Anda di halaman 1dari 142

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Asuhan kebidanan komprehensif merupakan pelayanan kesehatan

utama yang diberikan kepada ibu hamil, ibu bersalin, ibu nifas dan bayi baru

lahir. Setiap ibu hamil akan menghadapi resiko yang bisa mengacam jiwanya.

Maka dari itu setiap ibu hamil memerlukan asuhan kebidanan selama masa

kehamilan, persalinan, nifas dan bayi baru lahir (Dwi, 2014).

Kehamilan merupakan pertumbuhan dan perkembangan janin intra

uteri mulai sejak konsepsi dan berakhir sampai permulaan persalinan.

Pertumbuhan dan perkembangan kehamilan menentukan derajat kesehatan

ibu hamil dan sampai bersalin. Selama masa kehamilan terjadi perubahan

dalam sistem tubuh yang menimbulkan respon ketidaknyamanan bagi ibu

hamil seperti frekuensi berkemih, konstipasi, insomnia, nyeri pinggang dan

keringat berlebihan (Sastrawinata, 2015).

Kehamilan merupakan proses yang  alamiah, dan merupakan

pengalaman yang sangat bermakna bagi perempuan, keluarga dan

masyarakat. Asuhan kebidanan mengutamakan pelayanan berkesinambungan

(Continuity Of Care), sangat penting bagi wanita untuk mendapatkan

pelayanan dari tenaga profesional yang akan menangani perawatan

berkelanjutan sejak ibu hamil, ibu nifas serta perawatan bayi baru lahir.

Persalinan adalah rangkaian peristiwa keluarnya bayi yang sudah cukup


2

berada dalam rahim ibunya, dengan disusul oleh keluarnya plasenta dan

selaput janin dari tubuh ibu (Fitriana dan nurwiyandani 2018).

Persalinan adalah proses pengeluaran janin yang terjadi pada

kehamilan cukup bulan (37-42 minggu), lahir spontan denga presentasi

belakang kepala yang berlangsung selama 18 jam produk konsepsi

dikeluarkan sebagai akibat kontraksi teratur, progresif, sering dan kuat yang

nampaknya tidak saling berhubungan bekerja dalam keharmonisan untuk

melahirkan bayi (Walyani dan Purwoastuti 2016).

Persalinan adalah rangkaian peristiwa keluarnya bayi yang sudah

cukup berada dalam rahim ibunya, dengan disusul oleh keluarnya plasenta

dan selaput janin dari tubuh ibu (Fitriana dan Nurwiyandani 2018).

Persalinan adalah proses pengeluaran janin yang terjadi pada

kehamilan cukup bulan (37-42 minggu), lahir spontan denga presentasi

belakang kepala yang berlangsung selama 18 jam produk konsepsi

dikeluarkan sebagai akibat kontraksi teratur, progresif, sering dan kuat yang

nampaknya tidak saling berhubungan bekerja dalam keharmonisan untuk

melahirkan bayi (Walyani dan Purwoastuti 2016).

Bayi baru lahir (neonatus) adalah bayi yang baru mengalami proses

kelahiran, berusia 0-28 hari. BBL memerlukan penyesuaian fisiologis berupa

maturasi, adaptasi (menyesuaikan diri dari kehidupan intra uterin ke

kehidupan ekstrauterin) dan toleransi bagi BBL untuk dapat hidup dengan

baik. Bayi merupakan manusia yang baru lahir sampai umur 12 bulan, namun

tidak ada batasan yang pasti. Menurut psikolgi, bayi adalah priode
3

perkembangan yang merentang dari kelahiran hingga 18 atau 24 bulan. Masa

bayi adalah masa yang sangat bergantung pada orang dewasa. Banyak

kegiatan psikologi yang terjadi hanya sebagai permulaan sebagai bahasa,

pemikiran simpolis, koordinasi sensorimotor dan belajar sosial. Pada masa ini

manusia sangat lucu dan menggemaskan tetapi juga rentan terhadap

kematian. Kematian bayi dibagi menjadi dua, kematian neonatal (kematian di

27 hari pertama hidup) dan post-neonatal (setelah 27 hari). (Marmi dan

Rahardjo, 2019).

Menurut data World Health Organization (WHO) tahun 2017, angka

kematian ibu (AKI), menjadi salah satu indikator penting dari derajat

kesehatan masyarakat. AKI menggambarkan jumlah wanita yang meninggal

dari sutau penyebab kematian terkait dengan gangguan kehamilan atau

penanganannya (tidak termaksud kecelakaan atau kasus insidentil) selama

kehamilan, melahirkan dan dalam masa nifas (42 hari setelah melahirkan)

tanpa menghitung lama kehamilan per 100.000 kelahiran hidup.

Di Indonesia angka kematian maternal dan perinatal masih cukup

tinggi. Padahal jumlah pelayanan kesehatan dan tenaga kesehatan di

Indonesia cukup banyak. Dari lima juta kelahiran yang terjadi di Indonesia

setiap tahunnya, diperkirakan 20.000 ibu meninggal akibat komplikasi

kehamilan atau persalinan.

Angka kematian ibu (AKI) di Indonesia merupakan tertinggi di

ASEAN yaitu 228 per 100.000 kelahiran hidup, penurunan AKI adalah

program prioritas Indonesia (PWS-KIA, 2010).


4

Berdasarkan data survei demografi kesehatan indonesia ( 2017 )bahwa

AKI di indonesia 359 per 100.000 kelahiran hidup dengan penyebab

langsung adalah perdarahan,preeklamsi,eklamsi,dan infeksi. Penyebab tidak

langsung adalah karena 3 terlambat yaitu terlambat mengambil keputusan,

terlamat sampe ke tempat rujukan,terlambat mendapat penanganan. Dan 4

terlalu yaitu : kehamilan terlalu muda,usia yang terlalu tua untuk hamil,jarak

kehamilan terlalu dekat,kehamilan terlalu banyak. AKB di indonesia adalah

32/1000 kelahiran dengan penyebab Asfiksia, BBLR, dan Diare.

Berdasarkan laporan tahunan Dinas Kesehatan tahun 2018 jumlah

kasus kematian ibu di NTT adalah 142 orang dengan penyebab Sistem

jantung,Perdarahan dengan Hipertensi dalam kehamilan, dan jumlah kasus

kematian bayi adalah 912 orang, dengan penyebab Diare,BBLR dengan

Asfiksia.

Berdasarkan data yang di peroleh di Puskesmas Tarus tahun 2018

jumlah sasaran ibu hamil di satu wilayah kerja berjumlah 1.741, jumlah

sasaran ibu bersalin 1388 sedangkan jumlah ibu yang akan melakukan

operasi Sectio Caesarea berjumlah 353. Jumlah sasaran ibu nifas 1741,

jumlah sasaran bayi sebanyak 1741, jumlah K1 sebanyak 1741, jumlah K4

sebanyak 1454, jumlah salin nakes sebanyak 1660, jumlah KF 1-3 sebanyak

1656, jumlah KN 1-3 sebanyak 1655.

Salah satu program untuk penurunan AKI dan AKB adalah program

perencanaan persalinan dan pencegahan komplikasi (P4K). Program

perencanaan stiker ini dapat meningkatkan peran aktif suami, keluarga dan
5

masyarakat dalam merencanakan persalinan yang aman. Program ini juga

meningkatkan persiapan menghadapi komplikasi pada saat kehamilan. Selain

program P4K provinsi NTT juga memiliki salah satu program Revolusi KIA

yaitu semua persalinan harus ditolong oleh tenaga kesehatan yang terlatih

difasilitas kesehatan yang memadai. Berdasarkan uraian diatas maka penulis

sebagai mahasiswa Diploma III Kebidanan tertarik untuk melakukan Asuhan

Kebidanan Komprehensif pada Ny. M.S, umur 38 tahun GII PI A0 AHI usia

kehamilan 39-40 minggu di Puskesmas Tarus Kabupaten Kupang tahun

2019.

B. TUJUAN

Tujuan dari pelaksanaan laporan tugas akhir dengan Asuhan

Kebidanaan komprehensif ini adalah sebagai berikut:

1. Tujuan Umum

Diharapkan mahasiswa mampu memberikan Asuhan Secara

komprehensif kepada Ny. M.S pada masa hamil, bersalin, bayi baru lahir

dan nifas secara tepat sesuai dengan prosedur yang sudah ditetapkan.

2. Tujuan Khusus

a. Dapat melakukan pengkajian pada Ny. M.S pada masa hamil,

bersalin, bayi baru lahir dan nifas.

b. Dapat menganalisa masalah, diagnosa kebidanan pada Ny. M.S pada

masa hamil, bersalin, bayi baru lahir dan nifas.


6

c. Dapat melakukan penatalaksanaan pada Ny. M.S pada masa hamil,

bersalin, bayi baru lahir dan nifas.

d. Dapat melakukan pendokumentasian dengan metode SOAP.

C. WAKTU DAN TEMPAT PENGAMBILAN KASUS

Pengambilan kasus dilakukan di ruang KIA Puskesmas Tarus dan

Ruang Bersalin Rumah Sakit Leona Kupang, dengan menerapkan asuhan

kebidanan yang dimulai tanggal:

1. 19-02-2019     : Pemeriksaan kehamilan pertama

2. 21-02-2019     : Pemeriksaan kehamilan kedua

3. 22-02-2019 : Persalinan melalui operasi sesar

4. 23-02-2019 : Kunjungan nifas I dan/KN1 (hari ke 1)

5. 27-02-2019 : Kunjungan rumah pertama, nifas II dan KN II (hari ke 5)

6. 08-03-2019 : Kunjungan rumah kedua, KN III (hari ke 14)

7. 24-03-2019 : Kunjungan rumah ketiga,nifas III (30 hari)


7

BAB II

TINJAUAN TEORI

A. ANTENATAL CARE TRIMESTER III

1. Pengertian Kehamilan

Kehamilan trimester III adalah trimester akhir kehamilan pada

periode ini pertumbuhan janin dalam rentang waktu 29-40 minggu dan

janin berada pada tahap penyempurnaan (Manuaba, 2007).

Kehamilan trimester III adalah waktu untuk mempersiapkam

kelahiran dan kedudukan sebagai orang tua, seperti terpusatnya perhatian

pada helahiran bayi. Ibu selalu waspada untuk melindungi bayinya dari

bahaya, cedera dan akan menghindari orang atau hal hal yang di

anggapnya membahayakn bayinya (Sarwono, 2009).

2. Adaptasi Perubahan Fisik Kehamilan Trimester III

Perubahan kehamilan trimester III yang terjadi pada fisik (Marmi,

2011) meliputi:

a. Uterus

Pada trimester III tinggi fundus uteri usia 28 minggu mencapai

3 jari di atas pusat atau 1/3 jarak antara pusat ke prosessus xifoideus

(25 cm). Pada usia kehamilan 32 minggu TFU kira-kira mencapai ½

antara pusat dan prosessus xifoideus (27 cm). Pada usia kehamilan 36

minggu TFU berada di 1 jari bawah prosessus xifoideus (30 cm),

sedangkan pada usia 40 minggu TFU terletak kira-kira di 3 jari

dibawah prosessus xifoideus (33 cm). Uterus yang semula biasanya 30


8

gram akan mengalami hipertropi dan hyperplasia karena pengaruh

hormone estrogen dan progesterone sehingga pada akhir kehamilan

uterus ini menjadi 1000 gram dengan panjang 20 cm.

b. Vulva dan Vagina

Pada akhir kehamilan, cairan vagina mulai meningkat dan lebih

kental karena akibat stimulasi estrogen (Aprilia, 2010).

c. Serviks Uteri

Serviks uteri lebih banyak mengandung jaringan ikat yang

terdiri atas kolagen. Selain itu prostaglandin bekerja pada serabut

kolagen, terutama pada minggu-minggu akhir kehamilan. Serviks

menjadi lunak dan lebih mudah berdilatasi pada waktu persalinan.

d. Mamae atau Payudara

Payudara mengalami pertumbuhan dan perkembangan sebagai

persiapan memberikan ASI pada saat laktasi, hormone yang

mempengaruhi:

1) Estrogen

a) Menimbulkan penimbunan lemak dan air serta garam sehingga

payudara tampak semakin membesar.

b) Tekanan serta syaraf akibat penimbunan lemak dan air serta

garam menyebabkan rasa sakit pada payudara.

2) Somatotropin

a) Penimbunan lemak sekitar alveolus payudara.

b) Merangsang pengeluaran colostrum pada payudara.


9

3) Progesterone

Mempersiapkan acinus sehingga dapat berfungsi:

a) Menambah jumalah sel acinus.

b) Pegeluaran ASI belum berlangsung karena prolactin belum

berfungsi.

Setelah persalinan, hambatan prolactin tidak ada

sehingga membuat ASI dapat keluar dengan lancar.

e. Sistem Perkemihan

Kepala janin mulai turun ke pintu atas panggul, sehingga

keluhan sering kencing akan muncul kembali karena kandung kemih

tertekan oleh bagian terendah janin. Selain itu juga terjadi hemodilusi

menyebabakan metabolisme air menjadi lancar.

f. Sirkulasi Darah

Volume darah semakin meningkat kira-kira 25% dimana

jumlah serum darah lebih besar dari pada pertumbuhan sel darah,

sehingga terjadi semacam pengenceran darah (hemodilusi) dengan

puncaknya pada usia 32 minggu, terjadi supine hypotensive syndrome

karena penekanan vena kava inverior.

g. Sistem Pernapasan

Pada 32 minggu keatas karena usus-usus tertekan uterus yang

membesar ke arah diafragma sehingga diafragma kurang leluasa

bergerak mengakibatkan kebanyakan wanita hamil mengalami derajat

kesulitan bernafas.
10

h. Sistem Kardiovaskular

Pada usia kehamilan 30 minggu curah jantung turun kembali

karena pembesaran uterus yang menekan vena yang membawa darah

dari tungkai ke jantung.

i. Sistem Muskuloskeletal

Pada akhir kehamilan, hormon estrogen dan progesteron

memberi efek maksimal terhadap relaksasi otot dan ligamen pelvis.

Relaksasi ini digunakan pelvis untuk meningkatkan kemampuan

menguatkan posisi janin pada akhir kehamilan dan pada saat kelahiran

(Sulistyawati, 2011).

3. Adaptasi Psikologis Kehamilan Trimester III

Perubahan Psikologis Kehamilan Trimester III (Asrinah dkk, 2010)

yakni:

a. Trimeter III sering disebut sebagai periode penantian yang mana pada

trimester ketiga ini wanita menanti kehadiran bayinya sebagai bagian

dari dirinya dia menjadi tidak sabar untuk segera melihat bayinya dan

ada perasaan yang tidak menyenangkan ketika bayinya tidak lahir tepat

waktu.

b. Trimester III adalah waktu untuk mempersiapkan kelahiran dan

kedudukan sebagai orang tua dan ini dapat menimbulkan perasaan

khawatir.

c. Pada Trimester III dapat timbul perasaan kekhawatiran terhadap

bayinya, khawatir bayinya mengalami ketidak normalan (kecacatan).


11

Akan tetapi kesibukan dalam mempersiapkan kelahiran bayinya dapat

mengurangi kekhawatirannya.

d. Hasrat seksual tidak seperti pada trimester kedua hal ini dipengaruhi

oleh perubahan bentuk perut yang semakin membesar dan adanya

perasaan khawatir terjadi sesuatu terhadap bayinya.

e. Wanita akan kembali merasakan ketidaknyamanan fisik yang semakin

kuat menjelang akhir kehamilan. Ibu akan merasa canggung, jelek,

berantakan dan memerlukan dukungan dari pasangannya yang sangat

besar.

4. Asuhan Kebidanan Pada Kehamilan

Asuhan kebidanan dilakukan pendokumentasian menggunakan

SOAP (Marmi, 2011) meliputi:

a. Data Subyektif

Subyektif adalah data yang didapat dan klien sebagai

pendapat terhadap suatu situasi dan kejadian. Pada trimester III data

subjektif ibu menyatakan telat haid 7-8 bulan dan nyeri pinggang

bagian belakang. Pada data subyektif meliputi:

1) Biodata

Biodata mencakup identitas pasien yaitu:

a) Nama yang jelas dan lengkap bila perlu ditulis nama panggilan

sehari-hari.

b) Umur, dicatat dalam tahun, berguna mengantisipasi diagnosa

masalah kesehatan dan tindakan yang dilakukan.


12

c) Agama, ditanyakan untuk kemungkinan pengaruhnya terhadap

kebiasaan kesehatan pasien dan mempermudah pendekatan

didalam melaksanakan asuhan kebidanan.

d) Suku/bangsa berpengaruh pada adat istiadat atau kebiasan

sehari-hari.

e) Pendidikan, ditanyakan untuk mengetahui tingkat

intelektualnya, juga tingkat pengetahuan sikap perilaku

kesehatan seseorang.

f) Pekerjaan, gunanya untuk mengetahui dan mengukur tingkat

sosial ekonominya, karena ini juga berpengaruh dalam gizi

pasien tersebut.

g) Alamat, ditanyakan untuk maksud mempermudah hubungan

bila diperlukan keadaan mendesak dengan diketahui alamat

bidan dapat mengetahui tempat tinggal pasien dan

lingkungannya.

2) Keluhan utama, ibu mengatakan telah haid 7 – 9 bulan, pernah atau

tidak pernah keguguran, jumlah anak yang hidup, serta jumlah

kelahiran.

3) Riwayat menstruasi, untuk mengetahui faal alat reproduksi yang

meliputi usia saat menarche, siklus haid, lamanya haid, sifat darah

dan nyeri yang terjadi pada saat haid.


13

4) Riwayat perkawinan yang perlu dikaji adalah berapa kali menikah,

status menikah syah atau tidak, karena tanpa status yang jelas akan

berkaitan denga psikologis.

5) Riwayat kehamilan yang lalu, ditanyakan apakah ada gangguan

yang sangat selama kehamilan, selama hamil melakukakan

pemeriksaan dimana.

6) Riwayat kehamilan sekarang, untuk mengetahui sejak kapan

pergerakan anak dirasakan, keluhan yang dialami saat hamil,

imunisasi TT berapa kali dan therapi yang didapatkan.

7) Riwayat Keluarga Berencana, untuk mengetahui apakah pasien

pernah mengikuti KB dengan kontrasepsi jenis apa, berapa lama,

adakah keluhan selama menggunakan kontrasepsi, dan alasan

berhenti dari KB.

8) Riwayat Kesehatan Keluarga, data ini diperlukan untuk dapat

mengetahui kemungkinan adanya pengaruh penyakit keluarga

terhadap kesehatan pasien dan janinnya yaitu apabila ada penyakit

keluarga yang menyertai.

9) Keadaan Psikososial, untuk mengetahui respon ibu dan keluarga

terhadap kehamilannya. Wanita mengalami perubahan

emosi/psikologis selama masa kehamilan.

10) Riwayat Pola Nutrisi, menggambarkan tentang pola makan,

frekuensi, jenis makanan dan minuman dan keluhan.


14

11) Riwayat Eliminasi, menggambarkan pola fungsi sekresi yaitu

kebiasaan buang air besar dan buang air kecil, meliputi frekuensi,

warna, bau, dan keluhan.

12) Pola Istirahat, meggambarkan pola istirahat dan tidur pasien,

berapa jam pasien tidur dan keluhan yang dialami pasien saat

istirahat.

13) Riwayat Kebersihan Diri, dikaji untuk mengetahui apakah ibu

selalu menjaga kebersihan tubuh terutama pada daerah genitalia,

karena pada masa kehamilan terjadi peningkatan pH vagina.

Data subjektif menguatkan diagnosa yang akan dibuat. Tanda

gejala subjektif yang diperoleh dari hasil bertanya dari pasien, suami

atau keluarga (identitas umum, keluhan, riwayat menarche, riwayat

perkawinan, riwayat kehamilan, riwayat persalinan, riwayat KB,

penyakit sekarang, riwayat penyakit keluarga, riwayat psikososial, pola

hidup).

b. Objektif (data yang diobservasi)

Data Adalah data yang diperoleh melalui pemeriksaan pada

pasien, pemeriksaan umum, kebidanan dan pemeriksaan penunjang.

Pada data objektif pemeriksaan tersebut adalah meliputi:

1) Pemeriksaan fisik umum : keadaan umum pasien yang ditunjunkan

dengan kesadaran,postur tubuh, gerakan tubuh dan ekspresi wajah.


15

2) Pengukuran tanda-tanda vital : suhu ( 36,50C-37,50C ), nadi (80-

90x/menit), tekanan darah (110/70-120/80 mmHg), dapat

menentukan adanya gangguan kesehatan dalam tubuh pasien.

3) Pemeriksaan inspeksi, meliputi:

a. Kepala : Kebersihan rambut dan apakah ada

benjolan.

b. Wajah : Observasi kulit muka apakah ada pucat

atau edema dan cloasma.

c. Mata : Apakah ada ikterik dan pucat.

d. Hidung : Apakah ada polip dan sekret.

e. Telinga : Apakah ada serumen.

f. Leher : Apakah ada benjolan abnormal dan

pembesaran kelenjar.

g. Dada :
Bentuknya apakah ada benjolan abnormal,

apakah puting susu menonjolan atau tidak,

adakah hiperpigmentasi dan pengeluaran

colostrum.
h. Abdomen :
Apakah ada bekas operasi, strie dan linea

nigra.
i. Ekstremitas :
Ekstremitas atas dan bawah apakah ada

oedema dan varises.


j. Genitalia :
Apakah ada kelainan, pengeluaran cairan

abnormal dari jalan lahir.


16

4) Pemeriksaan palpasi meliputi :

a. Leopold I : Untuk menentukan usia kehamilan, tinggi

fundus uteri, dan bagian apa yang

terdapat pada fundus.

Pada Trimester III usia kehamilan:

7 bulan : 3 jari atas pusat

8 bulan : ½ pusat – PX

9 bulan : 3 jari bawah PX

b. Leopold II : Untuk menentukan letak punggung janin

sebelah kanan atau kiri dan bagian

terkecil janin, jika teraba keras, datardan

memanjang seperti papan( punggung)

c. Leopold III : Untuk menentukan apa yangterdapat

dibagian bawah ( jika kepala maka teraba

bulat, melenting, dan keras), bokong

(bulat, lunak, melenting) dan apakah

bagian bawah janin ini sudah atau belum

terpegang oleh pintu atas panggul.

d. Leopold IV : Untuk menentukan apa yang menjadi

bagian bawah dan berapa masuknya

bagian bawah kedalam rongga panggul.


17

5) Pemeriksaan Auskultasi

Apakah DJJ terdengar atau tidak, frekuensi, jelas dan

teratur atau tidak dan terdengar di kanan atau kiri perut ibu. DJJ

normal 120-160 x/menit.

