Anda di halaman 1dari 29

Praktikum Rangkaian Elektronika II

LAPORAN PRAKTIKUM
RANGKAIAN ELEKTRONIKA II

PERCOBAAN 1
KARAKTERISTIK OP-AMP

Disusun Oleh:

REVA RIKAT ASIH


2D JTD
1841160019

PROGRAM STUDI JARINGAN TELEKOMUNIKASI DIGITAL


JURUSAN TEKNIK ELEKTRO
POLITEKNIK NEGERI MALANG
2019

PERCOBAAN I
KARAKTERISTIK OP-AMP

1. 1.Tujuan

Politeknik Negeri Malang 1


Praktikum Rangkaian Elektronika II

• Mempelajari Pengoperasian penguat inverting.


• Mempelajari Pengoperasian penguat non inverting.
• Mempelajari Pengoperasian penguat penjumlah.
• Mempelajari karakteristik common mode rejection pada op amp.

1.2. Alat dan Bahan


• Modul Praktikum 1 buah
• Osiloskop Dual Trace 1 buah
• Power Supply 1 buah
• Generator Fungsi 1 buah
• Kabel Penghubung secukupnya

1.3.Teori Dasar

a. Prinsip Kerja Op-Amp


Prinsip kerja sebuah operasional Amplifier (Op-Amp) adalah membandingkan
nilai kedua input (input inverting dan input non-inverting), apabila kedua input
bernilai sama maka output Op-amp tidak ada (nol) dan apabila terdapat perbedaan
nilai input keduanya maka output Op-amp akan memberikan tegangan output.
Operasional amplifier (Op-Amp) dibuat dari penguat diferensial dengan 2 input.
Sebagai penguat operasional  ideal , operasional amplifier (Op-Amp) memiliki
karakteristik sebagai berikut :
Impedansi Input (Zi) besar = ∞
Impedansi Output (Z0) kecil= 0
Penguatan Tegangan (Av) tinggi = ∞
Band Width respon frekuensi lebar = ∞
V0 = 0 apabila V1 = V2 dan tidak tergantung pada besarnya V1.
Karakteristik operasional amplifier (Op-Amp) tidak tergantung temperatur / suhu.

b. Op- Amp sebagai Penguat Inverting

Secara garis besar, terdapat 4 pin utama dari Op-Amp, yaitu masukan
inverting (tanda minus), masukan noninverting (tanda plus), masukan tegangan
positif, masukan tegangan negatif dan pin keluaran. Di samping pin tersebut terdapat
satu pin untuk adjustment. Beberapa penerapan Op-Amp diantaranya adalah:

Politeknik Negeri Malang 2


Praktikum Rangkaian Elektronika II

Penguat Inverting
Rangkaian untuk penguat inverting adalah seperti yang ditunjukkan gambar (2).

Gambar 2
Rangkaian Penguat Inverting

Penguat ini memiliki ciri khusus yaitu sinyal keluaran memiliki beda fasa sebesar 180 o. Pada
rangkaian penguat yang ideal memiliki syarat bahwa tegangan masukan sama dengan 0 dan
impedansi masukan tak terhingga. Sehingga dari rangkaian tersebut dapat diperoleh rumus
penguat adalah sebagai berikut :

dimana i- = 0, maka

               
Substitusi persamaan (2) dan (3) ke persamaan (1) sehingga diperoleh

 
Tanda (-) negatif menunjukkan terjadi pembalikan pada keluarannya atau memiliki beda fasa
sebesar 1800 dengan masukannya

b. Op- Amp sebagai Penguat Non Inverting


Rangkaian untuk penguat non-inverting adalah seperti yang ditunjukkan gambar (3).

Politeknik Negeri Malang 3


Praktikum Rangkaian Elektronika II

Gambar 3
Rangkaian Penguat Non-Inverting

Penguat tersebut dinamakan penguat non-inverting karena masukan dari penguat tersebut
adalah masukan non-inverting dari Op Amp. Tidak seperti penguat inverting, sinyal keluaran
penguat jenis ini sefasa dengan sinyal masukannya. Seperti pada rangkaian penguat inverting
syarat ideal sebuah penguat adalah tegangan masukan sama dengan 0 dan impedansi masukan
tak terhingga. sehingga dari rangkaian tersebut dapat diperoleh rumus penguat adalah sebagai
berikut :                                    

Substitusi persamaan (5) dan (6) ke persamaan (1) sehingga diperoleh 

Rangkaian penguat inverting maupun non-inverting biasanya menggunakan IC Op-Amp 741.


