership Competency, merupakan kompetensi yang meliputi


kecakapan dalam memposisikan diri, pengembangan
organisasional, mengelola transisi, orientasi strategis, membangun
visi, merencanakan masa depan, menguasai perubahan dan
mempelopori kesehatan tempat kerja.
9. Client Service Competency, merupakan kompetensi yang berupa
pengidentifikasian dan penganalisaan pelanggan orientasi
pelayanan dan pengiriman, bekerja dengan pelanggan, tindak
lanjut dengan pelanggan, membangun partnership dan
berkomitmen terhadap kualitas.
10. Business Competency, merupakan kompetensi yang meliputi
manajemen finansial, keterampilan pengambilan keputusan bisnis,
bekerja dalam sistem, menggunakan ketajaman bisnis, membuat
keputusan bisnis dan membangkitkan pendapatan.
11. Self Management Competency, kompetensi yang berkaitan dengan
menjadi motivasi diri, bertindak dengan percaya diri, mengelola
pembelajaran sendiri, mendemonstrasikan fleksibilitas, dan
berinisiatif.
12. Technical/Operasional Competency, kompetensi yang berkaitan
dengan: mengerjakan tugas kantor, bekerja dengan teknologi
komputer, menggunakan peralatan lain, mendemonstrasikan
keahlian teknis dan profesional dan membiasakan bekerja dengan
data dan angka.

d. Faktor-faktor Pembentuk Sumber Daya Manusia


Semua organisasi tentu menginginkan sumber daya manusia mereka
memiliki kompetensi yang unggul dan handal, sehingga mampu
mendongkrak kinerja organisasi. Untuk itu diperlukan identifikasi terlebih
dahulu terhadap faktor-faktor determinan bagi kompetensi. Menurut Michael
Zwell (dalam Wibowo, 2010:339) terdapat tujuh determinan yang
mempengaruhi atau membentuk kompetensi, yakni:

1. Keyakinan dan nilai-nilai, Keyakinan terhadap diri maupun terhadap


orang lain akan sangat memengaruhi perilaku. Apabila orang
percaya bahwa mereka tidak kreatif dan inovatif, mereka tidak akan
berusaha berpikir tentang cara baru atau berbeda dalam melakukan
sesuatu.
2. Keterampilan, Keterampilan memainkan peranan di berbagai
kompetensi. Berbicara di depan umum merupakan keterampilan
yang dapat dipelajari, dipraktikkan, dan diperbaiki. Keterampilan
menulis juga dapat diperbaiki dengan instruksi, praktik dan umpan
balik.
3. Pengalaman, Keahlian dari banyak kompetensi memerlukan
pengalaman mengorganisasi orang, komunikasi di hadapan
kelompok, menyelesaikan masalah, dan sebagainya. Orang yang
tidak pernah berhubungan dengan organisasi besar dan kompleks
tidak mungkin mengembangkan kecerdasan organisasional untuk
memahami dinamika kekuasaan dan pengaruh dalam lingkungan
tersebut.
4. Karakteristik personal, Dalam kepribadian termasuk banyak faktor
yang di antaranya sulit untuk berubah. Akan tetapi, kepribadian
bukannya sesuatu yang tidak dapat berubah. Kenyataannya,
kepribadian seseorang dapat berubah sepanjang waktu. Orang
21

merespon dan berinteraksi dengan kekuatan dan lingkungan


sekitarnya.
5. Motivasi, Motivasi merupakan faktor dalam kompetensi yang dapat
berubah. Dengan memberikan dorongan, apresiasi terhadap
pekerjaan bawahan, memberikan pengakuan dan perhatian
individual dari atasan dapat mempunyai pengaruh positif terhadap
motivasi seseorang bawahan.
6. Isu-isu emosional, Hambatan emosional dapat membatasi
penguasaan kompetensi. Takut membuat kesalahan, menjadi malu,
merasa tidak disukai atau tidak menjadi bagian, semuanya
cenderung membatasi motivasi dan inisiatif. Perasaan tentang
kewenangan dapat mempengaruhi kemampuan komunikasi dan
menyelesaikan konflik dengan manajer. Orang mungkin mengalami
kesulitan mendengarkan orang lain apabila mereka tidak merasa
didengar.
7. Kapasitas intelektual, Kompetensi tergantung pada pemikiran
kognitif seperti pemikiran konseptual dan pemikiran analitis. Tidak
mungkin memperbaiki melalui setiap intervensi yang diwujudkan
suatu organisasi. Sudah tentu faktor seperti pengalaman dapat
meningkatkan kecakapan dalam kompetensi ini.
8. Budaya Organisasi, Budaya organisasi memengaruhi kompetensi
sumber daya manusia dalam kegiatan sebagai berikut:
a) Praktik rekrutmen dan seleksi karyawan
mempertimbangkan siapa di antara pekerja yang
dimasukkan dalam organisasi dan tingkat keahliannya
tentang kompetensi.
b) Semua penghargaan mengomunikasikan pada pekerja
bagaimana organisasi menghargai kompetensi.
c) Praktik pengambilan keputusan memengaruhi
kompetensi dalam memberdayakan orang lain, inisiatif,
dan memotivasi orang lain.
d) Filosofi organisasi-misi, visi dan nilai-nilai berhubungan
dengan semua kompetensi.
e) Kebiasaan dan prosedur memberi informasi kepada
pekerja tentang berapa banyak kompetensi yang
diharapkan.
f) Komitmen pada pelatihan dan pengembangan
mengomunikasikan pada pekerja tentang pentingnya
kompetensi tentang pembangunan berkelanjutan.
g) Proses organisasional yang mengembangkan pemimpin
secara langsung memengaruhi kompetensi
kepemimpinan.

4. Pengelolaan Keuangan daerah


a. Pengertian Pengelolaan Keuangan Daerah

Adapun pengertian pengelolaan keuangan daerah yang


dinyatakan oleh para ahli sebagai berikut:

Menurut Menurut Rachim (2015:30) bahwa pengertian


pengelolaan keuangan daerah adalah “pengelolaan keuangan daerah
merupakan subsistem dari sistem pengelolaan keuangan negara dan
22

merupakan elemen pokok dalam penyelenggaraan pemerintahan


daerah”.

Kemudian menurut Karianga (2017:10), mendefinisikan:

Pengelolaan keuangan daerah adalah keseluruhan kegiatan


pejabat pengelola keuangan daerah sesuai dengan kedudukan
dan kewenangannya yang meliputi kegiatan perencanaan,
pelaksanaan, pengawasan dan pertanggungjawaban.

Dan menurut Khusaini (2018:2), pengertian pengelolaan


keuangan daerah dapat diartikan sebagai

Keseluruhan kegiatan yang meliputi perencanaan, dan


pengawasan keuangan daerah Pengelolaan keuangan daerah
adalah keseluruhan kegiatan yang meliputi perencanaan,
pelaksanaan, penatausahaan, pelaporan, pertanggungjawaban,
dan pengawasan keuangan daerah.

Berdasarkan beberapa pengertian di atas, maka dapat disimpulkan


bahwa pengelolaan keuangan daerah adalah subsistem dari sistem
pengelolaan keuangan Negara dan merupakan elemen pokok dalam
penyelenggaraan pemerintahan daerah yang meliputi perencanaan,
pelaksanaan, penatausahaan, pelaporan, pertanggungjawaban, dan
pengawasan keuangan daerah.

b. Azas Umum Pengelolaan Keuangan daerah

Menurut Siregar (2015:12) keuangan daerah dikelola dengan


azas tertentu.

