Anda di halaman 1dari 25

Makalah Kewirausahaan

“PENGELOLAAN KEUANGAN”

Dosen Pengampu :

Dra. Flores Tanjung, M.A

Dita Eka Pratiwi, S.E., M.Si &

Oleh :
Kelompok 9

Irmayanti (3182121014)

Putri Alawiyah (3183321029)

Rizky Wahyudi (3193121012)

KELAS: B REGULER 2018

UNIVERSITAS NEGERI MEDAN


FAKULTAS ILMU SOSIAL
PENDIDIKAN SEJARAH
2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan atas kehadirat Allah SWT., yang telah memberikan
rahmat serta hidayah kepada kita semua, sehingga berkat karunia-Nya penulis
dapat menyelesaikan Makalah Tugas Rutin ini dengan judul “Pengelolaan
Keuangan”. Penulisan Makalah Tugas Rutin ini merupakan salah satu tugas yang
diberikan dalam Mata Kuliah Kewirausahaan.

Dalam penulisan Makalah Tugas Rutin ini penulis merasa banyak


kekurangan baik pada teknis penulisan maupun materi, mengingat akan
kemampuan yang penulis miliki. Dan untuk itu kritik dan saran dari semua pihak
sangat penulis harapkan demi penyempurnaan pembuatan Makalah Tugas Rutin
ini.

Akhir kata penulis mengucapkan terima kasih semoga dapat bermanfaat


dan bisa menambah pengetahuan bagi pembaca.

Medan, September 2021

Kelompok 9
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...................................................................................i

DAFTAR ISI.................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN.............................................................................1

A. Latar Belakang....................................................................................1
B. Rumusan Masalah...............................................................................1
C. Tujuan Masalah..................................................................................1

BAB II PEMBAHASAN...............................................................................2

A. Perhitungan Biaya Produksi Dan Harga Produk................................2


B. Pencatatan Laporan Keuangan...........................................................9

BAB III PENUTUP.....................................................................................21

A. Kesimpulan.......................................................................................21
B. Saran.................................................................................................21

DAFTAR PUSTAKA..................................................................................22
BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
pengelolaan keuangan merupakan suatu kegiatan pengelolaan dana
dalam kehidupan sehari-hari yang dilakukan oleh individu atau kelompok
yang memiliki tujuan untuk memperoleh kesejahteraan keungan. dalam
mencapai kesejahteraan tersebut diperlukan pengelolaan uang yang baik,
maka dibutuhkan tanggungjawab keuangan untuk melakukan proses
pengelolaan uang dan asset lainnya yang dianggap positif.
proses pengelolaan keungan terdiri dari berbagai tahap dan tidak
terlepas dari perhitungan biaya produksi dan harga jual produk, dengan
adanya pengelolaan keuangan yang baik dalam sebuah perusahaan akan
menjadikan proses pencatatan keuangan juga akan baik sehingga dalam
buku terlihat bagaimana maju atau mundurnya sebuah usaha yang
didirikan oleh seorang ataupun secara berkelompok’
B. Rumusan Masalah
1. bagaimana perhitungan biaya produksi dan harga jual produk?
2. bagaimana pencatatan Laporan keuangan?
C. Tujuan Masalah
1. Menjelaskan bagaimana perhitungan biaya produksi dan harga jual
produk
2. Menjelaskan bagaimana pencatatan Laporan keuangan
BAB II