Dengan memahami prinsip kerja dari rangkaian ini, maka rangkaian pengembangan dari
rangakaian Op-Amp ini seperti rangkaian ADC (Analog to Digital Converter), DAC (Digital
to Analog Converter), Summing (penjumlahan) dan yang lainnya juga dapat dipahami.
Berikut datasheet dari IC 741:

Gambar 4
IC 741

Politeknik Negeri Malang 4


Praktikum Rangkaian Elektronika II

c. Common Mode Rejection pada Op-Amp


Parameter CMRR (Commom Mode Rejection Ratio) pada sebuah Op-Amp
merupakan salah satu parameter yang penting dan menentukan kualitas dari penguat
operasional (Op-Amp) tersebut. Dimana semakin tinggi nilai parameter CMRR
(Commom Mode Rejection Ratio) ini maka Op-Amp memiliki respon frekuensi yang
semakin baik. Parameter CMRR ini cukup penting untuk menunjukkan kinerja op-
amp tersebut. Op-amp dasarnya adalah penguat diferensial dan mestinya tegangan
input yang dikuatkan hanyalah selisih tegangan antara input v1 (non-inverting)
dengan input v2 (inverting). Karena ketidak-idealan op-amp, maka tegangan
persamaan dari kedua input ini ikut juga dikuatkan. Parameter CMRR diartikan
sebagai kemampuan op-amp untuk menekan penguatan tegangan ini (common mode)
sekecil kecilnya. CMRR didefenisikan dengan rumus CMRR = ADM/ACM yang
dinyatakan dengan satuan dB. Contohnya op-amp dengan CMRR = 90 dB, ini artinya
penguatan ADM (differential mode) adalah kira-kira 30.000 kali dibandingkan
penguatan ACM (commom mode). Kalau CMRR-nya 30 dB, maka artinya
perbandingannya kira-kira hanya 30 kali. Kalau diaplikasikan secara real, misalkan
tegangan input v1 = 5.05 volt dan tegangan v2 = 5 volt, maka dalam hal ini tegangan
diferensialnya (differential mode) = 0.05 volt dan tegangan persamaan-nya (common
mode) adalah 5 volt.

d. Op-Amp sebagai Penguat Penjumlah

Rangkaian adder atau penjumlah sinyal dengan Op-amp adalah konfigurasi Op-
Amp sebagai penguat dengan diberikan input lebih dari satu untuk menghasikan
sinyal ouput yang linier sesuai dengan nilai penjumlahan sinyal input dan faktor
penguatan yang ada. Pada umumnya rangkaian adder/penjumlah dengan Op-Amp
adalah rangkaian penjumlah dasar yang disusun dengan penguat inverting atau non
inverting yang diberikan input lebih dari 1 line. Rangkaian adder/penjumlah secara
sederhana  dapat dilihat pada gambar berikut. Rangkaian Adder/Penjumlah Inverting
Pada operasi adder/penjumlah sinyal secara inverting, sinyal input (V1, V2, V3)

Politeknik Negeri Malang 5


Praktikum Rangkaian Elektronika II

diberikan ke line input penguat inverting berturut-turut melalui R1, R2, R3. Besarnya
penjumlahan sinyal input tersebut bernilai negatif karena penguat operasional
dioperasikan pada mode membalik (inverting). Besarnya penguatan tegangan (Av)
tiap sinyal input mengikuti nilai perbandingan Rf dan Resistor input masing-masing
(R1, R2, R3).

1.4.Prosedur Percobaan
A. Penguat Op-Amp Inverting
1. Hubungkan rangkaian sebagai berikut:

R F 10K Ω

RR
10K Ω
-
-

Function
+
Generator
1KHz

Gambar 1.1 Rangkaian Penguat Op-Amp Inverting


2. Set generator pada fungsi 1 kHz, serta naikkan amplitudonya sampai
mencapai 1Vpp, amati serta catat besar Vout dan fasa yang terjadi.

3. Ganti nilai RR dengan nilai resistansi seperti tertera dalam tabel 1.1 serta
amati Vout dan fasanya, lengkapi tabel 1.1.

