Anda di halaman 1dari 18

Mengenal Fisika Nuklir

Imam Fachruddin
(Departemen Fisika, Universitas Indonesia)

Daftar Pustaka:
• P. E. Hodgson, E. Gadioli, E. Gadioli Erba, Introductory Nuclear
Physics (Oxford U. P., New York, 2000)
• J. M. Blatt & V. F. Weisskopf, Theoretical Nuclear Physics (Dover
Publications, Inc., New York, 1991)
• W. E. Meyerhof, Elements of Nuclear Physics (McGraw-Hill Book
Co., Singapore, 1989)
Isi

• pendahuluan
• sifat-sifat inti
• ketidakstabilan inti
• radioaktivitas
• model inti
• gaya nuklir / interaksi kuat
• fisika partikel
• astrofisika nuklir
• akselerator dan detektor
• reaktor nuklir
Spin Inti

Inti terdiri dari nukleon (proton dan netron). Tiap nukleon memiliki spin
(momentum angular intrinsik).
Di dalam inti nukleon tidak diam melainkan bergerak. Karena itu, selain spin
nukleon juga memiliki momentum angular orbital.
Spin inti didefinisikan sebagai jumlah momentum angular atau momentum angular
total (terdiri dari spin dan momentum angular orbital) seluruh nukleonnya:

 A  A 
I   Si   Li
spin inti i1 i1

spin nukleon momentum angular orbital


    A  integer (A  genap)
spin inti: I  S  L , S   Si S
(2n  1) 2 (A  ganjil, n  0, 1, 2, ...)
1
i1
 A 
L   Li L  integer
i1

integer (A  genap)
I
(2n  1) 2 (A  ganjil, n  0, 1, 2, ...)
1

Dari pengamatan diperoleh, inti dengan A = genap berspin I = 0, kecuali inti


ganjil-ganjil (Z dan N keduanya ganjil) berikut:

H2 , Li6 , B1 0, N 1 4

(Sekedar info, dari sekian banyak inti ganjil-ganjil, hanya keempat inti
ganjil-ganjil di atas yang stabil.)
Spin inti pada keadaan dasar (ground state) dapat berbeda dari spin inti
pada keadaan tereksitasi (excited state). Sebutan spin inti tanpa
keterangan lebih lanjut berarti spin inti pada keadaan dasar.

Keadaan inti dengan spin I ( ψI) terdegenerasi dalam (2I + 1) keadaan ψmI:

ψ I : ψmI ,  I  m  I (m  I,  I  1, ..., I)

m  bilangan kuantum magnetik spin I


 proyeksi spin I pada sumbu quantisasi
(misal sumbu z)
Momen Listrik Inti
   
fungsi gelombang inti: ψ(r1 ,..., rZ , rZ 1 ,..., rA )
   
dengan: r1 ,..., rZ : koordinat proton, rZ 1 ,..., rA : koordinat netron
  2  A

ψ dinormalisasi sebagai berikut:  dτ   drj 
 ψ(r1 ,..., rA ) dτ  1  
 j1 
peluang mendapatkan
  inti dengan nukleon
 1 berada
  di   2
posisi r1 sampai r1  dr1 , nukleon 2 di r2 sampai r2  dr2 , ψ(r1 ,..., rA ) dτ
  
..., nukleon A di rA sampai rA  drA :

peluang mendapatkan
  nukleon
 i berada         2 A  
di posisi r sampai r  dr , nukleon yang Pi (r )dr    ψ(r1 ,..., ri-1 , r , ri1 ,..., rA )  drj dr
lain pada posisi sembarang:  j i 

       2 A 
Pi (r ) yaitu rapat peluang menemukan nukleon i: Pi (r )   ψ(r1 ,..., ri-1 , r , ri1 ..., rA )  drj
j i
Z
 
rapat muatan listrik inti: ρ( r )  e  Pi (r ) (e = muatan proton)
i1
Z Z
      2
muatan listrik inti:  ρ(r )dr  e   Pi (r )dr  e   ψ(r1 ,..., rA ) dτ  Ze
i1 i1
Momen Dipol Inti

       2
momen dipol inti dari proton i: Di  e  ri Pi (ri ) dri  e  ri ψ(r1 ,..., rA ) dτ

 Z  Z
   2
momen dipol inti dari Z proton: D   Di  e   ri ψ(r1 ,..., rA ) dτ
i1 i1

    2
f(ri )  ri ψ(r1 ,..., rA )   
f(ri )  fungsi ganjil  i ) dri  0
f( r
    2 
f( ri )  ri ψ(r1 ,..., rA )   f(ri )

 Z
   2
D  e   ri ψ(r1 ,..., rA ) dτ  0
i1

Jadi, inti tidak punya momen dipol listrik.