PEMBAHASAN

A. Perhitungan Biaya Produksi Dan Harga Jual Produk


a. Pengertian Biaya Produksi
Sebelum membahas mengenai biaya produksi, terlebih dahulu
dijelaskan pengertian dari biaya itu sendiri. Pengertian biaya menurut
Mulyadi ( 2009 : 8 ) yaitu : “Biaya adalah pengorbanan sumber
ekonomi yang diukur dalam satuan uang, yang telah terjadi atau yang
kemungkinan akan terjadi untuk mencapai tujuan tertentu”. Sedangkan
menurut Hansen dan Mowen ( 2012 : 47 ) menjelaskan bahwa “Biaya
(cost) adalah nilai kas atau setara kas yang dikorbankan untuk
mendapatkan barang atau jasa yang diharapkan memberi manfaat saat
ini atau di masa depan bagi organisasi“.
Berdasarkan definisi di atas, dapat disimpulkan bahwa biaya
adalah pengorbanan kas atau setara kas yang diukur dalam satuan uang
dengan tujuan untuk memperoleh manfaat di masa kini dan
mendatang. Pada perusahaan industri, proses mengubah bahan baku
menjadi barang jadi disebut dengan proses produksi yang sudah tentu
akan mengeluarkan biaya untuk proses tersebut. Perhitungan biaya
tersebut dinamakan dengan biaya produksi.
Menurut Supriyono ( 2008 : 19 ), “Biaya produksi adalah biaya-
biaya yang berhubungan langsung dengan produksi atau kegiatan
pengolahan bahan baku menjadi produk selesai”. Bastian Bustami dan
Nurlela ( 2009 : 4 ) mendefinisikan bahwa “Biaya produksi adalah
biaya yang digunakan dalam proses produksi yang terdiri dari bahan
baku langsung, tenaga kerja langsung dan overhead pabrik. Biaya
produksi dapat dihubungkan dengan suatu produk dimana biaya ini
merupakan bagian dari persediaan”.
Dari definisi di atas dapat disimpulkan bahwa biaya produksi
merupakan merupakan biaya-biaya yang diperlukan dalam proses
produksi untuk mengolah bahan baku menjadi barang jadi. Biaya
produksi ini sangat berkaitan dengan unit yang diproduksi oleh sebuah
perusahaan terutama yang bergerak dibidang manufaktur.

b. Unsur-Unsur Biaya Produksi


Biaya produksi atau sering juga disebut biaya produk adalah biaya-
biaya yang terjadi dalam hubungannya dengan proses produksi yaitu
terdiri dari:
1) Biaya Bahan Baku Langsung ( Direct Material Cost )
Bahan baku merupakan bahan yang membentuk bagian
menyeluruh produk jadi. Bahan baku yang digunakan pada perusahaan
manufaktur dapat diperoleh dari pembelian lokal, impor ( pembelian
yang berasal dari luar negeri ) ataupun dari pengolahan sendiri. Bahan
baku yang digunakan dalam proses produksi biasanya dikelompokkan
atas bahan baku langsung dan bahan baku tidak langsung. Bahan baku
langsung merupakan keseluruhan bahan baku yang diolah menjadi
barang jadi dan ditetapkan langsung pada harga pokok barang jadi.
Menurut Carter dan Usry ( 2008 : 40 ), “Bahan baku langsung
adalah semua bahan yang membentuk bagian yang integral
(berhubungan) dari barang jadi dan dapat dimasukkan langsung dalam
kalkulasi biaya produksi“.
Jadi, bahan baku langsung merupakan bahan yang secara
menyeluruh membentuk produk selesai yang dapat diidentifikasikan
secara langsung pada produk yang bersangkutan dan tidak dapat
dipisahkan. Oleh karena itu biaya bahan baku langsung ini dapat
dibebankan secara langsung kepada produk karena pengamatan fisik
dapat dilakukan untuk mengukur kuantitas ( jumlah ) yang dikonsumsi
oleh setiap produk. Berbeda dengan bahan baku langsung, bahan baku
tidak langsung juga digunakan dalam proses produksi tetapi
pemakainnya dalam jumlah yang sedikit dan tidak begitu kompleks
serta tidak dapat ditelusuri langsung pada setiap produk. Bahan baku
tidak langsung ini sifatnya hanya membantu proses pembuatan suatu
produk. Oleh karena itu bahan baku tidak langsung ini sering disebut
sebagai bahan pembantu atau bahan penolong dan akan
dikelompokkan bersama dengan biaya tidak langsung pabrik.
Ketiadaan bahan baku tidak langsung ini tidak akan menghentikan
jalannya proses produksi tetapi hanya mengurangi kualitas barang
yang akan dihasilkan.

2) Biaya Tenaga Kerja Langsung ( Direct Labour Cost )