Keuangan daerah dikelola secara tertib, taat pada peraturan


perundangundangan, efektif, efesiensi, ekonomis, transparan,
dan bertanggung jawab dengan memperhatikan azas keadilan,
kepatutan, dan manfaat untuk masyarakat.

Berikut ini adalah uraian terhadap azas umum pengelolaan


keuangan daerah tersebut:

1. Tertib
Keuangan daerah dikelola secara tepat waktu dan
tepat guna yang didukung dengan bukti-bukti administrasi
yang dapat dipertanggungjawabkan.
2. Taat pada peraturan perundang-
undangan
Keuangan daerah dikelola dengan berpedoman pada
peraturan perundangundangan.
3. Efektif
Pencapaian hasil program dengan target yang telah
ditetapkan, yaitu dengan cara membandingkan keluaran
dengan hasil.
4. Efisiensi
Pencapaian keluaran yang maksimum dengan
masukan tertentu atau penggunaan masukan terendah untuk
mencapai keluaran tertentu.
23

5. Ekonomis
Pemerolehan masukan (input) dengan kualitas dan
kuantitas tertentu pada tingkat harga yang terendah.
6. Transparan
Prinsip keterbukaan yang memungkinkan masyarakat
untuk mengetahui dan mendapatkan akses informasi seluas-
luasnya tentang keuangan daerah.
7. Bertanggungjawab
Perwujudan kewajiban seseorang untuk
mempertanggungjawabkan pengelolaan dan pengendalian
sumber daya dan pelaksanaan kebujakan yang dipercayakan
kepadanya dalam rangka pencapaian tujuan yang telah
ditetapkan.
8. Keadilan
Keseimbangan distribusi kewenangan dan
pendanaannya dan atau keseimbangan distribusi hak dan
kewajiban berdasarkan pertimbangan yang obyektif.
9. Kepatuhan
Tindakan atau suatu sikap yang dilakukan dengan
wajar dan proporsional.
10. Manfaat
Keuangan daerah diutamakan untuk pemenuhan
kebutuhan masyarakat.

c. Indikator Pengelolaan Keuangan Daerah

Menurut Chabib Soleh dan Heru Rohcmansjah (2010:10),


prinsip-prinsip pengelolaan keuangan yang diperlukan untuk mengontrol
kebijakan keuangan daerah meliputi:

1. Akuntabilitas
Akuntabilitas mensyaratkan bahwa pengambil
keputusan berprilaku sesuai dengan mandat atau amanah
yang diterimanya. Untuk itu, baik dalam proses perumusan
kebijakan, cara untuk mencapai keberhasilan atas kebijakan
yangtelah dirumuskan berikut hasil kebijakan tersebut harus
dapat diakses dan dikomunikasikan secara vertikal maupun
horizontal kepada masyarakat.
2. Kejujuran dalam Mengelola Keuangan Publik (Probity)
Pengelolaan keuangan daerah harus dipercayakan
kepada staf yang memiliki integritas dan kejujuran yang
tinggi, sehingga kesempatan untuk korupsi dapat
diminimalkan
3. Transparansi
Transparansi adalah keterbukaan pemerintah daerah
dalam membuat kebijkan- kebijakan keuangan daerah
sehingga dapat diketahui dan diawasi oleh DPRD dan
masyarakat. Transparansi pengelolaan keuangan daerah
pada akhirnya akan menciptakan horizontal accountability
antara pemerintah daerah dengan masyarakatnya sehingga
tercipta pemerintah daerah yang bersih, efektif, efisien,
24

akuntabel dan responsif terhadap aspirasi dan kepentingan


masyarakat, yang mencakup:
a) Administrasi Temuan administrasi mengungkap
adanya penyimpangan terhadap ketentuan yang
berlaku baik dalam pelaksanaan anggaran atau
pengelolaan aset, tetapi penyimpangan tersebut
tidak mengakibatkan kerugian daerah atau potensi
kerugian daerah, tidak mengurangi hak daerah
(kekurangan penerimaan). tidak menghambat
program entitas, dan tidak mengandung unsur
indikasi tindak pidana.
4. Pengendalian
Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD)
harus sering dievaluasi yaitu dibandingkan antara yang
dianggarkan dengan yang dicapai. Untuk itu perlu dilakukan
analisis varians (selisih) terhadap pendapatan dan belanja
daerah agar dapat sesegera mungkin dicari penyebab
timbulnya varian untuk kemudian dilakukan tindakan
antisipasi ke depan.
5. Value for Money
Indikasi keberhasilan pelaksanaan otonomi daerah dan
desentralisasi adalah terjadinya peningkatan pelayanan dan
kesejahteraan masyarakat yang semakin baik, kehidupan
demokrasi yang semakin maju, keadilan, pemerataan serta
adanya hubungan yang serasi antara pusat dan daerah
serta antar daerah. Keadilan tersebut hanya akan tercapai
apabila penyelenggaraan pemerintahan daerah dikelola
dengan memperhatikan konsep value for money, yang
mencakup:
a) Ketidak hematan Temuan mengenai ketidak
hematan mengungkap adanya penggunaan input
dengan harga atau kuantitas/kualitas yang lebih
tinggi dari standar, kuantitas/kualitas yang melebihi
kebutuhan, dan harga yang lebih mahal
dibandingkan dengan pengadaan serupa pada
waktu yang sama.
b) Ketidak efektifan Temuan mengenai ketidak
efektifan berorientasi pada pencapaian hasil
(outcome) yaitu temuan yang mengungkapkan
adanya kegiatan yang tidak memberikan manfaat
atau hasil yang direncanakan serta fungsi instansi
yang tidak optimal sehingga tujuan organisasi tidak
tercapai.
25

