Anda di halaman 1dari 10

Rangkaian Dasar OP-AMP 2

Khalisha Haura Zahra – 2206053133, Priska Rachel Jessica Intan – 2206053202


Departemen Fisika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia
Depok, Jawa Barat 16436
khalisha.haura@ui.ac.id

Op-Amp mempunyai dua input yang berbeda yaitu input inverting dan input non-inverting. Dari kedua input
tersebut kita dapat memberikan tegangan input secara bersamaan. Hal tersebut akan membentuk rangkaian
differensial amplifier. Pada percobaan ini praktikan akan mengoperasikan Op-Amp sebagai penguat diferensial
amplifier. Op-Amp juga dapat membuat perubahan dari yang inputnya tegangan menjadi output berupa arus. Hal
ini berlaku kebalikan. Sehingga pada percobaan ini praktikan akan menguji Op-Amp sebagai pengubah tegangan
ke arus dan arus ke tegangan.

PENDAHULUAN terintegrasi (IC). Ciri-ciri op-amp antara lain yaitu


memiliki dua input dengan satu output, impedansi
Op-Amp merupakan komponen elektronika yang input tinggi, impedansi output rendah, penguatan
tersusun dalam rangkaian yang terintegrasi dalam open loop tinggi, lebar pita frekuensi tak terhingga,
bentuk chip kecil. Penggunaan Op-Amp yang sangat dapat dikonfigurasi dengan umpan balik, dan
mudah dan ukurannya yang kecil sudah banyak tegangan output nol bila kedua tegangan input sama.
memberikan manfaat bagi peralatan-peralatan listrik. Pada kenyataan op-amp memiliki nilai batas tertentu,
Op-Amp dapat disusun menjadi penguat linier dan tergantung jenis metode pembuatan op-amp tersebut.
tidak linier. Susunan rangkaian yang akan dibuat oleh
praktikan akan mempengaruhi tingkat baiknya suatu Selain itu, op-amp juga dapat menghasilkan arus dari
Op-Amp bekerja. input tegangan atau sebaliknya. Beberapa rangkaian
amplifier dengan op-amp dapat mengontrol output
Pada percobaan ini Op-Amp akan disusun sebagai yang dihasilkan dari input yang dimasukkan,
konfigurasi diferensial dimana penguatnya digunakan misalnya input arus akan mengontrol output tegangan
pada subtractor. Praktikan akan menggunakan dua atau input tegangan akan mengontrol output arus.
buah input secara bersamaan disertai dengan dua Maka dari itu, Op-Amp dapat berperan sebagai
buah masukan Vcc dan -Vee. Praktikan akan konverter atau pengubah arus ke tegangan dan
menggunakan input berupa DC. Konfigurasi ini tegangan ke arus.
disebut sebagai konfigurasi diferensial amplifier.
Praktikan akan mengoperasikan konfigurasi ini TEORI TAMBAHAN
sehingga didapatkan nilai tegangan output yang
sebanding dengan perbedaan kedua input. Op-Amp sebagai diferensial amplifier merupakan
rangkaian yang mempunyai satu sinyal tegangan ke
Selain itu, pada percobaan ini praktikan juga akan satu input dan sinyal tegangan lainnya ke input
menguji Op-Amp sebagai pengubah tegangan ke lainnya sehingga akan menghasilkan dua input yang
arus. Dimana input berupa tegangan dapat membuat berbeda. Perbedaan kedua input tersebut akan
output berubah menjadi arus. Op-Amp juga dapat dikuatkan dan menghasilkan output yang sebanding
disusun untuk mengubah input berupa arus menjadi dengan perbedaan kedua input. Karakteristik CMRR
output berupa tegangan. Praktikan akan sangat penting pada rangkaian ini karena tipikalnya
menggunakan potensiometer untuk mengubah sinyal input adalah differential voltage yang kecil dan
tegangan atau arus menjadi suatu nilai tertentu dan common-mode voltage yang besar. Melalui rangkaian
menggunakan multimeter untuk melihat perubahan pada gambar 5.1 Nilai penguatan dapat dihitung
tegangan dari potensiometer seta mengukur tegangan menggunakan rumus berikut.
output.
−Rf 2
TEORI DASAR A=
R2
Operational amplifier (op-amp) dapat dikatakan (1)
sebagai penguat dengan multistage yang mempunyai
input diferensial. Op-amp dikemas dalam rangkaian
Op-Amp dapat berfungsi sebagai pengubah arus
menjadi tegangan yang disebut dengan the
transimpedance amplifier. Rangkaian ini
menggunakan umpan balik negatif yang akan
menghasilkan impedansi input yang rendah.
Tegangan output dapat ditingkatkan dengan
meningkatkan nilai resistor feedback (Rf). Melalui
rangkaian pada gambar 3.1. transimpedance amplifier
dapat dirumuskan sebagai berikut.