6) Pemeriksaan Perkusi

Tungkai refleks atau tidak

7) Pemeriksaan penunjang

a) Pemeriksaan darah:

(1) Golongan darah : untuk mengetahui golongan darah

pasien: A, B,O dan AB.

(2) Hemoglobin (Hb) : Hb normal adalah 11-16 g/dl.

(3) Malaria (DDR) : Hasil pemeriksaan negatif atau positif.

(4) Hepatitis B (HbsAg) : Hasil pemeriksaan positif atau

negatif.

b) Pemeriksaan Ultrasonografi (USG) : dilakukan atau tidak di

lakukan.

c) Analisa

G P A AH UK 28-40 minggu janin tunggal/gemeli, hidup,

presentasi Kepala/Sungsang/Lintang intra uterine.

d) Pelatalaksanaan

(1) Standar pelayanan Antenatal (10 T)

Menurut Kementrian Kesehatan RI (2017),

menyatakan dalam melakukan pemeriksaan antenatal,


18

tenaga kesehatan harus memberikan pelayanan yang

berkualitas sesuai standar terdiri dari:

(a) Timbangan Berat Badan Dan Ukur Tinggi Badan

Berat badan dihitung setiap ibu datang untuk

mengetahui kenaikan BB dan penurunan BB.

Kenaikan BB ibu hamil normal rata-rata antara 6,5

kg sampai 16 kg (Prawirohardjo, 2010).

Pengukuran tinggi badan pada pertama kali

kunjungan dilakukan untuk menapis adanya faktor

pada ibu hamil. Tinggi badan ibu hamil kurang dari

145 cm meningkatkan risiko untuk terjadinya CPD

(Cephalo Pelvic Disproportion).

(b) Ukur Tekanan Darah

Pengukuran tekanan darah pada setiap kali

kunjungan antenatal dilakukan untuk mendeteksi

adanya hipertensi (tekanan darah ≥140/90 mmHg)

pada kehamilan dan preeklampsia (hipertensi disertai

edema wajah dan atau tungkai bawah; dan atau

proteinuria).

(c) Nilai Status Gizi (Ukur Lingkar Lengan Atas /Lila)

Pengukuran LiLA hanya dilakukan pada

kontak pertama oleh tenaga kesehatan di trimester I

untuk skrining ibu hamil berisiko Kurang Energi


19

Kronis (KEK), disini maksudnya ibu hamil yang

mengalami kekurangan gizi dan telah berlangsung

lama (beberapa bulan/tahun) dimana LiLA kurang

dari 23,5 cm. Ibu hamil dengan KEK akan

melahirkan bayi berat lahir rendah (BBLR).

(d) Ukur Tinggi Fundus Uteri

Pengukuran tinggi fundus uteri pada setiap

kali kunjungan antenatal dilakukan untuk mendeteksi

pertumbuhan janin sesuai atau tidak dengan umur

kehamilan. Jika tinggi fundus uteri tidak sesuai

dengan umur kehamilan, kemungkinan ada gangguan

pertumbuhan janin. Standar pengukuran penggunaan

pita pengukur setelah kehamilan 24 minggu.

Tabel. 2 Perkiraan TFU terhadap kehamilan


Tinggi Fundus Usia Kehamilan
1/3 diatas simfisis atau 3 jari diatas simfisis 12 minggu
½ simfisis-pusat 16 minggu
2/3 diatas simfisis atau 3 jari dibawah pusat 20 minggu
Setinggi pusat 22 minggu
1/3 diatas pusat atau 3 jari diatas pusat 28 minggu
½ pusat-procesus xipoideus 34 minggu
Setinggi procesus xipoideus 36 minggu
2 jari dibawah procesus xipoideus 40 minggu
Sumber : (Walyani,2015)

(e) Tentukan Presentasi Janin dan Denyut Jantung Janin (DJJ)


20

Menentukan presentasi janin dilakukan pada akhir

trimester II dan selanjutnya setiap kali kunjungan

antenatal. Pemeriksaan ini dimaksudkan untuk mengetahui

letak janin. Jika pada trimester III bagian bawah janin

bukan kepala, atau kepala janin belum masuk ke panggul

berarti ada kelainan letak, panggul sempit atau ada

masalah lain. Penilaian DJJ dilakukan pada akhir trimester

I dan selanjutnya setiap kali kunjungan antenatal. DJJ

lambat kurang dari 120x/menit atau DJJ cepat lebih dari

160 kali/menit menunjukkan adanya gawat janin.

(f) Skrining Status Imunisasi Tetanus Dan Berikan Imunisasi

Tetanus Toxoid (TT)

Untuk mencegah terjadinya tetanus neonaturum,

ibu hamil harus mendapat imunisasi TT. Pada saat kontak

pertama, ibu hamil diskrining status imunisasi ibu saat ini.

Ibu hamil minimal memiliki status imunisasi TT2 agar

mendapat perlindungan terhadap imunisasi infeksi tetanus.

Ibu hamil dengan TT5 (TT Long Life) tidak perlu

diberikan imunisasi TT lagi. Pemberian Imunisasi TT

tidak mempunyai interval maksimal, hanya terdapat

interval minimal. Interval minimal pemberian Imunisasi

TT dan lama perlindungannya dapat dilihat pada tabel 2.

Selang waktu pemberian imunisasi Tetanus Toxoid.


21

Tabel. 3 Imunisasi TT

Imunisasi Interval % Masa


Perlindungan Perlindungan

TT1 Kunjungan ANC pertama 0 -

TT2 4 minggu setelah TT1 80 3 tahun

TT3 6 bulan setelah TT 2 95 5 tahun

TT4 1 tahun setelah TT 3 99 10 tahun

TT5 1 tahun setelah TT 4 99 25


tahun/seumur
hidup

(Sumber : Walyani, 2015)

(g) Beri Tablet Tambah Darah (Tablet Besi)

Untuk mencegah anemia gizi besi, setiap ibu

hamil harus mendapat tablet tambah darah (tablet zat

besi) dan asam folat minimal 90 tablet selama kehamilan

yang diberikan sejak kontak pertama.

(h) Tes Laboratorium (Rutin Dan Khusus)

Pemeriksaan laboratorium yang dilakukan pada

ibu hamil adalah pemeriksaan laboratorium rutin dan

khusus. Pemeriksaan laboratorium rutin adalah

pemeriksaan laboratorium yang harus dilakukan pada

setiap ibu hamil yaitu golongan darah, hemoglobin darah

dan pemeriksaan spesifik daerah endemis (malaria, HIV,

dll). Sementara pemeriksaan laboratorium khusus adalah

pemeriksaan laboratorium lain yang dilakukan atas


22

indikasi pada ibu hamil yang melakukan kunjungan

antenatal. Pemeriksaan laboratorium dilakukan pada saat

antenatal tersebut meliputi:

(1) Pemeriksaan Golongan Darah

Pemeriksaan golongan darah pada ibu

hamil tidak hanya untuk mengetahui jenis golongan

darah ibu melainkan juga untuk mempersiapkan

calon pendonor darah yang sewaktu-waktu

diperlukan apabila terjadi situasi kegawatdaruratan.

(2) Pemeriksaan Kadar Hemoglobin Darah (Hb)

Pemeriksaan kadar hemoglobin darah ibu

hamil dilakukan minimal sekali pada trimester

pertama dan sekali pada trimester ketiga.

Pemeriksaan ini ditujukan untuk mengetahui ibu

hamil tersebut menderita anemia atau tidak selama

kehamilannya karena kondisi anemia dapat

mempengaruhi proses tumbuh kembang janin dalam

kandungan. Pemeriksaan kadar hemoglobin darah

ibu hamil pada trimester kedua dilakukan atas

indikasi.

(3) Pemeriksaan Protein Dalam Urin


23

Pemeriksaan protein dalam urin pada ibu

hamil dilakukan pada trimester kedua dan ketiga

atas indikasi. Pemeriksaan ini ditujukan untuk

mengetahui adanya proteinuria pada ibu hamil.

Proteinuria merupakan salah satu indicator

terjadinya preeklapsia pada ibu hamil.

(4) Pemeriksaan Kadar Gula Darah

Ibu hamil yang dicurigai menderita

diabetes mellitus harus dilakukan pemeriksaan gula

darah selama kehamilannya minimal sekali pada

trimester pertama, sekali pada trimester kedua dan

sekali pada trimester ketiga.

(5) Pemeriksaan Darah Malaria

Semua ibu hamil di daerah endemis

malaria dilakukan pemeriksaan darah malaria dalam

rangka skrining pada kunjungan pertama antenatal.

Ibu hamil di daerah non endemis malaria dilakukan

pemeriksaan darah malaria apabila ada indikasi.

(6) Pemeriksaan Tes Sifilis

Pemeriksaan tes sifilis dilakukan di

daerah risiko tinggi dan ibu hamil yang menderita

sifilis. Pemeriksaan sifilis sebaiknya dilakukan

sedini mungkin pada kehamilan.


24

(7) Pemeriksaan HIV

Tes HIV wajib ditawarkan oleh tenaga

kesehatan ke semua ibu hamil secara inklusif

dengan pemeriksaan laboratorium rutin. Teknik

penawaran ini disebut tes HIV atas inisitif pemberi

pelayanan kesehatan (TIPK).

(8) Pemeriksaan BTA

Pemeriksaan BTA dilakukan pada ibu

hamil yang dicurigai menderita tuberkulosis sebagai

pencegahan agar infeksi tuberkulosis tidak

mempengaruhi kesehatan janin.

(i) Tatalaksana/Penanganan Kasus

Berdasarkan hasil pemeriksaan antenatal di atas dan

hasil pemeriksaan laboratorium, setiap kelainan yang

ditemukan pada ibu hamil harus ditangani sesuai dengan

standard an kewenangan tenaga kesehatan. Kasus-kasus yang

tidak dapat ditangani dirujuk sesuai dengan sistem rujukan.

(j) Temu Wicara (Konseling)

Temu wicara (konseling) dilakukan pada setiap

kunjungan antenatal yang meliputi:

(1) Kesehatan Ibu


25

Setiap ibu hamil dianjurkan untuk memeriksakan

kehamilannya secara rutin ke tenaga kesehatan dan

menganjurkan ibu hamil agar beristirahat yang cukup

selama kehamilannya (sekitar 9-10 jam per hari) dan tidak

bekerja berat.

(2) Perilaku Hidup Sehat dan Bersih

Setiap ibu hamil dianjurkan untuk menjaga

kebersihan badan selama kehamilan misalnya mencuci

tangan sebelum makan, mandi 2 kali sehari dengan

menggunakan sabun, menggosok gigi setelah sarapan dan

sebelum tidur serta olahraga ringan.

(3) Peran Suami/Keluarga Dalam Kehamilan dan Perencanaan

Persalinan

Setiap ibu hamil perlu perlu mendapatkan

dukungan dari keluarga terutama suami dalam

kehailannya. Suami, keluarga atau masyarakatat perlu

menyiapkan biaya persalinan, kebutuhan bayi, transportasi

rujukan dan calon pendonor darah. Hal ini penting apabila

terjadi komplikasi dalam kehamilan, persalinan, dan nifas

agar segera dibawah ke fasilitas kesehatan.

(4) Tanda Bahaya Pada Kehamilan, Persalinan, dan Nifas

Serta Kesiapan Menghadapi Komplikasi


26

Setiap ibu hamil diperkenalkan mengenai tanda-

tanda bahaya baik selama kehamilan, persalinan, dan nifas

misalnya perdarahan pada hamil muda maupun hamil tua,

keluar cairan berbau pada jalan lahir saat nifas, dan

sebagainya.

(5) Asupan Gizi Seimbang

Selama hamil, ibu dianjurkan untuk mendapatkan

asupan makanan yang cukup dengan pola gizi yang

seimbang karena hai ini penting untuk proses tumbuh

kembang janin dan derajat kesehatan ibu. Misalnya ibu

hamil disarankan minum tablet tambah darah secara rutin

untuk mencegah anemia pada kehamilannya.

(6) Gejala Penyakit Menular Dan Tidak Menular

Setiap ibu hamil harus tahu mengenai gejala-gejal

penyakit menular dan tidak menular karena dapat

mempengaruhi pada kesehatan ibu dan janinnya.

(7) Penawaran untuk melakukan tes HIV dan koseling di

daerah Epidemi meluas dan terkonsentrasi atau ibu hamil

dengan IMS dan Tuberkulosis di daerah Epidemi rendah.

Setiap ibu hamil ditawarkan untuk melakukan tes

HIV dan segera diberikan informasi mengenai risiko

penularan HIV dari ibu ke janinnya. Apabila ibu hamil

tersebut HIV positif maka dilakukan konseling


27

pencegahan penularan HIV dari ibu ke anak (PPIA). Bagi

ibu hamil yang negatif diberikan penjelasan untuk menjaga

tetap HIV negatif Selama hamil, menyusui dan seterusnya.

(8) Inisiasi Menyusu Dini (IMD) Dan Pemberian ASI Ekslusif

Setiap ibu hamil danjurkan untuk memberikan ASI

kepada bayinya segera setelah bayi lahir karena ASI

mengandung zat kekebalan tubuh yang penting ASI

dilanjukan sampai bayi berusia 6 bulan.

(9) KB Pasca Bersalin

Ibu hamil diberikan pengarahan tentang pentingnya

ikut KB setelah persalinan untuk menjarangkan kehamilan

dan agar ibu punya waktu untuk merawat kesehatan diri

sendiri, anak dan keluarga.

(10) Imunisasi

Setiap ibu hamil harus mempunyai status imunisasi

(T) yang masih memberikan perlindungan untuk

mencegah ibu dan bayi mengalami tetanus neonaturum.

Setiap ibu hamil minimal mempunyai mempunyai status

imunisasi T2 agar terlindungi terhadap infeksi.

(11) Program Puskesmas P4K (Program Perencanaan

Persalinan Dan Pencegahan Komplikasi) :


28

(a) Pengertian

P4K adalah merupakan suatu kegiatan yang

difasilitasi oleh bidan khususnya, dalam rangka peran

aktif suami, keluarga dan masyarakat dalam

merencanakan persalinan yang aman dan persiapan

menghadapi komplikasi bagi ibu hamil, termasuk

perencanaan penggunaan KB pasca persalinan dengan

menggunakan stiker sebagai media notifikasi sasaran

dalam rangka meningkatkan cakupan dan mutu

pelayanan kesehatan bagi ibu dan bayi baru lahir.

Fokus dari P4K adalah pemasangan stiker

pada setiap rumah yang ada ibu hamil. Diharapkan

dengan adanya stiker (Gambar) di depan rumah,

semua warga masyarakat mengetahui dan juga

diharapkan dapat memberi bantuannya. Di lain pihak

masyarakat diharapkan dapat mengembangkan

norma-norma sosial termasuk kepeduliannya untuk

menyelamatkan ibu hamil dan ibu bersalin.

Dianjurkan kepada ibu hamil untuk melahirkan ke

fasilitas kesehatan termasuk bidan desa. Bidan

diharuskan melaksanakan pelayanan kebidanan antara

lain pemeriksaan kehamilan, pertolongan persalinan,

asuhan masa nifas dan perawatan bayi baru lahir


29

sehingga kelak dapat mencapai dan mewujudkan Visi

Departemen Kesehatan, yaitu ”Masyarakat Mandiri

untuk Hidup Sehat”.

Dalam rangka meningkatkan cakupan dan

mutu pelayanan kesehatan bagi ibu dan bayi baru

lahir (DepKes RI, 2009). Gambar (2.1) stiker P4K

(Program Perencanaan Persalinan Dan Pencegahan

Komplikasi).

(b) Peran dan fungsi bidan pada ibu hamil dalam P4K,

menurut Depkes (2009), yaitu:

(1) Melakukan pemeriksaan ibu hamil (ANC) sesuai

standar (minimal 4 kali selama hamil) muali dari

pemeriksaan keadaan umum, Menentukan

taksiran partus (sudah dituliskan pada stiker),

keadaan janin dalam kandungan, pemeriksaan

laboratorium yang diperlukan, pemberian

imunisasi TT (dengan melihat status

imunisasinya), pemberian tablet Fe, pemberian

pengobatan/ tindakan apabila ada komplikasi.

(2) Melakukan penyuluhan dan konseling pada ibu

hamil dan keluarga mengenai:tanda-tanda

persalinan, tanda bahaya persalinan dan

kehamilan, kebersihan pribadi dan lingkungan,


30

kesehatan & gizi, perencanaan persalinan

(bersalin di bidan, menyiapkan trasportasi,

menyiapkan biaya, menyiapkan calon donor

darah), perlunya Inisiasi Menyusu Dini (IMD)

dan ASI Eksklusif, KB pasca persalinan.

(3) Melakukan kunjungan rumah untuk

penyuluhan/konseling pada keluarga tentang

perencanaan persalinan, memberikan pelayanan

ANC bagi ibu hamil yang tidak datang ke bidan,

motivasi persalinan di bidan pada waktu

menjelang taksiran partus, dan membangun

komunikasi persuasif dan setara, dengan forum

peduli KIA dan dukun untuk peningkatan

partisipasi aktif unsur-unsur masyarakat dalam

peningkatan kesehatan ibu dan anak.

(4) Melakukan rujukan apabila diperlukan.

Memberikan penyuluhan tanda, bahaya pada

kehamilan, persalinan dan nifas. Melibatkan

peran serta kader dan tokoh masyarakat, serta

melakukan pencatatan pada : kartu ibu, Kohort

ibu, Buku KIA.


31

B. PERSALINAN DAN BAYI BARU LAHIR (BBL) UMUR 1 JAM

1. Persalinan

Persalinan terbagi menjadi 2 bagian yaitu persalinan normal dan

patologis.

a. Persalinan normal

1. Pengertian

Persalinan merupakan rangkaian dari ritme, kontraksi progresif pada

rahim yang biasanya memindahkan janin melalui bagian bawah rahim

(servik) dan saluran lahir (vagina) menuju dunia luar (Nuha Medika 2014).

Persalinan normal merupakan suatu proses pengeluaran bayi dengan usia

kehamilan yang cukup, letak memanjang atau sejajar sumbu badan ibu,

presentasi belakang kepala, keseimbangan diameter kepala bayi dan panggul

ibu, serta dengan tenaga ibu sendiri. Hampir sebagian besar persalinan

merupakan persalinan normal, hanya sebagian saja (12-15%) merupakan

persalinan patologik (Saifuddin, 2010).

Persalinan adalah proses pengeluaran hasil konsepsi (janin dan plasenta)

yang telah cukup umur kehamilannya dan dapat hidup di luar kandungan

melalui jalan lahir atau jalan lain dengan bantuan atau dengan kekuatan ibu

sendiri (Manuaba, 2010).


32

a. Tahapan persalinan

Proses persalinan ini terdiri dari 4 kala ( Desi warnalisa, 2014) yaitu :

1) Kala I

Waktu untuk pembukaan serviks sampai menjadi pembukaan lengkap

yaitu 10 cm. Dimana kala I ini dibagi menjadi dua yaitu :

a) Fase laten

Dimana pembukaan serviks berlangsung lambat, sampai pembukaan

3 cm berlangsung dalam 7-8 jam.

b) Fase aktif

Berlangsung selama 6 jam dan dibagi atas 3 subfase, yaitu :

(a) Periode akselerasi berlangsung 2 jam pembukaan menjadi 4 cm.

(b) Periode dilatasi maksimal selama 2 jam pembukaan berlangsung

cepatmenjadi 9 jam.

(c) Periode deselarasi berlangsung lambat dalam waktu 2 jam

pembukaan jadi 10 cm atau lengkap.

2) Kala II

Kala pengeluaran janin, waktu uterus dengan kekuatan his ditambah

kekuatan mengedan,mendorong janin keluar hingga lahir. Persalinan

kala II dimulai saat pembukaan serviks lengkap (10cm) dan berakhir

dengan keluarnya janin. Tanda dan gejala kala II, antara lain ibu ingin

meneran (dorongan meneran/doran), perineum menonjol (perjol), vulva

membuka (vulka), tekanan anus (teknus), meningkatnya pengeluaran


33

lendir dan darah, kepala telah turun di dasar panggul. Pada proses

persalinan kala II ini ternyata ada beberapa hal yang kita lakukan.

3) Kala III

Waktu pelepasan dan pengeluaran ari-ari/plasenta. Lepasnya plasenta

sudah dapat diperkirakan dengan memperhatikan tanda- tanda seperti

uterus menjadi bulat, uterus terdorong keatas karena plasenta dilepas ke

segmen bawah rahim, tali pusat bertambah panjang, terjadi perdarahan.

4) Kala IV

Kala IV dimaksudkan untuk melahirkan observasi karena perdarahan

pasca persalinan paling sering terjadi pada 2 jam pertama. Observasi

yang dilakukan adalah tingkat kesadaran penderita, pemeriksaan tanda-

tanda vital, kontraksi uterus, terjadi perdarahan.

b. Faktor-faktor yang mempengaruhi persalinan

Faktor-faktor yang mempengaruhi persalinan ( Manuaba, 2010) antara

lain:

1) Power (Kekuatan)

Kekuatan atau tenaga yang mendorong janin keluar. Kekuatan tersebut

meliputi kontraksi dan tenaga meneran.

2) Passenger (Penumpang)

Penumpang dalam persalinana dalah janin dan plasenta. Hal-hal yang

perlu diperhatikan mengenai janin adalah ukuran kepala janin,

presentasi, letak, sikap dan posisi janin, sedangkan yang perlu

diperhatikan pada plasenta adalah letak, besar, dan luasnya.


34

3) Passage (Jalan lahir)

Jalan lahir terbagi atas dua, yaitu jalan lahir keras dan jalan lahir lunak.

Hal-hal yang perlu diperhatikan dari jalan keras adalah ukuran dan

bentuk tulang panggul, sedangkan pada jalan lahir lunak adalah segmen

bawah uterus yang dapat meregang, serviks, otot dasar panggul,

vagina dan introitus vagina.

c. Tanda-tanda persalinan

Tanda-tanda persalinan (Manuaba, 2010) yaitu:

a) Terjadinya his persalinan.

Mempunyai ciri khas pinggang terasa nyeri yang menjalar ke depan,

sifatnya teratur, interval makin pendek dan kekuatannya makin besar,

mempunyai pengaruh terhadap perubahan serviks, semakin beraktivitas

kekuatan makin bertambah.

b) Pengeluaran lendir dan darah (pembawa tanda)

Dengan his persalinan terjadi perubahan pada serviks yang

menimbulkan pendataran dan pembukaan. Pembukaan menyebabkan

lendir yang terdapat pada kanalis servikalis lepas. Terjadi perdarahan

karena kapiler pembuluh darah pecah.

c) Pengeluaran cairan.