B. Kajian Peneliti Terdahulu

Kajian penelitian terdahulu yang berkaitan dengan penelitian yang saya teliti,
yaitu sebagai berikut:
1. Penelitian yang dilakukan oleh Kadek Desiana Wati (2014)
Dalam jurnalnya berjudul “Pengaruh Kompetensi SDM, Penerapan SAP,
Dan Sistem Akuntansi Keuangan Daerah Terhadap Kualitas Laporan
Keuangan Daerah”. Terdapat persamaan penelitian terdahulu yang dilakukan
oleh Kadek Desiana Wati dengan penelitan yang sedang peneliti lakukan.
Persamaannya yaitu sama-sama menggunakan Analisis Regrensi Linier
Berganda, sama-sama memiliki tiga variabel indpenden dan variabel dependen
yang sama yaitu kualitas laporan keuangan daerah. Perbedaan pada penelitian
ini yaitu berada pada lokasi penelitian. Lokasi peneliti terdahulu di SKPD
Kabupaten Buleleng, sedangkan peneliti sekarang di Pemerintah Daerah
Kabupaten Nganjuk. Hasil penelitian menunjukkan bahwa adanya pengaruh
yang signifikan antara kompetensi SDM, penerapan SAP, dan Sistem
Akuntansi keuangan daerah terhadap kualitas keuangan daerah. Selain itu
penelitian ini juga menghasilkan bahwa masing-masing variabel bebas memiliki
pengaruh positif terhadap variabel terikat.
2. Penelitian yang dilakukan oleh Emilda Ihsanti (2014)
Dalam jurnalnya berjudul “Pengaruh kompetensi sumber daya manusia dan
penerapan sistem akuntansi keuangan daerah Terhadap kualitas laporan
keuangan daerah (Studi Empiris pada SKPD Kab. Lima Puluh Kota)”. Terdapat
persamaan antara peneliti terdahulu dengan peneliti sekarang. Persamaannya
terletak pada variabel dependen yang sama yaitu kualitas laporann keuangan
daerah. Perbedaan antara penelitian terdahulu dan peneliti sekarang terletak
pada variabel independen. Pada peneliti terdahulu hanya menggunakan dua
variabel independen sedangkan pada peneliti yang sekarang menggunakan
tiga variabel independen. Perbedaan lain terletak pada teknik analisis data.
Pada peneliti terdahulu menggunakan teknik analisis data deskriptif sedangkan
peneliti sekarang menggunakan teknik analisis data regresi linear berganda.
Lokasi peneliti terdahulu terletak pada di SKPD Kabupaten Lima Puluh Kota,
sedangkan peneliti sekarang di Pemerintah Kabuparen Nganjuk. Hasil yang
diperoleh dari peneliti terdahulu adalah kompetensi SDM dalam pengujian
hipotesis mempunyai pengaruh signifikan positif terhadap kualitas laporan
keuangan SKPD Kab. Lima Puluh Kota. Akan tetapi, penerapan SAKD tidak
berpengaruh signifikan positif terhadap kualitas laporan keuangan SKPD Kab.
Lima Puluh Kota.
3. Penelitian yang dilakukan oleh Luh Kadek Sri Megawati, Ni Luh Gede
Erni Sulindawati, Edy Sujana (2015)
Dalam jurnalnya berjudul “Pengaruh Penerapan Sistem Akuntansi
Keuangan Pemerintah Daerah, Kompetensi Sumber Daya Manusia Dan
Pengelolaan Keuangan Daerah Terhadap kualitas laporan Keuangan
Pemerintah Daerah (Studi Empiris pada Tiga Dinas Kabupaten Buleleng)”.
Terdapat persamaan penelitian terdahulu yang dilakukan dengan peneliti
sekarang. Persamaannya terletak pada variabel independen (Kompetensi
SDM, Penerapan Sistem Akuntansi Keuangan Daerah, dan Pengelolaan
keuangan daerah). dan variabel dependen (Kualitas Laporan Keuangan
Daerah) Persamaan lain terletak pada teknik analisis data yang sama-sama
menggunakan teknik analisis data regresi linear berganda. Perbedaan
penelitian terletak pada lokasi. Lokasi peneliti terdahulu di Tiga Dinas
Kabupaten Buleleng, sedangkan lokasi peneliti sekarang di Pemerintah Daerah
Kabupaten Nganjuk. Hasil yang diperoleh adalah Pengaruh Penerapan Sistem
26

Akuntansi Keuangan Pemerintah Daerah, Kompetensi Sumber Daya Manusia


Dan Pengelolaan Keuangan Daerah berpengaruh signiikan dan positif baik
secara parsial maupun simultan terhadap kualitas laporan Keuangan
Pemerintah Daerah (Studi Empiris pada Tiga Dinas Kabupaten Buleleng.
27

Tabel 1.1
Penelitian Terdahulu
No. Judul & Variabel Teknik Hasil Perbedaan
Nama analisis Penelitian
peneliti data
1. Pengaruh X1 = Analisis penelitian ini Lokasi peneliti
Kompetensi Kompetensi Regresi menunjukkan terdahulu di
SDM, SDM linear hasil bahwa SKPD
Penerapan Berganda adanya Kabupaten
SAP, Dan X2 = pengaruh Buleleng,
Sistem Penerapan yang sedangkan
Akuntansi SAP signifikan peneliti
Keuangan antara sekarang di
Daerah X3 = Sistem kompetensi Pemerintah
Terhadap Akuntansi SDM, Daerah
Kualitas Keuangan penerapan Kabupaten
Laporan Daerah SAP, dan Nganjuk
Keuangan Sistem
Daerah. Y = Kualitas Akuntansi
Laporan keuangan
Kadek Keuangan daerah
Desiana Daerah terhadap
Wati (2014) kualitas
keuangan
daerah.
Selain itu
penelitian ini
juga
menghasilkan
bahwa
masing-
masing
variabel
bebas
memiliki
pengaruh
positif
terhadap
variabel
terikat.
2. Pengaruh X1 = Analisis Hasil yang Pada peneliti
kompetensi kompetensi Data diperoleh terdahulu
sumber sumber Deskriptif adalah menggunakan
daya daya kompetensi teknik analisis
manusia manusia SDM dalam data deskriptif
dan pengujian sedangkan
penerapan X2 = hipotesis peneliti
sistem penerapan mempunyai sekarang
akuntansi sistem pengaruh menggunakan
keuangan akuntansi signifikan teknik analisis
daerah keuangan positif data regresi
Terhadap daerah terhadap linear
kualitas kualitas berganda.
28

laporan Y = kualitas laporan


keuangan laporan keuangan
daerah keuangan SKPD Kab.
(Studi daerah Lima Puluh
Empiris Kota. Akan
pada SKPD tetapi,
Kab. Lima penerapan
Puluh Kota) SAKD tidak
berpengaruh
Emilda signifikan
Ihsanti positif
(2014) terhadap
kualitas
laporan
keuangan
SKPD Kab.
Lima Puluh
Kota
3. Pengaruh X1 = Aalisis Hasil yang Perbedaan
Penerapan Penerapan Regresi diperoleh penelitian
Sistem Sistem Berganda adalah terletak pada
Akuntansi Akuntansi Pengaruh lokasi. Lokasi
Keuangan Keuangan Penerapan peneliti
Pemerintah Pemerintah Sistem terdahulu di
Daerah, Daerah Akuntansi Tiga Dinas
Kompetensi Keuangan Kabupaten
Sumber X2 = Pemerintah Buleleng,
Daya Kompetensi Daerah, sedangkan
Manusia Sumber Kompetensi lokasi peneliti
Dan Daya Sumber Daya sekarang di
Pengelolaan Manusia Manusia Dan Pemerintah
Keuangan Pengelolaan Daerah
Daerah X3 = Keuangan Kabupaten
Terhadap Pengelolaan Daerah Nganjuk.
kualitas Keuangan berpengaruh
laporan Daerah signiikan dan
Keuangan positif baik
Pemerintah Y = kualitas secara
Daerah laporan parsial
(Studi Keuangan maupun
Empiris Pemerintah simultan
pada Tiga Daerah terhadap
Dinas kualitas
Kabupaten laporan
Buleleng) Keuangan
Pemerintah
Luh Kadek Daerah (Studi
Sri Empiris pada
Megawati, Tiga Dinas
Ni Luh Kabupaten
Gede Erni Buleleng
Sulindawati,
Edy Sujana
29

(2015)
Sumber : Data diolah tahun (2021)
30

C. Kerangka Berfikir

Menurut Uma Sekaran dalam Sugiyono (2011:60), mengemukakan


bahwa “Kerangka berpikir merupakan model konseptual tentang bagaimana
teori berhubungan dengan berbagai faktor yang telah diidentifikasi sebagai
hal yang penting.” Kerangka berpikir peneliti dalam penelitian ini adalah:

1. Pengaruh Penerapan Sistem Akuntansi Keuangan Pemerintah Daerah


Terhadap Kualitas Laporan Keuangan

Sistem akuntansi keuangan pemerintah merupakan serangkaian


prosedur manual maupun yang terkomputerisasi mulai dari pengumpulan
data, pencatatan, pengikhtisaran dan pelaporan posisi keuangan dan
operasi pemerintah. Sistem akuntansi keuangan sangat berperan penting
dalam proses penyusunan laporan keuangan pemerintah daerah karena
sistem akuntansi keuangan pemerintah digunakan untuk menyediakan
informasi yang akurat dan tepat waktu mengenai anggaran dan
kegiatan keuangan pemerintah, yang berguna sebagai dasar pengukuran
kinerja, untuk menentukan ketaatan terhadap otorisasi anggaran dan untuk
tujuan akuntabilitas serta untuk menghasilkan laporan yang berkualitas.
Apabila sistem akuntansi keuangan tidak diterapkan sesuai dengan prosedur
yang ada maka akan menimbulkan hambatan dalam proses pelaksanan fungsi
akuntansi dan penyusunan suatu laporan keuangan pemerintah. Hal tersebut
akan berdampak pada kualitas suatu laporan keuangan, seperti adanya
kekeliruan laporan yang dibuat dengan standar yang telah ditetapkan
pemerintah, sehingga kualitasnya menjadi buruk. Hal ini menunjukkan bahwa
suatu sitem akuntansi keuangan yang baik sesuai dengan prosedur yang ada,
maka akan meningkatkan kualitas laporan keuangan pemerintah yang
dihasilkan.
Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 58 tahun 2005 pasal 4 ayat
(1) menyatakan keuangan daerah dikelola secara tertib, taat pada peraturan
perundangundangan, efisien, ekonomis, efektif, transparan dan bertanggung
jawab dengan memperhatikan asas keadilan, kepatutan dan manfaat untuk
masyarakat. Untuk itu agar mendapatkan suatu laporan keuangan daerah
yang berkualitas maka penerapan sistem akuntansi keuangan harus disusun
sesuai dengan prosedur atau aturan yang ada.
Hasil penelitian yang mendukung tentang pengaruh penerapan sistem
akuntansi keuangan pemerintah daerah terhadap kualitas laporan keuangan
dilakukan oleh Kadek Desiana Wati (2014) dengan hasil sistem akuntansi
keuangan daerah berpengaruh positif dan signifikan terhadap kualitas laporan
keuangan daerah. Hal ini berarti semakain tinggi tingkat penerapan sistem
akuntansi keuangan daerah, maka akan meningkatkan kualitas laporan
keuangan daerah.. Luh Kadek Sri Megawati, Ni Luh Gede Erni Sulindawati,
Edy Sujana (2015), hasil penelitiannya mengungkapkan bahwa sistem
akuntansi keuangan daerah memiliki pengaruh yang signifikan terhadap
kualitas laporan keuangan pemerintah daerah.

H1 : Diduga penerapan sistem akuntansi keuangan pemerintah daerah secara


parsial berpengaruh terhadap kualitas laporan keuangan pemerintah daerah
Kabupaten Nganjuk
31

2. Pengaruh Kompetensi Sumber Daya Manusia Terhadap Kualitas Laporan


Keuangan

Sumber daya manusia merupakan seseorang atau individu yang


mempunyai tanggungjawab untuk melaksanakan tugas. Kemampuan sumber
daya manusia sangat berperan penting dalam proses penyusunan laporan
keuangan pemerintah daerah dengan hasil laporan yang berkualitas. Sumber
daya manusia yang berkaitan langsung dengan sistem akan dituntut untuk
memiliki keahlian akuntansi yang cukup memadai atau paling tidak memiliki
kemauan untuk terus belajar dan menambah keahlian dibidang akuntansi.
Apabila sumber daya manusia yang melaksanakan sistem akuntansi tidak
memiliki keahlian dibidangnya, maka akan menimbulkan hambatan dalam
proses pelaksanan fungsi akuntansi. Kegagalan yang dialami oleh sumber
daya manusia dalam memahami serta menerapkan ilmu akuntansi akan
memiliki dampak pada laporan keuangan, seperti adanya kekeliruan laporan
yang dibuat dengan standar yang telah ditetapkan pemerintah, sehingga
kualitasnya menjadi buruk. Hal ini menunjukkan bahwa kemampuan sumber
daya manusia yang baik, akan meningkatkan kualitas laporan keuangan
pemerintah yang dihasilkan.

Berdasarkan teori keagenan (agency theory) dimana kompetensi


sumber daya manusia dalam hal ini adalah berkaitan dengan pihak agen yang
merupakan pihak pembuat laporan keuangan, haruslah memiliki kompetensi
yang sesuai dengan yang dibutuhkan dalam pembuatan laporan keuangan,
seperti telah mengerti peran dan fungsinya dalam pengelolaan keuangan,
menjalankan tugas sesuai dengan fungsi akuntansi yang semestinya,
mendapatkan pelatihan dalam penyusunan dan pembuatan laporan keuangan
dan jika perlu sudah berpengalaman dalam bidang akuntansi sehingga dapat
dengan mudah dalam pembuatan laporan keuangan yang berkualitas.

Hasil penelitian yang mendukung tentang pengaruh sumber daya


manusia terhadap kualitas laporan keuangan dilakukan oleh Kadek Desiana
Wati (2014) dengan hasil semakain baik kompetensi sumber daya manusia,
maka akan meningkatkan kualitas laporan keuangan daerah. Emilda Ihsanti
(2014) menemukan hasil bahwa bahwa kompetensi sumber daya manusia
berpengaruh signifikan positif terhadap kualitas laporan keuangan daerah. Luh
Kadek Sri Megawati, Ni Luh Gede Erni Sulindawati, Edy Sujana (2015), hasil
penelitiannya mengungkapkan bahwa kompetensi sumber daya manusia
berpengaruh signifikan terhadap kualitas laporan keuangan pemerintah
daerah.

H2 : Diduga kompetensi sumber daya manusia secara parsial berpengaruh


terhadap kualitas laporan keuangan pemerintah daerah Kabupaten Nganjuk.
32

3. Pengaruh Pengelolaan Keuangan Daerah Terhadap Kualitas Laporan


Keuangan
Pengelolaan keuangan daerah merupakan keseluruhan kegiatan yang
meliputi perencanaan, penganggaran, pelaksanaan, penatausahaan,
pelaporan, pertanggungjawaban, dan pengawasan Keuangan Daerah.
Kualitas pelaporan keuangan pemerintah harus disajikan secara wajar dan
mengungkapkan secara penuh atas kegiatan pemerintah dan sumber daya
ekonomis yang dipercayakan, serta menunjukkan ketaatan terhadap
peraturan perundang-undangan. Untuk dapat menghasilkan laporan
keuangan yang berkualitas, maka pengelolaan keuangan daerah harus benar-
benar diperhatikan. Apabila Pengelolaan keuangan daerah tidak diterapkan
dengan baik dan sesuai dengan prosedur yang ada maka akan menimbulkan
hambatan dalam proses penyusunan suatu laporan keuangan pemerintah.
Jadi dengan adanya pengelolaan keuangan daerah yang efektif dan efisien
yang dilakukan oleh pemerintah akan dapat meningkatkan kualitas laporan
keuangan yang dihasilkan. Dengan demikian masyarakat dapat melihat dan
memahami laporan keuangan yang dihasilkan sehingga bermanfaat bagi
penggunanya.