B. Penguat Non Inverting


1. Menghubungkan rangkaian seperti pada gambar 1.2 berikut:

Politeknik Negeri Malang 6


Praktikum Rangkaian Elektronika II

+
+

Gambar 1.2 Rangkaian Penguat Non Inverting


2. Ulangi langkah pada prosedur pecobaan penguat Op-Amp Inverting untuk
langkah 2-3 serta lengkapi Tabel 1.2.

C. Common Mode Rejection


1. Menghubungkan rangkaian seperti pada gambar3 1.
di bawah ini:

-
-

Gambar 1.3 Rangkaian Common Mode Rejection


2. Set generator frekuensi sebesar 4 Vpp 1kHz kemudian hubungkan ke input
rangkaian. Catat nilai output rangkaian pada tabel 1.3.

3. Ganti nilai R1 dengan hambatan yang tertera pada Tabel 1.3. Lengkapi
tabel 1.3!

D. Penguat Penjumlah

Politeknik Negeri Malang 7


Praktikum Rangkaian Elektronika II

1. Menghubungkan rangkaian seperti pada gambar di bawah ini:

Gambar 1.4 Rangkaian penguat penjumlah


2. Berikan tegangan input V1 = 1Vpp, 1kHz dan V2= 2Vpp, 1 kHz.
3. Sambungkan nilai R1 dengan hambatan 3.3k
4. Amati nilai tegangan keluaran op-amp!
5. Ubah nilai hambatan R1 sesuai dengan nilai yang tertera pada Tabel 1.4
dan ulangi langkah 4.

6. Lengkapi Tabel 1.4

1.5 Hasil Percobaan


1.5.1 Data Percobaan Penguat Op-Amp Inverting
Tabel 1.1 Hubungan antara VIN dan Vout Penguat Op-Amp Inverting

RR Vinp- Voutp-p (V) fasa


Gain
RF (kΩ p
Teor Simulas Prakte Teor Simulas Prakte Teor Simulas Prakte
) (V) i i k i i k i i k
10 1 -1 -0.99 1.13 -1 -1 1.13 180º 180º 180º

10 3,3 1 -3.03 -3.023 3.17 -3.03 -3.02 3.17 180º 180º 180º
kΩ 4.7 1 -2.13 -2.12 2.26 -2.13 -2.128 2.26 180º 180º 180º
33 1 -0.3 -0.35 0.314 -0.3 -0.30 0.314 180º 180º 180º

1.5.2 Data Percobaan Penguat Op-Amp Non Inverting


Tabel 1.2 Hubungan antara VIN dan Vout Penguat Op-Amp Non Inverting

RR Vinp- Voutp-p (V) fasa


Gain
RF (kΩ p
Teor Simulas Prakte Teor Simulas Prakte Teor Simulas Prakte
) (V) i i k i i k i i k

Politeknik Negeri Malang 8


Praktikum Rangkaian Elektronika II

10 1 2 1.985 2.38 2 2 2.38 0º 0º 0º

10 3,3 1 1.33 1.322 1.63 1.33 1.33 1.63 0º 0º 0º


kΩ 4.7 1 1.47 1.465 1.25 1.47 1.47 1.25 0º 0º 0º
33 1 4.3 4.285 4.52 4.3 4.32 4.52 0º 0º 0º

Politeknik Negeri Malang 9


Praktikum Rangkaian Elektronika II

1.5.3 Data Percobaan Common Mode Rejection Op-Amp


Tabel 1.3 Hasil Pengamatan Common Mode Rejection

Vinp-p Voutp-p (V)


R1
RF
(kΩ) (V) Teori Simulasi Praktek

10 4 -0 -118.26µ 2.82

10 3,3 4 -4.06 -4.047 4.3


kΩ 4.7 4 -2.25 -2.245 2.45
33 4 1.39 1.39 1.63

1.5.4 Data Percobaan Penguat Penjumlah


Tabel 1.4 Hubungan antara VIN dan Vout Penguat Penjumlah

R2, R1 V1p-p V2p-p Voutp-p (V) Gain Vin=V1 fasa

RR (kΩ) (V) (V) Teori Simulasi Praktek Teori Simulasi Praktek Teori Simulasi Praktek

3,3 1 2 5.05 5.023 4.71 5.05 5.04 4.71 _ 184.09º 180º


10
4.7 1 2 4.13 4.119 5.21 4.13 4.15 5.21 180º 187.49º 180º
kΩ
33 1 2 2.30 2.299 4.27 2.30 2.30 4.27 180º 180.68º 180º