Tenaga kerja merupakan manusia atau pekerja yang memberikan
usaha fisik dan mental untuk mengolah suatu produk. Henry Simamora
( 2006 : 37 ) menyatakan bahwa “Tenaga kerja langsung adalah semua
pekerja yang secara langsung ikut serta dalam memproduksi bahan
baku menjadi produk jadi, yang jasanya dapat diusut secara langsung
pada produk yang dihasilkan”.
Biaya tenaga kerja merupakan harga yang dibebankan untuk
penggunaan tenaga kerja yang melakukan proses produksi. Biaya
tenaga kerja langsung juga dapat diamati secara fisik untuk mengukur
kuantitas tenaga kerja dalam menghasilkan suatu produk. Biaya tenaga
kerja pada dasarnya berkaitan dengan upah langsung. Upah tenaga
kerja langsung akan diperhitungkan langsung sebagai unsur biaya
produksi. Sedangkan upah tenaga kerja tidak langsung akan
dibebankan melalui biaya overhead pabrik. Pada umumnya, biaya
upah langsung terdiri atas :
 Gaji Pokok ( Original Wages )
Gaji pokok yaitu upah yang harus dibayarkan kepada tenaga kerja
sesuai dengan kontrak kerja.
 Uang Lembur ( Over Time )
Uang lembur yaitu upah tambahan yang diberikan kepada tenaga
kerja yang melebihi jam kerja yang telah ditetapkan sebelumnya.
 Bonus ( Incentive )
Bonus yaitu upah tambahan yang diberikan kepada tenaga kerja
karena menunjukkan prestasi kerja melebihi dari apa yang telah
ditetapkan.
c. Biaya Overhead Pabrik ( Factory Overhead Cost )
Biaya overhead pabrik merupakan semua biaya dalam proses
produksi kecuali biaya bahan baku langsung dan biaya tenaga kerja
langsung. Biaya ini juga sering disebut biaya produksi tidak langsung
karena biaya overhead pabrik ini sulit diidentifikasikan secara fisik.
Menurut Mulyadi ( 2009 : 194 ) menjelaskan bahwa beberapa biaya
produksi yang dapat digolongkan dalam biaya overhead pabrik adalah
sebagai berikut :
1) Biaya Bahan Penolong
Bahan penolong adalah bahan yang tidak menjadi bagian produk
jadi atau bahan yang meskipun menjadi bagian produk jadi tetapi tetap
nilainya relatif kecil bila dibandingkan dengan harga pokok produksi
tersebut. Contohnya kardus pembungkus gelas.
2) Biaya Reparasi dan Pemeliharaan
Biaya reparasi adalah biaya suku cadang ( spareparts ), biaya yang
habis dipakai ( factory suplies ) dan harga perolehan jasa dari pihak
luar perusahaan untuk keperluan perbaikan dan pemeliharaan aktiva
tetap yang digunakan untuk keperluan pabrik.
3) Biaya Tenaga Kerja Tidak Langsung
Biaya tenaga kerja tidak langsung adalah biaya tenaga kerja yang
upahnya tidak dapat diperhitungkan langsung ke produk. Contohnya
upah pekerja di departemen pergudangan.
4) Biaya yang Timbul Sebagai Akibat Penilaian Aktiva Tetap
Biaya-biaya yang termasuk dalam kelompok ini antara lain biaya-
biaya depresiasi aktiva tetap yang digunakan pabrik. Contohnya biaya
depresiasi mesin.
5) Biaya yang Timbul Sebagai Akibat Berlalunya Waktu
Biaya-biaya yang termasuk dalam golongan ini adalah seperti
biaya asuransi.

6) Biaya Overhead Pabrik Lainnya yang Secara Langsung Memerlukan


Pengeluaran Uang Tunai
Biaya yang termasuk ke dalam kelompok ini adalah biaya reparasi
yang diserahkan kepada pihak luar perusahaan, biaya listrik dan
lainnya.

Pemisahan biaya berdasarkan objek sangat bermanfaat bagi


manajemen untuk mengendalikan biaya. Sebab dengan mengetahui bahwa
suatu biaya langsung bisa dihubungkan dengan suatu objek maka
manajemen secara mudah dapat menganalisa biaya tersebut apabila timbul
pemborosan-pemborosan dengan menentukan dimana biaya tersebut
terjadi.

d. Harga Jual Produk

Harga merupakan hal pertama dan utama yang harus dipedulikan oleh
pedagang, karena berkaitan dengan untung dan ruginya penjualan. Dalam
dunia akuntansi, ada yang disebut dengan “harga jual” dan “harga pokok
penjualan” yang sama-sama harus diperhitungkan untuk menentukan
keuntungan. Namun untuk kedua hal ini berbeda. Perbedaan mendasar
antara Harga Pokok Penjualan dengan Harga Jual adalah: HPP hanya
mencakup segala pengeluaran yang dibutuhkan untuk produksi barang
yang dijual, sedangkan Harga Jual mencakup biaya proses produksi
barang, biaya non-produksi, serta keuntungan untuk kemudian menjadi
harga yang dibebankan kepada konsumen untuk mendapatkan atau
menggunakan barang atau jasa yang ditawarkan.
Cara Menghitung Harga Jual

