Anda di halaman 1dari 11

Rangkaian Dasar OP-AMP 2

Fatimah Azzahrah Hanifah-1906303046, Rheivisca Balqies Valentzy-1906304521


Departemen Fisika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia
Depok, Jawa Barat 16436
fatimah.azzahrah91@ui.ac.id

Ciri-ciri op-amp antara lain yaitu, memiliki dua input dengan satu output, impedansi input tinggi, impedansi output
rendah, penguat open loop tinggi, lebar pita frekuensi tak terhingga, dapat dikonfigurasikan dengan umpan balik,
dan tegangan output nol bila kedua tegangan input sama. Namun, pada kenyataan op-amp memiliki batas tertentu,
tergantung jenis metode pembuatan op-amp tersebut.

PENDAHULUAN TEORI TAMBAHAN


Operational amplifier (op-amp) dapat dikatakan Operasional amplifier (Op-Amp) adalah komponen
sebagai penguat dengan multistage yang mempunyai rangkaian penguat tinggi yang terintegrasi dalam
input differensial. Op-amp dikemas dalam rangkaian sebuah chip IC. Sebuah op-amp memiliki dua terminal
terintegrasi (IC). Adapun ciri-ciri op-amp antara lain input yaitu input inverting dan input non inverting dan
yaitu, memiliki dua input dengan satu output, satu terminal output, dimana rangkaian umpan balik
impedansi input tinggi, impedansi output rendah, dapat ditambahkan untuk mengendalikan karakteristik
penguat open loop tinggi, lebar pita frekuensi tak tanggapan keseluruhan pada operasional amplifier
terhingga, dapat dikonfigurasikan dengan umpan (op-amp). Op-amp ini digunakan untuk membentuk
balik, dan tegangan output nol bila kedua tegangan fungsi-fungsi linear atau digunakan untuk operasi non-
input sama. Namun, pada kenyataan op-amp memiliki linear.
batas tertentu, tergantung jenis metode pembuatan op-
Prinsip kerja komponen op-amp ialah dengan
amp tersebut.
membandingkan nilai kedua input yaitu input
Untuk itu, praktikan membuat rangkaian ini dengan inverting dan input non inverting. Apabila kedua input
tujuan untuk mampu mengoperasikan op-amp sebagai tersebut memiliki nilai tegangan yang sama, maka
differensial amplifier, menguji pengubah tegangan ke tegangan output akan sama dengan nol atau tidak ada.
arus, dan menguji pengubah arus ke tegangan. Sementara itu, jika ada perbedaan nilai tegangan pada
kedua input tersebut, maka op-amp akan memberikan
nilai tegangan pada outputnya.
Pada modul sebelumnya sudah dijelaskan rangkaian
linear op-amp senagai penguat diantaranya ialah
penguat inverting op-amp, penguat non inverting op-
amp, dan op-amp sebagai penjumlah. Pada modul ini
akan dijelaskan beberapa rangkaian op-amp lainnya
yaitu:
Pertama, op-amp sebagai differensial amplifier.
Differensial amplifier merupakan rangkaian penguat
yang menguatkan tegangan pada terminal input
inverting dan non inverting. Berbeda dengan
rangkaian penguat yang dibahas di modul sebelumnya
yaitu sinyal diberikan pada salah satu terminal input
dan terminal lainnya dihubungkan ke ground. Pada
penguat differensial, sinyal diberikan pada kedua
terminal input yaitu input inverting dan input non
inverting. Rangkaian op-amp sebagai penguat
differensial dapat dilihat pada gambar 3.1.
Pada dasarnya, semua penguat op-amp adalah penguat
differensial karena konfigurasi masukannya. Tetapi
dengan menghubungkan satu sinyal tegangan ke satu
terminal input dan sinyal tegangan lainnya ke terminal
input lainnya, akan menghasilkan tegangan keluaran