Politeknik Negeri Malang 10


Praktikum Rangkaian Elektronika II

1.5.5 Data TEORI Penguat Op-Amp Inverting

Vinp- Vout
RR Voutp-p (V) || Gain
RF p p-p
(kΩ)
(V) (V) Teori

10 1 -1
3,3 1 -3.03
4.7 1 -2.13

10
kΩ

33 1 -0.3

Politeknik Negeri Malang 11


Praktikum Rangkaian Elektronika II

1.5.6 Data TEORI Penguat Op-Amp Non Inverting

Vinp-p Voutp-p (V)


RR
RF
(kΩ) (V) Teori

10 1 2
3,3 1 1.33
4.7 1 1.47

10
kΩ

33 1 4.3

Politeknik Negeri Malang 12


Praktikum Rangkaian Elektronika II

1.5.7 Data TEORI Common Mode Rejection

Vinp-p Voutp-p (V)


R1
RF
(kΩ) (V) Teori

10 4 -0
3,3 4 -4.06
4.7 4 -2.25

10
kΩ

33 4 1.39

1.5.8 Data TEORI Penguat Penjumlah

Politeknik Negeri Malang 13


Praktikum Rangkaian Elektronika II

V2p- Voutp-p (V1)


R2, R1 V1p-p
p
RR (kΩ) (V)
(V) Teori

3,3 1 2
4.7 1 2

10
kΩ
33 1 2

Politeknik Negeri Malang 14


Praktikum Rangkaian Elektronika II

1.5.9 Data Simulasi dan Praktek Penguat Op-Amp Inverting

RR Vin Voutp-p (V) Voutp-p (V)


RF (kΩ p-p
) (V) Simulasi Praktek

10 1

3,3 1

10
kΩ

4.7 1

33 1

Politeknik Negeri Malang 15


Praktikum Rangkaian Elektronika II

GAIN

Politeknik Negeri Malang 16


Praktikum Rangkaian Elektronika II

1.5.10 Data Simulasi dan Praktek Penguat Op-Amp Non-Inverting

RR Vin Vout Voutp-p (V) Voutp-p (V)


RF (k p-p p-p
Simulasi Praktek
Ω) (V) (V)
10
kΩ

1.98
10 1
5

1.32
3,3 1
2

1.46
4.7 1
5

33 1 4.28
5

Politeknik Negeri Malang 17


Praktikum Rangkaian Elektronika II

GAIN

Politeknik Negeri Malang 18


Praktikum Rangkaian Elektronika II

1.5.11 Data Simulasi dan Praktek Common Mode Rejection Op-Amp


VIN
R1 VOUTP-P (V)
P-
RF (k P
Ω) Simulasi Praktek
(V)

10 4 -0

3,3 4 -4.06

10
kΩ

4.7 4 -2.25

33 4 1.39

Politeknik Negeri Malang 19


Praktikum Rangkaian Elektronika II

1.5.12 Data Simulasi dan Praktek Penguat Penjumlah


R V
Voutp-p (V) v1
R2 1 V1p 2p
, (k -p -p
RR Ω (V) (V Simulasi Praktek
) )

3,
1 2 5.023
3

10 4.
1 2 4.119
kΩ 7

33 1 2 2.299

Politeknik Negeri Malang 20


Praktikum Rangkaian Elektronika II

GAIN

1.5.13 Data Perhitungan Fasa Penguat Op-Amp Inverting

RR Vinp Bed
R -p
(kΩ a BEDA FASA
F
) (V) fasa
10
k

10 1 180º

3,3 1 180º

Politeknik Negeri Malang 21


Praktikum Rangkaian Elektronika II

4.7 1 180º

33 1 180º

1.5.14 Data Perhitungan Fasa Penguat Op-Amp Non Inverting

Politeknik Negeri Malang 22


Praktikum Rangkaian Elektronika II

1.6 Analisis Hasil Praktikum


Analisis hasil praktikum dibuat berdasarkan pada capaian pembelajaran sub bahasan
(1.1). Analisis meliputi:

1. Bentuk umum persamaan tegangan output pada penguat op-amp inverting

Politeknik Negeri Malang 23


Praktikum Rangkaian Elektronika II

2. Analisis fasa tegangan output pada penguat op-amp inverting

Rangkaian inverting akan menguatkan sinyal masukan dan sinyal


keluarannya akan memiliki fasa yang berbeda 1800 dengan sinyal
masukannya.