Pada beberapa kasus terjadi ketuban pecah yang menimbulkan

pengeluaran cairan. Sebagian besar ketuban baru pecah menjelang

pembukaan lengkap. Dengan pecahnya ketuban diharapkan persalinan

berlangsung dalam waktu 24 jam.


35

d) Perubahan Serviks

Pada pemeriksaan dalam dijumpai perubahan serviks seperti pelunakan

serviks, pendataran serviks dan pembukaan serviks.

b. Sectio Caesarea

1) Pengertian

Sectio caesarea adalah suatu persalinan buatan dimana janin

dilahirkan melalui suatu insisi pada dinding depan perut dan dinding

rahim dengan sayatan rahim dalam keadaan utuh serta berat janin di

atas 5000 gram.

Sectio Caesarea ialah tindakan untuk melahirkan janin

dengan berat badan diatas 5000 gram melalui sayatan pada

dinding uterus yang utuh.

Sectio caesarea adalah pembedahan untuk melahirkan janin

dengan membuka dinding perut dan dinding rahim. (Sarwono,

2009).

Persalinan Caesar ini akan menimbulkan rasa nyeri pada

luka bekas sayatan di perut bercampur rasa kebal disekitarnya.

Keadaan itu menyebabkan ibu merasa malas dan takut untuk

menggerakkan tubuh, akan tetapi kembali bergerak secepat

mungkin sangat disarankan bagi para ibu sesudah operasi caesar.

Operasi dan anastesi dapat menyebabkan pneumonia sehingga

sangat penting bagi ibu untuk bergerak. (Sudarti, 2014).


36

2) Indikasi

Indikasi ibu dilakukan sectio caesarea adalah ruptur uteri

iminen, perdarahan antepartum, ketuban pecah dini. Sedangkan

indikasi dari janin adalah fetal distres dan janin besar melebihi

4.000 gram. Dari beberapa faktor diatas dapat diuraikan beberapa

penyebab sectio caesarea sebagai berikut: (Manuaba, 2010).

a) PEB (Pre-Eklamsi Berat)

Pre-eklamsi dan eklamsi merupakan kesatuan penyakit

yang langsung disebabkan oleh kehamilan, sebab terjadinya

masih belum jelas. Setelah perdarahan dan infeksi, pre-eklamsi

dan eklamsi merupakan penyebab kematian maternal dan

perinatal paling penting dalam ilmu kebidanan. Karena itu

diagnosa dini sangat penting yaitu mampu mengenali dan

mengobati sehingga tidak terjadi eklamsi.

b) KPD (Ketuban Pecah Dini)

Ketuban pecah dini adalah pecahnya ketuban sebelum

terdapat tanda persalinan dan ditunggu satu jam belum terjadi

inpartu. Sebagian besar ketuban pecah dini adalah hamil aterm

di atas 37 minggu, sedangkan di bawah 36 minggu hanya

sebagian terkecil.

c) Mengulangi Operasi Sectio Caesarea

Sebanyak 90 persen wanita yang pernah menjalani

operasi caesar adalah kandidat untuk kelahiran normal setelah


37

melahirkan saesar untuk kelahiran berikutnya vaginal birth

after caesarea (VBAC). Risiko terbesar yang terlibat dalam

VBAC adalah ruptur uteri, yang terjadi pada 0,2-1,5% dari

VBAC. Namun, ada kriteria yang harus dipenuhi untuk

memiliki VBAC. Konsultasikan dengan dokter tentang kondisi

tersebut.

d) Bayi Kembar

Tidak selamanya bayi kembar dilahirkan secara caesar.

Hal ini karena kelahiran kembar memiliki resiko terjadi

komplikasi yang lebih tinggi daripada kelahiran satu bayi.

Selain itu, bayi kembar pun dapat mengalami sungsang atau

salah letak lintang sehingga sulit untuk dilahirkan secara

normal.

e) Faktor Hambatan Jalan Lahir

Adanya gangguan pada jalan lahir misalnya jalan lahir

yang tidak memungkinkan adanya pembukaan, adanya tumor

dan kelainan bawaan pada jalan lahir, tali pusat pendek dan ibu

sulit bernafas.

f) Kelainan Letak Janin

Kelainan letak janin terbagi menjadi 2 bagian yaitu:


38

(1) Kelainan pada letak kepala

(a) Letak kepala tengadah

Bagian terbawah adalah puncak kepala, pada

pemeriksaan dalam teraba UUB yang paling rendah.

Etiologinya kelainan panggul, kepala bentuknya

bundar, anaknya kecil atau mati, kerusakan dasar

panggul.

(b) Presentasi muka

Letak kepala tengadah (defleksi) sehingga

bagian kepala yang terletak paling rendah ialah muka.

Hal ini jarang terjadi kira-kira 0,27-0,5 %.

(c) Presentasi dahi

Posisi kepala antara fleksi dan defleksi dahi

berada pada posisi terendah dan tetap paling depan.

Pada penempatan dagu biasanya dengan sendirinya

akan berubah menjadi letak muka atau letak belakang

kepala.

(2) Letak Sungsang

Letak sungsang merupakan keadaan dimana janin

terletak memanjang dengan kepala difundus uteri dan

bokong berada di bagian bawah kavum uteri. Dikenal

beberapa jenis letak sungsang, yakni presentasi bokong,


39

presentasi bokong kaki, sempurna, presentasi bokong kaki

tidak sempurna dan presentasi kaki (Saifuddin, 2011).

2. Komplikasi

Yang sering terjadi pada ibu dengan operasi Sectio

Caesaria yaitu:

a. Infeksi puerperial : kenaikan suhu selama beberapa hari

dalam masa nifas dibagi menjadi:

1) Ringan dengan suhu meningkat dalam beberapa hari.

2) Sedang, suhu meningkat lebih tinggi disertai dengan

dehidrasi dan perut sedikit kembung.

3) Berat, peritonealis, sepsis dan usus paralitik

b. Perdarahan : perdarahan banyak bisa terjadi jika pada saat

pembedahan cabang-cabang arteri uterine ikut terbuka atau

karena atonia uteri.

c. Komplikasi-komplikasi lainnya antara lain luka kandung

kencing dan embolisme paru yang sangat jarang terjadi.

d. Kurang kuatnya parut pada dinding uterus sehingga pada

kehamilan berikutnya bisa terjadi ruptur uteri.

Yang sering terjadi pada ibu dan bayi yaitu Kematian

perinatal.
40

3. Penatalaksanaan

a. Perawatan awal

1) Letakan pasien dalam posisi pemulihan Periksa kondisi

pasien, cek tanda vital tiap 15 menit selama 1 jam pertama,

kemudian tiap 30 menit jam berikutnya. Periksa tingkat

kesadaran tiap 15 menit sampai sadar.

2) Yakinkan jalan nafas bersih dan cukup ventilasi.

3) Transfusi jika diperlukan.

4) Jika tanda vital dan hematokrit turun

walau diberikan transfusi, segera kembalikan ke kamar bedah

kemungkinan terjadi perdarahan pasca bedah.

b. Diet

Pemberian cairan perinfus biasanya dihentikan setelah

penderita flatus lalu dimulailah pemberian minuman dan makanan

peroral. Pemberian minuman dengan jumlah yang sedikit sudah

boleh dilakukan pada 6 - 10 jam pasca operasi, berupa air putih dan

air teh.

c. Mobilisasi

Mobilisasi dilakukan secara bertahap meliputi :

1) Miring kanan dan kiri dapat dimulai sejak 6 - 10 jam setelah

operasi.

2) Latihan pernafasan dapat dilakukan penderita sambil tidur

terlentang sedini mungkin setelah sadar.


41

3) Hari kedua post operasi, penderita dapat didudukkan

selama 5 menit dan diminta untuk bernafas dalam lalu menghem

buskannya.

4) Kemudian posisi tidur terlentang dapat diubah menjadi posisi

setengah duduk (semifowler).

5) Selanjutnya selama berturut-turut hari demi hari, pasien

dianjurkan belajar duduk selama sehari, belajar berjalan dan

kemudian berjalan sendiri pada hari ke-3 sampai hari ke-5 pasca

operasi.

d. Fungsi gastrointestinal

1) Jika tindakan tidak berat beri pasien diit cair.

2) Jika ada tanda infeksi tunggu bising usus timbul.

3) Jika pasien bisa flatus mulai berikan makanan padat.

4) Pemberian infus diteruskan sampai pasien bisa minum dengan

baik.

e. Perawatan fungsi kandung kemih

1) Jika urin jernih, kateter dilepas 8 jam setelah pembedahan atau

sesudah semalam.

2) Jika urin tidak jernih biarkan kateter terpasang sampai urin

jernih.

3) Jika terjadi perlukaan pada kandung kemih biarkan kateter

terpasang sampai minimum 7 hari atau urin jernih.


42

4) Jika sudah tidak memakai antibiotika  berikan nirofurantoin 100

mg per oral per hari sampai kateter dilepas.

5) Kandung kemih yang penuh menimbulkan rasa nyeri dan tidak

nyaman pada penderita, menghalangi involusi uterus dan

menyebabkan perdarahan. Kateter biasanya terpasang 24 - 48

jam/lebih lama lagi tergantung jenis operasi dan keadaan

penderita.

f. Pembalutan dan perawatan luka

1) Jika pada pembalut luka terjadi perdarahan atau keluar cairan ti

dak terlalu banyak jangan mengganti pembalut.

2) Jika pembalut agak kendor jangan ganti pembalut tetapi beri

plester untuk mengencangkan.

3) Ganti pembalut dengan cara steril.

4) Luka harus dijaga agar tetap kering dan bersih.

5) Jahitan fasia adalah yang utama dalam bedah abdomen, angkat

jahitan kulit dilakukan pada hari kelima pasca operasi sectio

saesaria.

g. Jika masih terdapat perdarahan

1) Lakukan masase uterus.

2) Beri Oksitosin 10 unit dalam 500 ml cairan IV (garam fisiologik

atau RL) 60 tetes/menit, Ergometrin 0,2 mg IM dan

Prostaglandin.
43

h. Jika terdapat tanda infeksi berikan Antibiotika kombinasi sampai

pasien bebas demam   selama    48 jam :

1) Ampisilin 2 g IV setiap 6 jam

2) Ditambah Gentamisin 5 mg/kg berat badan IV setiap 8 jam.

3) Ditambah Metronidazol 500 mg IV setiap 8 jam

i. Analgesik dan obat untuk memperlancar kerja saluran pencernaan

1) Pemberian Analgesia sesudah bedah sangat penting.

2) Supositoria = Ketopropen sup 2x/ 24 jam.

3) Oral = Tramadol tiap 6 jam atau paracetamol.

4) Injeksi  = Penitidine 90-75 mg diberikan setiap 6 jam bila perlu.

j. Obat-obatan lain

Untuk meningkatkan vitalitas dan keadaan umum penderita

dapat diberikan Caboransia seperti Neurobian I Vit. C.

h. Hal – hal lain yang perlu diperhatikan

a) Paska bedah penderita dirawat dan diobservasi kemungkinan

komplikasi berupa perdarahan dan hematoma pada daerah

operasi.

b) Pasca operasi perlu dilakukan drainase untuk mencegah

terjadinya hematoma.

c) Pasien dibaringkan dengan posisi semi fowler (berbaring dengan

lutut ditekuk) agar diding abdomen tidak tegang.

d) Diusahakan agar penderita tidak batuk atau menangis.

e) Lakukan perawatan luka untuk mencegah terjadiny infeksi.


44

f) Dalam waktu 1 bulan jangan mengangkut barang yang berat.

g) Selama waktu 3 bulan tidak boleh melakukan kegiatan yang

dapat menaikkan tekanan intra abdomen.

h) pengkajian difokuskan pada kelancaran saluran nafas karena

bila terjadi obstruksi kemungkinan terjadi gangguan ventilasi

yang mungkin disebabkan karena pengaruh obat-obatan

anestetik, narkotik dan karena tekanan diafragma.  Selain itu

juga penting untuk mempertahankan sirkulasi dengan

mewaspadai terjadinya hipotensi dan aritmia kardiak. Hal ini

perlu memantau TTV setiap 10-15 menit dan kesadaran selama

2 jam dan 4 jam sekali.

i) Keseimbangan cairan dan elektrolit, kenyamanan fisik berupa

nyeri dan kenyamanan psikologis juga perlu dikaji sehingga

perlu adanya orientasi dan bimbingan kegiatan post op seperti

ambulasi dan nafas dalam untuk mempercepat hilangnya

pengaruh anestesi.

j) Perawatan pasca operasi, jadwal pemeriksaan ulang tekanan

darah, frekuensi nadi dan nafas, Jadwal pengukuran jumlah

produksi urin, berikan infus dengan jelas singkat dan terinci bila

dijumpai adanya penyimpangan.

k) Penatalaksanaan medis cairan IV sesuai indikasi.

Anestesia; regional atau general perjanjian dari orang

terdekat untuk tujuan sectio caesaria.
45

Tes laboratorium/diagnostik sesuai indikasi. Pemberian

oksitosin sesuai indikasi. Tanda vital per protokol ruangan

pemulihan, persiapan kulit pembedahan abdomen, persetujuan

ditandatangani, pemasangan kateter fole.

18 Penapisan Asuhan Persalinan Normal (JNPK-KR, 2008:50):

1. Riwayat bedah sesar

2. Perdarahan pervaginam

3. Persalinan kurang bulan (usia kehamilan kurang dari 37 minggu)

4. Ketuban pecah disertai dengan mekonium yang kental

5. Ketuban pecah lama (lebih dari 24 jam)

6. Ketuban pecah pada persalinan kurang bulan (usia kehamilan

kurang dari 37 minggu)

7. Ikterus

8. Anemia berat

9. Tanda/gejala infeksi

10. Preeklampsi/hipertensi dalam kehamilan

11. Tinggi fundus 40cm atau lebih,

12. Gawat janin,

13. Primipara dalam fase aktif kala satu persalinan dan kepala janin

masih 5/5

14. Presentasi ganda (majemuk)

15. Kehamilan ganda (majemuk)

16. Kehamilan ganda atau gemeli


46

17. Tali pusat menumbung

18. Syok.

b. Evidence Based.

Evedence based artinya berdasarkan bukti. tidak lagi berdasarkan

pengalaman atau kebiasaan semata. Semua harus berdasarkan bukti dan

bukti inipun tidak sekedar bukti. Tapi bukti alamiah terkini yang bias di

pertanggug jawabkan.

Evidence Based Midwifery ( EBM) ini sangat penting

peranannya dalam dunia kebidanan kerena dengan adanya EBM maka

dapat mencegah tindakan-tindakan yang tidak diperlukan/tidak

bermanfaat bahkan merugikan pasien, terutama pada proses persalinan

yang diharapkan berjalan dengan lancer dan aman sehingga dapat

menurunkan angka kematian Ibu dan angka kematian Bayi.

Tingginya kasus kesakitan dan kematian ibu di banyak negara

berkembang, terutama di sebabkan oleh pasca persalinan, eklamsia,

sepsis dan komplikasi keguguran. Sebagian besar penyebab kesakitan

dan kematian ibu tersebut sebenarnya dapat dicegah melalui upaya

pencegahan yang efektif, beberapa negara berkembang dan hampir

semua negara maju, berhasil merununkan angka kesakitan dan kematian

ke tingkat yang sangat rendah Asuhan Kebidanan pada Persalinan.

c. Asuhan kebidanan di lakukan pendokumentasian menggunkan SOAP

(Marmi, 2010) meliputi:


47

a) Subjektif

Ibu mengatakan merasa nyeri pada perut bagian bawah

menjalar ke pinggang di sertai keluar lendir bercampur darah dari

jalan lahir, sejak kapan ibu mulai merasakan tanda-tanda persalinan,

HPHT dan riwayat persalinan yang lalu.

b) Objektif

Data obyektif di dapatkan dari pemeriksaan umum,

pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang:

1) Pemeriksaan umum

Pemeriksaan umum mencakup Keadaan umum (menilai

keadaan umum ibu lemah atau tidak) kesadaran: composmentis

(sadar penuh dapat menjawab semua pertanyaan tentang keadaan

di sekelilingnya), ekspresi wajah(ceriah atau gelisah).

2) Tanda-Tanda Vital meliputi:

a) Suhu normal yaitu 36,5ºC-37ºC, jika lebih dari 38ºC maka

kemungkinan infeksi.

b) TD normal ibu hamil 110/70 mmHg-120/80 mmHg.

Dikatakan tinggi bila lebih dari 140-90 mmHg.

c) Nadi : dalam keadaan santai, denyut nadi normal sekitar 60-

80x/menit.

d) Pernapasan normal 16-20x/menit.

e) Berat Badan sebelum hamil dan BB saat hamil. Kenaikan

badan normal pada ibu hamil 9-12 kg.


48

f) Lila : di periksa pada tangan kiri, normalnya 23,5 cm jika

kurang dari 23,5 cm merupakan indikator status gizi kurang.

g) Tinggi badan : normalnya > 145 cm, jika < 145 cm beresiko

tinggi seperti panggul sempit.

3) Pemeriksaan fisik

Pemeriksaan fisik meliputi inspeksi, palpasi, auskultasi

danperkusi.

(a) Inspeksi

1. Kepala : Kebersihan rambut dan apakah ada benjolan.

2. Wajah : Observasi kulit muka apakah ada pucat atau

oedema dan closma.

3. Mata : Apakah ada ikterik dan pucat.

4. Hidung : Apakah ada polip dan secret.

5. Telinga : Apakah ada serumen.

6. Leher : Apakah ada benjolan abnormal dan pembesaran

kelenjar.

7. Dada : Bentuknya apakah ada benjolan abnormal,

apakah puting susu menonjolan atau tidak, adakah

hiperpigmentasi dan pengeluaran colostrums.

8. Abdomen : tumor membesar sesuai umur kehamilan,

striae lividae dan striae albikans pada primi dan luka

bekas operasi pada multi.


49

9. Ekstermitas : Ekstremitas atas dan bawah apakah ada

oedema dan varises.

10. Genetalia : Apakah ada varices, oedema atau

pengeluaran lendir dan darah serta cairan ketuban yang

merembes warna putih keruh bau anyir.

11. Anus : Ada hemoroid atau tidak.

(b) Palpasi

1. Leopold I : Usia kehamilan : 7 bulan : 3 jari atas ousat, 8

bulan : ½ pusat – PX, 9 bulan : 3 jari bawah PX

2. Leopold II : Menentukan dimana letak punggung janin

( kanan atau kiri, teraba datar, keras, seperti papan ) dan

letak bagian-bagian terkecil janin.

3. Leopold III : Menentukan apakah yang terdapat di

bagian bawah dan apakah bagian terbawah janin sudah

atau belum terpegang oleh pintu atas panggul. Kepala

(keras, bulat, melenting), bokong (bulat, lunak,

melenting).

4. Leopold IV : Divergen sudah masuk PAP berapa

masuknya bagian terbawah ke dalam rongga panggul,

dengan gambar V / V.
50

(c) Aukultasi

Apakah DJJ terdengar atau tidak, frkuensi, jelas dan

teratur atau tidak dan terdengar di kanan atau kiri perut ibu.

DJJ normal 120-160 x/menit.

(d) Perkusi

Tungkai refleks atau tidak

4) Pemeriksaan dalam

Hasil pemeriksaan dalam sesuai dengan keadaan pasien

dan kemajuan persalinan meliputi:

(a) Keadaan vulva : Tidak ada oedema, tidak ada massa, tidak

ada varises.

(b) Vagina : Ada pengeluaran lendir, darah dan air ketuban.

(c) Porsio : Tebal lunak, tipis lunak tidak teraba.

(d) Kantong ketuban : Ketuban positif atau negatif.

(e) Pembukaan : Pembukaan dimulai dari 1-10 cm.

(f) Kepala : Proses penurunan kepala dalam tahapan persalinan

yaitu hodge I-IV.

5) Pemeriksaan penunjang

Pemeriksaan darah:

(a) Golongan darah : untuk mengetahui golongan darah pasien :

A, B,O dan AB.

(b) Hemoglobin (Hb) : Hb normal adalah 11-16 g/dl.

(c) Malaria (DDR) : Hasil pemeriksaan negatif atau positif.


51

(d) Hepatitis B (HbsAg) : Hasil pemeriksaan positif atau

negatif.

(e) Pemeriksaan Ultrasonografi(USG) : dilakukan atau tidak di

lakukan.

c) Analisa

G P A AHUK 37-42 minggu, Tunggal/Gemeli, Hidup, Presentasi

Kepala/Sungsang/Melintang intra uterine, Inpartu kala I Fase

laten/aktif – kala IV.

d) Penatalaksanaan

(1) Melakukan asuhan sayang ibu

Asuhan sayang ibu adalah asuhan dengan prinsip saling

menghargai budaya, kepercayaan dan keinginan ibu. Salah satu

prinsip dasarnya adalah mengikutsertakan suami dan keluarga

selama proses persalinan dan kelahiran bayi. Perhatian dan

dukungan kepada ibu selama proses persalinan akan

mendapatkan rasa aman dan pengeluaran yang lebih baik, juga

mengurangi jumlah persalinan dengan tindakan (ekstraksi

vakum, cunam dan seksio sesar) dan persalinan akan

berlangsung lebih cepat. Asuhan sayang ibu dalam proses

persalinan, antara lain :

(2) Memanggil ibu sesuai namanya, menghargai dan

memperlakukannya sesuai martabatnya.


52

(3) Menjelaskan asuhan dan perawatan yang akan diberikan pada

ibu sebelum memulai asuhan tersebut.

(4) Menjelaskan proses persalinan kepada ibu dan keluarganya.

(5) Mengajurkan ibu untuk bertanya dan membicarakan rasa takut

atau khawatir.

(6) Mendengarkan dan menanggapi pertanyaan dan kekhawatiran

ibu.

(7) Memberikan dukungan, membesarkan hatinya dan

menentramkan perasaan ibu serta anggota keluarga yang lain.

(8) Menganjurkan ibu untuk ditemani suaminya dan/atau anggota

keluarga yang lain selama persalinan dan kelahiran bayinya.

(9) Mengajarkan suami dan anggota keluarga mengenai cara

memperhatikan dan mendukung ibu selama persalinan dan

kelahiran bayinya.

(10) Melakukan pencegahan infeksi yang baik secara konsisten.

(11) Menghargai privasi ibu.

(12) Menganjurkan ibu untuk mencoba berbagai posisi selama

persalinan dan kelahiran bayi.

(13) Menganjurkan ibu untuk minum dan makan makanan

ringan bila ia menginginkannya.

(14) Menghindari tindakan berlebihan dan mungkin membahayakan

(episiotomi, pencukuran, dan klisma).