yang sebanding dengan perbandingan antara dua pertama. Pada rangkaian ini ditambahkan sebuah op-
sinyal tegangan input dari V1 dan V2. amp.
Karena sinyal input pada rangkaian penguat Untuk active voltage to current converter, terdapat 2
differensial diberikan pada kedua terminal input op- macam rangkaian yaitu, floating load converter dan
amp, untuk mempermudah menganalisis rangkaian ground load converter.
digunakan teori superposisi dengan asumsi setiap
Floating load converter, merupakan pengubah
sumber bekerja sendiri tanpa pengaruh sumber lain.
tegangan ke arus di mana resistor beban tidak
Maka, ketika akan menganalisis tegangan input V2,
terhubung dengan ground. Tegangan input pada
tegangan input V1 harus dihubungkan dengan ground.
rangkaian ini dihubungkan kepada terminal input non
Hal yang sama dilakukan ketika akan menganalisis
inverting. Serta, terminal input inverting dihubungkan
tegangan input V1. Hasil dari kedua analisis ini
dengan resistor input (R1). Dari rangkaian ini akan
didapatkan persamaan tegangan keluaran yaitu:
didapatkan arus output dengan persamaan sebagai
𝑅' berikut
𝑉𝑜𝑢𝑡 = 𝑉* − 𝑉,
𝑅( 𝑉10
𝐼𝑜𝑢𝑡 =
Kemudian penguat differensial memperkuat 𝑅(
perbedaan antara dua tegangan membuat jenis Ground load converter, merupakan pengubah tegang
rangkaian penguat operasional ini menjadi pengurang. ke arus di mana resistor beban terhubung dengan
Tidak seperti rangkaian penguat penjumlah yang ground. Dari rangkaian ini akan didapatkan arus
menjumlahkan tegangan input. output yang mengikuti persamaan sebagai berikut:
Terdapat dua aturan penting dalam menganalisis 𝑅'
rangkaian op-amp sebagai penguat yaitu, perbedaan 𝐼𝑜𝑢𝑡 = − 𝑉
𝑅( 𝑅' 10
tegangan antara kedua masukan op-amp adalah nol,
dan arus yang mengalir pada kedua masukan op-amp Ketiga, pengubah arus ke tegangan. Pada ujung
adalah nol. Aturan penting ini biasa disebut sebagai penerima dari sistem sinyal kontrol proses kita sering
golden rules. perlu untuk mengubah arus kembali ke tegangan.
Rangkaian ini menyediakan tegangan keluaran (Vout)
Kedua, pengubah tegangan ke arus. Pengubah yang diberikan oleh
tegangan ke arus merupakan rangkaian yang
digunakan untuk mentransformasikan suatu sumber 𝑉𝑜𝑢𝑡 = −𝐼𝑅'
tegangan menjadi sumber arus. Rangkaian dasar
pengubah tegangan ke arus dalam konfigurasi penguat dengan syarat tegangan saturasi op-amp tidak tercapai.
inverting dan penguat non inverting persamaan kinerja Resistor R pada terminal non inverting dipakai untuk
𝑒𝑖 memberikan stabilitas temperature pada konfigurasi.
ideal rangkaian ialah 𝐼 = 0 𝑅 , dapat digunakan
(
langsung berdasarkan asumsi kinerja op-amp ideal.
Pada konfigurasi inverting, sumber sinyal masukan
harus mensupply arus yang sama dengan arus beban.
Sementara itu, konfigurasi non inverting, sejumlah
arus besarnya dapat diabaikan karena akan ditarik ke
sumber sinyal.
Dalam semua konversi tegangan ke arus, op-amp yang
digunakan harus mampu menghasilkan arus beban
Gambar 2.1 Floating load converter
maksimum yang diinginkan. Selain itu, tegangan
keluaran untuk arus beban maksimum tidak boleh
melebihi rating tegangan op-amp.
Terdapat dua macam tipe pengubah tegangan ke arus
yaitu, passive voltage to current converter, merupakan
rangkaian tegangan ke arus yang hanya terdiri dari
sumber tegangan yang disusun secara seri dengan
sebuah resistor. Dan active voltage to current
converter, merupakan pengembangan dari tipe