Harga Jual = Biaya Produksi + Biaya Non Produksi + Keuntungan


yang Diharapkan
Agar lebih jelas, kita dapat menggunakan rumus perhitungan
dengan contoh kasus sebagai berikut:
Untuk memproduksi barang, perusahaan Makmur Jaya mengeluarkan
biaya sebesar Rp3.000.000,00, dengan biaya di luar dari proses
produksi sebesar Rp1.500.000,00, serta keuntungan yang diharapkan
sebesar Rp1.000.000,00. Berapakah Harga Jualnya?
Harga Jual = Biaya Produksi + Biaya Non Produksi + Keuntungan
yang Diharapkan
Harga Jual = Rp3.000.000,00 + Rp1.500.000,00 + Rp1.000.000,00
= Rp5.500.000,00
Jadi, Harga Jual untuk barang yang dijual perusahaan Makmur Jaya
sebesar Rp5.500.000,00.

Contoh Lainnya
Penetapan harga biaya plus (Cost-Plus Pricing Method)
Yaitu dengan cara menentukan harga jual dengan menjadikan margin
sebagai patokan. Rumusnya:
Harga Jual = Biaya Total + Margin
Yang di maksud dengan Margin adalah persentase keuntungan atau
laba yang diharapkan. Misalnya, Fiqa merupakan seorang pengusaha
kerudung yang mendapatkan sebuah orderan kerudung dalam jumlah
50 buah. Biaya pengadaan produksi kerudung tersebut diperkirakan
sekitar Rp5.000.000 dengan rincian:
Harga bahan baku : Rp3.000.000
Upah penjahit : Rp1.500.000
Biaya lain-lain : Rp500.000
Jika Fiqa menginginkan laba sebesar 15% dari biaya total, maka:
Total harga jual = biaya total + laba
= Rp5.000.000 + (15% x Rp5.000.000)
= Rp5.000.000 + Rp750.000
= Rp5.750.000
Jadi, dengan total harga jual Rp5.750.000, harga jual per helai
kerudung tersebut adalah Rp115.000

