BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
mempunyai peranan penting dalam bidang kesehatan yaitu sebagai vektor DBD.
DBD disebabkan oleh virus dan terdapat di daerah tropik. Cara penularannya
liurnya yang mengandung anti koagulan (zat anti pembekuan darah) supaya darah
mudah disedot yang juga mengandung virus dengue, sehingga air liur yang
tercemar virus tadi menular ke manusia yang menjadi korban gigitannya. Bila
penderita digigit nyamuk penular, maka virus dalam darah ikut terhisap masuk ke
dalam lambung nyamuk, selanjutnya virus akan memperbanyak diri dan tersebar
diberbagai jaringan tubuh dan siap untuk ditularkan kepada orang lain.
(2008) nyamuk Ae. aegypti adalah nyamuk yang sangat mampu beradaptasi dan
berkembang biak pada kontainer (highly adapted container breeder). Nyamuk Ae.
sekitarnya (Hidayat et al., 1997). Selain itu juga nyamuk ini lebih menyukai
habitat dengan sedikit bahan organik sebagai sumber makanan pada saat stadium
larva.
8
9
Golongan : animalia
Filum : Arthropoda
Kelas : insecta
Ordo : Diptera
Famili : culicidae
Subfamili: culicinae
Genus : aedes
Spesies : Aedes sp
Lebih dari 50% fauna yang menghuni muka bumi adalah serangga. Selama
ini kehadiran beberapa jenis serangga telah mendatangkan manfaat bagi manusia,
misalnya lebah madu, ulat sutera, serangga penyerbuk atau musuh alami hama
disebabkan oleh virus yang ditularkan oleh nyamuk Aedes aegypti. Virus
(Kardinan, 2003).
(holometabola), dari telur, larva (jentik), pupa, hingga imago (dewasa). Selama
10
bertelur, seekor nyamuk betina mampu meletakkan 100-400 butir telur. Biasanya,
misalnya di bak yang airnya jernih dan tidak berhubungan langsung dengan tanah
(Kardinan, 2003).
1. Telur Nyamuk
Telur berwarna hitam seperti sarang tawon, diletakkan satu demi satu
dipermukaan atau sedikit dibawah permukaan air dalam jarak 2 cm dari dinding
tempat perindukan. Telur dapat bertahan sampai berbulan-bulan pada suhu -20C
sampai 420C. Namun bila kelembaban terlampau rendah, maka telur akan menetas
dalam waktu 4hari. Dalam keadaan optimal perkembangan telur sampai menjadi
yang disimpan dalam keadaan kering maka akan menunjukkan kemampuan daya
tetas telur rendah. Telur yang disimpan selama 12 minggu, masih menunjukkan
spesies tersebut selama kondisi iklim yang tidak menguntungkan (WHO, 2003).
Agustina (2006) dalam Novelani (2007), telur yang disimpan selama dua minggu
11
sudah mulai mengkerut dan kering. Walau penetasan telur yang disimpan juga
lebih lama dibandingkan dengan waktu penetas telur yang masih dalam keadaan
2. Larva
Telur menetas menjadi larva setelah 7 hari. Posisi nyamuk Aedes aegypti
tersebut berada dalam air. Larva menjadi sangat aktif, yakni membuat gerakan
keatas dan kebawah jika air terguncang. Namun jika sedang istirahat, jentik akan
diam dan tuuhnya membentuk sudut terhadap permukaan air. Jentik akan
mengalami empat kali proses pergantian kulit (instar). Proses ini menghabiskan
waktu 7-9 hari. Setelah ini jentik berubah menjadi pupa (Kardinan, 2003).
3. Kepompong (Pupa)
fase tanpa makan dan sangat sensitif terhadap pergerakan air. Stadiun ini hanya
berlangsung 2-3 hari tetapi dapat diperpanjang sampai 10 hari pada suhu rendah,
lebih ramping dibandingkan larva. Pupa aedes aegypti berukuran lebih kecil
Menurut sungkar (2005) dalam putri (2008), pupa terdiri atas sefalotoraks,
kaki pengayuh yang lurus dan runcing. Jika terganggu, pupa akan bergerak cepat
12
air.
4. Nyamuk Dewasa
jantan keluar terlebih dahulu dari kepompongnya, baru disusul nyamuk betina dan
nyamuk jantan tersebut akan tetap tinggal di dekat sarang nyamuk sampai betina
keluar dari kepompong. Setelah nyamuk betina keluar, maka nyamuk jantan akan
nyamuk betina hanya kawin sekali saja. Selama perkembangan telur tergantung
kepada beberapa faktor yaitu temperatur, kelembaban dan spesies dari nyamuk.