Gambar 2.2 Ground load converter


CARA KERJA

Gambar 3.3 Rangkaian pengubah arus ke tegangan

Pada percobaan ketiga, yaitu pengubah arus ke


Gambar 3.1 Rangkaian differensial amplifier tegangan. Pada percobaan ini rangkaian disusun
seperti gambar 3.3. Pada rangkaian ini terdapat sumber
Pada percobaan pertama, yaitu op-amp sebagai tegangan sebesar 5 V, potensiometer sebesar 3kΩ,
differensial amplifier. Rangkaian yang digunakan resistor input sebesar 3kΩ, dan resistor feedback
pada percobaan ini dapat dilihat pada gambar 3.1. Pada sebesar 3kΩ.
rangkaian terdapat dua sinyal input yakni V1 yang
terhubung dengan terminal input non inverting dan V2 Potensiometer diatur sehingga didapatkan arus input
yang terhubung dengan terminal input inverting. sebesar 0,1 mA. Kemudian, akan didapatkan tegangan
Selain itu, terdapat pula dua resistor input yakni R1 keluaran pada terminal output op-amp. Lakukan hal
dan R2 dan dua resistor feedback. Pada terminal input yang sama dengan mengubah resistor sehingga
non inverting, resistor feedback terhubung dengan didapatkan arus input yang berbeda.
ground, sementara itu pada terminal input inverting,
resistor feedback terhubung dengan tegangan HASIL
keluaran. Pada percobaan pertama, yaitu op-amp sebagai
Tegangan input yang diberikan pada percobaan ini penguat differensial. Tegangan input pada rangkaian
sebesar V1= 0,2 V dan V2 = 0,3 V. Serta, besar resistor didapatkan dari V1 dan V2 yang terhubung dengan
yang digunakan ialah R1 = R2 = Rf = 6kΩ. Kemudian, kedua terminal input op-amp. Tegangan input V1 = 0,2
akan didapatkan tegangan keluaran (Vout). Lalu, ubah V dan V2 = 0,3 V. Pada percobaan ini dilakukan
variasi pada resistor feedback.
resistor feedback menjadi 50kΩ dan ukur kembali
tegangan keluarannya. Ketika resistor feedback (Rf) sebesar 6kΩ, tegangan
Pada percobaan kedua, yaitu pengubah tegangan ke keluaran (Vout) yang didapat ialah sebesar -0,1 volt.
arus. Pada percobaan ini, rangkaian disusun seperti Kemudian, ketika resistor feedback (Rf) diganti
pada gambar 3.2. Pada rangkaian ini terdapat sumber menjadi 50kΩ, menghasilkan tegangan keluaran
tegangan DC sebesar 15 V, potensiometer sebesar 1 sebesar -0,833 volt.
kΩ, dan resistor input sebesar 1kΩ. Pada percobaan kedua, yaitu pengubah tegangan ke
Potensiometer diatur sehingga didapatkan tegangan arus. Sumber tegangan pada percobaan ini berasal dari
input sebesar 1 V. Kemudian akan didapatkan arus tegangan DC sebesar 15 volt. Pada percobaan ini
output pada terminal output op-amp. Lakukan hal yang dilakukan variasi dengan mengatur potensiometer agar
sama dengan mengubah resistor sehingga didapatkan menghasilkan tegangan input.
tegangan input yang berbeda. Untuk menghasilkan tegangan input sebesar 1 volt,
potensiometer diatur pada 6,67%. Ketika tegangan
input 1 volt menghasilkan arus keluaran sebesar 1,001
mA. Saat potensiometer diatur pada 20%,
menghasilkan tegangan input sebesar 3 volt. Tegangan
input 3 volt ini menghasilkan arus keluaran sebesar 3
mA.
Pada percobaan ketiga, yaitu pengubah arus ke
tegangan. Sumber tegangan pada percobaan ini berasal
dari tegangan DC sebesar 5 volt. Sama seperti
percobaan kedua, pada percobaan ini dilakukan variasi
Gambar 3.2 Rangkaian pengubah tegangan ke arus
dengan mengatur potensiometer agar menghasilkan Pada percobaan ketiga, yaitu pengubah arus ke
arus input. tegangan. Pada pengubah arus ke tegangan akan
menghasilkan tegangan yang sebanding dengan arus
Untuk menghasilkan arus input sebesar 0,1 mA, yang diberikan. Pengubah arus ke tegangan
potensiometer diatur pada 6,4%. Saat arus input menghasilkan tegangan keluaran (Vout) ketika arus
sebesar 0,1 mA menghasilkan tegangan keluaran dihubungkan ke terminal input inverting op-amp dan
sebesar -0,302 volt. Kemudian, saat potensiometer terminal input non inverting dihubungkan ke ground.
diatur pada 72,1% menghasilkan arus input sebesar 1
mA dengan tegangan keluaran sebesar -3,001 volt. Menurut konsep virtual pendek, tegangan pada
terminal input inverting akan sama dengan tegangan
PEMBAHASAN pada terminal input non inverting. Sehingga, tegangan
pada terminal input inverting op-amp akan sama
Pada percobaan pertama, yaitu op-amp sebagai
dengan nol volt.
penguat differensial, tegangan input diberikan kepada
dua terminal input yakni input inverting dan inout non Dari percobaan ini saat arus input sebesar 1 mA dan
inverting. Karena tegangan diberikan kepada kedua resistor feedback sebesar 3kΩ menghasilkan tegangan
terminal input, maka akan menghasilkan tegangan keluaran (Vout) sebesar -0,3 volt. Dan saat arus input
keluaran yang sebanding dengan perbedaan antara dua sebesar 3 mA dan resistor feedback sebesar 3kΩ
sinyal tegangan input V1 dan V2. Tegangan input V1 menghasilkan tegangan keluaran sebesar -3 volt.
dihubungkan kebada terminal input inverting.
Sedangkan, tegangan input V2 dihubungkan kepada Dari hasil yang didapat, diketahui bahwa tegangan
terminal input non inverting. keluaran (Vout) berbanding lurus dengan arus
inputnya. Semakin besar arus input, maka akan
Pada percobaan ini didapatkan tegangan keluaran mengasilkan tegangan keluaran (Vout) yang semakin
(Vout) yang negatif. Hal ini karena, tegangan input V2 besar pula.
lebih tinggi dibandingkan dengan tegangan input V1.
Selain itu, dari percobaan ini diketahui bahwa resistor Tegangan keluaran yang dihasilkan dari percobaan ini
feedback berbanding lurus dengan tegangan keluaran. bernilai negatif didapatkan dari resistor feedback dan
Karena ketika Rf sebesar 6kΩ menghasilkan tegangan arus input. Tegangan keluaran bertanda negatif berarti
keluaran (Vout) yang lebih kecil dibandingkan ketika terdapat perbedaan fasa 180 derajat antara arus
Rf sebesar 50kΩ. masukan dan tegangan keluaran.