B. Pencatatan Laporan Keuangan


a. Laporan Keuangan
Menurut Sofyan Syafri Harahap (2011:205), laporan keuangan
merupakan output dan hasil akhir dari proses akuntansi. Laporan
keuangan inilah yang menjadi bahan informasi bagi para pemakainya
sebagai salah satu bahan dalam proses pengambilan keputusan.
Disamping sebagai informasi, laporan keuangan juga sebagai
pertanggungjawaban atau accountability.Sekaligus menggambarkan
indikator kesuksesan suatu perusahaan dalam mencapai tujuannya.
b. Laporan Neraca
Menurut Bambang Subroto (1991:29), neraca atau disebut juga
laporan posisi keuangan atau laporan kondisi keuangan adalah salah
satu dari laporan keuangan yang memberikan informasi tentang posisi
dan keadaan keuangan perusahaan pada suatu saat tertentu. Posisi
keuangan tersebut adalah keadaan aktiva, hutang, dan modal dari
perusahaan.
Di dalam penyajiannya aktiva, hutang, dan modal tersebut harus
diklasifikasikan sedemikian rupa sehingga aktiva akan dilaporkan
sesuai dengan tingkat likwiditasnya. Semakin likwid aktiva akan
dilaporkan lebih dahulu kemudian baru aktiva yang tingkat
likwiditaslebih rendah. Kewajiban diklasifikasikan sesuai dengan
urutan jatuh temponya, kewajiban yang harus dipenuhi lebih dahulu
harus dilaporkan di atas, kemudian baru kewajiban yang
pemenuhannya lebih kemudian. Modal harus disajikan sesuai dengan
tingkat kekekalannya sehingga semakin kekal atau permanen akan
dilaporkan lebih dahulu kemudian baru yang tingkat kekekalannya
lebih rendah.
Menurut Mulyadi (2006), neraca (Balance Sheet) adalah laporan
keuangan yang menyajikan informasi mengenai posisi keuangan
perusahaan pada suatu saat atau tanggal tertentu. Komponen posisi
keuangan suatu perusahaan terdiri atas harta (aktiva), utang
(kewajiban), dan ekuitas (modal).
Menurut Sofyan Syafri Harahap (2011:209), neraca atau disebut
juga posisi keuangan menggambarkan posisi keuangan perusahaan
dalam suatu tanggal tertentu atau a moment of time, sering disebut per
tanggal tertentu misalnya per tanggal 31 Desember 2005. Posisi yang
digambarkan yaitu posisi harta, utangm dan modal.
Jadi dapat disimpulkan bahwa laporan neraca adalah laporan posisi
keuangan (harta, utang, dan modal) perusahaan dalam suatu tanggal
tertentu.
c. Komponen Dan Pos Neraca
1) Komponen-Komponen Neraca
Menurut Hery (2009:192), tiga komponen neraca adalah aktiva,
utang, dan ekuitas (modal). Aktiva adalah manfaat ekonomi yang
mungkin terjadi di masa depan yang diperoleh atau dikendalikan oleh
entitas sebagai hasil dari transaksi atau peristiwa di masa lalu. Utang
adalah pengorbanan atas manfaat ekonomi yang mungkin terjadi di
masa depan, yang timbul dari kewajiban entitas pada saat ini, untuk
menyerahkan aktiva atau memberikan jasa kepada entitas lainnya di
masa depan sebagai hasil dari transaksi atau peristiwa di masa lalu.
Ekuitas adalah kepemilikan atau kepentingan residu dalam aktiva
entitas, yang masih tersisa setelah dikurangi dengan kewajibannya.
2) Klasifikasi Pos Neraca
Menurut Hery (2009:194), laporan keuangan akan menjadi lebih
berguna bagi manajemen, kreditor, dan investor ketika pos-pos yang
ada dalam laporan diklasifikasikan secara tepat ke dalam masing-
masing kelompok sesuai dengan karakteristiknya. Klasifikasi secara
tepat terhadap pos-pos neraca akan berguna untuk memberikan
gambaran yang sesungguhnya mengenai besarnya jumlah aktiva
lancer, utang jangka panjang, total kewajiban, dan besarnya ekuitas.
Pos-pos yang ada dalam neraca umumnya diklasifikasikan sebagai pos
lancar (jangka pendek) dan pos tidak lancar (jangka panjang). Adapun
pos-pos neraca adalah sebagai berikut.
 Aktiva Lancar
Menurut Hery (2009:195), aktiva lancar adalah kas dan aktiva
lainnya yang diharapkan akan dapat dikonversi menjadi kas, dijual,
atau dikonsumsi dalam waktu satu tahun atau dalam satu siklus operasi
normal perusahaan. Untuk aktiva yang tergolong lancar, urutan
penyajiannya di neraca haruslah berdasarkan pada urutan tingkat
likuiditas.Kas merupakan aktiva yang paling likuid (lancar), lalu
diikuti dengan investasi jangka pendek, piutang, persediaan, dan biaya
dibayar di muka.Adapun yang tergolong aktiva lancar adalah sebagai
berikut.
 Kas dan Setara Kas
Kas merupakan aktiva yang paling likuid yang dimiliki
perusahaan, kas akan diurut atau ditempatkan sebagai komponen
pertama dari aktiva lancar dalam neraca. Kas meliputi uang logam,
uang kertas, cek, wesel pos, dan deposito. Setara kas adalah
investasi jangka pendek yang sangat likuid yang dapat dikonversi
atau dicairkan menjadi uang kas dalam jangka waktu yang sangat
segera, biasanya kurang dari tiga bulan (90 hari).
 Investasi Jangka Pendek
Menurut Mulyadi (2006)Investasi jangka pendek (surat-
surat berharga atau marketable securities), yaitu investasi yang
sifatnya sementara (jangka pendek), dengan maksud untuk
memanfaatkan uang kas yang untuk sementara belum dibutuhkan
dalam operasi perusahaan. Investasi jangka pendek terdiri atas
deposito di bank, surat-surat berharga (saham, obligasi, surat
hipotek, dan sertifikat bank).
 Piutang
Dalam praktik, piutang pada umumnya diklasifikasikan
menjadi piutang usaha, piutang wesel, dan piutang lain-lain.
Piutang usaha adalah jumlah yang akan ditagih dari pelanggan
sebagai akibat penjualan barang atau jasa secara kredit. Piutang
wesel adalah tagihan perusahaan kepada pembuat wesel. Piutang
lain-lain adalah piutang bunga, piutang deviden, piutang pajak.
 Persediaan
Perusahaan mengklasifikasikan persediaannya tergantung
pada apakah perusahaan adalah pedagang (perusahaan dagang)
atau pembuat (perusahaan manufaktur).Untuk perusahaan dagang,
persediaannya dinamakan persediaan barang dagangan (hanya ada
satu klasifikasi), dimana barang dagangan ini dimiliki oleh
perusahaan dan sudah langsung dalam bentuk siap untuk dijual
dalam kegiatan bisnis normal perusahaan sehari-hari.Adapun untuk
perusahaan manufaktur, mula-mula persediaannya belum siap
untuk dijual sehingga perlu diolah terlebih dahulu.Persediaannya
diklasifikasikan menjadi tiga, yaitu bahan mentah, barang setengah
jadi (barang dalam proses), dan barang jadi (produk akhir).
 Biaya dibayar di Muka
Biaya dibayar di muka yang termasuk dalam aktiva lancar adalah
pengeluaran yang telah dilakukan untuk manfaat yang akan diterima dalam
satu tahun atau dalam satu siklus operasi normal perusahaan.
 Aktiva Tidak Lancar
Aktiva tidak lancar (fixed assets) adalah suatu aktiva yang akan
digunakan atau dikuasai perusahaan dalam jangka Panjang
(mempunyai umur ekonomi lebih dari satu tahun).
 Investasi Jangka Panjang
Investasi jangka panjang (long term invesment) adalah
penananman modal/uang pada pihak lain untuk jangka panjang
(lebih dari satu tahun). Misalnya, investasi dalam saham
(investment on stock), investasi dalam obligasi (investment on
bond), dan penyetoran simpanan wajib ke koperasi induk.