53

b. Partograf

Menurut JNPK-KR (2008:157), partograf adalah alat bantu

untuk memantau kemajuan kala satu persalinan dan imformasi

untuk membuat keputusan klinik dan digunakan selama fase aktif

persalinan. Tujuan utama dari penggunaan partograf adalah untuk:

a. Mencatat hasil observasi dan kemajuan persalinan dengan

menilai pembukaan serviks melalui periksa dalam.

b. Mendeteksi apakah proses persalinan berjakan secara normal.

Dengan demikian juga dapat mendeteksi secara dini

kemungkinan terjadinya persalinan lama.

c. Data pelengkap yang terkait dengan pemantauan kondisi ibu,

kondisi bayi, grafik kemajuan proses persalinan, pemeriksaan

laboratorium, membuat keputusan klinik dan asuhan atau

tindakan yang diberikan dimana semua itu dicatatkan secara

rinci pada status atau rekam medik ibu bersalin dan bayi baru

lahir. Pencatatatan selama fase aktif persalinan:

1) Imformasi tentang ibu

Nama, umur, gravida, para, abortus, nomor catatan

medis/nomor puskesmas, tanggal dan waktu mulai dirawat.

2) Kondisi janin

DJJ, catat setiap 30 menit

Warna dan adanya air ketuban

U : selaput utuh
54

J : selaput pecah

M : air ketuban bercampur mekonium

D : air ketuban berwarna darah

K : tidak ada cairan ketuban/kering

Penyusupan (molase) kepala janin

0 : sutura terpisah

1 : sutura yang tepat/bersesuaian

2 : sutura tumpang tindih tetapi dapat diperbaiki

3 : sutura tumpang tindih dan tidak dapat diperbaiki.

3) Kemajuan persalinan

Pembukaan serviks dimulai setiap 4 jam dan diberi

tanda silang (x). Penurunan bagian terbawah janin catat

dengan tanda lingkaran (o) pada setiap dalam.Pada posisi 0/5

atau separuh atas kepala berada di simfisis pubis. Garis

waspada dan garis bertindak.

4) Jam dan waktu

Waktu mulainya fase aktif persalinan.Waktu aktual saat

pemeriksaan atau penilaian.


55

5) Kontraksi uterus

Catat setiap setengah jam. Lakukan palpasi untuk

menghitung banyaknya kontraksi dalam 10 menit dan

lamanya setiap kontraksi dalam hitungan detik: kurang dari

20 detik, antara 20 detik dan 40 detik, lebih dari 40 detik.

6) Obat-obatan dan cairan yang digunakan oksitosin, obat-

obatan lainnya dan cairan intra vena (IV) yang diberikan.

7) Kondisi ibu

Nadi setiap 30-60 dan tandai dengan sebuah titik

besar (.) Tekanan darah catat setiap 4 jam dan ditandai

dengan anak panah.Suhu badan catat setiap 2 jam.Urine

(volume,aseton,dan protein) catat setiap kali ibu BAK.

Langkah-langkah asuhan persalinan normal

c. Melakukan persalinan normal 60 langkah antara lain:

a) Mengenali tanda dan gejala kala II

(1) Mendengarkan dan melihat adanya tanda-tanda persalinan

kala dua. Ibu merasa dorongan kuat untuk meneran,ibu

merasakan tekanan yang semakin meningkat pada

rektum/vaginanya, perineum menonjol,vulva vagina dan

singfester ani membuka.

b) Menyiapkan pertolongan persalinan

(2) Memastikan perlengkapan peralatan,bahan dan obat-

obatan esensial untuk menolong persalinan dan


56

menatalaksanaan komplikasi ibu dan BBL. Untuk asfiksia

tempat datar,keras,2 kain dan 1 handuk bersih dan

kering,lampu sorot 60 watt dengan jarak 60cm dari tubuh

bayi. Menggelar kain diatas perut ibu dan tempat

resusitasi serta ganjal bahu bayi,menyiapkan oksitosin 10

unit dan alat suntik steril sekali pakai dalam partus set.

(3) Memakai celemek plastik atau dari bahan yang tidak

tembus cairan.

(4) Melepaskan dan menyimpan semua perhiasan yang

dipakai, cuci tangan dengan sabun dan air bersih mengalir

dan kemudian keringkan tangan dengan tissue atau

handuk pribadi yang bersih dan kering.

(5) Memakai sarung tangan DTT pada tangan yang akan

digunakan untuk pemeriksaan dalam.

(6) Masukan oksitosin 10 unit ke dalam tabung suntik

(gunakan tangan yang memakai sarung tangan DTT atau

Steril dan pastikan tidak terjadi kontaminasi pada alat

suntik).

c) Memastikan pembukaan lengkap dan keadaan janin baik

(7) Membersihkan vulva, perineum, menyekanya dengan

hati-hati dari depan ke belakang dengan menggunakan

kapas atau kasa yang sudah dibasahi air desinfeksi tingkat

tinggi. Jika mulut vagina, perineum dan anus


57

terkontaminasi oleh kotoran ibu,membersihkannya

dengan seksama dengan cara menyeka dari depan

kebelakang. Membuang kapas atau kasa yang

terkontaminasi kedalam wadah yang benar,mengganti

sarung tangan jika terkontaminasi.

(8) Dengan menggunakan teknik antiseptik, melakukan

pemeriksaan dalam untuk memstikan bahwa serviks

sudah lengkap,bila selaput ketuban belum pecah,

sedangkan pembukaan sudah lengkap lakukan

amniotomi.

(9) Mendekontaminasi sarung tangan dengan cara

mencelupkan tangan yang masih memakai sarung tangan

kotor ke dalam larutan klorin 0,5% dan kemudian

melepaskannya dalam keadaan terbalik serta

merendamnya dalam larutan klorin 0,5% selama 10

menit,mencuci tangan.

(10) Memeriksa DJJ setelah kontraksi berakhir untuk

memastikan bahwa DJJ dalam keadaan baik dan semua

hasil-hasil penilaian serta asuhan lainnya di catat pada

partograf.
58

d) Menyiapkan ibu dan keluarga untuk membantu proses

bimbingan meneran.

(11) Memberitahu ibu pembukaan sudah lengkap dan

keadaan janin baik. Membantu ibu dalam posisi yang

nyaman sesuai keinginannya, menunggu hingga ibu

mempunyai keinginan untuk meneran. Melanjutkan

pemantauan kesehatan dan kenyamanan ibu serta janin

sesuai dengan pedoman persalinan aktif dan

mendokumentasikan temuan-temuan, menjelaskan

kepada anggota bagaimana mereka dapat mendukung

dan memberi semngat kepada ibu saat ibu mulai

meneran.

(12) Meminta bantuan keluarga untuk menyiapkan posisi ibu

meneran.

(13) Melaksanakan bimbingan meneran pada saat ibu merasa

ada dorongan untuk meneran. Bimbing ibu agar dapat

meneran secara benar dan efektif. Dukung dan beri

semangat pada saat meneran dan perbaiki cara meneran

apabila caranya tidak sesuai. Bantu ibu mengambil posisi

yang nyaman sesuai pilihannya. Anjurkan ibu untuk

istirahat diantara kontraksi. Anjurkan keluarga untuk

memberi semangat pada ibu. Berikan cukup asupan

cairan. Menilai DJJ setiap kontraksi uterus selesai.


59

Segera rujuk bila bayi tidak lahir setelah 2 jam meneran

(primigravida) atau 1 jam meneran (multigravida).

(14) Menganjurkan pada ibu untuk berjalan, berjongkok atau

mengambil posisi yang nyaman. Jika ibu belum merasa

ada dorongan untuk meneran dalam 60 menit.

(15) Meletakan handuk bersih (untuk mengeringkan bayi) di

perut ibu, jika kepala bayi telah membuka vulva dengan

diameter 5-6cm.

(16) Meletakan kain bersih yang diletakan 1/3 bagian di

bawah bokong ibu.

(17) Membuka tutup partus set dan perhatikan kembali

perlengkapan alat dan bahan.

(18) Memakai sarung tangan DTT pada kedua tangan.

e) Persiapan pertolongan kelahiran bayi

(19) Setelah tampak kepala bayi diameter 5-6cm membuka

vulva maka lindungi perineum dengan satu tangan yang

dilapisi kain bersih dan kering. Tangan yang lain

menahan kepala bayi untuk menahan posisi defleksi dan

membantu lahirnya kepala. Anjurkan ibu untuk meneran

perlahan atau bernafas cepat dan dangkal. Dengan

lembut, menyeka muka, mulut dan hidung bayi dengan

kain atau kasa yang bersih.


60

(20) Memeriksa kemungkinan adanya lilitan tali pusat dan

ambil tindakan yang sesuai jika hal itu terjadi dan segera

lanjutkan proses kelahiran bayi.

(21) Menunggu hingga kepala bayi melakukan putaran paksi

luar secara spontan.

(22) Setelah kepala melakukan putaran paksi luar, pegang

secara biparietal. Menganjurkan ibu meneran saat

kontraksi berikutnya dengan lembut menariknya ke arah

bawah dan ke arah luar hingga bahu anterior muncul di

bawah arkus pubis dan kemudian dengan lembut

menarik ke arah atas dan ke arah luar untuk melahirkan

bahu posterior.

(23) Setelah kedua bahu dilahirkan, menelusurkan tangan

mulai kepala bayi yang berada di bagian bawah ke arah

perineum tangan, membiarkan bahu dan lengan posterior

lahir ke tangan tersebut. Mengendalikan kelahiran dan

tangan bayi saat melewati perineum,gunakan lengan

bagian bawah untuk menyangga tubuh bayi saat

dilahirkan.

(24) Setelah tubuh dan tangan lahir, menelusurkan tangan

yang ada di atas dari punggung ke arah kaki bayi untuk

menyangganya saat punggung dan kaki lahir memegang


61

kedua mata kaki bayidengan hati-hati membantu

kelahiran bayi.

f) Penanganan bayi baru lahir

(25) Menilai bayi dengan cepat (dalam 30 detik), apakah bayi

menangis kuat atau bernafas tanpa kesulitan, apakah bayi

bergerak kesulitan. Jika bayi tidak bernafas, tidak

menangis lakukan resusitasi, kemudian meletakkan bayi

di atas perut ibu dengan posisi kepala bayi sedikit lebih

rendah dari tubuhnya (bila tali pusat terlalu pendek,

meletakkan bayi di tempat yang memungkinkan.

(26) Segera membungkus kepala dan badan bayi dengan

handuk dan biarkan kontak kulit ibu dan bayi. Lakukan

penyuntikan oksitosin/IM.

(27) Menjepit tali pusat menggunakan klem kira-kira 3cm

dari pusat bayi. Melakukan urutan pada tali pusat mulai

dari klem ke arah ibu dan memasang klem kedua 2cm

dari klem pertama (ke arah ibu).

(28) Memegang tali pusat dengan satu tangan, melindungi

bayi dari gunting dan memotong tali pusat di antara dua

klem tersebut.

(29) Mengeringkan bayi, mengganti handuk yang basah dan

menyelimuti bayi dengan kain atau selimut yang bersih

dan kering, menutupi bagian kepala, membiarkan tali


62

pusat terbuka. Jika bayi mengalami kesulitan bernapas,

ambil tindakan yang sesuai.

(30) Memberikan bayi kepada ibunya dan menganjurkan ibu

untuk memeluk bayinya dan memulai pemberian ASI.

g) Oksitosin

(31) Meletakkan kain yang bersih dan kering, melakukan

palpasi abdomen untuk menghilangkan kemungkinan

adanya bayi kedua.

(32) Memberi tahu kepada ibu bahwa ia akan disuntik.

(33) Dalam waktu 2 menit setelah kelahiran bayi, berikan

suntikan oksitosin 10 unit Imdi gluteus atau 1/3 atas

paha kanan ibu bagian luar, setelah mengaspirasinya

terlebih dahulu.

h) Penegangan tali pusat terkendali

(34) Memindahkan klem pada tali pusat.

(35) Meletakkan satu tangan di atas kain yang ada di perut

ibu, tepat di atas tulang pubis dan menggunakan tangan

ini untuk melakukan palpasi kontraksi dan menstabilkan

uterus. Memegang tali pusat dan klem dengan tangan

yang lain.

(36) Menunggu uterus berkontraksi dan kemudian melakukan

penegangan ke arah bawah pada tali pusat dengan

lembut. Lakukan tekanan yang berlawanan arah pada


63

bagian bawah uterus ke arah atas dan belakang (dorso

kranial) dengan hati-hati untuk membantu mencegah

terjadinya inversio uteri. Jika plasenta tidak lahir setelah

30-40 detik, hentikan penegangan tali pusat dan

menunggu hingga kontraksi berikut mulai. Jika uterus

tidak berkontraksi, meminta ibu atau seorang anggota

keluarga untuk melakukan rangsangan puting susu.

i) Mengeluarkan plasenta

(37) Setelah plasenta terlepas, meminta ibu untuk meneran

sambil menarik tali pusat ke arah bawah dan kemudian

ke arah atas, mengikuti kurva jalan lahir sambil

meneruskan tekanan berlawanan arah pada uterus. Jika

tali pusat bertambah panjang, pindahkan klem hingga

berjarak 5-10cm dari vulva. Jika plasenta tidak lepas

setelah melakukan penegangan tali pusat selama 15

menit: mengulangi pemberian oksitosin 10 unit IM,

menilai kandung kemih dan dilakukan katerisasi

kandung kemih dengan menngunakan teknik aseptik jika

perlu. Meminta keluarga untuk mnyiapkan rujukan.

Melakukan penegangan tali pusat selama 15 menit

berikutnya, merujuk ibu jika plasenta tidak lahir dalam

waktu 30 menit sejak kelahiran bayi.


64

(38) Jika plasenta terlihat di introitus vagina, melanjutkan

kelahiran plasenta dengan menggunakan kedua tangan.

Memegang plasenta dengan dua tangan dan dengan hati-

hati memutar plasenta hingga selaput ketuban terpilin.

Dengan lembut perlahan melahirkan selaput ketuban

tersebut. Jika selaput ketuban robek, memakai sarung

tangan disenfeksi tingkat tinggi atau steril dan

memeriksa vagina daan serviks ibu dengan seksama

menggunakan jari-jari tangan atau klem atau forseps

disenfeksi tingkat tinggi atau steril untuk melepaskan

bagian selaput yang tertinggal.

j) Pemijatan Uterus

(39) Segera setelah plasenta dan selaput ketuban lahir,

lakukan masase uterus, meletakkan telapak tangan di

fundus dan melakukan masase dengan gerakan

melingkar dengan lembut hingga uterus berkontraksi

(fundus menjadi keras).

k) Menilai Perdarahan

(40) Memeriksa kedua sisi plasenta baik yang menempel ke

ibu maupun janin dan selaput ketuban untuk memastikan

bahwa plasenta dan selaput ketuban lengkap dan utuh.

Meletakkan plasenta di dalam kantung plastik atau

tempat khusus. Jika uterus tidak berkontraksi setelah


65

melakukan masase selama 15 detik mengambil tindakan

yang sesuai.

(41) Mengevaluasi adanya laserasi pada vagina dan perineum

dan segera menjahit laserasi yang mengalami perdarahan

aktif.

l) Melakukan Prosedur Pasca Persalinan

(42) Menilai ulang uterus dan memastikannya berkontraksi

dengan baik.

(43) Mencelupkan kedua tangan yang memakai sarung tangan

ke dalam larutan klorin 0,5%, membilas kedua tangan

yang masih bersarung tangan tersebut dengan air

disenfeksi tingkat tinggi dan mengeringkannya dengan

kain yang bersih dan kering.

(44) Menempatkan klem tali pusat disenfeksi tingkat tinggi

atau steril atau mengikatkan tali disenfeksi tingkat tinggi

dengan simpul mati sekeliling tali pusat sekitar 1 cm dari

pusat.

(45) Mengikat satu lagi simpul di bagian pusat yang

bersebrangan dengan simpul mati yang pertama.

(46) Melepaskan klem bedah dan meletakkannya ke dalam

larutan clorin 0,5%.


66

(47) Menyelimuti kembali bayi dan menutupi bagian

kepalanya. Memastikan handuk atau kainnya bersih atau

kering.

(48) Menganjurkan ibu untuk memulai pemberian ASI.

(49) Melanjutkan pemantauan kontraksi uterus dan

perdarahan pervaginam:

(a) 2-3 kali dalam 15 menit pertama pasca persalinan.

(b) Setiap 15 menit pada 1 menit pertama pasca

persalinan.

(c) Setiap 20-30 menit pada jam kedua pasca

persalinan.

(d) Jika uterus tidak berkontraksi dengan baik,

laksanakan perawatan yang sesuai untuk

menatalaksana antonia uteri.

(e) Jika ditemukan laserasi yang memerlukan

penjahitan, lakukan penjahitan dengan anestesia

lokal dan menggunakan teknik yang sesuai.

(50) Mengajarkan pada ibu/keluarga bagaimana melakukan

masase uterus dan memeriksa kontaraksi uterus.

(51) Mengevaluasi kehilangan darah

(52) Memeriksa tekanan darah, nadi dan keadaaan kandung

kemih setiap 15 menit selama 1 jam pertama pasca

persalina dan setiap 30 menit selama jam kedua pasca


67

persalinan. Memeriksa temperatur tubuh ibu sekali setiap

jam selama dua jam pertama pasca persalinan.

Melakukan tindakan yang sesuai untuk temuan yang

tidak normal

m) Kebersihan dan Keamanan

(53) Menempatkan semua peralatan di dalam larutan clorin

0,5% untuk didekontaminasi (10 menit). Mencuci dan

membilas peralatan setelah dekontaminasi.

(54) Membuang bahan-bahan yang terkontamiinasi ke dalam

tempat sampah yang sesuai.

(55) Memebersihkan ibu dengan menggunakan air disenfeksi

tingkat tinggi. Membersihkan cairan ketuban, lendir dan

darah. Membantu ibu memakai pakian yang bersih dan

kering.

(56) Memastikan bahwa ibu nyaman. Memebantu ibu

memberikan ASI. Menganjurkan keluarga untuk

memberikan ibu minuman dan makanan yang

diinginkan.

(57) Mendekontaminasi daerah yang digunakan untuk

melahirkan dengan larutan klorin 0,5% dan membilas

dengan air bersih.


68

(58) Mencelupkan sarung tangan kotor ke dalam larutan

klorin 0,5%, membalikkan bagian dalam ke luar dan

merendamnya dalam larutan klorin 0,5% selama 10

menit.

(59) Mencuci kedua tangan dengan sabun dan air mengalir.

n) Dokumentasi

(60) Melengkapi partograf (halaman depan dan belakang).

1. BBL umur 1 jam

a. Pengertian Bayi Baru Lahir

Bayi baru lahir normal adalah bayi yang lahir dalam presentasi

belakang kepala melalui vagina tanpa memakai alat, pada usia

kehamilan 37 minggu sampai dengan 42 minggu dengan berat badan

2500-4000 gram, nilai Apgar > 7 dan tanpa cacat bawaan (Rukiyah,

2013).

Bayi baru lahir normal adalah bayi yang lahir dengan umur

kehamilan 37 minggu sampai 42 minggu dan berat lahir 2500 gram

sampai 4000 gram (Depkes RI, 2005). Bayi baru lahir normal adalah

Asuhan yang diberikan pada bayi tersebut selama jam pertama setelah

kelahiran.

1) Ciri-ciri Bayi Baru Lahir ( Sarwono, 2011)

a) Berat badan 2500 - 4000 gram.

b) Panjang badan 48 - 52 cm.

c) Lingkar dada 30 - 38 cm.


69

d) Lingkar kepala 33 - 35 cm.

e) Frekuensi jantung 120 - 160 kali/menit.

f) Pernafasan ± 40 - 60 kali/menit.

g) Kulit kemerah - merahan dan licin karena jaringan subkutan

cukup.

h) Rambut lanugo tidak terlihat, rambut kepala biasanya telah

sempurna.

i) Kuku agak panjang dan lemas.

j) Genetalia:

(1) Perempuan labia mayora sudah menutupi labia minora.

(2) Laki - laki testis sudah turun, skrotum sudah ada.

k) Reflek hisap dan menelan sudah terbentuk dengan baik.

l) Reflek morrow atau gerak memeluk bila dikagetkan sudah

baik.

m) Reflek graps atau menggenggam sudah baik.

n) Eliminasi baik, mekonium akan keluar dalam 24 jam

pertama, mekonium berwarna hitam kecoklatan.

2) Pelayanan kesehatan pada Bayi Baru Lahir (Kunjungan Neonatal)

Pelayanan kesehatan Bayi Baru Lahir oleh

Bidan/Perawat/Dokter dilaksanakan minimal 3 kali antara lain:

a) KN1 : 6 jam - 48 jam.

b) KN2 : 3 - 7 hari.

c) KN3 : 8 - 28 hari.
70

3) Penanganan Bayi Baru Lahir

Asuhan segera pada bayi baru lahir adalah asuhan yang

diberikan pada bayi tersebut selama jam pertama setelah

kelahiran. Aspek-aspek penting dari asuhan segera bayi baru

lahir:

a) Jagalah agar bayi tetap kering dan hangat.

b) Usahakan adanya kontak antara kulit bayi dan kulit ibunya

sesegera mungkin.

Segera setelah melahirkan badan bayi lakukan

penilaian sepintas:

(1) Sambil secara cepat menilai pernapasannya (menangis

kuat, bayi bergerak aktif, warna kulit kemerahan) 

letakkan bayi dengan handuk diatas perut ibu.

(2) Dengan kain bersih dan kering atau kasa lap darah/lendir

dari wajah bayi untuk mencegah jalan udaranya

terhalang. Periksa ulang pernapasan bayi (sebagian besar

bayi akan menangis atau bernapas spontan dalam waktu

30 detik setelah lahir).

(3) Nilai APGAR SKORnya, jika bayi bernafas megap-

megap atau lemah maka segera lakukan tindakan 

resusitasi bayi baru lahir.

(4) Penilaian Apgar Skor.

Tabel : 2 Penilaian apgar skor.


71

Nilai
Tanda 0 1 2
Denyut Lambat <
Tidak ada >100
jantung (pulse) 100
Usaha nafas Lambat Menangis
Tidak ada
(respisration) tidak teratur dengan keras
Tonus otot Fleksi pada
Lemah Gerakan aktif
(activity) ekstremitas
Kepekaan

reflek Tidak ada Merintih Menangis kuat

(gremace)
Tubuh

merah
Warna Seluruhnya
Biru pucat muda,
(apperence) merah muda
ekstremitas

biru
Penggunaan Apgar Score bayi baru lahir ada 3 golongan:

(a) Apgar Score 1 menit 7-10 : Normal/baik

(b) Apgar Score 1 menit 4-6 : Asfiksia sedang

(c) Apgar Score 1 menit 0-3 : Asfiksia berat

b. Evidence Based

1) Memulai Pemberian Asi Dini dan Ekslusif


72

Berdasarkan evidence based yang up to date, upaya untuk

peningkatan sumber daya manusia antara lain dengan jalan

memberikan ASI sedini mungkin (IMD) yang dimaksudkan untuk

meningkatkan kesehatan dan gizi bayi baru lahir yang akhirnya

bertujuan untuk menurunkan Angka Kematian Bayi.