Sedangkan umur nyamuk betina bisa mencapai 10 hari (Dirjen P2M & PLP 2004,
dan stadium dewasa. Hal ini menyangkut tempat dan waktu nyamuk meletakkan
telur, perilaku perkawinan, perilaku menggigit jarak terbang (fight range) dan
perilaku istirahat (resting habit) dari nyamuk dewasa dan faktor-faktor lingkungan
nyamuk. Kebiasaan hidup/ bionomik dari nyamuk Aedes aegypti tersebut, terdiri
dari:
13
menyukai darah manusia daripada darah binatang. Nyamuk Aedes aegypti betina
Aedes aegypti hidup di dalam dan sekitar rumah sehingga makanan yang
diperoleh semuanya sudah tersedia. Boleh dikatakan bahwa nyamuk betina sangat
menghisap darah terutama pada pagi hari jam 08.00 – 12.00 dan sore hari jam
– pindah berkali - kali dari satu indiviu ke individu yang lain (Soegijanto, 2006).
Hal ini disebabkan pada siang hari orang sedang aktif, sehingga nyamuk yang
nyamuk terbang menggigit orang lagi sampai cukup darah untuk pertumbuhan
dan perkembangan telurnya. Pada nyamuk perkotaan lebih suka menggigit pada
waktu siang hari (90%) dan waktu malam (10%). Nyamuk desa hanya menggigit
siang saja. Kejadian tersebut kemungkinan juga sinar lampu di perkotaan ikut
mandi, kamar kecil, maupun di dapur. Nyamuk ini jarang ditemukan di luar
permukaan istirahat yang mereka suka adalah di bawah furnitur, benda yang
14
tergantung seperti baju dan korden, serta di dinding. Kebiasaan hinggap istirahat,
gelap, dan tempat-tempat lain yang terlindung, juga di dalam sepatu. Keadaan
inilah yang menyebabkan penyakit DBD menjadi lebih mudah terjadi (Ditjen
PPM&PL. 2001).
air bersih di dalam rumah ataupun berdekatan dengan rumah, dan air bersih
a. Tempat penampungan air (TPA) yaitu tempat menampung air guna keperluan
b. Bukan tempat penampungan air (non TPA) yaitu tempat - tempat yang biasa
seperti tempat minum hewan piaraan, kaleng bekas, ban bekas, botol, pecahan
c. Tempat penampungan air alami (TPA alami/ natural) seperti lubang pohon,
lubang batu, pelepah daun, tempurung kelapa, kulit kerang, pangkal pohon
4. Jarak Terbang
nyamuk. Pada waktu terbang nyamuk memerlukan oksigen lebih banyak, dengan
15
demikian penguapan air dari tubuh nyamuk menjadi lebih besar. Untuk
mempertahankan cadangan air di dalam tubuh dari penguapan maka jarak terbang
Aktifitas dan jarak terbang nyamuk dipengaruhi oleh 2 faktor yaitu: faktor
eksternal dan faktor internal. Eksternal meliputi kondisi luar tubuh nyamuk
internal meliputi suhu tubuh nyamuk, keadaan energi dan perkembangan otot
nyamuk. Meskipun Aedes aeegypti kuat terbang tetapi tidak pergi jauh-jauh,
darah, dan tempat istirahat ada dalam satu rumah. Keadaan tersebut yang
dari tempat perindukannya, hal tersebut disebabkan oleh pengaruh angin atau
5. Lama hidup
delapan hari. Selama musim hujan, saat masa bertahan hidup lebih panjang, hal ini
faktor abiotik dan biotik. Faktor abiotik seperti curah hujan, temperatur, dan
evaporasi dapat mempengaruhi kegagalan telur, larva dan pupa nyamuk menjadi
16
imago. Demikian juga faktor biotik seperti predator, parasit, kompetitor dan
itu juga ditentukan oleh kandungan air kontainer seperti bahan organik, komunitas
mikroba, dan serangga air yang ada dalam kontainer itu juga berpengaruh
terhadap siklus hidup Aedes aegypti. Selain itu bentuk, ukuran dan letak kontener
(ada atau tidaknya penaung dari kanopi pohon atau terbuka kena sinar matahari
mempunyai pengaruh nyata terhadap flukstuasi populasi Aedes aegypti. Suhu juga
berpegaruh terhadap aktifitas makan, dan laju perkembangan telur menjadi larva,
larva menjadi pupa dan pupa menjadi imago. Faktor suhu dan curah hujan
2008).
demam berdarah tidak akan berjalan efektif jika dilakukan secara simultan dan
terpadu. Jika salah satu lingkungan saja tidak ikut berpartisifasi, lingkungan
tersebut bisa menjadi sumber infeksi serangan nyamuk demam berdarah. Usaha-
1. Pengendalian lingkungan
2. Pengendalian biologi
3. Pengendalian genetik
misalnya semak belukar dan got. Pengendalian secara mekanis lain yang bisa
a. Insektisida
potongan, keratin, atau segmen tubuh, seperti kita lihat pada bagian tubuh
18
saraf.
b. Pembagian insektisida
2) Racun kontak
akan mati bila insektisida dalam jumlah yang cukup masuk kedalam
baru sehingga srangga akan mati dalam beberapa hari karena proses
tiourea.