Berdasarkan Permendagri Nomor 13 tahun 2006 tentang Pengelolaan


Keuangan Daerah, Keuangan Daerah adalah semua hak dan kewajiban
daerah dalam rangka penyelenggaraan pemerintah daerah yang dapat dinilai
dengan uang termasuk di dalamnya segala bentuk kekayaan yang
berhubungan dengan hak dan kewajiban daerah tersebut. Terwujudnya
pelaksanaan desentralisasi fiskal secara efektif dan efisien salah satunya
tergantung pada pengelolaan keuangan daerah.
Hasil penelitian yang mendukung tentang pengaruh pengelolaan
keuangan daerah terhadap kualitas laporan keuangan dilakukan oleh Luh
Kadek Sri Megawati, Ni Luh Gede Erni Sulindawati, Edy Sujana (2015), hasil
penelitiannya mengungkapkan bahwa pengelolaan keuangan daerah
berpengaruh signifikan terhadap kualitas laporan keuangan pemerintah
daerah.

H3 : Diduga sistem pengelolaan keuangan daerah secara parsial berpengaruh


terhadap kualitas laporan keuangan pemerintah daerah Kabupaten Nganjuk.

4. Pengaruh Penerapan Sistem Akuntansi Keuangan Pemerintah Daerah,


Kompetensi Sumber Daya Manusia, Pengelolaan Keuangan Daerah
Terhadap Kualitas Laporan Keuangan Pemerintah Daerah
Menurut Priyatno (2012:137) Hipotesis ini digunakan untuk mengetahui
apakah secara bersama-sama variabel independent berpengaruh signifikan
terhadap variabel dependent. Dalam hal ini ditujukan untuk mengetahui
apakah variabel sistem sistem akuntansi keuangan daerah, kompetensi
sumber daya manusia, dan pengelolaan keuangan daerah berpengaruh
secara signifikan atau tidak terhadap kualitas laporan keuangan pemerintah
daerah. Maka hubungan antara sistem sistem akuntansi keuangan daerah,
kompetensi sumber daya manusia, dan pengelolaan keuangan daerah dengan
kualitas laporan keuangan daerah dapat dihipotesiskan sebagai berikut:

H4 : Diduga penerapan sistem akuntansi keuangan pemerintah daerah,


kompetensi sumber daya manusia, pengelolaan keuangan daerah secara
silmutan berpengaruh terhadap kualitas laporan keuangan pemerintah daerah
Kabupaten Nganjuk.
33
34

D. Kerangka Konseptual

Kerangka konseptual menurut (Sugiyono, 2014) adalah


Suatu hubungan yang akan menghubungkan secara teoritis antara
variabel-variabel penelitian yaitu, antara variabel independen
dengan variabel dependen yang akan di amati atau di ukur melalui
penelitian yang akan dilaksanakan.
Kerangka konseptual dari penelitian ini bertujuan untuk menggambarkan
Pengaruh Sistem Akuntansi Keuangan Pemerintah Daerah, Kompetensi Sumber
Daya Manusia, Pengelolaan Keuangan Daerah Terhadap Kualitas Laporan
Keuangan secara sistematis yang dapat digambarkan sebagai berikut:
35

Sistem Akuntansi Keuangan


Pemerintah Daerah (X1)

- Prosedur Akuntansi Penerimaan Kas


- Prosedur Akuntansi Pengeluaran Kas
- Prosedur Akuntansi Aset
- Prosedur Akuntansi Selain Kas

Abdul HalimSDM
Kompetensi (2013:84)
(X2) Kualitas Laporan Keuangan
(Y)

-Relevan
-Pengetahuan
-Andal
-Keahlian -Dapat dibandingkan
-Sikap -Dapat Dimengerti

Sedarmayanti
Pengelolaan (2014:286)
Keuangan Daerah (X3)
Abdul Hafiz Tanjung (2014:14)

-Akuntabilitas
-Kejujuran dalam Mengelola
Keuangan Publik
-Transparansi
-Pengendalian
-Value Of Money
Gambar 1.1
Kerangka Konseptual Penelitian
Habib Soleh & Heru Rohcmansjah
(2010:10)
Keterangan Konsep :
Secara Parsial
Secara Simultan

E. Hipotesis

Pengertian hipotesis menurut Sugiyono (2014:64) adalah “Jawaban


sementara terhadap rumusan penelitian dimana rumusan masalah penelitian telah
dinyatakan dalam bentuk kalimat pertanyaan.” Hipotesis merupakan dugaan
sementara yang mungkin benar dan mungkin salah, sehingga dapat dianggap atau
di pandang sebagai konklusif atau kumpulan yang sifatnya sementara, sedangkan
penolakan atau penerimaan suatu hipotesis tersebut tergantung dari hasil
penelitian terhadap faktor-faktor yang dikumpulkan, kemudian diambil suatu
kesimpulan.
Sehubungan dengan uraian diatas maka dapat dikemukakan hipotesis
dalam penelitian ini sebagai berikut:
1. H1 : Diduga penerapan sistem akuntansi keuangan pemerintah daerah secara
parsial berpengaruh terhadap kualitas laporan keuangan pemerintah daerah
Kabupaten Nganjuk.
36

2. H2 : Diduga kompetensi sumber daya manusia secara parsial berpengaruh


terhadap kualitas laporan keuangan pemerintah daerah Kabupaten Nganjuk.
3. H3 : Diduga sistem pengelolaan keuangan daerah secara parsial berpengaruh
terhadap kualitas laporan keuangan pemerintah daerah Kabupaten Nganjuk.
4. H4 : Diduga penerapan sistem akuntansi keuangan pemerintah daerah,
kompetensi sumber daya manusia, pengelolaan keuangan daerah secara
silmutan berpengaruh terhadap kualitas laporan keuangan pemerintah daerah
Kabupaten Nganjuk.
BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Variabel Penelitian
1. Identifikasi Variabel Penelitian

Sugiyono (2015:38) menyatakan bahwa variabel penelitian adalah “suatu


atribut atau sifat atau nilai dari orang, obyek atau kegiatan yang mempunyai
variasi tertentu yang ditetapkan oleh penelitian untuk dipelajari dan kemudian
ditarik kesimpulannya”.
Variabel penelitian ini terdiri dari dua macam variabel, yaitu variabel bebas
(independent variable) dan variabel terikat (dependent variable). Variabel-
variabel yang digunakan pada penelitian ini adalah:
a. Variabel bebas
Menurut Sugiyono (2015:39) variabel bebas adalah “Variabel yang
mempengaruhi atau yang menjadi sebab perubahannya atau timbulnya
variabel dependen (terikat)”.
Variabel Independent dari penelitian ini terdiri dari Sistem Akuntansi
Keuangan Pemerintah Daerah (X1) , Kompetensi Sumber Daya Manusia
(X2), dan Pengelolaan Keuangan Daerah (X3).
b. Variabel Terikat
Menurut Sugiyono (2015:39) variabel terikat adalah “variabel yang
dipengaruhi atau yang menjadi akibat, karena adanya variabel bebas”.
Variabel dependent dalam penelitian ini adalah Kualitas Laporan
Keuangan Pemerintah Daerah (Y).