 Aktiva Tetap
Menurut Hery (2009:205), aktiva tetap merupakan aktiva
jangka panjang atau aktiva yang relatif permanen. Mereka
merupakan aktiva berwujud karena terlihat secara fisik.Aktiva
tersebut dimiliki dan digunakan oleh perusahaan serta tidak
dimaksudkan untuk dijual sebagai bagian dari kegiatan operasi
normal perusahaan.Aktiva berwujud ini diperoleh baik dalam
bentuk siap pakai atau dengan dibangun lebih dahulu.Aktiva
yang umum dilaporkan di dalam kategori ini meliputi tanah,
bangunan, mesin, perabot, peralatan, dan kendaraan bermotor.

 Aktiva Tidak Berwujud


Aktiva tidak berwujud adalah aktiva yang tidak memiliki
wujud fisik dan dihasilkan sebagai akibat dari sebuah kontrak
hokum, ekonomi, maupun kontrak sosial. Contoh dari aktiva
tidak berwujud adalah goodwill (nama baik), trademark (merek
dagang), franchises (waralaba), patent, copyright (hak cipta),
customer list (daftar pelanggan), dan broadcast license (izin
penyiaran).
 Aktiva Tidak Lancar Lainnya
Pos-pos yang dicantumkan dalam kelompok aktiva tidak
lancar lainnya sangat beragam dalam praktik.Umumnya pos-
pos ini meliputi biaya dibayar di muka, biaya pension dibayar
di muka, piutang tidak lancar, aktiva pajak penghasilan yang
ditangguhkan, dan aktiva yang dimiliki untuk dijual.
 Kewajiban Lancar
Menurut Hery (2009:209), kewajiban lancar adalah kewajiban
yang diperkirakan akan dibayar dengan menggunakan aktiva lancar atau
menciptakan kewajiban lancar lainnya dan harus segera dilunasi dalam
jangka waktu satu tahun atau dalam satu siklus operasi normal perusahaan.
Adapun yang termasuk dalam kewajiban lancar adalah sebagai berikut.
 Utang Usaha dan Utang Wesel Jangka Pendek
Utang usaha timbul pada saat barang atau jasa diterima
sebelum melakukan pembayaran.Dalam transaksi perusahaan
dagang, sering kali perusahaan membeli barang dagangan
secara kredit dari pemasok untuk dijual kembali kepada para
pelanggannya. Utang usaha ini biasanya akan segera dilunasi
oleh perusahaan dalam jangka waktu yang sangat singkat
sesuai dengan persyaratan kredit yang diterima dalam faktur
tagihan.
Kewajiban dalam bentuk janji tertulis dicatat sebagai utang
wesel. Pihak yang berutang berjanji kepada pihak yang
diutangkan untuk membayar sejumlah uang tertentu berikut
bunganya dalam kurun waktu yang telah disepakati. Janji
pembayaran tersebut ditulis secara formal dalam sebuah wesel
atau promes.
 Beban yang Masih Harus dibayar
Bagian dari beban yang masih harus dibayar adalah utang
pajak penghasilan karyawan, utang bunga, utang upah, utang
pajak penjualan.Utang pajak penghasilan karyawan merupakan
jumlah pajak yang terutang kepada pemerintah atas besarnya
gaji karyawan yang terkena pajak penghasilan. Utang bunga
merupakan jumlah bunga yang terutang kepada kreditor atas
dana yang dipinjam. Utang upah merupakan jumlah upah yang
terutang kepada karyawan atas manfaat yang telah diterima
perusahaan melalui pemakaian jasa karyawan selama periode
berjalan.Sedangkan utang pajak penjualan merupakan utang
atas pajak yang dipungut dari pembeli ketika penjualan terjadi.
 Pendapatan diterima di Muka
Pendapatan diterima di muka timbul pada saat pembayaran
diterima sebelum barang atau jasa diberikan. Contohnya adalah
sewa diterima di muka, di mana pihak yang menyewakan
biasanya akan menerima terlebih dahulu uang muka dari pihak
penyewa untuk pemakaian sewa beberapa bulan ke depan.
 Bagian Utang Jangka Panjang yang Lancar
Bagian dari utang jangka panjang yang lancar adalah
sebagian dari kewajiban jangka panjang yang akan segera jatuh
tempo dalam jangka waktu satu tahun atau dalam satu siklus
operasi normal perusahaan, tergantung mana yang paling lama.
Kewajiban ini tergolong sebagai kewajiban lancar.
 Kewajiban Tidak Lancar
Kewajiban tidak lancar adalah kewajiban yang diperkirakan tidak
akan dibayar dalam waktu 12 bulan atau dalam satu siklus operasi normal
perusahaan. Yang tergolong kewajiban tidak lancar adalah sebagai berikut.
 Utang Jangka Panjang
Utang jangka panjang (long term liabilities), yaitu seluruh
utang perusahaan kepada pihak lain selain pemilik yang harus
dilunasi dalam periode lebih dari satu tahun. Utang jangka
Panjang meliputi sebagai berikut:
1). Utang obligasi (bond payable) adalah surat pengakuan
utang (berupa sertifikat) yang dikeluarkan oleh perusahaan
yang mempunyai utang (biasanya oleh perseroan terbatas)
kepada investor (penanam modal).
2). Utang hipotek (mortgage payable/mortgage notes payable)
merupakan utang jangka panjang yang dijamin dengan aktiva
tetap tertentu, misalnya rumah.
3). Pinjaman jangka panjang yang lain, misalnya utang jangka
panjang ke bank.

