NIM : 2019012212
A. Pengertian
Suatu tindakan yang dilakukan seorang ahli medis yang memeriksa bagian jantung
untuk menemukan tanda klinis penyakit. (Pemeriksaan non-invasif yang digunakan untuk
mengetahui keadaan jantung, melalui pemeriksaan fisik terdiri dari inspeksi, palpasi,
perkusi, dan auskultasi).
B. Tujuan
1. Pemeriksaan dilakukan untuk mengetahui kondisi fisik jantung.
2. Menjelaskan tanda-tanda normal/gejala umum yang berkaitan dengan sistem
kardiovaskular.
3. Mengidentifikasi persiapan yang diperlukan dalam pengkajian sistem
kardiovaskular.
4. Mengidentifikasi aspek-aspek riwayat kesehatan atau pengkajian sistem
kardiovaskular.
5. Mendemonstrasi teknik inspeksi, palpasi, perkusi dan auskultasi dalam sistem
kardiovaskular.
6. Mengetahui batas-batas jantung.
7. Mengetahui suara jantung.
C. Cara Pemeriksaan
1. Inspeksi (untuk melihat adanya ictus cordis yang nampak atau tidak).
2. Palpasi (untuk meraba denyutan ictus cordis).
3. Perkusi (untuk menentukan batas-batas jantung).
4. Auskultasi (untuk memeriksa bunyi jantung, bising jantung, gesekan pericard)
D. Indikasi
1. Chest Pain
2. Synopal attacks
3. Edema
4. Riwayat penyakit jantung
5. Pemeriksaan fisik rutin (check up).
6. Penilaian beberapa gejala seperti nyeri dada, napas pendek, pusing, pingsan atau
palpitasi
E. Persiapan Alat
1. Stetoskop
2. Spignomanometer
3. Sarung tangan
4. Masker
5. Alat tulis
6. Penggaris
7. Catatan klien/RM
8. Selimut
9. Jam tangan
F. Prosedur
1. Tahap Pra-Interaksi
1) Verifikasi program pelayanan keperawatan klien.
2) Siapkan alat.
3) Siapkan diri petugas dalam berinteraksi dengan klien.
2. Tahap Orientasi dan Interaksi
1) Berikan salam dan perkenalkan diri.
2) Melakukan kontrak waktu untuk melakukan tindakan.
3) Memberikan penjelasan terkait prosedur tindakan dan tujuan dari tindakan.
4) Memberikan kesempatan klien utuk bertanya
5) Menyakan persetujuan klien untuk melakukan tindakan dan menjamin
kerahasiaan klien.
3. Tahap Kerja
1) Mengatur lingkungan kien dan memasang sampiran (memastikan ruang periksa
hangat, tenang, aman, dan cukup penerangan).
2) Bawa alat kedekat klien.
3) Cuci tangan, pakai masker dan sarung tangan sebelum melakukan tindakan.
4) Atur posisi klien (berbaring telentang) dengan badan bagian atas sedikit
terangkat.
A.Pemeriksaan inspeksi (pengamatan):
1. Lihat warna kuku, bentuk kuku, dan telapak tangan.
2. Periksa warna kulit dalam tubuh, anggota tubuh dan membrane mukosa.
3. Inspeksi mata terhadap palpebra xantoma/bintik kuning lunak/plague
kelopak mata.
4. Tentukan tekanan vena jugularis (JPV), ukur tinggi antara sudut sternum
dan tempat palpasi yang tertinggi pada vena jugularis internal dengan
menggunakan penggaris.
5. Periksa prekordium untuk: palpasi yang terlihat, daya angkat, gelombang
50% dewasa akan memperlihatkan pada area PMI,impuls apical lebih
rendah di duga pembesaran ventrikel.
6. Inspeksi adanya edema pada daerah sekitar scapula, abdomen, sacrum,
pergelangan tangan dan kaki.