Vout
A=
Iin
(2)

−IinRinA 0 Gambar 3.2. Rangkaian Transkonduktansi Amplifier


A=
Iin
(3)

−A 0
A= Rf (4)
1+ A 0 CARA KERJA
Op-Amp dapat berfungsi sebagai pengubah tegangan Pada percobaan pertama praktikan menyusun
menjadi arus yang disebut dengan transkonduktansi rangkaian seperti pada gambar 4.1. Kemudian
amplifier. Rangkaian Op-Amp ini akan membuat arus praktikan mengatur V1 sebesar 0.2 V dan V2 sebesar
3 Universitas Indonesia 2022 sebanding dengan 0.3 V, mencatat Vout yang terukur menggunakan
tegangan tertentu. Pada gambar 3.2 terlihat bahwa Voltmeter, dan mengubah Rf (Rf1 dan Rf2) menjadi
terdapat feedback negatif. Tegangan feedback ini 50 KΩ, kemudian mencatat Vout yang terukur.
bergantung pada nilai VD (perbedaan tegangan Setelah itu, praktikan melakukan kalkulasi Vout
input). Ketika terdapat beban berupa kapasitor maka berdasarkan teori dan membandingkan hasil
pengisian dan pengosongan kapasitor mempunyai percobaan dan teori pada bagian analisis.
laju tetap.
Pada percobaan kedua praktikan menyusun rangkaian
Konverter tegangan ke arus dapat juga dirangkai seperti pada gambar 4.2. Kemudian praktikan
dengan menghubungkan secara langsung salah satu mengatur P1 hingga didapat nilai tegangan V = 1V,
ujung load dengan ground. Pada rangkaian ini ketika mencatat arus output Iout, mengubah variable resistor
nilai Rf dan RL sangat kecil maka Op-Amp menjadi hingga mendapat Vin yang sesuai dengan variasi
saturasi karena arus keluar nya sangat besar. yang sudah ditentukan, lalu mengulangi langkah yang
sudah dilakukan. Setelah itu, praktikan melakukan
kalkulasi hubungan antara tegangan dengan arus pada
bagian analisis.
Pada percobaan ketiga praktikan menyusun rangkaian
seperti pada gambar 4.3. Kemudian praktikan
mengatur P1 hingga mendapatkan arus sebesar
500μA. Kemudian praktikan hasil tegangan output
dari percobaan yang dilakukan, kemudian mencatat
pada tabel sesuai dengan ketentuan modul. Lalu
praktikan mengubah variable resistor sehingga arus
Gambar 3.1. Rangkaian Transimpedance Amplifier input menjadi 800μA dan 1200μA dan mengulangi
langkah yang sudah dilakukan sebelumnya. Setelah
itu, praktikan melakukan kalkulasi hubungan antara
tegangan dengan arus pada bagian analisis.
Gambar 4.1 Differential amplifier
Gambar 5.2. Rangkaian Pengubah Tegangan ke Arus
(Floating Load Converter)

Gambar 4.2. Pengubah Tegangan ke Arus (Floating Load


Converter)