Momen Quadrupol Inti

Z
  2
momen quadrupol inti pada keadaan ψ: Q(ψ )  e   (3zi2  ri 2 ) ψ(r1 ,..., rA ) dτ  0
i1

Mencari Q(ψ):

 
Anggap (3zi2  ri 2 ) sebagai sebuah fungsi gelombang φ(ri ): φ(ri )  3zi2  ri 2

  2
maka: Q(ψ )   (3zi2  ri 2 ) ψ(r1 ,..., rA ) dτ
   2
  φ(ri ) ψ(r1 ,..., rA ) dτ
    
  ψ (r1 ,..., rA )φ (ri )ψ (r1 ,..., rA )dτ
   
  ψ (r1 ,..., rA )F(r1 ,..., rA )dτ

 
dengan F(r1 ,..., rA ) merupakan gabungan (coupled) dua fungsi gelombang:

    
F(r1 ,..., rA )  φ (ri )ψ (r1 ,..., rA )  ?
 
ψ (r1 ,..., rA ) memiliki momentum angular I (spin inti).

φ (ri ) mengingatkan pada polinomial Legendre orde 2 P , dan dengan begitu
2
Y
pada fungsi spherical harmonics 20, berarti memiliki momentum angular L = 2.
I 2
      
maka: F(r1 ,..., rA )  φ (ri )ψ (r1 ,..., rA )   J 1 A)
F ( r
J  I 2
,..., r

 
dengan FJ (r1 ,..., rA ) fungsi gelombang dengan momentum angular J.

Sesuai aturan penjumlahan momentum angular:


  
J  I  L (L  2) I 2  J  I 2

   
Kembali ke: Q(ψ )   ψ  (r1 ,..., rA )F(r1 ,..., rA )dτ
   
maka ditemui:  ψ (r1 ,..., rA )FJ (r1 ,..., rA )dτ = ?

momentum angular I momentum angular J


Sesuai sifat orthogonal eigenstate operator momentum angular:

    
 1 A J 1 A )dτ  0 (J  I)
ψ ( r ,..., r )F ( r ,..., r

Dengan kata lain integral di atas tidak nol jika J = I.

Ingat kembali nilai-nilai J: I  2  J  I  2

maka: I0 : J 2 JI


I  21 : 2 J 2
3 5
JI
I 1 : 1J 3 J 1 I
I  23 : 2 J 2
1 7
J  23  I
I 2 : 0J4 J 2I
I  2 : I 2  J  I 2 JI

Jadi, ditemui J = I jika I  1 , berarti Q(ψ )  0 untuk inti berspin I  0 & 1


2
.
Keadaan inti dengan spin I ( ψI) terdegenerasi dalam (2I + 1) keadaan ψm,
I

dengan m = -I, -I + 1, -I + 2, …, I.

Didefinisikan:
Q = momen quadrupol inti yaitu, momen quadrupol listrik inti untuk
keadaan ψI
I

Q(m) = momen quadrupol inti untuk keadaan ψm, dengan m  I :


I

3m2  I(I  1)
Q(m)  Q (m  I)
I(2I  1)

Z
  2
multipol: Qlm (ψ )  e   ril Ylm (θi , φi ) ψ(r1 ,..., rA ) dτ
i1

maka: muatan inti  4πQ00


4π 8π
Dz  Q10, Dx  iDy   Q1,1
3 3
16π
Q Q20
5
Momen Magnetik Inti

Sumber kemagnetan inti:


• gerakan orbital proton (partikel bermuatan listrik) dalam inti
(ingat, kemagnetan ditimbulkan oleh arus listrik = muatan
listrik yang bergerak)
• sifat magnetik intrinsik nukleon akibat spin
• sumber lain (tidak dibahas)
Momen Magnetik Nukleon

 e 
proton: μp  gp S (S dalam satuan )
2Mpc
gp  faktor gyromagnet ik proton  5.59

 e 
netron: μn  gn S
2Mpc
gn  3.83

Momen magnetik biasa dinyatakan dalam satuan magneton Bohr


untuk proton (atau disebut magneton nuklir):

e
1 magneton nuklir  μ0   5.049  10 -24 erg/gauss
2Mpc
   
Dalam satuan magneton nuklir: μp  gpS μn  gnS
Momen Magnetik Inti

operator momen magnetik:

ˆ  Z ˆ A 
ˆ 
• dari spin nukleon: μS  μ0  gp  Sk  gn  Sk 
 k 1 k  Z 1 
Z 
ˆ ˆ
• dari gerakan orbital proton: μC  μ0  Lk (L dalam satuan )
k 1

  
operator momen magnetik total: μˆ  μˆS  μˆC

Momen magnetik inti diperoleh sebagai nilai ekspektasi operator


momen magnetik inti pada keadaan ψ:
      
μ  ψ μˆ ψ   ψ  (r1 ,..., rA ) μˆ ψ (r1 ,..., rA ) dτ
Gerakan Orbital Proton

Z 
ˆ ˆ
operator momen magnetik: μC  μ0  Lk
k 1

e Z ˆ
  Lk
2Mpc k 1
e Z  ˆ   
 
2Mpc k 1
rk  pk (L  r  p , L dalam satuan )

ˆ
1 Z
 ep
 
2c k 1
rk  k
Mp

 ˆ 
 1 Z    e p
 r  k  ψ (r ,..., r ) dτ
momen magnetik: μC  
2c k 1 
ψ 
(r1 ,..., rA )
 k Mp  1 A
 
ˆ
       e p      
rapat arus proton ke-k: jk (r )   ψ (r1 ,..., rk -1 , r , rk 1 ,..., rA ) k ψ (r1 ,..., rk -1 , r , rk 1 ,..., rA )  drj
Mp jk

 1 Z   
μC   r  jk dr
2c k 1 
Momen Magnetik Inti Efektif

ˆ A ˆ A 
ˆ
operator spin inti: I   Lk   Sk
k 1 k 1

ˆ  Z ˆ Z 
ˆ A 
ˆ 
operator momen magnetik inti: μ  μ0   Lk  gp  Sk  gn  Sk 
 k 1 k 1 k  Z 1 

Tidak seperti momen magnetik nukleon, momen magnetik inti tidak


berhimpit dengan spin.

Momen magnetik inti efektif yaitu, komponen momen magnetik inti


pada arah spin:

μ
ˆ ˆ  
ˆ (μ  I ) ˆ I
μeff  I
I 2

μeff
Momen magnetik inti efektif untuk keadaan inti ψm :
I

ˆ ˆ
 I  ˆ (μ  I ) ˆ ˆ ˆ ˆ ˆ ˆ
μeff  ψm μˆeff ψmI , μeff  (Ixi  Iy j  Izk)
I2
ψmI eigenstate dari Îz , bukan eigenstate dari Îx dan Îy :

Iˆz ψmI  m ψmI Iˆx ψmI  ψmI Iˆy ψmI  ψmI

Lebih detil lagi, operasi masing-masing Îx dan Îy pada ψm menghasilkan
I

keadaan dengan nilai m yang lain (ingat Îx dan Îy kombinasi dari
operator tangga Î ). Karena itu:

ψmI Iˆx ψmI  ψmI Iˆy ψmI  0

Jadi:
ˆ ˆ
 (μ  I ) ˆ I
μeff  μeff, zkˆ μeff, z  ψmI Iz ψm
I2
Keadaan inti ψ terdegenerasi dalam (2I + 1) keadaan.
I

Didefinisikan:

μ = momen magnetik inti yaitu, μeff, z untuk keadaan ψI :


I

μ  ψII μˆeff, z ψII

μ(m) = μeff, z untuk keadaan ψm, dengan m  I :


I

μ(m)  ψmI μˆeff, z ψmI (m  I)

momen magnetik inti dapat dihitung sebagai:


μ  gμ0I
g  faktor gyromagnet ik inti
μ0  magneton nuklir
~ μ  gI
momen magnetik inti dalam satuan magneton nuklir: μ 
μ0

Anda mungkin juga menyukai