Inisiasi Menyusui Dini (IMD) adalah proses bayi menyusu

segera setelah dilahirkan, di mana bayi dibiarkan mencari puting

susu ibunya sendiri. Pada prinsipnya IMD merupakan kontak

langsung antara kulit ibu dan kulit bayi, bayi ditengkurapkan di

dada atau di perut ibu selekas mungkin setelah seluruh badan

dikeringkan (bukan dimandikan), kecuali pada telapak tangannya.

Kedua telapak tangan bayi dibiarkan tetap terkena air ketuban

karena bau dan rasa cairan ketuban ini sama dengan bau yang

dikeluarkan payudara ibu dengan demikian ini menuntun bayi

untuk menemukan puting. Lemak (verniks) yang menyamankan

kulit bayi sebaiknya dibiarkan tetap menempel. Kontak antar kulit

ini bisa dilakukan sekitar satu jam sampai bayi selesai menyusu.

Selain mendekatkan ikatan kasih sayang (bonding) antara ibu dan

bayi pada jam-jam pertama kehidupannya, IMD juga berfungsi

menstimulasi hormon oksitosin yang dapat membuat rahim ibu

berkontraksi dalam proses pengecilan rahim kembali ke ukuran

semula. Proses ini juga membantu pengeluaran plasenta,

mengurangi perdarahan, merangsang hormon lain yang dapat


73

meningkatkan ambang nyeri, membuat perasaan lebih rileks,

bahagia, serta lebih mencintai bayi.

2) Baby Friendly

Baby friendly atau dikenal dengan Baby Friendly

Initiative (inisiasi sayang bayi) adalah suatu prakarsa

internasional yang didirikan oleh WHO/UNICEF pada tahun

1991 untuk mempromosikan, melindungi dan mendukung inisiasi

dan kelanjutan menyusui.Program ini mendorong rumah sakit dan

fasilitas bersalin yang menawarkan tingkat optimal perawatan

untuk ibu dan bayi. Sebuah fasilitas Baby Friendly

Hospital/Maternity berfokus pada kebutuhan bayi dan

memberdayakan ibu untuk memberikan bayi mereka awal

kehidupan yang baik. Dalam istilah praktis, rumah sakit sayang

bayi mendorong dan membantu wanita untuk sukses memulai dan

terus menyusui bayi mereka dan akan menerima penghargaan

khusus karena telah melakukannya. Sejak awal program, lebih

dari 18.000 rumah sakit di seluruh dunia telah menerapkan

program baby friendly. Negara-negara industri seperti Australia,

Austria, Denmark, Finlandia, Jerman, Jepang, Belanda,

Norwegia, Spanyol, Swiss, Swedia, Inggris dan Amerika Serikat

telah resmi di tetapkan sebagai rumah sakit sayang bayi.

3) Regulasi suhu bayi baru lahir dengan kontak kulit dan kulit
74

Bayi baru lahir belum dapat mengatur suhu tubuhnya,

sehingga akan mengalami stress dengan adanya perubahan

lingkungan dari dalam rahim ibu ke lingkungan luar yang

suhunya lebih tinggi. Suhu dingin ini menyebabkan air ketuban

menguap lewat kulit pada lingkungan yang dingin, pembentukan

suhu tanpa mekanisme menggigil merupakan usaha utama

seorang bayi untuk mendapatkan kembali panas tubuhnya.

Kontak kulit bayi dengan ibu dengan perawatan metode kangguru

dapat mepertahankan suhu bayi dan mencegah bayi kedinginan/

hipotermi. Keuntungan cara perawatan bayi dengan metode ini

selain bisa memberikan kehangatan, bayi juga akan lebih sering

menetek, banyak tidur, tidak rewel dan kenaikan berat badan bayi

lebih cepat. Ibu pun akan merasa lebih dekat dengan bayi, bahkan

ibu bisa tetap beraktivitas sambil menggendong bayinya.

4) Perawatan Tali Pusat

Saat bayi dilahirkan, tali pusar (umbilikal) yang

menghubungkannya dan plasenta ibunya akan dipotong meski

tidak semuanya. Tali pusar yang melekat di perut bayi akan

disisakan beberapa senti. Sisanya ini akan dibiarkan hingga pelan-

pelan menyusut dan mengering, lalu terlepas dengan sendirinya.

Agar tidak menimbulkan infeksi, sisa potongan tadiharus dirawat

dengan benar.

Cara merawatnya adalah sebagai berikut:


75

a) Saat memandikan bayi, usahakan tidak menarik tali pusat.

Membersihkan tali pusat saat bayi tidak berada di dalam bak

air. Hindari waktu yang lama bayi di air karena bisa

menyebabkan hipotermi.

b) Setelah mandi, utamakan mengerjakan perawatan tali pusat

terlebih dahulu.

c) Jangan mengolesi tali pusat dengan ramuan atau menaburi

bedak karena dapat menjadi media yang baik bagi tumbuhnya

kuman.

d) Tetaplah rawat tali pusat dengan menutupnya menggunakan

kasa steril hingga tali pusat lepas secara sempurna.

c. Asuhan Kebidanan Pada Bayi Baru Lahir Umur 1 Jam

Asuhan kebidanan dilakukan pendokumentasian

menggunakan SOAP (Marmi, 2011):

1) Subjektif

Ibu mengatakan telah melahirkan anaknya 1 jam yang

lalu dengan jenis kelamin perempuan/laki-laki pada tanggal ....

dan jam ... WITA. Bayi dalam keadaan sehat/tidak sehat.

2) Objektif

a) Pemeriksaan umum

Yang perlu diperhatikan dalam kondisi umum, antara

lain keadaan umum, kesadaran, keaktifan dan kulit.

Observasi warna kulit bayi dalam hubungannya dengan


76

perubahan aktifitas, posisi dan temperatur. Pada umumnya

bayi akan memerah jika dia menangis, penurunan temperatur

dapat meningkatkan derajat sianosis karena vasokontriksi

(Sarwono, 2008).

b) Pemeriksaan fisik

(1) Kepala : Ubun-ubun besar, ubun-ubun kecil,

sutura, moulase, caput succedaneum,

cephal hematome, hidrosepalus.

(2) Mata : Ukuran, bentuk (strabismus,

pelebaran efikantus), kesimetrisan,

bengkak pada kelopak mata,

perdarahan subkonjungtiva.

(3) Telinga : Kesimetrisan letak dihubungkan

dengan mata dan kepala serta adanya

gangguan pendengaran.

(4) Hidung : Bentuk hidung, pola pernafasan,

kebersihan.

(5) Mulut : Bentuk simetris/tidak, mukosa mulut

kering/basah, lidah, palatum, bercak

putih pada gusi, refleks menghisap,

ada labio/palatoskisis.

(6) Leher :
Bentuk simetris/tidak, adakah

pembengkakan dan benjolan,


77

kelainan tiroid.

(7) Dada : Bentuk dan kelaian bentuk dada,

putting susu, gangguan pernafasan,

auskultasi bunyi jantung, dan

pernafasan.

(8) Abdomen : Penonjolan sekitar tali pusat pada

saat menangis, perdarahan tali pusat,

dinding perut dan adanya benjolan,

gastroskisis, omfalokel, bentuk

simetris/tidak, palpasi hati, ginjal.

(9) Genetalia : Kelamin laki-laki: panjang penis,

penis sudah turun dalam skorotum,

urifisium uretra diujung penis

(fimosis, hipospadia/epispadia).

Kelamin perempuan: labia mayora,

labia minora, orifisium vagina,

orifisium uretra, sekret dan lain-lain.

(10) Anus : Berlubang/tidak, posisi, fungsi

sfingter ani, adanya atresia ani.

(11) Ekstremitas : Gerakan, bentuk simetris/tidak,

jumlah jari (sindaktili, polidaktili).

3) Analisa
78

Bayi Baru Lahir umur ..... jam

4) Penatalaksanaan

a) Pencegahan infeksi

BBL sangat rentan terhadap infeksi mikrooganisme yang

terkontaminasi selama proses persalinan berlangsung maupun

beberapa saat setelah lahir. Oleh karena itu dalam asuhan BBL

pastikan tangan, semua peralatan dan pakaian dalam keadaan

bersih.

b) Penilaian segera setelah lahir

Penilaian meliputi apakah bayi cukup bulan, apakah air

ketuban jernih dan tidak bercampur mekonium, apakah bayi

menangis atau bernafas, apakah tonus otot bayi baik.

c) Pencegahan kehilangan panas

BBL dapat mengalami kehilangan panas tubuhnya

melalui proses konduksi, konveksi, evaporasi dan radiasi.

Segera setelah bayi lahir upayakan untuk mencegah hilangnya

panas dari tubuh bayi, hal ini dapat dilakukan dengan cara

mengeringkan tubuh bayi, selimuti bayi terutama bagian kepala

dengan kain yang kering, jangan mandikan bayi sebelum suhu

tubuhnya stabil, yaitu 6 jam setelah bayi lahir, lingkungan yang

hangat.

Mekanisme kehilangan panas pada bayi baru lahir:


79

(1) Evaporasi adalah cara kehilangan panas yang utama pada

tubuh bayi. Kehilangan panas terjadi karena menguapnya

cairan ketuban pada permukaan tubuh bayi setelah lahir

karena bayi tidak cepat dikeringkan atau terjadi setelah bayi

dimandikan.

(2) Konduksi adalah kehilangan panas melalui kontak langsung

antara tubuh bayi dengan permukaan yang dingin. Bayi

yang diletakkan diatas meja, tempat tidur atau timbangan

yang dingin akan cepat mengalami kehilangan panas tubuh

melalui konduksi.

(3) Radiasi adalah kehilangan panas yang terjadi saat bayi

ditempatkan dekat benda yang mempunyai temperatur

tubuh rendah dari temperature tubuh bayi. Bayi akan

mengalami kehilangan panas melalui cara ini meskipun

benda yang lebih dingin tersebut tidak bersentuhan

langsung dengan tubuh bayi.

(4) Konveksi Yaitu hilangnya panas tubuh bayi karena aliran

udara sekeliling bayi. Misal: bayi diletakkan dekat,

pintu/jendela terbuka.

d) Asuhan tali pusat

Setelah tali pusat dipotong dan diikat, biarkan tali pusat

tetap dalam keadaan terbuka tanpa mengoleskan cairan atau

bahan apapun ke puntung tali pusat. Mengoleskan alkohol atau


80

povidon iodin masih diperbolehkan, tetapi tidak dikompreskan

karena akan menyebabkan tali pusat basah dan lembab. Jika tali

pusat basah atau kotor bersihkan menggunakan air DTT dan

sabun kemudian segera dikeringkan dengan kain atau handuk

bersih. Apabila tali pusat berdarah, bernanah, kemerahan yang

meluas dan berbau maka segera ke pelayanan kesehatan untuk

segera ditangani.

e) IMD

Bayi harus mendapatkan kontak kulit dengan kulit

ibunya segera setelah lahir selama kurang lebih 1 jam. Bayi

harus menggunakan naluri alamiahnya untuk melakukan IMD.

f) Manajemen laktasi

Memberikan ASI dini akan membina ikatan emosional

dan kehangatan ibu dan bayi. Manajemen laktasi meliputi masa

antenatal, segera setelah bayi lahir, masa neonatal dan masa

menyusui selanjutnya.

g) Pencegahan infeksi mata

Pencegahan infeksi tersebut menggunakan

antibiotika eritromisin 1%. Salep antibiotika harus tepat

diberikan pada waktu satu jam setelah kelahiran.

h) Pemberian vitamin K1

Pemberian K1 diberikan secara injeksi IM setelah kontak

kulit ke kulit dan bayi selesai menyusu untuk mencegah


81

perdarahan BBL akibat defisiensi vitamin K yang dialami

sebagian BBL.

i) Pemberian imunisasi HBO

Imunisasi hepatitis B bermafaat untuk mencegah infeksi

hepatitis B terhadap bayi, terutama jalur penularan melalui ibu

kepada bayi. Imunisasi ini diberikan 1 jam setelah pemberian

vitamin K1, pada saat bayi baru berumur 2 jam.

j) Pemeriksaan BBL

k) Pemeriksaan BBL dapat dilakukan 1 jam setelah kontak kulit ke

kulit. Pemeriksaan ini meliputi pemeriksaan antropometri.

(Saputra, 2014), mengatakan asuhan kebidanan yang

diberikan pada bayi baru lahir, antara lain:

(1) Anjurkan ibu untuk menyusui sesering mungkin setiap 2

jam.

(2) Beritahu tanda-tanda bahaya pada Bayi Baru Lahir.

(3) Melakukan konseling tentang ASI Eksklusif.

Kemenkes RI, 2015 asuhan kebidanan yang diberikan

pada Bayi Baru Lahir meliputi:

(a) Lakukan kunjungan ulang.

(b) Lakukan imunisasi sesuai jadwal yang ditentukan.


82

C. BAYI

1. Pengertian

Bayi baru lahir normal adalah bayi yang lahir dalam presentasi

belakang kepala melalui vagina tanpa melalui alat, pada usia kehamilan

genap 37 minggu sampai dengan 42 minggu dengan berat badan 2500-

4000 gram, nilai Apgar > 7 dan tanpa cacat bawaan (Yulianti, 2010).

Bayi baru lahir disebut juga dengan neonatus merupakan

individu yangsedang bertumbuh dan baru saja mengalami trauma

kelahiran sertaharus dapat melakukan penyesuaian diri dan kehidupan

intrauterin kehidupan ekstrauterin. Bayi baru lahir normal adalah bayi

yang lahirdengan berat lahir antara 2500-4000 gram pada usia kehamilan

37-42 minggu (Karyuni, 2009).

2. Tanda-tanda yang harus diwaspadai pada bayi

a. Pernapasan: sulit atau lebih dari 60x/menit.

b. Kehangatan: terlalu panas (>38c) atau terlalu dingin (<36C).

c. Warna: kuning (terutama pada 24 jam pertama) biru atau pucat,

memar.

d. Pemberian makan: hisapan lemah, mengantuk berlebihan, banyak

muntah.

e. Tali pusat:merah, bengkak, keluar cairan, bau busuk, berdarah.

f. Infeksi: suhu meningkat, merah, bengkak, keluar cairan atau nanah,

bau busuk, pernapasan sulit.


83

g. Tinja/kemih: tidak berkemih dalam 24 jam,tinja lembek, sering, hijau

tua, ada lendir atau darah pada tinja.

h. Aktivitas: menggigil atau tangis tidak biasa, sangat mudah

tersinggung, lemah, mudah mengantuk, lunglai, kejang, kejang halus

tidak bisa tenang, menangis terus-menerus.

3. Perubahan yang terjadi pada bayi

Perubahan-perubahan yang terjadi pada Bayi Baru Lahir yaitu:

a. Perubahan metabolisme karbohidrat dalam waktu 2 jam setelah lahir

bayi akan terjadi penurunan kadar gula darah untuk menambah

energi pada jam pertama setelah bayi diambil dari metabolisme asam

lemak.

b. Perubahan suhu tubuh

Ketika bayi baru lahir, bayi berada dalam satu lingkungan

yang lebih rendah dari suhu didalam rahim ibu, akibatnya

metabolisme jaringan meningkat dan kebutuhan O2 juga.

c. Perubahan pernapasan

Selama dalam uterus janin mendapatkan O2 dari plasenta,

setelah lahir melalui paru-paru bayi.

d. Perubahan sirkulasi

Dengan berkembangnya paru, tekanan O2 meningkat CO2

menurun mengakibatkan resistensi pembuluh darah sehingga aliran

darah meningkat hal ini menyebabkan darah dalam uterus

pulmonalis mengalir ke paru dan duktus arteriesus menutup.


84

e. Perubahan alat pencernaan, hati, ginjal mulai berfungsi.

4. Asuhan kebidanan pada bayi

Asuhan kebidanan pada bayi adalah asuhan yang bersih dan

aman serta upaya mencegah komplikasi pada bayi (Marmi, 2011).

Meliputi:

1) Subjektif

Ibu mengatakan keadaan bayinya sehat, selama ini

bayinya hari diberikan ASI saja, saat menyusui bayi menyusu

kuat/lemas. Selama ini juga ibu rajin membawakan bayinya pergi

imunisasi setiap bulan dan memeriksakan pertumbuhan bayinya.

2) Objektif

Data yang dari hasil observasi melalui pemeriksaan

umum, pemeriksaan antropometri dan pemeriksaan fisik pada BBL

umur 1 jam sampai 40 hari, bila bayi mempunyai masalah atau pun

saat melakukan kunjungan ulang.

3) Analisa

Kesimpulan yang dibuat untuk mengambil suatu diagnosa

berdasarkan data subjektif dan data objektif.

4) Penatalaksanaan

Perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi sesuai dengan

kesimpulan.
85

D. NIFAS (PUERPERIUM)

1. Pengertian Masa Nifas (Puerperium)

Masa puerperium atau masa nifas dimulai setelah kelahiran

plasenta dan berakhir ketika alat-alat kandungan kembali seperti keadaan

sebelum hamil yang berlangsung kira-kira 6 minggu (Nugroho, 2014).

Nifas merupakan sebuah fase setelah ibu melahirkan dengan

rentang waktu kira-kira 6 minggu. Masa nifas ( puerperium ) dimulai

setelah plasenta keluar sampai alat-alat kandungan kembali normal

seperti sebelum lahir (Purwanti, 2012).

2. Periode Masa Nifas (Marmi, 2011)

a) Puerperium dini yaitu kepulihan dimana ibu telah diperbolehkan

berdiri dan berjalan-jalan.

b) Puerperium intermedial yaitu kepulihan menyeluruh alat-alat

genetalia yang lamanya 6-8 minggu.

c) Remote puerperium yaitu waktu yang diperlukan untuk pulih

dan sehat sempurna terutama bila selama hamil atau waktu

persalinan mempunyai komplikasi.

3. Adaptasi psikologis masa nifas

Tiga tahap perubahan perilaku menurut Reva Rubin yaitu:

a. Taking In

Terjadi pada hari 1-2 setelah persalinan, ibu masih pasif dan

sangat tergantung, fokus perhatian terhadap tubuhnya, ibu lebih


86

mengingat pengalaman melahirkan dan persalinan yang dialami,

kebutuhan tidur meningkat.

b. Taking Hold

Berlangsung 3-4 hari post partum, ibu lebih berkonsentrasi

pada kemampuannya menerima tanggung jawab sepenuhnya

terhadap perawatan bayi. Pada masa ini ibu menjadi sangat sensitif

sehingga membutuhkan bimbingan dan dorongan perawat untuk

mengatasi kritikan yang dialami ibu.

c. Letting Go

Di alami setelah tiba dirumah secara penuh merupakan

pengaturan bersama keluarga, ibu menerima tanggung jawab sebagai

ibu dan ibu menyadari atau merasa kebutuhan bayi yang sangat

tergantung dari kesehatan sebagai ibu.

4. Adaptasi perubahan fisik masa nifas

a. Perubahan pada uterus

Terjadi kontraksi yang meningkat setelah bayi keluar.

yang menyebabkan iskemia pada lokasi perlekatan sehingga jaringan

perlekatan antara plasenta dan dinding uterus mengalami nekrosis dan

lepas.

Ukuran uterus kembali mengecil kembali setelah 2 hari

pasca persalinan, setinggi sekitar umbilikus, setelah 2 minggu masuk

panggul, setelah 4 mingggu kembali pada ukuran sebelum hamil.


87

Jika sampai 2 minggu postpartum uterus belum masuk

panggul dicurigai adanya subinvolusi hal ini dapat disebabkan oleh

infeksi atau perdarahan lanjut (late postpartum haemorrage). Jika

terjadi subinvolusi dengan kecuragaan infeksi, diberikan antibioka.

Untuk memperbaiki kontraksi uterus dapat diberikan

uterotonika (ergometrin maleat), namun ergometrin mempunyai efek

samping menghambat produksi laktasi karena menghambat produksi

prolaktin tetapi uterus akan mengalami pengecilan secara berangsur-

angsur sehingga akhirnya kembali seperti sebelum hamil.

b. Serviks

Setelah persalinan, bentuk serviks agak menganga seperti

corong berwarna merah kehitaman. Konsistensinya lunak kadang-

kadang terdapat perlukaan-perlukaan kecil. Setelah bayi lahir,

tangan masih biasa masuk rongga rahim, setelah 2 jam dapat

dilalui oleh 2-3 jari, dan setelah 7 hari hanya dapat dilalui 1

jari.

c. Ligamen-ligamen

Ligamen, fasia dan diafragma pelvis yang meregang pada

waktu persalinan, setelah bayi lahir secara berangsur-angsur

menjadi mengecil dan pulih kembali sehingga tidak jarang uterus

jatuh kebelakang dan menjadi retrofleksi, karena ligmentum

rotundum menjadi kendor.


88

d. Vagina dan Perineum

1) Vagina

Pada minggu ketiga, vagina akan mengecil dan timbul

rugae (lipatan-lipatan atau kerutan-kerutan) kembali.

2) Perlukaan Vagina

Perlukaan vagina yang tidak berhubungan dengan luka

perineum tidak sering dijumpai. Mungkin ditemukan setelah

persalinan, tetapi juga sering terjadi akibat ektraksi cunam,

terlebih apabila kepala janin harus diputar. Robekan terdapat pada

dinding lateral dan baru terlihat pada pemeriksaan spekulum.

e. Perubahan pada Perineum

Terjadinya robekan perineum pada hampir semua persalinan

pertama dan tidak jarang juga pada persalinan berikutnya. Robekan

perineum umunya terjadi digaris tangan dan bisa menjadi luas apabila

kepala janin lahir terlebih dahulu dan terlalu cepat, sudut arkus pubis

lebih kecil dari pada biasanya, kepala janin melewati pintu panggul

bawah dengan ukuran yang lebih besar dari sirkumferensia

suboksipito bregmatika.

f. Sistem Pencernaan

Sering terjadi konstipasi pada ibu setelah melahirkan, hal ini

umumnya disebabkan karena makanan padat dan kurangnya berserat

selama persalinan. Disamping itu rasa takut buang air besar sehubung
89

dengan jahitan perineum jangan sampai lepas dan juga takut akan rasa

nyeri.

Buang air besar harus dilakukan 3-4 hari setelah persalinan.