B.Pemeriksaan palpasi (meraba):
1. Palpasi keseluruhan dada terhadap: impuls apical, getaran, gelombang, dan
nyeri tekan. Impuls dapat dipalpasi pada area inter kosta (AIK) ke-5
midklavikula.
2. Palpasi nadi: bandingkan satu sisi dengan yang lainnya, perhatikan palpasi
pada area carotid, radialis, femoralis, politeal, tibialis posterior, dan
dorsalis pedis.
0 = Tidak ada
+1 = Menurun, lemah, halus
+2 = Normal
+3 = Penuh, meloncat
3. Palpasi terhadap edema perifer, edema dinilai pada skala empat:
+1 = 0-¼ inchi
+2 = ¼-½ inchi
+3 = ½-1 inchi
+4 = Lebih dari satu inchi
C.Pemeriksaan perkusi (mengetuk):
1. Perkusi batas jantung kiri secara berurutan antara rongga inter kosta ke- 5,
ke- 4, dan ke-3, mengindikasikan dimana perkusi memperlihatkan
perubahan kepekaan.
D. Pemeriksaan auskultasi (mendengar):
1. Hilangnya kebisingan ruangan.
2. Bila memerlukan beberapa detik untuk mendengarkan bunyi jantung,
jelaskan pada klien untuk mengurangi kecemasan.
3. Angkat payudara klien untuk mendengar di atas dinding dada dengan lebih
baik.
4. Auskultasi untuk mendengarkan nada tinggi. Ambil waktu untuk
mendengarkan tiap bunyi.
5. Mulai dengan area aortic atau PMI, kemudian gerakkan stetoskop perlahan
secara sistematik, sepanjang 5 area jantung.
6. Pastikan untuk mendengar bunyi jantung dengan jelas pada tiap-tiap
lokasi.
7. Ulangi rangkaian pengkajian tersebut dengan menempatkan sisi bel
stetoskop ke dada.
8. Bila diperlukan minta klien untuk melakukan tiga posisi yang berbeda
selama pengkajian (duduk tegak dan badan agak kedepan, berbaring
telentang, dan posisi rekumben lateral kiri).
9. Periksa frekuensi jantung.
10. Setelah kedua bunyi terdengar dengan jelas seperti “lupdup” hitung
setiap kombinasi S1 dan S2 sebagai satu denyutan jantung dan hitung
selama satu menit.
11. Bila tidak teratur, bandingkan frekuensi apical dan radial. Deficit denyut
terjadi bila denyut radial lebih sedikit dibanding apical.
12. Gunakan sisi bel stetoskop untuk mendengarkan bunyi-bunyi ekstra
bernada rendah (S3 dan S4) S3 (gallop ventricular) timbul setelah S2 dan
S4 (gallop atrial) timbul setelah S1.
13. Auskultasi untuk mendengar bunyi murmur, perhatikan waktu, lokasi,
dan sebagainya.
14. Auskultasi tekanan darah.
15. Catat kelainan dan hasil yang di dapat dalam catatan keperawatan klien.
4. Tahap Terminasi
1) Evaluasi kegiatan yang telah dilakukan (subjektif dan objektif).
2) Berikan reinforcement positif pada klien atas kerjasamanya.
3) Lakukan kontrak waktu untuk tindakan selanjutnya, jika ada.
4) Akhiri kegiatan dengan baik dan salam terapeutik.
5) Dokumentasi tindakan dan hasil observasi.
Nilai pemeriksaan pernafasan merupakan salah satu indikator untuk mengetahui fungsi
sistem pernafasan yang terdiri dari mempertahankan pertukaran oksigen dan karbon dioksida
dalam paru dan pengaturan keseimbangan asam-basa.
Tujuan
Untuk mengetahui apakah ada kelainan dalam sistem pernapasa, untuk mengetahui
kecukupan oksigen, irama napas, dan frekuensi napas.
Dokumentasi
a.Catat semua tindakan yang telah di lakukan
b. Catat hasil pengkajian dan respon pasien
c.Dokumentasikan evaluasi tindakan SOAP
d. Tanda tangan dan nama perawat.