Gambar 5.3. Rangkaian Pengubah Arus ke Tegangan

Tabel 5.1. Hasil Percobaan 1 Differential amplifier

Gambar 4.3. Pengubah Arus ke Tegangan

HASIL

Tabel 5.2. Hasil Percobaan 2 Pengubah Tegangan ke Arus


(Floating Load Converter)
Gambar 5.1. Rangkaian Differential amplifier
Pada percobaan ini, praktikan diminta untuk
mengubah variabel resistor sampai Vin = 1V.
Namun, pada tegangan yang terbaca di multimeter
praktikan tidak dapat mengatur tegangan input
sampai 1V ketika potensiometer diputar sampai
batasnya. Potensiometer tersebut hanya bisa sampai
pada tegangan 0.224 V. Hal-hal tersebut mungkin
dapat terjadi karena Op-Amp yang tidak ideal,
potensiometer yang rusak ketika dipasang pada
rangkaian, dan rangkaian yang tidak ideal.
Pada percobaan ketiga praktikan melakukan
konverter dari arus ke tegangan. Jika dihitung dengan
persamaan konverter arus ke tegangan yaitu Vout = -
Iin x Rf terdapat perbedaan hasil dengan percobaan
yang dilakukan praktikan. Seharusnya jika sesuai
Tabel 5.3. Hasil Percobaan 3 Pengubah Arus ke Tegangan dengan teori nilainya adalah -0.00094 V, -0.00141 V,
dan -0.00094 V. Pada rangkaian percobaan ini
terdapat Rf sebagai resistor feedback yang dapat
meningkatkan tegangan output. Dari variasi yang
dilakukan praktikan, seharusnya arus input yang
semakin besar akan membuat tegangan output
semakin besar karena Vout ≈ Iin. Pada percobaan ini,
praktikan diminta untuk mengubah variabel resistor
dari potensiometer sampai mendapatkan arus sebesar
500μA. Namun, praktikan tidak dapat mengatur
PEMBAHASAN variabel resistor sampai 500μA, potensiometer
tersebut hanya bisa sampai 0.3μA. Hal-hal tersebut
Pada percobaan pertama jika dihitung dengan yang tidak sesuai dengan teori dapat terjadi karena
persamaan Vout = Rf/Rin (V2 - V1) terdapat Op-Amp yang tidak ideal, potensiometer yang rusak
perbedaan hasil antara teori dengan percobaan yang ketika dipasang pada rangkaian, dan rangkaian yang
dilakukan praktikan. Ketika nilai Rf nya diubah tidak ideal.
menjadi lebih besar maka nilai Vout nya akan
semakin besar. Hal tersebut dapat terjadi karena Rf KESIMPULAN
sebagai resistor feedback akan memperbesar output
dengan perbedaan yang kecil antara V2 dan V1 dari Op-Amp sebagai diferensial amplifier dipasangkan
pengurangan V2 dengan V1 sehingga penguatannya pada dua input yang berbeda. Pada rangkaian ini
juga semakin besar. Seharusnya jika nilai V1 lebih perbedaan kecil antara V2 dengan V1 dari
besar daripada V2 maka tegangan output akan negatif pengurangan kedua tegangan tersebut akan
dan jika V2 lebih besar daripada V1 maka output menghasilkan tegangan output yang sebanding
akan positif. Namun, pada hasil percobaan 1 disetiap dengan perbedaan kedua input. Tegangan output akan
variasi kedua dimana V2 > V1 nilai tegangan output bernilai negatif jika V2 < V1 dan berlaku sebaliknya.
tidak negatif. Hal-hal tersebut dapat terjadi karena Op-Amp yang digunakan sebagai pengubah tegangan
Op-Amp yang tidak ideal dan trainer board yang ke arus akan memberikan nilai arus output yang
mungkin bermasalah sehingga didapatkan hasil sebanding dengan tegangan tertentu. Namun,
tegangan yang tidak sesuai dengan seharusnya. praktikan gagal menguji Op-Amp sebagai konverter
pengubah tegangan ke arus sehingga didapatkan hasil
Pada percobaan kedua jika dihitung dengan yang tidak sesuai dengan teori. Selain itu, pada
persamaan konverter tegangan ke arus yaitu Ii = Iout percobaan ini Op-Amp yang digunakan sebagai
= Vin/R didapatkan hasil yang berbeda antara teori konverter arus ke tegangan, tegangan outputnya akan
dengan hasil percobaan. Nilai seharusnya adalah bernilai negatif dan besarnya Vout ≈ Iin.
47μA, 8.72 μA, dan 3.8 μA. Dimana nilai Iout
tersebut akan sebanding dengan tegangan tertentu. Referensi
Praktikan memvariasikan nilai Vin menjadi lebih 1. Malvino, A., & Bates, D. J. (2008). Electronic Principles.
kecil maka jika sesuai dengan teori ketika Vin diatur McGraw-Hill Education.
menjadi lebih kecil, Iout nya juga semakin kecil. 2. Nuryanto, Lilik Eko. (2017). Penerapan Dari OP-AMP
(Operational Amplifier), 13 (1), 43 - 50. Diakses dari:
https://jurnal.polines.ac.id/index.php/orbith/article/view/950/ Samueli School of Engineering:
773 http://www.seas.ucla.edu/brweb/papers/Journals/BR_SSCM_
3. Electrical 4U. (2021). Voltage to Current Converters (V to I 1_2019.pdf
Converters). Diambil kembali dari Electrical 4U: Voltage to 5. Electronic Maker. (t.thn). Current to Voltage Converter.
Current Converter (V to I Converter) | Electrical4U Diambil kembali dari Electronic
4. UCLA Samueli School of Engineering. (2019). The
Transimpedance Amplifier. Diambil kembali dari UCLA
LAMPIRAN

Simulasi

Simulasi Percobaan 1

Simulasi Hasil

V1 = 0.2 V

V2 = 0.3 V

Rf1 = 8 kΩ
Rf1 = 8 kΩ

Vout = -100mV

V1 = 0.2 V

V2 = 0.3 V

Rf1 = 50 kΩ
Rf1 = 50 kΩ

Vout = -625 mV
Simulasi Percobaan 2

Simulasi Hasil

P1 = 5k

Iout = -994 mikroampere

V1 = 1.09 V

P1 = 5k

Iout = -995 mikroampere

V1 = 1.98 V
P1 = 5k

Iout = -996 mikroampere

V1 = 3.07 V

Simulasi Percobaan 3

Simulasi Hasil

Vin = 15 V
P1 = 5k

Iin = 517 μA
Vout = -2.59 V
Vin = 15 V
P1 = 5k

Iin = 883 μA
Vout = -4.17 V

Vin = 15 V
P1 = 5k

Iin = 1.21 mA
Vout = -4.91 V

Anda mungkin juga menyukai