Pada percobaan kedua, yaitu pengubah tegangan ke KESIMPULAN


arus. Rangkaian pada percobaan ini digunakan untuk
mentransformasikan sumber tegangan menjadi sumber Berdasarkan hasil simulasi rangkaian dasar op-amp 2
arus. Rangkaian pada percobaan ini mengikuti yaitu op-amp sebagai penguat differensial, pengubah
rangkaian tipe floating load converter. tegangan ke arus, dan pengubah arus ke tegangan,
dapat diambil beberapa kesimpulan yaitu:
Menurut konsep virtual pendek, tegangan pada
terminal input inverting akan sama dengan tegangan 1. Besar tegangan keluaran (Vout) pada penguat
pada terminal input non inverting. Sehingga, tegangan differensial tergantung pada besar resistor
pada terminal input inverting op-amp akan sama feedback, resistor input, tegangan input V1,
dengan tegangan input (Vi). tegangan input V2.
2. Pada penguat differensial, tegangan keluaran
Arus output yang didapat pada percobaan ini (Vout) bernilai negatif karena tegangan input
merupakan arus umpan balik. Arus output ketika
V2 (inverting) lebih tinggi dibandingkan
resistor input (R1) sebesar 1kΩ dan tegangan input
tegangan input V1 (non inverting).
sebesar 1 volt adalah 1 mA. Sedangkan, dengan
3. Pada penguat differensial, nilai Rf
resistor input yang sama dan tegangan input sebesar 3
volt, arus output yang dihasilkan sebesar 3 mA. berbanding lurus dengan Vout. Maka,
semakin besar nilai Rf akan menghasilkan
Dari hasil yang didapat, diketahui bahwa tegangan tegangan keluaran (Vout) yang semakin
input berbanding lurus dengan arus outputnya. besar pula.
Semakin besar tegangan input yang diberikan, maka 4. Pada pengubah tegangan ke arus, untuk
akan menghasilkan arus output yang semakin besar menghasilkan arus yang lebih besar
pula. diperlukan tegangan input yang lebih besar
pula.
5. Pada pengubah arus ke tegangan, untuk
menghasilkan tegangan output yang lebih
besar diperlukan arus input yang lebih besar
pula.
6. Tanda negatif pada tegangan output di
pengubah arus ke tegangan berarti ada
perbedaan fasa 180 derajat antara arus input
dengan tegangan keluarannya.

Referensi
1. Malvino, A., & Bates, D. J. (2008). Electronic Principles.
McGraw-Hill Education.
2. Tim Penulis. Modul Praktikum Elektronika 1.
3. Anonymous.The Dfferential Amplifier. Diakses lewat
https://www.electronics-tutorials.ws/opamp/opamp_5.html
pada 29 November 2020.
4. Anonymous. Voltage to Current Converter with floating loads
(V/I). Diakses lewat
https://www.brainkart.com/article/Voltage-to-Current-
Converter-with-floating-loads-(V-I)_36002/ pada 29
November 2020.
TUGAS PENDAHULUAN
1. Buat persamaan penguatan untuk rangkaian 7.1, 7.2 dan 7.3
Jawab:
• Differensial amplifier
23
𝑉𝑜𝑢𝑡 = 𝑉 , − 𝑉 *
24
23
𝑉𝑜𝑢𝑡 = 𝑉( − 𝑉5
24
• Pengubah tegangan ke arus
678
− 𝐼9:; = 0
24
678
𝐼𝑜𝑢𝑡 =
24