Bilamana masih juga terjadi konstipasi dan BAB mungkin keras dapat

diberikan obat laksan per oral atau rektal, bila masih juga belum

berhasil dilakukan klisma/enema.

g. Perkemihan

Saluran Kencing kembali normal dalam waktu 2 sampai 8

minggu, tergantung pada:

(a) Keadaan atau status sebelum persalinan.

(b) Lamanya partus kala II dilalui.

(c) Besarnya tekanan kepala janin yang menekan pada saat

persalinan.

h. Sistem Muskuloskeletal atau Diatesis Rectie Abdominali

1) Diatesis

Setiap wanita nifas memiliki derajat diatesis/konstitusi

(yakni keadaan tubuh yang membuat jaringan-jaringan tubuh

beraksi secara kuar biasa terhadap rangsangan-rangsangan luar

tertentu sehingga membuat orang itu lebih peka terhadap

penyakit-penyakit tertentu). Seberapa diatesis terpisah ini

tergantung dan beberapa faktor termasuk kondisi umum dan tonus

otot.
90

Sebagian besar wanita melakukan ambulasi

(ambulation=bisa berjalan) 4-8 jam post partum. Ambulasi dini

dianjurkan untuk menghindari komplikasi, meningkatkan involusi

dan meningkatkan cara pandang emosional.

Konstipasi terjadi umunya selama periode post partum

awal karena penurunan tonus otot, rasa tidak nyaman pada

perineum dan kecemasan. Hemoroid adalah peristiwa lazim pada

periode post partum awal karena tekanan pada dasar panggul dan

merejan selama persalinan.

2) Abdominalis dan peritoneum

Akibat peritorium berkontraksi beretraksi pasca persalinan

dan beberapa hari setelah itu, peritonium yang membungkus

sebagian besar dari uterus membentuk lipatan-lipatan dan

kerutan-kerutan. Ligamentum rotundum sangat lebih kendor dari

kondisi sebelum hamil. Memerlukan waktu cukup lama agar

dapat kembali normal seperti semula.

Hal ini disebabkan karena sebagian konsekuensi dari

putusnya serat-serat elastis kulit dan distensi yang berlangsung

lama aklibat pembesaran uterus selama hamil. Pemulihannya

dengan cara berlatih.


91

3) Kulit

Pada waktu hamil terjadi pigmentasi kulit pada beberapa

tempat karena proses hormonal. Pigmentasi berupa kloasma

gravidarum pada pipi, hiperpigmentasi kulit sekitar payudara,

hiperpigmentasi kulit dinding perut (striae graviarum). Setelah

persalinan hormonal berkurang dan hiperpigmentasipun

menghilang. Pada dinding perut akan menjadi putih mengkilap

(striae albican).

4) Tanda-Tanda Vital

a. Suhu Badan

(1) Sekitar hari ke 4 setelah persalinan, suhu ibu mungkin

naik sedikit antara 37,2ºC sampai 37,5ºC kemungkinan

disebabkan dari aktivitas payudara (produksi ASI).

(2) Bila kenaikan mencapai 38ºC pada hari kedua sampai

hari-hari berikutnya harus diwaspadai adanya infeksi atau

sepsis nifas.

b. Denyut Nadi

(1) Denyut nadi ibu akan melambat sekitar 60x/menit yakni

pada waktu setelah persalianan karena ibu dalm keadaan

istirahat penuh ini terjadi utamanya pada minggu utama

post partum.
92

(2) Pada ibu yang nerfus bisa cepat, kira-kira 110X/menit.

Bisa juga terjadi gejala shock karena infeksi, khusunya

bila disertai peningktan suhu tubuh.

c. Tekanan Darah

(1) Tekanan darah <140/90 mmHg. Tekanan darah tersebut

dapat meningkat dari pra persalinan pada 1-3 hari post

partum.

(2) Bila tekanan darah menjadi rendah menunjukkan adanya

pendarahan post partum. Sebaliknya bila tekanan darah

tinggi menunjukkan kemungkinan adanya pre-eklamsi

yang bisa timbul pada masa nifas.

d. Respirasi

1) Pada umumnya respirasi lambat atau bahkan normal, hal

ini karena ibu dalam keadaan pemulihan atau dalam

kondisi istirahat.

2) Bila ada respirasi cepat post partum (>30x/menit),

mungkin adanya tanda-tanda shock.

5.Laktasi

Untuk menghadapi masa laktasi (menyusukan) sejak dari

kehamilan telah terjadi perubahan-perubahan pada kelenjar payudara

yaitu:

a. Proliferasi jaringan pada kelenjar-kelenjar, alveoli dan jaringan

lemak bertambah.
93

b. Keluaran cairan susu kental dari duktus laktiferus disebut

colostrum, berwarna kuning putih susu.

c. Hipervaskularisasi pada permukaan dan bagian dalam, dimana

vena-vena berdilatasi sehingga tampak jelas.

Setelah persalinan, pengaruh supresiastrogen dan progesteron

hilang. Maka timbul pengaruh hormon laktogenik (LH) atau prolaktin

yang akan merangsang air susu. Disamping itu, pengaruh oksitosin

menyebabkan mio-epitel kelenjar susu berkontraksi sehingga air susu

keluar. Produksi akan banyak sesudah 2-3 hari pasca persalinan.

1). Nifas Dini

Masa nifas dini adalah masa permulaan nifas yaitu 1 hari

sesudah melahirkan sampai 7 hari lamanya (1 minggu pertama).

Kunjungan masa nifas :

a) Kunjungan I (6-48 jam setelah persalinan)

Tujuan:

(1) Mencegah perdarahan pada masa nifas karena atonia uteri.

(2) Mendeteksi dan merawat penyebab lain perdarahan, rujuk

jika perdarahan berlanjut.

(3) Memberikan konseling pada ibu atau satah satu anggota

keluarga, bagaimana mencegah perdarahan masa nifas

karena atonia uteri.

(4) Pemberian ASI awal.

(5) Melakukan hubungan antara ibu dan bayi baru lahir.


94

(6) Menjaga bayi tetap sehat dengan cara mencegah terjadi

hipotermi.

(7) Jika petugas kesehatan menolong persalinan, ia harus

tinggal dengan ibu dan bayi baru lahir untuk 2 jam pertama

setelah kelahiran atau sampai ibu dan bayi dalam keadaan

stabil.

b) Kunjungan II ( 4-28 hari setelah persalinan)

Tujuan:

(1) Memastikan involusi uterus berjalan normal, uterus

berkontraksi dengan baik, fundus di bawah umbilikus,

tidak ada perdarahan abnormal atau tidak ada bau.

(2) Menilai adanya tanda-tanda demam, infeksi atau

perdarahan abnormal.

(3) Memastikan ibu cukup mendapatkan makanan, cairan dan

istirahat.

(4) Memastikan ibu menyusui dengan baik dan tidak

memperlihatkan tanda-tanda penyulit.

(5) Memberikan konseling pada ibu mengenai asuhan pada

bayi, tali pusat, menjaga bayi agar tetap hangat dan merawat

bayi sehari-hari.

c) Kunjungan III (29-42 setelah persalinan)

Tujuan: Sama dengan kunjungan II.


95

2). Nifas Lanjut

a) Pengertian

Masa nifas lanjut adalah satu minggu sesudah

melahirkan sampai dengan 6 minggu setelah melahirkan.

b) Kunjungan IV (6 minggu setelah persalinan)

Tujuan:

(1) Menanyakan pada ibu tentang penyulit yang ia atau bayi

alami.

(2) Memberikan konseling untuk KB secara dini.

3). Evidence Based

Table: 4 Evedance Based

NO Tindakan yang Sebelum EBM Setelah EBM

dilakukan
1. Pemakaian Tampon Tampon dapat

Tampon menyerap menyebabkan

Vagina perdarahan tapi Infeksi

tidak

menghentikan

perdarahan.
2. Perawatan Bayi benar-benar Untuk mempererat

terpisah Ibu siaga selama 2 Bounding

dan Bayi jam pertama. Attachhment.


3. Pemakaian Gurita untuk Gurita mempersulit

Gurita atau memperbaiki pemantauan

sejenisnya bentuk tubuh Ibu. involusio rahim


96

dan menyebabkan

infeksi.
4. Perawatan tali Perawatan tali Perawatan tali

pusat pusat dikasih pusat sekarang

alcohol dan hanya

betadine. menggunakan kasa

steril.

4). Asuhan Kebidanan Nifas

a) Subjektif

Ibu telah melahirkan 6 jam sampai dengan 42 hari.

b) Objektif

(1) Pemeriksaan Umum

1) KU : Baik, Cukup, Buruk.

2) Kesadaran : Composmentis/tidak.

3) Tensi/Suhu/Nadi/Respirasi/: TD Normal : 120/80

mmHg, suhu : 36,50 C– 37,50 C, Nadi : 80 –

100 x /Mnt, Presperasi 16 – 24 x/Mnt.

(2) Pemeriksaan fisik

(a) Kepala dan wajah : Untuk mengetahui kebersihan,

kerontokan dan warna rambut.

(b) Mata : Clasoma gravidarum,conjungtiva merah

muda/tidak, skleraputih/tidak.
97

(c) Mulut dan gigi : Untuk mengetahui kebersihan,

adakah sianosis atau caries gigi.

(d) Leher : Ada atau tidak pembesaran vena jugularis,

kelenjar limfe, thiroid, atau stroma.

(e) Payudara

Bentuk : Normalnya berbentuk simetris

Areola : Terjadi Hyperpigmentasi/Tidak

Putting susu : Sudah menonjol atau belum

Keluaran : Apa keluarnya ASI, pus/Darah.

(f) Abdomen

TFU : Untuk mengetahui involusi Uteri

Konsistensi Uterus : Keras /lembek

Kontraksi uterus : Kuat /lemah.

(g) Pengeluaran Pervaginaan/Lochea

Warna : Merah, putih atau yang lainnya.

Jumlah : Banyaknya Lochea yang keluar tiap hari.

Bau : Berbau busuk atau tidak.

(h) Perineum

Bekas jahitan : Ada atau tidk bekas jahitan pada

perineum, kering atau tidak.

Kebersihan : Keadaan Perineum bersih atau tidak.

Oedema : Ada oedema pada perineum atau tidak.

(i) Anus : Ada tidaknya hemoroid.


98

(j) Ekstremitas : Ada/tidak oedema pada ekstermitas.

c) Analisa

P A AH, nifas normal 6 jam-42 hari.

d) Penatalaksanaan

(1) KF1 (6 jam-48 jam): Melakukan pemeriksaan umum dan

pemeriksaan fisik, melakukan masase untuk memastikan

kontraksi uterus baik, melakukan mobilisasi dini, memastikan

ibu makan dan minum yang bergizi, menjaga kebersihan diri,

istirahat teratur, tanda bahaya masa nifas, menyusui bayinya

sesering mungkin setiap 2 jam dan memberikan ASI Ekslusif

dan kunjungan ulang.

(2) KF2 (4 hari-28 hari): Melakukan pemeriksaan umum dan

pemeriksaan fisik, menjelaskan tanda bahaya masa nifas,

menjaga kebersihan diri, perawatan payudara, makan dan

minum bergizi, istirahat teratur, membeikan ASI pada bayi dan

kunjungan ulang.

(3) KF3 (28 hari-40 hari): Melakukan pemeriksaan umum dan

pemeriksaan fisik, menyakan penyulit yang di alami,

memberikan konseling KB pada ibu, mengingatkan ibu untuk

memberikan ASI Ekselusif.

E. TEORI PENDOKUMENTASIAN SOAP


99

Pendokumentasian SOAP merupakan salah satu metode

pendokumentasian yang di kerjakan oleh bidan, setelah memberikan asuhan

kepada pasien yang meliputi: status kesehatan pasien, kebutuhan pasien, dan

kegiatan asuhan serta respon pasien terhadap asuhan yang telah diterimanya.

(Anjarwati, 2010).

Pendokumentasian manajemen kebidanan menggunakan SOAP

yaitu:

a. Data subjectif

Data subjectif (S) merupakan pendokumentasian kebidanan

menurut Helen Varney langkah pertama ( pengkajian data ) terutama data

yang diperoleh melalui anamnesis. Data subjectif ini berhubungan dengan

masalah dari sudut pandang pasien. Ekspresi pasien mengenai

kekhwatiran dan keluhannya yang dicatat sebagai kutipan langsung

dengan diagnosis. Data subjectif ini nantinya akan menguatkan diagnosis

yang akan disusun.

b. Data objectif

Data objektif (O) merupakan pendokumentasian manajemen

kebidanan menurut Helen Varney pertama (pengkajian data) terutama

data yang diperoleh melalui hasil observasi dari pemeriksaan pasien,

pemeriksaan laboratorium/pemeriksaan diagnostic lain, catatan medic dan

informasi dari keluarga atau orange lain dapat dimasukan dalam data

objectif ini. Data ini akan memberikan bukti gejala klinis pasien dan fakta

yang berhubungan dengan diagnosa.


100

c. Analisa (A)

Analisa merupakan pendokumentasian hasil analisa dan

intervensi( kesimpulan) dari data subjectif dan objektif. Dalam

pendokumentasian manenjemen kebidanan, karena keadaan pasien yang

setiap saat bisa mngalami perubahan, dan akan ditemukan informasi baru

dalam data subjectif maupun objektif.

Analisa/assessment meupakan pendokumentasian metode

kebidanaan menurut Hellen Varney langkah kedua, ketiga dan keempat

sehingga mencakup hal hal berikut ini : diagnosis/masalh kebidanan,

diagnosis masalh potensial serta perlunya identifiksi kebutuhan tindakan

segera untuk antisipasi diagnosis atau masalah potensial, kebutuhan

tindakan segera harus diidentifikasi menurut kewenangan bidan, meliputi:

tindakan mandiri, kolaborasi dan merujuk pasien.

d. Penatalksanaan

Penatalaksanaan adalah membuat rencana asuhan saat ini dan

yang akan datang. Rencana asuhan ini bertujuan untuk mengusahakan

tercapainya kondisi pasien seoptimal mungkindan mempertahankan

kesejahteraan.

(P) dalam soap meliputi pendokumentasian manejemen kebidanan

menurut Hallen Varney langkah kelima, keenam dan ketujuh.

Pendokumentasian dalam SOAP ini adalah pelaksanaan asuhan sesuai


101

rencana yang telah disusun sesuai dengan keadaan dalam rangka

mengatasi masalah pasien. Pelaksanaan tindakan harus disetujui oleh

pasien, kecuali bila tindakan tidak dilaksanakan atau membahayakan

keselamtan pasien.

Dalam penatalksanaan ini harus mencantumkan evaluasi yaitu

tafsiran dari efek tindakan yang telah diambil untuk menilai efektifitas

asuhan atau hasil pelaksanaan tindakan. Evaluasi berisi analisis hasil yang

telah dicapai dan merupakan fokus ketetapan nilai tindakan atau asuhan.

Untuk pendokumentasian proses evaluasi ini, diperlukan catatan

perkembangan, dengan tetap mengacu pada metode SOAP.

BAB III

PERKEMBANGAN KASUS
102

A. ASUHAN KEBIDANAN PADA NY. M.S GII PI A0 AHI UK 39-40

MINGGU JANIN TUNGGAL HIDUP PRESENTASE KEPALA INTRA

UTERIN DENGAN RIWAYAT OBSTETRI BURUK (SECTIO

CAESAREA)

ASUHAN KEBIDANAN PADA IBU HAMIL

Kunjungan ANC I : Tanggal 19 Februari 2019 jam : 17.00 Wita

Identitas

Nama Istri : Ny. M.S Nama Suami : Tn. D. K

Umur : 38 tahun Umur : 45 tahun

Agama : Katolik Agama :Katolik

Pendidikan : SMP Pendidikan : SMP

Pekerjaan : IRT Pekerjaan : Swasta

Penghasilan : Tidak ada penghasilan : Rp.1.500.000/bln

Alamat Rumah : Matani Alamat Rumah : Matani

1. Data Subjektif

a. Keluhan utama

Ibu mengatakan ini adalah kehamilanya yang ke 2 dengan usia

kehamilan 9 bulan, pernah melahirkan 1 kali tidak pernah keguguran

dan keluhan saat ini ibu merasa perut kencang dan sering buang air

kecil.

b. Riwayat haid
103

Menarche :13 Tahun

Siklus : 28 hari

Lamanya : 4-5 hari

Sifat Darah : Encer

Nyeri Haid : Tidak Ada

HPHT : 15-05-2018

TP : 22-02-2019

c. Riwayat perkawinan

Status perkawinan : Syah

Lamanya : 8 Tahun

Umur saat kawin : 30Tahun

Berapa kali kawin : 1 kali

d. Riwayat kehamilan yang lalu

1) Apakah ada gangguan yang sangat : Tidak ada

2) Apakah ada muntah yang berlebihan : Tidak ada

3) Toksemia Gravidarum : Tidak ada

4) Selama Hamil Periksa dimana : Puskesmas

Tarus

e. Riwayat kehamilan sekarang

1) TM I berapa kali : 1 kali,

Keluhan : Tidak ada

Terapi : SF, Kalk, Vit C,

2) TM II berapa kali : 2 kali


104

Keluhan : Tidak ada

Terapi : SF, Kalk, dan Vit C

3) TM III berapa kali : 4 kali

Keluhan : Tidak ada

terapi : SF, Kalk dan Vit C

Imunisasi TT berapa kali : 1 kali

Kapan : 15 Oktober 2018

Pergerakan janin di rasakan pertama kali pada usia kehamilan : 4

bulan

Keluhan selama hamil : Tidak ada

Terapi : SF, Kalk, Vitamin C, B1, Bc

4) Riwayat kehamilan, persalinan dan nifas yang lalu

Table : 3 Riwayat hehamilan, persalinan dan nifas.

KET
Persalinan Nifas (H/
M)
No Kmplks
Km
Tgl Jns J Lk
UK Penolong Ibu Bayi BB PB plk
lahir pers K ts
s

1 18- Aterm _ _ 3000 45c Ya _ H


08- SC Dokter L m
2015

2 AH
INI G2 P1 A0
1

5) Riwayat keluarga berencana


105

a) KB yang pernah di gunakan : KB suntik 3 bulanan

b) Lamanya : 2 tahun

c) Efek samping : Sakit kepala

d) Alasan berhenti : Ingin punya anak lagi

6) Riwayat kesehatan

a) Riwayat penyakit yang di derita : Tidak ada

b) Riwayat penyakit yang lalu : Tidak ada

c) Riwayat penyakit keluarga : Tidak ada

7) Riwayat kesehatan dan penyakit keturunan

a) Apakah ada keluarga yang menderita penyakit kronis : Tidak

ada

b) Apakah ada keluarga yang menderita penyakit menular: Tidak

ada

c) Apakah ada keturunan kembar : Tidak ada

8) Keadaan psiko sosial

Respon ibu dan keluarga terhadap kehamilan: Ibu dan keluarga

sangat menginginkan kehamilan ini.

Dukungan dari keluarga : Suami dan keluarga sangat

mendukung ibu.

Tempat dan petugas yang di inginkan untuk menolong :

RS/puskesmas Bidan/Dokter

Beban kerja dan kegiatan sehari-hari : Pekerjaan rumah

tangga
106

Jenis kelamin yang di harapkan : Laki-laki atau pun

perempuan sama saja

Pengambilan keputusan dalam keluarga : Suami

Perilaku kesehatan:

Merokok : Tidak pernah

Miras : Tidak pernah

Konsumsi obat terlarang : Tidak pernah

Minum kopi : Tidak pernah

9) Latar belakang budaya

a) Kebiasaan melahirkan di tolong oleh : Bidan/dukun

b) Pantangan makanan : Tidak ada

c) Kepercayaan yang berhubungan dengan persalinan : Tidak

ada

d) Kepercayaan yang berhubungan dengan nifas : Tidak ada

10) Pemenuhan kebutuhan dasar

Pola kebutuhan dasar Sebelum hamil Selama hamil


a. Nutrisi

Jenis makanan Nasi, sayur, Nasi, sayur, ikan,

tempe, ikan, telur. tempe, tahu, telur,

daging

Frekuensi makan 1-2x/hari, porsi: 1 2-3x/hari, porsi: 1

piring piring
107

Nafsu makan Baik Baik

Jenis minuman Air putih dan teh Air putih dan susu
b. Eliminasi

1) BAK :

Frekuensi 2-3x/hari 4-5x/hari

Warna Kuning jernih Kuning jernih

Bau Khas amoniak Khas amoniak

2) BAB

Frekuensi 1-2x/hari 1-2x/hari

Warna Kuning Kuning

Bau Khas veses Khas veses

Konsistensi Lembek Lembek


c. Istirahat

Tidur siang 1-2 jam/hari ± 1 jam/hari

Tidur malam 7-8 jam/hari 4-5 jam/hari

Keluhan Tidak ada Susah tidur

d. Kebersihan diri

Mandi 2x/hari 2x/hari

Sikat gigi 2x/hari 2x/hari

Keramas rambut 2x/minggu 2x/minggu

Ganti pakaian 2x/hari 2x/hari

dalam
108

Ganti pakaian 2x/hari 2x/hari

luar

11) P4K, terdiri dari:

a) Persiapan tempat persalinan : Puskesmas Baumata

b) Dana persalinan : Jaminan Kesehatan

(BPJS)

c) Transportasi : Roda 4

d) Metode KB setelah melahirkan : Suntikan 3 bulan

e) Pendonor darah : 3 orang

2. Data Objektif

a. Pemeriksaan Umum

1) Keadaan umum : Baik

2) Kesadaran : Composmentis

3) Bentuk tubuh : Lordosis

4) Tanda-tanda vital

TD : 130/80 mmHG Suhu : 36,50C

Nadi : 82x/menit RR : 20 x/menit

5) TB : 159 cm

6) BB sebelum hamil : 52 kg BB saat hamil : 64 kg

7) Lila : 29 cm

8) TP : 22 -02- 2019
109

b. Pemeriksaan Fisik

1) Inspeksi

a) Kepala/Rambut : Normal tidak ada benjolan dan

c. tidak berketombe

Pemeriksaan b. Wajah : Tidak pucat, tidak ada oedema dan

obstetrik tidak ada cloasma gravidarum


c. Mata : Sklera putih, konjungtiva merah
2) Palpasi
muda dan tidak ada oedema
a. Leopold I : TFU pertengahan pusat dan procesus
d. Hidung : Bersih tidak ada polip
xyphoideus (30 cm) pada fundus teraba
e. Telinga : Simetris, bersih tidak ada serumen
lunak tidak melenting (letak bokong)
f.b.Mulut/Gigi
Leopold II : :Pada
Mukosa bibir
bagian kirilembab,
perut ada
ibu karies
teraba gigi
keras,
g. Leher : Tidak ada pembesaran kelenjar limfe,
datar, memanjang seperti papan
tiroid dan vena jugularis.
(punggung) dan pada bagian kanan perut
h. Dada : Simetris, payudara membesar,
ibu teraba bagian-bagian terkecil janin
puting susu menonjol,
(teraba punggung kiri)
c. Leopold III : Pada segmen bawah rahim
hiperpigmentasi padateraba bulat,
areola

keras dan melenting (presentasi kepala)


mamae.
i.d.Abdomen
Leopold IV : :Bagian
Tidakkepala janin luka
ada bekas belum masuk
operasi PAP
tidak

(konvergen)
ada linea ataupun strie, membesar
e. Mc. Donald : 30 cm
f. TBBJ : 2790
sesuaiGram
usia kehamilan.
j. Ekstremitas : Normal tidak ada oedema pada kaki

kanan dan kiri tidak ada varises dan

ujung kuku tidak pucat.


k. Genetalia/Anus : Tidak ada oedema, anus tidak ada

hemaroid
110

d. Auskultasi

1) DJJ : teratur

2) Frekuensi : 135 x/menit

e. Perkusi

1) Refleks patella : kanan / kiri +/+

2) Alamat Rumah : Matani

c. Pemeriksaan Penunjang

Laboratorium:

Darah : Hb 11,9 gram %, Golongan darah O.