4) Racun metabolisme
mitokondria.
6) Insektisida nabati
2007).
1. Pengertian Ovitrap
populasi yang rendah dan survey larva dalam skala luas tidak produktif (misalnya
BI < 5), sebaik pada keadaan normal. Secara khusus, ovitrap digunakan untuk
(Sayono, 2008)
Ovitrap standar berupa gelas kecil bermulut lebar dicat hitam bagian
luarnya dan dilengkapi dengan bilah kayu atau bambu (pedel) yang dijepitkan
vertikal pada dinding dalam. Gelas diisi air setengahnya hingga ¾ bagian dan
21
ditempatkan di dalam dan di luar rumah yang diduga menjadi habitat nyamuk
Aedes aegypti. Ovitrap memberikan hasil setiap minggu, namun temuan baru
dapat memberikan hasil tiap 24 jam. Pedel diperiksa untuk menemukan dan
dilakukan.
a. Media Ovitrap
(DEPKES RI, 2010). Sebuah penelitian mengenai kaleng bekas telah dilakukan
dan hasilnya penggunaan Lethal Ovitrap (LO) dari kaleng bekas memiliki dampak
pernah dilakukan antara kain tetron warna merah, kain kantong terigu, kertas
saring, dan karet ban warna merah, hasilnya pada ovistrip kain tetron warna merah
c. Kasa Penutup
menghisap darah sampai telur dikeluarkan, biasanya antara 3-4 hari. Jangka waktu
tersebut disebut 1 siklus gonotropik (gonotropic cycle) (Depkes RI, 2010). Tidak
semua nyamuk akan bertelur pada hari ke-3 maupun ke-4 dan untuk memperoleh
hasil yang maksimal pada penelitian ini diberi tambahan waktu selama 1 hari.
I. Zat Atraktan
Atraktan adalah sesuatu yang memiliki daya tarik atau dapat mengundang
(fisik). Atraktan dari bahan kimia dapat berupa senyawa ammonia, CO2, asam
laktat, actenol dan asam lemak. Zat atau senyawa tersebut berasal dari bahan
manusia. Atraktan fisika dapat berupa getaran suara dan warna, baik warna tempat
menyebabkan cedera bagi binatang lain dan manusia, dan tidak meninggalkan
yang berbeda untuk mengirim pesan. Hal ini analog dengan atau bau yang
dan spesifisitas yang tinggi. Sistem reseptor yang mengabaikan atau menyaring
23
pesan-pesan kimia yang tidak relevan disisi lain dapat mendeteksi pembawa zat
dalam konsentrasi yang sangat rendah. Deteksi suatu pesan kimia merangsang
(Sayono, 2008).
versi aslinya. Air rendaman jerami dibuat dari satu kilogram jerami kering,
dipotong dan direndam dalam satu liter air selama 7 hari. Air rendaman disaring
agar bersih kemudian satu liter air rendaman jerami ditambah dengan sembilan
liter aquades untuk mendapatkan air rendaman jerami dengan konsentrasi 10%.
Air rendaman jerami menghasilkan CO2 dan ammonia, suatu senyawa yang
rendaman jerami mengandung ammonia 3,74 mg/l, CO2 total 23,5 mg/l, asam
laktat 18,2 mg/l. Octenol 1,6 mg/l dan asam lemak 17,1 mg/l (Purnamasari, 2010).
Selulosa
Batang 14,5 9,60 66,80 16,21 25,04
Pucuk 10,16 8,46 61,46 12,65 25,57
Kelopak 23,55 18,01 59,99 6,39 21,04
Daun 26,76 23,38 58,92 11,18 19,20
Sumber : Pengembangan Industri Papan Semen Pulp, BPPI, ir. Muchji
Dari tabel 1 terlihat bahwa kurang lebih 60% dari jerami terdiri atas
dari dua molekul glukosa yang berikatan. Tempat istirahat (resting place) yang
24
paling di gemari Aedes aegypti adalah vegetasi yang ditemukan tumbuh di sekitar
tempat perindukan yang tidak secara langsung terkena oleh pancaran sinar
matahari.
Hanya nyamuk betina yang menggigit dan menghisap darah serta memilih
darah manusia untuk mematangkan telurnya. Sedangkan nyamuk jantan tidak bisa
menggigit dan menghisap darah melainkan hidup dari sari bunga tumbuh-
tumbuhan.
J. Kerangka Teori
Nyamuk Dewasa
(Aedes aegypti)
25
Tempat Untuk
Berkembang Biak
Ovitrap
(perangkap Telur)
- Media kaleng
- Media tempurung
- Media bambu
Air Rendaman
Jerami sebagai
Atraktan
Keberadaan Larva
Aedes Aegypti