• Pengubah arus ke tegangan


>,6
−𝐼1 + ?@A = 0
23
6?@A
−𝐼1 =
23
𝑉𝑜𝑢𝑡 = −𝐼1 𝑅'
2. Apa syarat utama sebuah rangkaian differensial amplifier dengan op-amp?
Jawab:
Syarat utama rangkaian differensial amplifier dengan op-amp yaitu nilai R1 harus sama
dengan R2, nilai Rf pada input inverting harus sama dengan Rf pada input non inverting.
Serta, nilai V1 tidak sama dengan V2

3. Buat skema pengukuran arus yang melewati hambatan dengan amperemeter dan buat juga
skema mengukur tegangan yang jatuh di sebuah hambatan!
Jawab:
• Skema pengukuran arus yang melewati hambatan

• Skema mengukur tegangan yang jatuh di sebuah hambatan


TUGAS AKHIR
1. Dapatkah kita menghasilkan tegangan output yang melebihi tegangan Vcc op-amp dari
sebuah tegangan input yang cukup kecil? Jelaskan!
Jawab:
Tidak bisa, karena Vcc merupakan sumber tegangan dan titik saturasi sehingga besar
tegangan output (Vout) yang dihasilkan karena peguatan seharusnya tidak melebihi
tegangan Vcc. Oleh karena itu, meskipun dengan tegangan input yang kecil dan penguatan
yang besar, Vout tidak akan bisa melebihi vcc op-amp yang digunakan.
2. Cocokkah penguatan yang dihitung dengan teori dibanding dengan kenyataan percobaan?
Jawab:
Differensial Amplifier
Vout
Rf
Simulasi Teori
6kohm -0,1 V -0,1 V
50kohm -0,833 V -0,833 V

Pengubah Tegangan ke Arus


Iout
Vin
Simulasi Teori
1V 1,001 mA 1 mA
3V 3 mA 3 mA

Pengubah Arus ke Tegangan


Vout
Iin
Simulasi Teori
0,1 mA -0,302 V -0,3 V
1 mA -3,001 V -3 V

Cocok, antara simulasi dan perhitungan teori memiliki hasil yang sama. Adapun sedikit perbedaan
karena pada simulai perhitungan lebih teliti.
3. Apa saja yang mempengaruhi kecocokan perhitungan penguatan dari teori dengan
kenyataan di rangkaian?
Jawab:
• Nilai resistor feedback dan resistor input
• Tegangan input V1 dan tegangan input V2
• Tegangan input (Vin)
• Arus input (Iin)

4. Apa kesimpulan dari percobaan yang dilakukan?


Jawab:
• Besar tegangan keluaran (Vout) pada penguat differensial tergantung pada besar
resistor feedback, resistor input, tegangan input V1, tegangan input V2.
• Pada penguat differensial, tegangan keluaran (Vout) bernilai negatif karena
tegangan input V2 (inverting) lebih tinggi dibandingkan tegangan input V1 (non
inverting).
• Pada penguat differensial, nilai Rf berbanding lurus dengan Vout. Maka, semakin
besar nilai Rf akan menghasilkan tegangan keluaran (Vout) yang semakin besar
pula.
• Pada pengubah tegangan ke arus, untuk menghasilkan arus yang lebih besar
diperlukan tegangan input yang lebih besar pula.
• Pada pengubah arus ke tegangan, untuk menghasilkan tegangan output yang lebih
besar diperlukan arus input yang lebih besar pula.
• Tanda negatif pada tegangan output di pengubah arus ke tegangan berarti ada
perbedaan fasa 180 derajat antara arus input dengan tegangan keluarannya.
SIMULASI
Percobaan 1 (Differensial Amplifier)

SIMULASI HASIL (Vout)

-0,1 V

-0,833 V

Percobaan 2 (Pengubah Tegangan ke Arus)

SIMULASI HASIL (Iout)


Vin = 1 V

1,001 mA
Vin = 3 V

3 mA

Percobaan 3 (Pengubah Arus ke Tegangan)

SIMULASI HASIL (Vout)

Iin = 0,1 mA

-0,302 V

Iin = 1 mA

-3,001 V

Anda mungkin juga menyukai