Urine : reduksi negatif (-), protein (-)

USG : tidak dilakukan.

2. Analisa

G11 P1A0AH1 UK 39-40 Minggu tunggal hidup presentasi kepala

intra uteri dengan riwayat Obstetri Buruk (Sectio Caesarea).

3. Penatalaksanaan

(1) Menginformasikan hasil pemeriksaan pada ibu TD: 130/80 mmHg

S: 36,7°c BB: 64kg, bayi letak kepala, kepala sudah masuk PAP,

DJJ 130x/m.

Ibu merasa senang dengan hasil pemeriksaan.

(2) Menjelaskan tanda bahaya kehamilan trimester III yaitu

perdarahan, janin kurang bergerak dari biasanya, sakit kepala,

pusing, nyeri perut bagian bawah yang hebat,kejang. Jika ibu


111

mengalami tanda bahaya segera kefasilitas kesehatan untuk

mendapatkan penanganan.

Ibu mempu menjelaskan beberapa tanda bahaya seperti sakit

kepala,nyeri perut bagian bawah yang hebat.

(3) Menjelaskan pada ibu tentang tanda-tanda persalinan meliputi

sakit padapinggang menjalar ke perut bagian bawah yang

semakin lama semakin sering, keluar lendir bercampur darah dari

jalan lahir, keluar air-air atau ketuban dari jalan lahir bila

mengalami tanda-tanda tersebut ibu harus ke fasilitas kesehatan.

Ibu mengerti dan dapat menyebutkan kembali tanda persalinan

seperti keluar lendir bercampur darah dan perut mules semakin

lama semakin sering.

(4) Menganjurkan pada ibu untuk menjaga kebersihan dirinya seperti

mandi, keramas rambut, sikat gigi, dan ganti pakaian.agar

memberikan kenyamanan pada ibu.

Ibu mengerti dan bersedia melakukan perawatan sehari-sehari

seperti mandi,keramas rambut,dan sikat gigi.

(5) Menganjurkan pada ibu untuk istirahat yang cukup yaitu tidur

siang 1-2 jam/hari, dan tidur malam 7-8 jam/hari.agar menjaga

kondisi tubuh ibu.

Ibu mengerti dan bersedia isterahat yang cukup yaitu tidur siang 2

jam dan tidur mlm 7-8 jam/hari.


112

(6) Menganjurkan pada ibu untuk makan makanan bergizi seperti

ikan, tempe, tahu dan sayuran. Agar memenuhi kebutuhan gizi

pada ibu dan membantu proses tumbuh kembang janin.

Ibu mengerti dan bersedia makan makanan bergizi seperti

ikan,tahu,temped an sayuran hijau.

(7) Menganjurkan pada ibu untuk minum obat secara teratur yaitu: SF

diminum 1x1 pada malam hari sebelum tidur untuk mengurangi

mual muntah,vit c diminum 1x1, kalak diminum 1x1, dan tidak

boleh dikonsumsi bersamaan dengan teh atau kopi karena dapat

menghambat proses penyerapan.

Ibu bersedia untuk minum obat sesuai anjuran.

(8) Menjelaskan pada ibu untuk melakukan persiapan persalinan

meliputi persiapan pakaian ibu dan bayi, tabungan, rencanakan

melahirkan di faskes yang di inginkan ibu dan yang akan

menolong persalinan ibu, siapkan kartu JKN, kendaraan yang

akan mengantarkan ibu dan orang yang akan mendampingi ibu

saat persalinan, calon pendonor darah.

Ibu mengatakan sudah mempersiapkan pakaian ibu dan bayi serta

pendonor.

(9) MenJadwalkan ibu untuk kunjungan ulang yaitu tanggal 21

februari 2019, atau jika mendapat tanda tanda persalinan atau

tanda tanda bahaya kehamilan.


113

Ibu mengerti tentang jadwal kunjungan ulang yang disampaikan

dan berjanji akan datang untuk kunjungan ulang pada tanggal 21

Februari 2019.

Kunjungan ANC II : Tanggal 21 Februari 2019 Jam 15.00 Wita

1. Subjektif

Ibu mengatakan akan melakukan operasi sectio caesaria di rumah

sakit, atas indikasi riwayat Obstetri Buruk dan jarak kelahiran anak

pertama 4 tahun.

2. Objektif

Keadaan umum baik, kesadaran composmentis, Tanda-tanda Vital;

suhu 36,5°C, TD 140/80 mmHg, pernapasan 20x/menit, Nadi

80x/menit.

TFU 3 jari dibawah px, Mc Donald 30cm, difundus teraba bokong,

disebelah kiri perut ibu teraba punggung dan sebelah kanan perut ibu

teraba ekstremitas, bagian terendah kepala dan sudah masuk PAP, Djj

125x/menit.

3. Analisa

GII PI A0 AHI hamil 39-40 minggu , Janin Tunggal Hidup, Presentasi

Kepala Intra Uteri dengan riwayat Obstetri Buruk (Sectio Caesarea).


114

b. Penatalaksanaan

a. Menginformasikan hasil pemeriksaan pada ibu TD: 140/80 mmHg

S: 36,5°c , RR: 20x/m, nadi: 80x/m. bayi letak kepala, kepala

sudah masuk PAP, DJJ 125x/m.

Ibu merasa senang dengan kondisi ibu dan janin.

b. Mengevaluasi kembali tentang tanda bahaya kehamilan trimester

III.

Ibu dapat mengulang kembali tanda bahaya seperti perdarahan,

janin kurang bergerak dari biasanya, sakit kepala, pusing, nyeri

perut bagian bawah yang hebat,kejang.

c. Mengevaluasi kembali ibu tentang tanda-tanda persalinan

Ibu dapat mengulang kembali tanda persalinan seperti sakit pada

pinggang menjalar ke perut bagian bawah yang semakin lama

semakin sering, keluar lendir bercampur darah dari jalan lahir,

keluar air-air atau ketuban dari jalan lahir.

d. Mengevaluasi kembali ibu tentang menjaga kebersihan diri.

Ibu dapat mengulang kembali tentang jaga kebersihan seperti

mandi, keramas rambut, sikat gigi, dan ganti pakaian.

e. Mengevaluasi kembali ibu tentang istirahat yang cukup.

Ibu dapat mengulang kembali isterahat teratur yaitu tidur siang 1-

2 jam/hari, dan tidur malam 7-8 jam/hari.


115

f. Mengevaluasi kembali ibu tentang makan makanan bergizi.

Ibu dapat mengulang kembali makan makanan bergizi seperti

ikan, tempe, tahu dan sayuran.

g. Mengevaluasi kembali ibu tentang minum obat secara teratur.

Ibu dapat mengulang kembali cara minum obat yang benar yaitu:

SF diminum 1x1 pada malam hari sebelum tidur untuk

mengurangi mual muntah,vit c diminum 1x1, kalak diminum 1x1,

dan tidak boleh dikonsumsi bersamaan dengan teh atau kopi

karena dapat menghambat proses penyerapan.

h. Mengevaluasi kembali ibu tentang persiapan persalinan.

Ibu dapat mengulang kembali persiapan persalinan seperti pakaian

ibu dan bayi, tabungan, rencanakan melahirkan di faskes yang di

inginkan ibu dan yang akan menolong persalinan ibu, siapkan

kartu JKN, kendaraan yang akan mengantarkan ibu dan orang

yang akan mendampingi ibu saat persalinan, calon pendonor

darah.
116

B. ASUHAN KEBIDANAN PADA IBU BERSALIN

ASUHAN KEBIDANAN PADA Ny M. S G2P1A0AH1 UK 39-40

MINGGU TUNGGAL HIDUP PRESENTASI KEPALA INTRUTERIN

DENGAN RIWAYAT OBSTETRI BURUK SECTIO CAESAREA

Hari / tanggal masuk : Jumat 22 Februari 2019

Jam : 13.00 Wita

Tempat : Rumah Sakit Leona

Persalinan di tolong oleh : Dokter

Proses persalinan : Sectio Caesarea

Keadaan ibu dan bayi baik : Baik

Bayi

Hari / tanggal : Jumat 22 Februari 2019

Jam : 13 :00 Wita

Tempat : Rumah Sakit Leona

Jenis kelamin : Laki-laki

Berat badan : 3700 Gram

Panjang Badan : 49 Cm

Lingkar Kepala : 32 Cm

Lingkar Dada : 31 Cm

Lingkar Perut : 31 Cm
117

C. ASUHAN KEBIDANAN PADA BAYI BARU LAHIR

1. Asuhan Pada Bayi Baru Lahir 1 Jam

Tanggal : 23 Februari 2019 Jam: 15.00 Wita

a. Data Subyektif

Ibu mengatakan telah melahirkan anaknya yang ke dua 1 hari yang

lalu , jenis kelamin laki-laki.

b. Data Objektif

Keadaan umum : baik, kesadaran: composmentis, bergerak aktif, kulit

kemerahan. S:36,80C, RR:48x/menit, HR:142x/menit, A/S:8/9, PB:49

cm, LK: 32 cm, LD: 31 cm, BB: 3700 gram.

Pemeriksaan Fisik (Inspeksi, palpasi, Perkusi dan auskultasi).

1) Kepala: tidak ada caput succedaneum dan cephal hematoma.

2) Mata: conjungtiva merah muda, skela putih, dan tidak ada ikteri.

3) Abdomen: tali pusat masih basah, tidak ada infeksi dan tidak

kembung.

4) Genetalia: jenis kelamin laki-laki,testis sudah turun ke skrotum.

5) Anus : Berlubang.

6) Extermitas atas bawah: gerakkan aktif dan jumlah jari lengkap.

c. Analisa

Bayi baru lahir setio caesarea umur 1 jam


118

d. Penatalaksanaan

1) Menginformasikan hasil pemeriksaan pada ibu dan keluarga bahwa

keadaan bayi sehat dan tidak ada cacat. S : 36,8 0C, RR : 45x/menit,

HR : 145x/menit, A/S : 8/9, PB : 48 cm, LK : 32 cm, LD : 31 cm,

LP : 31cm, BB : 3700 gram.

Ibu dan keluarga merasa senang.

2) Menjaga bayi tetap hangat yaitu pakaikan pakaian bayi, bungkus

bayi dengan selimut kering dan tempatkan bayi di tempat yang

hangat.

Bayi dalam keadaan terbungkus.

3) Memberi salep mata pada ke dua mata bayi untuk mencegah

terjadinya infeksi pada mata.

Salep mata sudah di oleskan.

4) Menyuntikan Neo-K pada paha kiri bayi.

Neo-K sudah di suntikkan

2. Kunjungan I( KN I : umur 1 hari )

Tanggal 23 Februari 2019 Jam 15.00 Wita

a. Subjektif

Ibu mengatakan bayinya menyusui dengan baik, bayi tidak rewel dan

bayinya BAB 1-2 x/hari dan BAK 2-3 x/hari.

b. Objektif

Keadaan umum baik, Berat badan 3700 gram, panjang badan 49 cm,

lingkar kepala 32 cm, lingkar lengan 13 cm, lingkar dada 31 cm,


119

suhu 36,5ºC, pernapasan 45 x/ menit, HR 145 x/ menit, BAB 1-2

x/hari, warna hitam kecoklatan, bau khas feses dan BAK 2-3 x/hari,

warna kuning, bau khas urine. Tali pusat masih basah, tidak berdarah

dan tidak ada tanda-tanda infeksi kulit.

c. Analisa

Neonatus umur 1 hari.

d. Penatalaksanaan

1) Memberitahukan hasil pemeriksaan pada ibu yang telah

dilakukan pada bayinya yaitu: S : 36,50C, Hr : 145x/menit, RR :

45x/menit. Berat badan : 3700 gram, Panjang badan : 49 cm,

Lingkar kepala : 32 cm, Lingkar dada : 31 cm, dan Lingkar

perut : 31 cm, gerakan aktif, tangis, tonus otot kuat.

Ibu mengerti dengan penjelasan yang diberikan dan senang

bayinya dalam keadaan sehat.

2) Menjaga kehangatan bayi dengan membungkus bayi dengan

kain kering serta mengganti popok bayi yang basah dengan yang

baru.

Sudah dilakukan dan bayi dalam keadaan terbungkus kain yang

bersih dan kering.

3) Menganjurkan ibu untuk menyusui bayinya sesering mungkin

setiap 2 jam, apabila bayi tertidur bangunkan bayi, pemberian

ASI kepada bayi dari 0-6 bulan tanpa ada makanan

tambahan/pendamping
120

Ibu dapat mengulang kembali penjelasan yang disampaikan

yaitu menyusui bayinya sesering mungkin setiap 2 jam, dan

berikan ASI ekslusif selama 6 bulan tanpa makanan

pendamping.

4) Memberitahukan ibu cara perawatan tali pusat yaitu jangan

memberi atau membubuhkan sesuatu apapun, baik itu obat

maupun ramuan tradisional pada tali pusat yang masih basah,

jaga tali pusat agar tetap bersih dan kering.

Ibu dapat menyebut kembali cara perawatan tali pusat yaitu

jangan memberi atau membubuhkan sesuatu apapun, baik itu

obat maupun ramuan tradisional pada tali pusat yang masih

basah, jaga tali pusat agar tetap bersih dan kering.

5) Memberitahukan ibu tanda bahaya bayi baru lahir yaitu bayi

kuning, infeksi tali pusat (tali pusat berbau, merah, dan terdapat

nanah, serta sianosis).

Ibu mengerti dengan penjelasan yang diberikan dan dapat

menyebut kembali tanda bahaya bayi baru lahir yaitu bayi

kuning, infeksi tali pusat (tali pusat berbau, merah, dan terdapat

nanah, serta sianosis).

6) Mengingatkan ibu untuk membawa anaknya untuk kontrol ulang

di puskesmas sikumana pada tanggal 1 Maret 2019.

Ibu mengatakan akan membawah anaknya untuk kontrol ulang

pada tanggal 1 Maret 2019


121

Kunjungan II (KN II hari ke5)

Tanggal 27 Februari 2019 Jam 11.35 Wita

a. Subjektif

Ibu mengatakan bayinya dalam keadaan baik, ASI keluar banyak dan

bayinya menyusui dengan baik.

b. Objektif

Keadaan umum baik, kesadaran composmentis, TTV; Suhu 36,5ºC,

Pernapasan 44 x/ menit, HR 141 x/menit, Berat badan 3900 gram.

c. Analisa

Neonatus Cukup Bulan Sesuai Masa Kehamilan umur 5 hari.

d. Penatalaksanaan

1) Menginformasikan hasil pemeriksan pada ibu dan keluarga

TTV : S: 36,50c, RR:44x.m, HR:141x/m, BB : 3900 gram.

Ibu dan keluarga senang dan ibu mengulang kembali hasil yang

sudah di sampaikan

2) Melakukan evaluasi kembali pada ibu tentang tanda bahaya

pada bayi baru lahir.

Ibu dapat menyebut tanda bahaya pada bayi baru lahir seperti

tidak mau menyusui, kejang-kejang, sesak nafas, demam/panas

tinggi, tali pusat kemerahan sampai dinding perut, berbauh atau

bernanah dan bayi kuning.


122

3) Menilai kembali ibu tentang pemberian ASI

Ibu mengatakan menyusui bayinya sesuai yang dianjurkan yaitu

2 jam sekali, apabila bayi tertidur ibu bangunkan.

4) Memeriksa tali pusat.

Tali pusat dalam keadaan kering dan bersih, tidak di dapati

tanda-tanda infeksi.

5) Melakukan evaluasi suhu tubuh bayi agar tetap hangat.

Bayi dalam keadaan terbungkus dengan kain tebal.

6) Menjadwalkan kunjungan ulang pada tanggal 08/03/2019

Ibu bersedia untuk kunjungan ulang pada tanggal 08/03/2019

3. Kunjungan III ( KN III hari ke 14)

Tanggal 8 Maret 2019 Jam 09:30 Wita

1. Subjektif

Mengatakan tidak ada keluhan, bayinya dalam keadaan baik.

2. Objektif

Keadaan umum baik, kesadaran composmentis, TTV; Suhu

36,5ºC, Pernapasan 40 x/ menit, HR 136 x/menit, Berat badan

3900 gram, tali pusat sudah kering dan sudah terlepas.

3. Analisa

Neonatus Cukup Bulan Sesuai Masa Kehamilan umur 28 hari.


123

4. Penatalaksanaan

1) Menginformasikan hasil pemeriksan pada ibu dan keluarga

S : 36,60c, RR: 40x/m, HR: 136 x/m, BB: 3.900 gram

Ibu dan keluarga senang dan ibu mengulang kembali hasil yang

sudah di sampaikan

2) Mengevaluasi kehangatan bayi.

Bayi dalam keadaan terbungkus dan hangat.

3) Mengevaluasi cara menjaga kebersihan bayi.

Ibu mengatakan bayinya dimandikan 2x/hari dengan air hangat

yang bersih dan gunakan sabun serta sampoo, ganti popok bayi

apabilah sudah basah dengan popok baru yang bersih dan

kering, ganti pakian bayi setelah mandi atau apabila terasa

lembab atau basah, bersikan pantat dan alat kelamin bayi

setelah BAB/BAK, ibu mengeri dan mau melakukanya

4) Menilai kembali pemberian ASI.

Ibu mengatakan bayinya hanya mendapatkan ASI yang cukup

tanpa diberikan pendamping ASI atau susu formula.

5) Mengevaluasi kembali ibu tentang tanda bahaya pada bayi baru

lahir.

Ibu dapat menyebutkan tanda bahaya pada bayi baru lahir yaitu

tidak mau menyusu, kejang-kejang, demam/panas tinggi.


124

6) Mengingatkan pada ibu untuk kunjungan ulang untuk

penimbangan bayi dan mendapatkan imunisasi BCG serta

polio.

Ibu akan pergi ke Puskesmas Sikumana untuk mendapatkan

Imunisasi.

D. ASUHAN KEBIDANAN PADA IBU NIFAS POST SECTIO

CAESAREA

Kunjungan Nifas I (KF umur 1 hari)

1. Tanggal 23 Februari 2019 Jam 15.00 Wita

a. Subjektif

Ibu mengatakan senang karena telah melakukan operasi dengan

keadaan baik dan masih merasa nyeri pada luka operasi.

b. Objektif

Pemeriksaan Umum

Keadaan umum baik, Kesadaran composmentis, TTV; TD 100/70

mmHg, Suhu 36,5ºC, Nadi 80 x/ menit, Pernapasan 19x/menit

Pemeriksaan Fisik

Congjungtiva merah muda, wajah tidak pucat dan tidak

ikterik,puttingsusu menonjol, hiperpigmentasi pada areola, ada peng

eluaran Kolostrum, abdomen ada bekas luka operasi, TFU 3 jari

dibawah pusat, kontraksi uterus baik, kandung kemih kosong, dan

ada pengeluaran lochea rubra.


125

c. Analisa

PII A0 AHII Nifas 1 hari

d. Penatalaksanaan

1) Menginformasikan hasil pemeriksaan pada ibu yaitu keadaan umum

ibu baik, TTV: TD 110/70 mmHg, suhu 36,5ºc, Nadi 80x/menit,

pernapasan 19x/menit, TFU 3 jari dibawah pusat, Lochea Rubra,

warna merah berisi darah segar dan sisa-sisa selaput ketuban, sel-sel

desidua dan mekonium, kontraksi baik.

Ibu senang dengan hasil pemeriksaan yang di sampaikan.

2) Menganjurkan ibu untuk terus mobilisasi karena dengan mobilisasi

dapat menyebabkan otot-otot punggung kembali normal sehingga

mengurangi rasa sakit pada punggung.

Ibu bersedia melakukan mobilisasi.

3) Menganjurkan ibu untuk makan makanan bergizi makan 3x/hari,

makan nasi, sayuran hijau seperti daun bayam, kangkung, daun kelor

dan lauk pauk seperti tempe/tahu, ikan daging, telur. Dan banyak

minum air putih, dan susu khusus untuk ibu hamil jika ada.

Ibu mengatakan makan sesuai yang dianjurkan makanan yang bergizi

yaitu makan 3x/hari, makan nasi, sayuran hijau seperi bayam, daun

kelor, tempe,tahu, ikan dan banyak minum air putih.

4) Mengnjurkan ibu untuk menjaga kebersihan diri melakukan personal

hygiene dan vulva hygiene yaitu mandi 2 kali sehari, sikat gigi 2 kali

sehari, keramas rambut 2-3 kali seminggu, ganti pakaian luar setiap
126

kali selesai mandi, ganti pakaian dalam setiap kali selesai mandi atau

jika basah, cuci tangan sebelum makan dan sesudah BAK/BAB.

Membersihkan genitalia dan anus setiap kali selesai BAK/BAB.

Ibu mengatakan telah melakukan perawatan sehari-hari seperti yang

dianjurkan seperti mandi 2x/hari, ganti pakain dalam, cuci tangan

sebelum makan dan sesudah BAB/BAK.

5) Menganjurkan ibu istirahat yang cukup tidur siang minimal 1

jam/hari dan tidur malam 7-8 jam/hari.

Ibu bersedia untuk istirahat yang cukup sesuai dengan anjuran yaitu

tidur siang minimal 1 jam/hari dan tidur malam 7-8 jam/hari.