 Kewajiban Sewa Jangka Panjang


Beberapa transaksi penyewaan aktiva tetap merupakan
pembelian yang didanai melalui pinjaman. Untuk akuntansi
sewa guna usaha modal, nilai sekarang dari pembayaran sewa
minimum akan dicatat sebagai kewajiban jangka panjang.

 Kewajiban Pajak Penghasilan yang Ditangguhkan


Kewajiban pajak penghasilan yang ditangguhkan adalah
perkiraan pajak penghasilan atas pendapatan yang sudah terjadi
(menurut akuntansi), tetapi berdasarkan ketentuan perpajakan
belum terutang pajak (karena belum ada penerimaan kas); atau
dengan kata lain bahwa kewajiban pajak ini secara legal belum
ada, dan baru akan resmi kena pajak atau memerlukan
pembayaran pajak di periode mendatang. Kewajiban pajak
yang ditangguhkan ini timbul karena adanya perbedaan
sementara dalam hal pengakuan pendapatan dan beban antara
menurut akuntansi dengan menurut pajak.

 Kewajiban Tidak Lancar Lainnya


Yang termasuk sebagai kewajiban tidak lancar lainnya
adalah kewajiban pensiun yang masih harus dibayar, utang
jaminan produk, dan kewajiban kontingensi lainnya. Suatu
transaksi yang terjadi di masa lampau akan menimbulkan
kewajiban apabila kejadian tertentu terjadi di masa mendatang.
Kewajiban potensial ini dinamakan sebagai kewajiban
kontingensi., dimana kewajiban belum terjadi pada tanggal
neraca. Kewajiban ini baru akan terjadi secara actual
tergantung pada adanya kejadian di masa mendatang.