2. Definisi Operasional Variabel

Yusup (2011:38) menyatakan bahwa definisi operasional adalah


“definisi yang diberikan pada suatu variabel dengan memberi arti atau
menspesifikasikan kegiatan atau membenarkan suatu operasional yang
diperlakukan untuk mengukur variabel tersebut”.
Pengertian operasional variabel ini kemudian menjadi indikator yang
meliputi:
Tabel 3.1

Variabel Penelitian, Definisi Operasional dan Indikator Penelitian

Variabel Definisi Indikator


Penelitian Operasional

Sistem Sistem akuntansi keuangan daerah 1. Prosedur Akuntansi


Akuntansi adalah serangkaian kegiatan Penerimaan Kas
Keuangan pengidentifikasian, pengukuran, 2. Prosedur Akuntansi
Pemerintah pencatatan, pengklasifikasian, Pengeluaran Kas
Daerah (X1) penguraian, penyajian, atau 3. Prosedur Akuntansi Aset
pelaporan data keuangan daerah 4. Prosedur Akuntansi
dalam rangka pertanggungjawaban Selain Kas
pelaksanaan APBD.
Halim (2013:84)
Moh. Mahsun, dkk (2016:91)
Kompetensi Karakteristik yang mendasari 1. Pengetahuan
Sumber seseorang yang menghasilkan 2. Ketrampilan
Daya pekerjaan yang efektif dan kinerja 3. Perilaku
Manusia (X2) yang unggul. Pada dasar nya
setiap karyawan mempunyai ciri
atau memiliki karakter berdasarkan Sedarmayanti (2014:286)
kemampuan yang harus di kuasai
nya.

George klemp, dalam Emron,
Yohny, Imas (2017)
Pengelolaan Keseluruhan kegiatan yang 1. Akuntabilitas
Keuangan meliputi perencanaan, dan 2. Kejujuran dalam
Daerah (X3) pengawasan keuangan daerah mengelola keuangan publik
Pengelolaan keuangan daerah 3. Transparansi
adalah keseluruhan kegiatan yang 4. Pengendalian
meliputi perencanaan, 5. Value Of Money
pelaksanaan, penatausahaan,
pelaporan, pertanggungjawaban,
dan pengawasan keuangan Habib Soleh dan Heru
daerah. Rohcmansjah (2010:10)

Khusaini (2018:2)
Kualitas Laporan yang menunjukkan kondisi 1. Relevan
Laporan keuangan perusahaan pada saat 2. Andal
Keuangan ini atau dalam suatu periode 3. Dapat dibandingkan
Pemerintah tertentu adalah laporan keuangan. 4. Dapat Dimengerti
Daerah
(Y) Kasmir (2014:7) Abdul Hafiz Tanjung
(2014:14)
Sumber : Data diolah tahun (2021)

B. Pendekatan dan Teknik Penelitian

Untuk mendapatkan data yang dikehendaki guna memperoleh


penyelesaian dan kesimpulan yang dapat dipercaya maka perlu melaksanakan
penelitian dengan menggunakan teknik dan pendekatan penelitian yang tepat.

1. Pendekatan Penelitian

Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan


kuantitatif. Sugiono (2010:12), mengatakan bahwa “Pendekatan kuantitatif
yaitu pendekatan penelitian yang menggunakan data berupa angka-angka
dan analisis menggunakan statistik.”
Alasan peneliti menggunakan pendekatan kuantitatif adalah data yang
akan dianalisis dalam penelitian ini berbentuk angka yang sifatnya dapat
diukur, rasional dan sistematik. Untuk ketetapan perhitungan sekaligus
mengurangi tingkat human eror. Digunakan program SPSS (Statistical
Product and Service Solution).

2. Teknik Penelitian

Teknik penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik


penelitian asosiatif. Menurut Sugiyono (2015:11) teknik penelitian asosiatif
adalah “teknik penelitian yang digunakan untuk mengungkapkan
permasalahan yang sifatnya hubungan sebab akibat antara dua variabel
atau lebih”.
Alasan penelitian menggunakan teknik penelitian ini yaitu karena
peneliti ingin menguji pengaruh variabel bebas yang terdiri dari sistem
akuntansi keuangan pemerintah daerah, kompetensi sumber daya manusia,
pengelolaan keuangan daerah terhadap variabel terikat yaitu kualitas
laporan keuangan pemerintah daerah yang akan diuji baik secara parsial
maupun secara simultan dengan menggunakan aplikasi SPSS.

C. Tempat dan Waktu Penelitian

1. Tempat Penelitian

Tempat penelitian Sanusi (2011:18), adalah “tempat sebenarnya


penelitian dilakukan dan peneliti menangkap keadaan dari objek yang sedang
diteliti”. Tempat penelitian yang dipilih oleh peneliti bertempat di Badan
Pengelola Keuangan dan Aset Daerah Kabupaten Nganjuk yang terletak di
Jalan Merdeka No.03, Kecamatan Nganjuk, Kabupaten Nganjuk, Provinsi
Jawa Timur.

2. Waktu Penelitian

Waktu penelitian Sanusi (2011:106), adalah “kapan saat penelitian


dilakukan”. Waktu penelitian dilakukan selama 5 bulan terhitung dibulan
Februari - Juni 2021.

D. Subyek dan Obyek Penelitian

1. Subyek

Sugiyono (2012:13) menyatakan bahwa, definisi subyek penelitian


adalah “suatu atribut sifat dan nilai dari orang, lembaga atau kegiatan yang
mempunyai variasi tertentu yang ditetapkan oleh penulis untuk dipelajari dan
kemudian ditarik kesimpulan”.
Subyek dari penelitian ini adalah Badan Pengelola Keuangan dan
aset Daerah kabupaten Nganjuk.

2. Obyek

Berdasarkan pendapat Sugiyono (2012:13), “Obyek penelitian adalah


sasaran ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan
tertentu tentang suatu hal objektif, valid, dan reliabel tentang suatu hal
(variabel tertentu)”.
Obyek yang diperoleh dari penelitian ini adalah laporan keuangan
pemerintah daerah Kabupaten Nganjuk.

E. Instrumen Penelitian
1. Pengembangan Instrumen

Menurut Sugiyono (2012:93) instrumen penelitian merupakan “alat


yang digunakan untuk mengukur nilai variabel yang diteliti. Instrumen yang
digunakan adalah kuesioner “.
Menurut Sugiyono (2015:142) kuesioner adalah “merupakan teknik
pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberi seperangkat
pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada responden untuk dijawabnya”.

Tabel 3.2
Kisi-kisi Kuesioner

No Variabel Kode Indikator Jumlah


Penelitian Indikator Pertanyaan
1 Kualitas Y1.1 Relevan 1 Item
Laporan Y1.2 Handal 1 Item
Keuangan Y1.3 Dapat Dibandingkan 1 Item
(Y) Y1.4 Dapat Dimengerti 1 Item
2 Sistem X1.1 Prosedur Akuntansi 1 Item
Akuntansi Penerimaan Kas
Keuangan X1.2 Prosedur Akuntansi 1 Item
Pemerintah Pengeluaran Kas
Daerah (X1) X1.3 Prosedur Akuntansi Aset 1 Item
X1.4 Prosedur Akuntansi 1 Item
Selain Kas
3 Kompetensi X2.1 Pengetahuan 1 Item
Sumber X2.2 Ketrampilan 1 Item
Daya X2.3 Perilaku 1 Item
Manusia
(X2)
4 Pengelolaan X3.1 Akuntabilitas 1 Item
Keuangan X3.2 Kejujuran dalam 1 Item
Daerah (X3) mengelola keuangan
public
X3.3 Transparansi 1 Item
X3.4 Pengendalian 1 Item
X3.5 Value Of Money 1 Item
Jumlah Pertanyaan 16 Item
Sumber : data diolah tahun 2021

Karena yang digunakan untuk melakukan pengukuran dengan


menghasilkan kuantitatif maka harus memiliki skala likert . Menurut Sugiyono
(2015:93) ”skala likert digunakan untuk mengukur sikap, pendapat dan
presepsi seseorang atau kelomok orang tentang fenomena sosial”.