3. Bentuk umum persamaan tegangan output pada penguat op-amp non inverting

4. Analisis fasa tegangan output pada penguat op-amp non inverting

Politeknik Negeri Malang 24


Praktikum Rangkaian Elektronika II

Output Simulasi Rangkaian non-inverting


Rr=3.3kΩ

Hasil gelombang pada simulator


menunjukkan bahwa sinyal input dan
output pada penguat op-amp non inverting
memiliki beda fasa 0º atau bisa disebut
juga memiliki fasa yang sama. Karena kedua gelombang berada pada titik yang
sama. Dengan sinyal input yang diberikan pada terminal input non-invering,
maka besarnya penguat tegangan rangkaian Op-Amp Non-inverting tergantung
pada Rin-Rf yang dipasang.

5. Perbedaan output penguat op-amp inverting dan non-inverting

Op-Amp Inverting

Op-Amp Non Inverting

Tegangan output inverting akan berbeda fasa 180º dari tegangan input. Sedangkan
rangkaian non inverting ini penguatan yang ada di tegangan output akan sefasa (0º)
dari tegangan inputnya, atau jika inputnya berupa tegangan positif, outputnya juga
berupa tegangan positif

Politeknik Negeri Malang 25


Praktikum Rangkaian Elektronika II

6. Analisis fenomena tegangan output pada percobaan common mode rejection

Berdasarkan hasil teori, simulasi dan praktek pada percobaan Common


Mode Rejection dapat analisa

Output Op-Amp Common Mode Rejection dengan RF = 10kΩ


dan RR = 10kΩ

Ketika nilai beban RF = RR maka nilai tegangan pada output akan bernilai
nol sehingga tidak ada sinyal output yang dihasilkan. Oleh karena itu, tidak
ada nilai fase.

Politeknik Negeri Malang 26


Praktikum Rangkaian Elektronika II

Output Op-Amp Common Mode Rejection dengan RF = 10kΩ dan RR =


3,3kΩ

Output Op-Amp Common Mode Rejection dengan RF = 10kΩ dan RR =


4,7kΩ
Ketika nilai beban RF > RR maka nilai output pada tegangan akan bernilai
negatif yang artinya Op-Amp yang bekerja sebagai penguat tegangan
pembalik pada tegangan input negatif (V-). Maksud dari pembalik adalah
bahwa hasil penguatan yang ada ditegangan output Op-Amp akan berbeda
180º dari tegangan input.

Politeknik Negeri Malang 27


Praktikum Rangkaian Elektronika II

Output Op-Amp Common Mode Rejection dengan RF = 33kΩ dan RR =


33kΩ

Ketika nilai beban RF < RR maka nilai output pada tegangan akan bernilai positif
yang artinya Op-Amp yang bekerja sebagai penguat tegangan dan tegangan input
positif (V+). Pada rangkaian ini penguatan yang ada ditegangan output Op-Amp akan
sefase (0º) dari tegangan inputnya.
7. Bentuk umum persamaan tegangan output pada penguat penjumlah

Politeknik Negeri Malang 28


Praktikum Rangkaian Elektronika II

1.7 Kesimpulan
Kesimpulan diperoleh berdasarkan analisis hasil praktikum yang
mengacu pada capaian pembelajaran.

1. Masukan V+ dan V− menghasilkan keluaran Vo =


A(V+ − V−) dimana penguatan loop terbuka A
harganya terbatas dan berbanding terbalik dengan
frekuensi. Hal ini menandakan bahwa output yang
dihasilkan memiliki beda fasa sebesar 180º dengan
inputnya penguat yang menghasilkan beda fasa yaitu
inverting dan penjumlah inverting

2. Tegangan output pada penguat inverting lebih besar


dari 1 kali tegangan input

3. Tegangan output pada penguat penjumlah inverting


lebih besar dari 1 kali tegangan input

4. Semakin besar resistor maka semakin besar tegangan


pada penguat inverting maupun penjumlah inverting

1.8 Referensi
https://jaluntoro22.wordpress.com/2010/05/16/dasar-dan-karakteristik-op-amp/
https://www.elprocus.com/common-mode-rejection-ratio-cmrr-operational-
amplifier/
http://elektronika-dasar.web.id/operasional-amplifier-op-amp/
http://pentassaya.blogspot.com/2014/12/penguat-inverting-dan-non-inverting.html

Politeknik Negeri Malang 29

Anda mungkin juga menyukai