d. Ekuitas atau Modal


Ekuitas (equity) atau modal (capital) adalah kewajiban perusahaan
kepada pemilik atau dapat juga dikatakan sebagai hak pemilik atas
perusahaan.Penyajian modal dalam neraca bergantung pada jenis
perusahaan ditinjau dari bentuk badan hukumnya.Pada dasarnya, yang
dapat dimasukkan ke dalam kelompok modal, yaitu modal pemilik,
bagian laba untuk pemilik, dan cadangan. Menurut badan hukumnya,
modal yang disajikan dalam neraca dapat diringkas sebagai berikut.
1) Bentuk-Bentuk Neraca
Menurut Sofyan Syafri Harahap (2011:220), neraca biasanya
disajikan berdasarkan likuiditas perkirannya. Biasanya perkiraan yang
paling lancar dan paling dekat dengan konversi ke kas dicatat paling
atas. Kewajiban yang paling cepat harus dibayar, harus dicantumkan
paling atas dalam kelompoknya. Modal yang harus ditunaikan terlebih
dahulu harus ditempatkan di atas. Dalam menyajikan neraca dapat
dibagi dalam tiga bentuk berikut ini.
 Bentuk Neraca Staffel atau Report Form
Neraca ini dilaporkan satu halaman vertikal. Di sebelah atas
dicantumkan total aktiva dan di bawahnya disajikan pos kewajiban dan
pos modal.
Contoh:
 Bentuk Kedua Neraca Skontro atau T-Account Form
Di sini aktiva disajikan di sebelah kiri (di Inggris di kanan) dan
kewajiban serta modal ditempatkan di sebelah kanan sehingga
penyajiannya sebelah menyebelah.

Contoh:
 Bentuk yang Menyajikan Posisi Keuangan (Financial Position Form)
Dalam bentuk ini posisi keuangan tidak dilaporkan seperti dalam
bentuk sebelumnya yang berpedoman pada persamaan akuntansi.Dalam
bentuk ini pertama-tama dicantumkan aktiva lancar dikurangi utang lancar
dan pengurangannya diketahui modal kerja. Modal kerja ditambah aktiva
tetap dan aktiva lainnya kemudian dikurangi utang jangka panjang, maka
akan diperoleh modal pemilik. Dalam bentuk ini informasi disajikan satu
halaman dengan urutan sebagai berikut.
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Biaya produksi merupakan merupakan biaya-biaya yang diperlukan
dalam proses produksi untuk mengolah bahan baku menjadi barang jadi.
Biaya produksi ini sangat berkaitan dengan unit yang diproduksi oleh
sebuah perusahaan terutama yang bergerak dibidang manufaktur. uunsur-
unsur yang terdapat dalam perhitungan biaya produksi adalah Biaya Bahan
Baku Langsung ( Direct Material Cost ), Biaya tenaga kerja langsung
(Direct Labour Cost), dan biaya Overhead Pabrik (factory Overhead Cost).
Harga merupakan hal pertama dan utama yang harus dipedulikan oleh
pedagang, karena berkaitan dengan untung dan ruginya penjualan. Dalam
dunia akuntansi, ada yang disebut dengan “harga jual” dan “harga pokok
penjualan” yang sama-sama harus diperhitungkan untuk menentukan
keuntungan.
laporan keuangan merupakan output dan hasil akhir dari proses
akuntansi. Laporan keuangan inilah yang menjadi bahan informasi bagi
para pemakainya sebagai salah satu bahan dalam proses pengambilan
keputusan. Disamping sebagai informasi, laporan keuangan juga sebagai
pertanggungjawaban atau accountability.Sekaligus menggambarkan
indikator kesuksesan suatu perusahaan dalam mencapai tujuannya.

B. saran
Tidak dapat dipungkiri manusia merupakan makhluk yang tidak
luput dari kesalahan dan khilaf. Maka besar kemungkinan dalam penulisan
makalah ini masih banyak terdapat kekurangan baik dalam segi penulisan
kata yang dimiliki oleh penulis. Maka dari itu saran ataupun kritik
sangatlah diperlukan untuk dapat membangun kreatifitas dalam penulisan
makalah selanjutnya.
DAFTAR PUSTAKA

Harahap, Sofyan Syafri. 2011. Teori Akuntansi Edisi Revisi 2011. Jakarta:
Rajawali Pers
Hery. 2009. Teori Akuntansi. Jakarta: Kencana
Mulyadi, Ajang. 2006. Akuntansi untuk SMA kelas II jilid 1 (Kelas XI).
Bandung: Grafindo Media Pratama.
Subroto, Bambang. 1991. Akuntansi Keuangan Intermediate. Yogyakarta:
BPFE.
https://www.jurnal.id/id/blog/ketahui-beda-harga-pokok-penjualan-vs-
harga-jual/
https://alumak.id/blog/menentukan-harga-pokok-penjualan-harga-jual/

Anda mungkin juga menyukai