Untuk keperluan analisis kuantitatif, instrumen ini akan dibuat dalam


bentuk checklist dan penelitian akan memberikan skor pada setiap jawaban
responden terhadap setiap indikator. Skor pada setiap pertanyaan dengan
tingkat sebagai berikut:

Tabel 3.3
Pedoman Pemberian Skor
No. Kriteria Skor
1 Sangat Setuju (SS) 5
2 Setuju (S) 4
3 Netral (N) 3
4 Tidak Setuju (TS) 2
5 Sangat Tidak Setuju (STS) 1
Sumber : Sugiyono (2015)

2. Validitas dan Reabilitas Instrumen

Instrumen penelitian (kuesioner) yang baik harus memenuhi


persyaratan yaitu valid dan reliabel. Untuk memenuhi validitas dan reabilitas
kuesioner yang perlu dilakukan pengujian atas kuesioner dengan
menggunakan uji validitas dan uji reabilitas. Karena validitas dan reabilitas
bertujuan untuk menguji apakah kuesioner yang disebarkan untuk
mendapatkan data penelitian adalah valid dan reliabel, maka untuk itu penulis
juga akan melakukan kedua uji ini terhadap instrumen penelitian (kuesioner).
a. Uji Validitas
Uji Validitas Menurut Sugiyono (2017:125) adalah “Derajat
ketetapan antara data yang sesungguhnya terjadi pada objek dengan
data yang dikumpulkan oleh peneliti.” Pengujian ini dilakukan untuk
mengetahui apakah alat ukur yang digunakan mengukur apa yang perlu
diukur. Suatu alat ukur yang validitasnya tinggi akan mempunyai tingkat
kesalahan kecil, sehingga data yang terkumpul merupakan data yang
memadai.
Uji validitas dalam penelitian ini digunakan analisis item, yaitu
mengkorelasikan skor tiap butir dengan skor total yang merupakan
jumlah dari tiap skor butir. Jika ada item yang tidak memenuhi syarat,
maka item tersebut tidak akan diteliti lebih lanjut. Syarat tersebut
menurut Sugiyono (2010:178) yang harus dipenuhi yaitu harus memiliki
kriteria sebagai berikut:
1. Jika koefisien korelasi r 0,30 maka item tersebut dinyatakan
valid,
2. Jika koefisien korelasi r 0,30 maka item tersebut dinyatakan
tidak valid.

Untuk menghitung korelasi pada uji validitas menggunakan


korelasi Pearson Product Moment yang dirumuskan sebagai
berikut:

r=

Keterangan:
𝑟 = Koefisien korelasi product moment
𝑋𝑖 = Variabel independen (variabel bebas)
𝑌𝑖 = Variabel dependen (variabel terikat)
𝑛 = Jumlah responden (sampel)
Σ𝑋𝑖𝑌𝑖 = Jumlah perkalian variabel bebas dan variabel
terikat
b. Uji Reliabilitas
Pengertian uji reliabilitas menurut Sugiyono (2017:130)
adalah
Sejauh mana hasil pengukuran dengan menggunakan
objek yang sama, akan menghasilkan data yang sama.
Suatu koefisien dikatakan reliabel atau handal jika jawaban
seseorang terhadap pernyataan konsisten atau stabil dari
waktu ke waktu.

Menurut Ghozali ( 2016:47) tujuan uji reliabilitas adalah “alat


untuk mengukur variabel. Sutau kuesioner dikatakan reliabel atau
handal jika jawaban seseorang terhadap pertanyaan adalah konsisten
atau stabil dari waktu ke waktu.”
Uji reliabilitas dilakukan terhadap butir pertanyaan atau
pernyataan yang sudah valid. Pengujian ini digunakan untuk
mengetahui seberapa jauh hasil pengukuran tetap konsisten apabila
dilakukan pengukuran dua kali atau lebih terhadap gejala yang sama
dengan menggunakan alat pengukur yang sama.
Untuk melihat reliabilitas masing-masing instrumen yang
digunakan, penulis menggunakan koefisien cronbach alpha (α)
dengan menggunakan fasilitas Statistical Product and Service
Solution (SPSS) versi 20 untuk jenis pengukuran interval. Suatu
instrumen dikatakan reliabel jika nilai cronbach alpha lebih besar dari
batasan yang ditentukan yakni 0,6 atau nilai korelasi hasil perhitungan
lebih besar daripada nilai dalam tabel dan dapat digunakan untuk
penelitian, yang dirumuskan:

𝑎=

Keterangan:
𝑎 = Koefisien reliabilitas
𝑘 = Jumlah item pertanyaan yang diuji
Σsi = Jumlah varian skor tiap item
𝑠𝑡 = Varians total

F. Teknik Pengumpulan Data

1. Sumber dan Langkah-Langkah


Pengumpulan Data

a. Sumber Data
Sumber data yang dipakai pada penelitian ini adalah data primer
dan data sekunder.
a) Data Primer
Sugiyono (2012:187), mendefinisikan bahwa “Data primer
merupakan sumber yang langsung memberikan data kepada
pengumpul data”.
Untuk mendapatkan data primer, peneliti harus
mengumpulkannya secara langsung. Teknik yang dapat
digunakan peneliti untuk mengumpulkan data primer pada
penelitian ini adalah penyebaran kuesioner pada pegawai bagian
keuangan dan pelaporan yang ada pada BPKAD Kabupaten
Nganjuk.
b) Data Sekunder
Berdasakan pendapat dari Sugiyono (2012:187),
mengatakan bahwa “Data sekunder merupakan sumber data
yang secara tidak langsung memberikan data kepada pengumpul
data misalnya lewat orang lain atau lewat dokumen”.
Data sekunder dalam penelitian ini adalah data yang
diperoleh dari berbagai informasi tertulis berupa dokumen-
dokumen yang berkaitan dengan kualitas laporan keuangan
pemerintah daerah Kabupaten Nganjuk.

2. Langkah-Langkah Pengumpulan Data


Metode pengumpulan data merupakan suatu cara atau metode yang
digunakan untuk mengumpulkan data yang berhubungan dengan variabel
penelitian. Penelitian ini menggunakan beberapa teknik pengumpulan data
yang disesuaikan dengan objek penelitian sebagai berikut:
1. Studi Kepustakaan (Library Research)
Peneliti melakukan pengumpulan data dengan menyalin data
dan menggali informasi kepustakaan sebagai sumber acuan yang
berhubungan dengan permasalahan yang ada guna mendapatkan
data-data bersifat ilmiah dan teoritis. Melalui metode ini diperoleh data
berupa teori-teori yang mendukung dalam penelitian ini.
a) Jurnal penelitian
Jurnal penelitian adalah penelaahan terhadap hasil
penelitian yang telah dilakukan secara ilmiah.
b) Riset Internet (Online Research)
Penulis berusaha untuk memperoleh berbagai data dan
informasi tambahan dari situs-situs yang berhubungan dengan
berbagai informasi yang dibutuhkan penelitian.
c) Buku
Data sekunder dapat diperoleh dari buku yang
berhubungan dengan masalah yang diteliti yang akan
digunakan sesuai dengan kebutuhan peneliti.
2. Studi Lapangan (Field Research)
Studi lapangan yaitu suatu cara untuk memperoleh data dengan
meninjau langsung objek penelitian yang akan diteliti serta mengamati
kegiatan-kegiatan yang ada di tempat penelitian berkaitan dengan
masalah yang diteliti.
a) Observasi
Observasi adalah teknik pengumpulan data yang dilaksanakan
dengan melakukan pengamatan langsung terhadap objek yang diteliti.
b) Wawancara
Wawancara dilakukan dengan tanya jawab kepada staff/pegawai
dibagian keuangan atau akuntansi yang bekerja pada Badan Pengelola
Keuangan dan Aset Daerah Kabupaten Nganjuk. Hal ini dilakukan
untuk menggali, mengumpulkan, dan menemukan informasi yang
dibutuhkan atau yang berhubungan dengan penelitian.
c) Kuesioner
Kuesioner yaitu dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang
sudah disiapkan secara tertulis dengan menyebar angket dan disertai
dengan alternatif jawaban yang akan diberikan kepada responden,
yaitu staff/pegawai dibagian keuangan atau akuntansi yang bekerja
pada Badan Pengelola Keuangan dan Aset Daerah Kabupaten
Nganjuk. Hal ini untuk mendapatkan informasi mengenai tanggapan
yang berhubungan mengenai masalah yang diteliti.
G. Teknik Analisis Data