6) Memberikan KIE tentang cara menyusui yang benar yaitu ibu duduk

atau berbaring dengan santai, perah sedikit colustrum atau ASI dan

oleskan pada daerah puting dan sekitarnya, bayi diletakkan

menghadap ke ibu dengan posisi perut bayi menempel ke perut ibu,

dagu bayi menempel ke payudara, telinga dan lengan bayi berada

dalam satu garis lurus, mulut bayi terbuka lebar menutupi daerah

gelap sekitar puting susu. Berikan ASI dari satu payudara sampai

kosong sebelum pindah ke payudara lainnya, dan berikan ASI selama

6 bulan tanpa makanan pendamping.

Ibu akan melakukannya dan akan memberikan bayinya ASI selama 6

bulan tanpa makanan pendamping.

7) Menginformasikan kepada ibu tentang tanda bahaya masa nifas

Pengeluaran pervaginam yang berbau busuk, demam tinggi,


127

menggigil dan sakit kepala, sulit tidur dan sesak nafas, jantung

berdebar kencang, kejang, nyeri perut bagian bawah yang hebat,

bengkak pada kaki, tangan dan wajah serta penglihatan kabur.

Ibu dapat menyebut kembali tanda bahaya nifas seperti Pengeluaran

pervaginam yang berbau busuk, demam tinggi, menggigil dan sakit

kepala, sulit tidur dan sesak nafas, jantung berdebar kencang, kejang,

nyeri perut bagian bawah yang hebat, bengkak pada kaki, tangan dan

wajah serta penglihatan kabur.

8) Menjelaskan kepada ibu bahwa nyeri yang di rasakan disebabkan

karena biusnya sudah hilang, dan akan diberikan obat analgetik pada

infus untuk mengurangi rasa nyeri tersebut.

Ibu mengerti penjelasan yang di sampaikan.

2. Kunjungan Nifas (KF II Hari ke 5)

Tanggal 27 Februari 2019 Jam 11.35 Wita

a. Subjektif

Ibu mengatakan keadaanya baik-baik saja dan bayinya sudah

menyusui dengan kuat.

b. Objektif

Keadaan umum baik, kesadaran composmentis, TTV; TD 110/70

mmHg, Suhu 36,5ºC, Nadi 79 x/ menit, pernapasan 18x/ menit.

ASI keluar banyak, tidak ada bendungan ASI, TFU 2 jari dibawah

pusat, kontraksi uterus baik, pada luka bekas operasi tidak ada

infeksi dan ada pengeluaran lochea Sanguinolenta.


128

c. Analisa

PII A0 AHII Nifas Normal 5 hari

d. Penatalaksanaan

1) Mengiformasikan kepada ibu tentang hasil pemeriksaan TD:

100/70 mmHg, N: 79 x/menit, S: 36,50C, RR: 18 x/menit.

TFU 2 jari di bawah pusat, kandung kemih kosong, kontraksi

uterus baik (keras), perdarahan 35 CC, lochea rubra.

Ibu dan kelurga senang dengan hasil pemeriksaan yang di

lakukan.

2) Mengevaluasi kembali ibu tentang ASI ekslusif

Ibu dapat mengulang kembali penjelasan tentang menyusui

bayi dengan sering dapat memperlancar produksi ASI akibat

hisapan bayi, ASI eksulif memberikan manfaat yang banyak

untuk ibu dan bayi. Salah satunya bagi ibu sebagai alat.

kontrasepsi alami dan bagi bayi ialah meningkatkan kekebalan

tubuh dan bagus untuk pertumbuhan fisik dan otak bayi

3) Mengevaluasi kembali ibu tentang tanda bahaya masa nifas.

Ibu dapat menyebutkan tanda bahaya pada masa nifas:

a) Pengeluaran pervaginam yang berbau busuk

b) Ibu demam tinggi

c) Menggigil dan sakit kepala

d) Sulit tidur dan sesak nafas


129

e) Jantung berdebar kencang

f) Kejang

g) Nyeri perut bagian bawah yang hebat

h) Bengkak pada kaki, tangan dan wajah serta penglihatan

kabur.

4) Mengevaluasi kembali ibu tentang terapi obat.

Ibu dapat menyebutkan kembali cara minum obat yang benar

yaitu:

a) Amoksilin 3x500mg

b) Asam mefenamt 3x500mg

c) Tablet Fe 60mg 1x1

d) Vit A 200.000 IU 2 kali.

3. Kunjungan Nifas III (K F III : umur 30 hari)

Tanggal 24 Maret 2019 Jam : 14:30 Wita

a. Subjektif

Ibu mengatakan keadaannya baik dan sehat dan luka operasi yang

terinfeksi sudah kering.

b. Objektif

Keadaan umum baik, kesadaran composmentis, TTV: TD 120/80

mmHg, Nadi 80 x/menit, suhu 36,5º C, pernapasan 19 x/menit.

Laktasi baik, tanda-tanda infeksi pada payudara tidak ada, dinding

perut ada luka bekas operasi, involusi baik, Tfu sympisis, kontraksi
130

baik, kandung kemih kosong, lokhea alba, warna putih, tidak ada

infeksi pada luka operasi.

c. Analisa

PII A0 AHII Nifas Normal 30 hari

d. Penatalaksanaan

1) Mengiformasikan kepada ibu tentang hasil pemeriksaan

Keadaan umum baik, kesadaran composmentis, TTV: TD

120/80 mmHg, Nadi 80 x/menit, suhu 36,5ºC, pernapasan 19

x/menit. Laktasi baik, tanda-tanda infeksi pada payudara tidak

ada, dinding perut ada luka bekas operasi, involusi baik, Tfu

sympis, kontraksi baik, kandung kemih kosong, lokhea alba,

warna putih, tidak ada infeksi pada luka operasi.

Ibu senang dengan hasil pemeriksaan.

2) Mengevaluasi kembali ibu untuk tetap memenuhi gizinya.

Ibu dapat menyebutkan kembali seperti makan 3 kali sehari

dengan makanan selingan dan banyak minum air, makanan

bergizi yang mengandung karbohidrat, lemak dan protein

seperti nasi, roti, daging, telur, susu dan ikan supaya ibu

mendapatkan tenaga yang cukup untuk kegiatan sehari-hari dan

bayi akan mendapatkan ASI yang cukup.

3) Mengevaluasi kembali ibu tentang mengonsumsi tablet tambah

darah.

Ibu sudah minum tablet tambah darah rutin 1x1 tiap hari.
131

4) Mengevaluasi kembali ibu tentang alat kontrasepsi yang di

pilih.

Ibu dapat menyebutkan alat kontrasepsi yang harus di gunakan

yaitu Suntik 3 bulan.


132

BAB IV

PEMBAHASAN KASUS

Dalam studi kasus ini penulis akan membahas tentang asuhan

kebidanan yang diberikan pada ibu hamil, bersalin, nifas dan bayi baru lahir

yang dilaksanakan dari usia kehamilan Trimester III yaitu 39-40 minggu

sampai dengan 6 minggu postpartum yang dimulai dari tanggal 19 Februari

2019- 24 Maret 2019 di Puskesmas Tarus dan Rumah Sakit Leona kota

Kupang.

Pada BAB ini penulis membandingkan hasil asuhan dengan

tinjauan teori yang ada pada BAB II dan dianalisa faktor pendukung maupun

faktor penghambat sehingga hasil asuhan ada yang sesuai dan ada yang tidak

sesuai. Pembahasan mencakup:

A. ANTE NATAL CARE

Pada kasus Ny. M.S GII PI A0 AHI U 39-40 minggu, Tunggl Hidup

Presentasi Kepala intra uteri mendapat pemeriksaan kehamilan pada TM III

sebanyak 2 kali.

Kunjungan ante natal care I pada tanggal 19/02/2019 asuhan

kebebidanan yang diberikan adalah : mengobservasi tanda-tanda vital,

jelaskan tanda bahaya kehamilan, tanda persalinan, kebersihan diri, anjurkan

untuk istirahat, makan makanan bergizi, minum obat teratur, persiapan

persalinan dan jadwalkan kunjungan ulang.


133

Kunjungan ante natal II pada tanggal 21/02/2019 asuhan yang

diberikan adalah : menginformasikan tanda-tanda vital, mengevaluasi

kembali tanda bahaya, tanda persalinan, kebersihan diri, istirahat yang cukup,

makan-makanan bergizi, minum obat secara teratur, persiapan persalinan.

Program pemerintah bahwa ibu hamil trimester III mendapat pelayanan/

perawatan kehamilan minimal 2 kali yaitu pada saat hamil 7-8 bulan (UK 28-

36 minggu), sebanyak 1 kali dan minimal 9 bulan (UK 37- 40 mingg)

sebanyak 1 kali. Asuhan yang diberikan adalah 10 jenis pelayanan (10 T)

yaitu pengukuran tinggi badan dan penimbangan berat badan, pengukuran

tekanan darah, pengkuruan lingkar lengan atas, pengukuraan tinggi fundus

uteri, penentuan letak janin dan penghitungan denyut jantung janin,

penentuan status imunisasi tetanus toksoid, pemberian tablet tambah darah,

tes laboratorium, konseling dan penjelasan, tata laksana atau mendapatkan

pengobataan (Kemenkes RI, 2017).

Asuhan antenatal adalah upaya preventif program pelayanan

kesehatan obstetrik untuk optimalisasi iuran maternal dan neonatal melalui

serangkaian kegiatan pemantauan rutin selama kehamilan. (Manuaba, 2010) .

Berdasarkan kajian pada kasus Ny M. S tidak ada kesenjangan antara

teori dan praktek pada pelaksanaan ANC. Asuhan kebidanan dengan standar

8 T (Kemenkes, 2017) meliputi: penimbangan berat badan, pengukuran

tekanan darah, pengkuruan lingkar lengan atas, pengukuraan tinggi fundus

uteri, penentuan letak janin dan penghitungan denyut jantung janin, konseling
134

dan penjelasan, tata laksana atau penanganan khusus tidak terdapat tanda-

tanda bahaya pada kehamilan serta tidak ada pengobatan lanjutan.

B. INTRANATAL CARE

Pada kasus Ny. M.S proses persalinan tidak normal melalui section

Saesarea pada tanggal 22 februari 2019. Secara teori Sectio Caesarea adalah

suatu pembedahan untuk melahirkan janin melalui sayatan dinding abdomen

dan uterus ( Asuhan keperawatan post Oprasi ) tidak ada kesenjangan antara

teori dan praktek.

C. BAYI

Asuhan kebidanan pada bayi Ny M.S, kunjungan neonatus pertama

dilakukan pada tanggal 23/02/2019 umur 1 hari dengan asuhan kebidanan

meliputi : observasi keadaan umum dan tanda vital bayi, menjaga

kehangatan bayi, menganjurkan ibu untuk menyusui bayinya sesering

mungkin setiap 2 jam, cara perawatan tali pusat, tanda bahaya bayi baru

lahir, mengingatkan ibu untuk membawa bayinya ke puskesmas.

Kunjungan neonatus kedua dilakukan pada tanggal 27/02/2019 umur 5

hari dengan asuhan kebidanan meliputi : mengobservasi keadaan umum dan

tanda vital bayi, mengevaluasi kembali tanda bahaya bayi baru lahir, menilai

kembali ibu tentang pemberian ASI, memeriksa tali pusat, evaluasi suhu

tubuh agar bayi tetap hangat dan jadwalkan kunjungan ulang.

Kunjungan neonatus ketiga dilakukan pada tanggal 08/03/2019 umur 14

hari dengan asuhan kebidanan meliputi : mengobservasi keadaan umum dan

tanda vital, cara menjaga kebersihan bayi, menilai kembali pemberian ASI,
135

evaluasi kembali tanda bahaya bayi baru lahir, mengingatkan ibu untuk

membawa bayi imunisasi BCG serta polio.

Program pemerintah bahwa pelayanan kesehatan pada bayi baru lahir

sampai umur 28 hari masa neonatus mendapat pelayanan neonatal 3 kali

yaitu pada umur 6 jam-48 jam setelah lahir, kunjungan kedua 3-7 hari

setelah lahir dan kunjungan ketiga 8-28 hari setelah lahir. Asuhan yang

diberikan meliputi: pencegahan infeksi, penilaian segera setelah

lahir,pencegahan kehilangan panas, asuhan tali pusat, IMD, pemberian saleb

mata, vitamin K1, imunisasi HB0, pemeriksaan BBL, kunjungan ulang, dan

imunisasi sesuai jadwal yang ditentukan. (Kemenkes RI,2017).

Dr. Lyndon Saputra, 2014 mengatakan asuhan kebidanan yang diberikan

pada Bayi Baru Lahir, antara lain:Anjurkan ibu untuk menyusui sesering

mungkin setiap 2 jam, Beritahu tanda-tanda bahaya pada Bayi Bar Lahir,

Melakukan konseling tentang ASI Eksklusif.

Berdasarkan kajian pada kasus Bayi Ny. F dan kajian teori tidak terdapat

kesenjangan karena telah mendapat asuhan pada bayi sesuai dengan

program pemerintah.

D. POST NATAL CARE

Kunjungan nifas I tanggal 23/02/2019 nifas hari ke 1 asuhan

yang diberikan adalah : menginformasikan hasil pemeriksaan,

menganjurkan untuk mobilisasi, makan makanan bergizi, jaga kebersihan

diri, istirahat yang cukup, KIE ibu tentang menyusui, tanda bahaya masa

nifas.
136

Kunjungan ke II tanggal 27/02/2019 nifas hari ke 5 asuhan yang

diberikan adalah : menginformasikan hasil pemeriksaan, mengevaluasi

tentang ASI ekslusif, tanda bahaya masa nifas, minum obat teratur,

kunjungan ulang di pusksmas.

Kunjungan ke III tanggal 24/03/2019 nifas hari ke 30 asuhan

yang diberikan adalah : menginformasikan hasil pemeriksaan, evaluasi

kembali tentang makan-makanan bergizi, mengkonsumsi obat, alat

kontrasepsi.

Program pemerintah bahwa pelayanan kesehatan pada ibu dalam

masa nifas yaitu mulai 6 jam sampai 42 hari dengan mendapat kunjungan

untuk pelayanan nifas sebanyak 3 kali yaitu pada saat 6 jam – 3 hri

setelah melahirkan, kunjungan kedua 4 – 28 hari setelah melahirkan dan

kunjungan ketiga 29 – 42 hari setelah melahirkan. Asuhan yang diberikan

meliputi: Menjaga kesehatan ibu dan bayinya, baik fisik maupun

psikologi, melaksanakan skrinning secara komprehensif, deteksi dini,

mengobati atau merujuk bila terjadi komplikasi pada ibu maupun bayi,

memberikan pendidikan kesehatan tentang perawatan kesehatan diri,

nutrisi, KB, cara dan manfaat menyusui, pemberian imunisasi serta

perawatan bayi sehari-hari, memberikan pelayanan keluarga berencana,

mendapatkan kesehatan emosi.

Menurut (Marmi, 2011) bahwa masa nifas adalah masa 2 jam

setelah lahirnya plasenta sampai enam minggu berikutnya. Waktu yang


137

tepat dalam rangka pengecasan post partum adalah 2-6 jam, 2 jam-6hari,

2jam-6 minggu ( atau boleh juga disebut 6 jam, 6 hari 6 minggu).

Berdasarkan kajian pada kasus Ny. M.S dan kajian teori tidak

terdapat kesenjangan karena telah mendapat asuhan pada ibu Post SC

yaitu hal ini sesuai dengan program pemerintah bahwa ibu post SC

minimal mendapatkan pemeriksaan sebanyak 3 kali.


138

BAB V

PENUTUP

A. Simpulan

Setelah penulis melaksanakan asuhan kebidanan secara

komprehensif dan pendokumentasian secara SOAP pada Ny. M.S dari

kehamilan, persalinan, nifas dan BBL sejak tanggal 19 – 02 – 2019 sampai

24 – 03 – 2019 . Maka penulis mengambil kesimpulan bahwa:

1. Melakukan pengkajian data subyektif dan data obyektif pada :

a. Ibu hamil

(1) Data subyektif : ibu mengatakan ini adalah kehamilan yang ke 2

dengan usia kehamilan 9 bulan, pernah melahirkan 1 kali, tidak

pernah keguguran, dan keluhan saat ini ibu merasakan perut

kencang serta sering buang air kecil.

(2) Data obyektif : keadaan umum : baik, kesadaran composmentis,

bentuk tubuh normal. Tanda vital : TD 130/80mmHg, Suhu

36,50c, Nadi 82x/menit, RR 20x/menit, BB 64 kg, TP

22/02/2019.

b. Ibu bersalin : section caesarea

c. Bayi

(1) Data subyektif : ibu mengatakan telah melahirkan anaknya yang

kedua 1 hari yang lalu jenis kelamin laki-laki.


139

(2) Data obyektif : keadaan umum baik, kesadaran composmentis,

bergerak aktif, kulit kemerahan. Suhu 36,8 c, RR 48x/menit, HR

142x/menit, PB 49 cm, LK 32 cm, LD 31 cm, BB 3700.

d. Ibu nifas

(1) Data subyektif : ibu mengatakan senang karena telah selesai

operasi dan keadaan baik, saat ini ibu masih merasakan nyeri

luka operasi.

(2) Data obyektif : KU baik, kesadaran composmentis, TTV : TD

100/70mmHg, Suhu 36,5 c, Nadi 80x/menit, RR 19x/menit.

2. Menganalisa masalah dan diagnose kebidanan pada :

(1) Ibu hamil : G2P1A0AH1 UK 39-40 minggu, janin tunggal,

hidup, presentasi kepala, intrauteri.

(2) Ibu bersalin : G2P1A0AH1 UK 39-40 minggu tunggal hidup,

presentasi kepala, intrauteri inpartu kala I fase aktif.

(3) Bayi :bayi baru lahir umur 1 jam

(4) Ibu nifas : P2A0AH2 nifas hari ke 1

3. Melaksanakan penatalaksanaan pada :

a) Ibu hamil : Mengobservasi tanda-tanda vital, jelaskan tanda bahaya

kehamilan, tanda persalinan, kebersihan diri, anjurkan untuk

istirahat, makan makanan bergizi, minum obat teratur, persiapan

persalinan dan jadwalkan kunjungan ulang.

b) Ibu bersalin : persalinan dengan Sectio Caesarea


140

c) Bayi : Mengobservasi keadaan umum dan tanda vital bayi, menjaga

kehangatan bayi, menganjurkan ibu untuk menyusui bayinya

sesering mungkin setiap 2 jam, cara perawatan tali pusat, tanda

bahaya bayi baru lahir, mengingatkan ibu untuk membawa bayinya

ke puskesmas.

d) Nifas : menginformasikan hasil pemeriksaan, menganjurkan untuk

mobilisasi, makan makanan bergizi, jaga kebersihan diri, istirahat

yang cukup, KIE ibu tentang menyusui, tanda bahaya masa nifas.

B. Saran
1. Bagi Puskesmas Tarus

Bagi petugas kesehatan di Puskesmas Tarus dan Rumah Sakit Leona

Kota Kupang untuk tetap menjaga kualitas dalam melakukan asuhan

kebidanan yang selama ini telah melakukan asuhan kebidanan dengan

baik diharapkan dapat lebih mengembangkan asuhan dengan teori dan

cara terbaru dalam memberikan pelayanan kesehatan demi asuhan yang

lebih baik lagi. Lebih meningkatkan penyuluhan dan konseling pada saat

antenatal agar dapat meningkatkan pengetahuan ibu akan dirinya.

2. Bagi Institusi Pendidikan

Bagi Pendidikan diharapkan studi kasus ini terus dilakukan dan

ditingkatkan dalam upaya peningkatan pemahaman asuhan kebidanan

serta diharapkan lebih memberikan proses belajar tentang asuhan

kebidanan secara mendalam dan khusus, supaya mahasiswi kebidanan

dapat melaksanakan asuhan kebidanan dengan benar dan akurat.


141

3. Bagi Profesi

Perlu adanya komunikasi yang edukatif antara tenaga kesehatan dan

pasien agar dapat menciptakan suasana yang harmonis dan dapat

meningkatkan pelayanan kebidanan terutama dalam pelayanan

kehamilan, persalinan, bayi baru lahir dan nifas.

4. Bagi Masyarakat

Untuk masyarakat dapat dengan kesadarannya untuk bisa membantu

dalam menyejahterakan kehidupan dengan berpartisipasi memberikan

dukungan pada ibu hamil, ibu bersalin, ibu nifas dan bayi agar tercapai

kehidupan yang sehat.

5. Bagi pasien

Agar pasien memiliki kesadaran untuk selalu memeriksakan keadaan

kehamilannya secara teratur sehingga akan merasa lebih yakin dan

nyaman karena mendapat gambaran tentang pentingnya pengawasan

pada saat hamil, bersalin BBL dan nifas dengan melakukan pemeriksaan

rutin difasilitas kesehatan.


142

DAFTAR PUSTAKA

Aprilia, Y. 2010. Hipnostetri : Rileks, Nyaman, dan Aman Saat Hamil &
Melahirkan. Jakarta : Gagas Media.

Asrinah, dkk. 2010. Asuhan Kebidanan Masa Persalinan. Yogyakarta : Graha


Ilmu.

Dwi, dkk. 2014. Asuhan Kebidanan untuk Kebidanan. Jakarta: Salemba medika.

Depkes RI, 2009. Sistem Kesehatan Nasional. Jakarta: Depkes RI.

Kementrian Kesehatan RI. 2017. Buku saku pelayanan kesehatan Ibu di fasilitas
kesehatan dasar dan rujukan.

Manuaba, 2010. Pengantar Kuliah Obstetri. Jakarta: EGC.

Marmi, 2011. Asuhan Kebidanan 1. Jakarta: EGC.

Pusdiknakes. 2012. Profil Kesehatan Provinsi Lampung. Lampung : Dinkes Prov


Lampung.

Prawirohardjo, Sarwono. 2010. Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan


Maternal dan Neonatal. Jakarta : PT Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo.

Sarwono.2009. Ilmu Kebidanan. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka sarwono


Prawirohardjo

Sulistyawati A.2011.Buku ajar asuhan kebidanan pada ibu nifas. Yogyakarta:


Andi Offset

Sastrawinata, Dkk. 2015. Obstetri Patologi edisi Kedua. Jakarta : EGC

SDKI. 2017. Survei demografi dan kesehatan Indonesia. Jakarta

WHO. 2017. “ Pelayanan Kesehatan Ibu Di FasilitasKesehatan Dasar Dan


Rujukan”. Jakarta

Walyani, E.S. & Purwoastuti, E. (2016). Asuhan Kebidanan Persalinan & Bayi
Baru Lahir. Yogyakarta: Pustaka Baru.

Survei Data Kesehatan Indonesia (2017), AKI dan AKB.

Laporan Puskesmas Tarus (2018), Data KIA Puskesmas Tarus.

Anda mungkin juga menyukai