Berdasarkan pengertian yang dikemukakan oleh Sugiyono (2015:147)


analisis data adalah
proses mencari dan menyusun secara sistematis data yang diperoleh dari
hasil wawancara, catatan lapangan dan dokumentasi untuk dipelajari dan
membuat kesimpulan sehingga mudah difahami oleh diri sendiri maupun
orang lain.

Penelitian ini menggunakan teknik analisis data kuantititatif.


Menurut Sugiyono (2015:7) metode penelitian kuantitatif dapat diartikan
sebagai berikut :
Metode penelitian yang berlandaskan ada filsafat ositivisme, diguinakan
untuk meneliti pada populasi atau sampel tertentu, pengumpulan data
menggunakan instrumen penelitian, analisis data bersifat kuantitatif atau
statistik, dengan tujuan untuk menguji hipotesis yang diterapkan.

Dalam penelitian kuantitatif digunakan teknik analisa yang akan dijabarkan


sebagai berikut:

1. Analisis Regresi Linear Berganda

Menurut Sugiyono (2018:188) “Regresi linear berganda adalah


model regresi linear dengan melibatkan lebih dari satu variable bebas
atau predictor.” Dalam bahasa inggris, istilah ini disebut dengan multiple
linear regression. Analisis ini untuk mengetahui arah hubungan antara
variabel independen dengan variabel dependen, apakah masing-masing
variabel independen berhubungan positif atau negatif dan untuk
memprediksi nilai dari variabel dependen apabila nilai variabel
independen mengalami kenaikan atau penurunan. Data yang digunakan
biasanya berskala interval atau rasio. Analisis regresi linier berganda
dalam penelitian ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh antara
variabel X1 (Sistem Akuntansi Keuangan Pemerintah Daerah), X2
(Kompetensi Sumber Daya Manusia), dan X3 (Pengelolaan Keuangan
Daerah) terhadap Y (Kualitas Laporan Keuangan Pemerintah Daerah).
Persamaan regresi linier ganda dalam penelitian ini menggunakan rumus
sebagai berikut:
Y = α + βιXι + βϨXϨ + e
Sumber: Sugiyono (2018:188)

Keterangan:
Y = Variabel Terikat (Keputusan Pembelian)
Α = Konstanta βι,
βϨ = Koefisien regresi
Xι = Varibel bebas (kualitas pelayanan)
XϨ = Variabel bebas (citra perusahaan)
E = Standar error/ variabel pengganggu

2. Analisis Koefisien
Determinasi
Analisis determinasi (R2) dalam regresi linear berganda digunakan
untuk mengetahui persentase sumbangan pengaruh variabel independen
secara serentak terhadap variabel independen. Koefisien ini menunjukkan
seberapa besar persentase variasi variabel independen yang digunakan
dalam model mampu menjelaskan variasi variabel dependen. Sugiyono
(2014) , Semakin besar koefisien determinasi (R2) maka persentase
sumbangan pengaruh yang diberikan variabel independen terhadap variabel
dependen semakin besar.

3. Uji Hipotesis

Pengujian hipotesis dalam penelitian ini bertujuan untuk mengetahui


apakah ada atau tidak ada pengaruh sistem akuntansi keuangan pemerintah
daerah, kompetensi sumber daya manusia, pengelolaan keuangan daerah
terhadap kualitas laporan keuangan pemerintah daerah, secara simultan
dan parsial. Uji hipotesis untuk korelasi ini dirumuskan dengan hipotesis nol
(H0) dan hipotesis alternatif (Ha).
a. Uji Parsial (Uji t)
Menurut Ghozali (2016:171), uji t ( individual test ) “digunakan
untuk mengetahui pengaruh dari masing-masing variabel independen
terhadap variabel dependen”.
Untuk melakukan uji t pada penelitian ini, peneliti menggunakan
alat bantu berupa aplikasi SPSS. Untuk menarik kesimpulan apakah
hipotesis diterima atau ditolak adalah dengan membandingkan
besarnya nilai hitung atau tabel dengan ketentuan sebagai berikut :
1) Signifikan < 0,05 maka hipotesis nol (H0) ditolak dan hipotesis
(Ha) diterima. Hal ini berarti ada pengaruh yang signifikan antara
variabel bebas (X) terhadap variabel terikat (Y)
2) Signifikan > 0,05 maka hipotesis nol (H0) diterima dan hipotesis
alternative (Ha) ditolak.
b. Uji Simultan (Uji F)
Menurut Ghozali (2016:171), uji F “digunakan untuk
mengetahui apakah variabel independen secara besama-sama atau
simultan mempengaruhi variabel dependen”.
Sama halnya dengan uji t tadi, untuk melakukan uji F dalam
penelitian ini, peneliti menggunakan alat bantu aplikasi berupa
SPSS. Untuk menarik kesimpulan ada tidaknya pengaruh variabel
bebas (X) secara serempak (simultan) terhadap variabel terikat (Y)
adalah dengan membandingkan nilai F hitung dengan nilai F tabel
dengan ketentuan hasil uji sebagai berikut :
1) Signifikan F < 0,05 dan F hitung > F tabel, maka H0 ditolak
dan hipotesis alternatif diterima. Hal ini berarti secara simultan
ada pengaruh yang signifikan antara variabel bebas (X)
terhada variabel terikat (Y)
2) Signifikan F > 0,05 dan F hitung < F tabel, maka H0 diterima
dan hipotesis alternatif ditolak. Hal ini berarti, secara simultan
tidak ada pengaruh yang signifikan antara variabel (X) terhada
variabel terikat (Y)
BAB IV
PENUTUP

Proposal ini merupakan rencana penelitian yang dapat digunakan untuk penelitian
dalam pembuatan tugas akhir skripsi nantinya. Harapan dari penelitian proposal seminar ini
adalah sebagai berikut:
a. Menambah wawasan ilmu dan pengetahuan serta diharapkan dapat
mempertajam daya pikir ilmiah dalam disiplin ilmu yang diteliti.
b. Menambah penambahan pemikiran bagi peneliti pengembangan ilmu
pengetahuan khususnya bagi jurusan akuntansi.
c. Memberikan referensi penelitian tentang Sistem Akuntansi Keuangan Pemerintah
Daerah yang Dihasilkan Pada Badan Pengelola Keuangan dan Aset Keuangan
Daerah Kabupaten Nganjuk..
d. Dalam proposal seminar ini dapat dilanjutkan untuk penulisan skripsi guna
memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Akuntansi (S.Ak)
e. Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan proposal ini masih banyak
kekurangan, oleh karena itu penulis mengharapkan adanya kritik dan saran yang
bersifat membangun untuk menyempurnakan penulisan proposal ini.

Anda mungkin juga menyukai