Anda di halaman 1dari 4

F.

Ciri – ciri Bahasa Indonesia Baku

Di samping kesepakatan tentang fungsi-fungsi dan konteks pemakaian bahasa


Indonesia baku, ternyata ada konsekuensi yang cukup luas di antara pemakaian bahasa baku
tentang ciri-ciri bahasa Indonesia baku yang mencakup kegramatikal dan keseleksikalnya.

Ciri-ciri bahasa Indonesia baku dan bahasa Indonesia nonbaku telah dibuat oleh para
pakar bahasa dan pengajaran bahasa Indonesia. Mereka itu antara lain Harimurti
Kridalaksana, Anton M.Moeliono, dan Suwito. Ciri-ciri bahasa Indonesia baku dan bahasa
Indonesia nonbaku itu dibeberkan dibawah ini setelah merangkum ciri-ciri yang ditentukan
atau yang telah dibuat oleh para pakar tersebut.

Ciri-ciri Bahasa Indonesia Baku sebagai berikut.

(1) Pelafalan sebagai bagian fonologi bahasa Indonesia baku adalah pelafalan yang
relative bebas dari atau sedikit diwarnai bahasa daerah atau dialek.
Misalnya : Kata/keterampilan/diucapkan/ketrampilan/.
(2) Bentuk kata yang berawalan me- dan ber- dan lain-lain sebagai bagian morfologi
bahasa Indonesia baku ditulis atau diucapkan secara jelas dan tetap di dalam kalimat.
Misalnya : Banjir menyerang kampung yang banyak penduduknya itu.
Kuliah sudah berjalan dengan baik.
(3) Konjungsi sebagai bagian morfologi bahasa Indonesia baku ditulis secara jelas dan
tetap di dalam kalimat.
Misalnya : Sampai dengan hari ini ia tidak percaya kepada siapapun, karena semua
dianggapnya penipu.
(4) Partikel –kah, -lah dan –pun sebagai bagian morfologi bahasa Indonesia baku ditulis
secara jelas dan tetap di dalam kalimat.
Misalnya : Bacalah buku itu sampai selesai!
Bagaimanakah cara kita memperbaiki kesalahan diri?
Bagaimanapun kita harus menerima perubahan ini dengan lapan dada.
(5) Preposisi atau kata depan sebagai bagian morfologi bahasa Indonesia baku ditulis
secara jelas dan tetap di dalam kalimat.
Misalnya : Saya bertemu dengan adiknya kemarin.
Ia benci sekali kepada orang itu.
(6) Bentuk kata ulang atau reduplikasi sebagai bagian morfologi bahasa Indonesia baku
ditulis secara jelas dan tetap sesuai dengan fungsi dan tempatnya di dalam kalimat.
Misalnya : Orang-orang itu harus diawasi setiap saat.
Negara-negara maju harus melaksanakan pembangunan ekonomi.
Titik-titik pertemuan harus dapat dihasilkan dalam musyawarah itu.
(7) Kata ganti atau polaritas tutur sapa sebagai bahagian morfologi bahasa Indonesia baku
ditulis secara jelas dan tetap di dalam kalimat.
Misalnya : Saya – anda bias bekerjasama di dalam pekerjaan ini.
Aku – engkau sama-sama berkepentingan tentang problema itu.
Saya – Saudara memang harus bisa berpengertian yang sama.
(8) Pola kelompk kata kerja + agen + kata kerja sebagai bagian kalimat bahasa Indonesia
baku ditulis dan diucapkan secara jelas dan tetap di dalam kalimat.
Misalnya : Surat Anda sudah say abaca.
Kiriman buku sudah dia terima.
(9) Konstruksi atau bentuk sintesis sebagai bagian kalimat bahasa Indonesia baku ditulis
atau diucapkan secara jelas dan tetap di dalam kalimat.
Misalnya : saudaranya
Dikomentari
Mengotor
Harganya
(10) Fungsi gramatikal (subyek, predikat, obyek) sebagai bagian kalimat bahasa Indoneia
baku ditulis atau diucapkan secara jelas dan tetap di dalam kalimat.
Misalnya : Kepala kantor pergi ke luar negeri.
Rumah orang itu bagus.
(11) Struktur kalimat baik tunggal maupun majemuk ditulis atau diucapkan secara jelas
dan tetap sebagai bagian kalimat bahasa Indonesia baku di dalam kalimat.
Misalnya : Mereka sedang mengikuti pekuliahan Dasar-Dasar Akutansi 1.
Sebelum analisis data dilakukannya, dia megumpulka data secara
sungguh- sungguh.
(12) Kosakata sebagai bagian semantik bahasa Indonesia baku ditulis atau diucapkan
secara jelas dan tetap dalam kalimat.
Misalnya : mengapa, tetapi, bagaimana, memberitahukan, hari ini, bertemu, tertawa,
mengatakan, pergi, tidak begini, begitu, silahkan.
(13) Ejaan resmi sebagai bagian bahasa Indonesia ditulis secara jelas dan tetap baik kata,
kalimat, maupun tanda-tanda baca sesuai dengan Ejaan Bahasa Indonesia yang
Disempurnakan.
(14) Peristilahan baku sebagai bagian bahasa Indonesia baku dipakai sesuai dengan
Pedoman Peristilahan Istilah yang dikeluarkan oleh Pemerintah melalui Pusat
Pembinaan dan Pengembangan Bahasa (Purba, 1996 : 63-64).
Ciri-ciri bahasa Indonesia baku secara umum sama antara lisan dan tulisan. Badudu
dengan jelas mengemukakan bahwa “bahasa lisan baku dalam kegiatan resmi seperti bentuk
susunan bahasa tulis” (1992 : 42).
Di dalam buku mereka, Speaking Naturally Communication Skill in American
English, Bruce Tillit dan Maru Newton Bruder mengungkapkan bahwa “tuturan formal
berkarakteristik informasinya tersurat dalam kalimat-kalimat juga cenderung komplit yang
dipertentangkan dengan kalimat potongan” (1936 : vii).
Gleason juga mengemukakan bahwa “Struktur bahasa lisan menunjukkan kesamaan
di dalam berbagai hal dengan struktur bahasa tulis”(Syafi’I, 1984 : 42).
8. Pemakaian Bahasa Indonesia Baku dan Nonbaku dengan Baik dan Benar
Kita sering mendengar dan membaca semboyan “Pergunakanlah Bahasa Indonesia
dengan Baik dan Benar”. Makna semboyan itu sering pula diartikan bahwa kita harus
berbahasa baku dan kita harus menghindari pemakaian bahasa nonbaku. Bahasa baku sama
maknanya dengan bahasa baik dan benar. Hal ini terjadi konsep di dalam semboyan itu
sangat kabur. Konsep yang benar atau semboyan yang benar adalah “Pergunakanlah Bahasa
Baku dengan Baik dan Benar”, “Pergunakanah Bahasa Nonbaku dengan Baik dan Benar”,
“pergunakannlah Bahasa Indonesia Baku dan Nonbaku dengan baik dan benar”.
Bahasa Indonesia baku dan nonbaku mempunyai kode atau ciri bahasa dan fungsi
pemkaian yang berbeda. Kode atau ciri setiap ragam bahasa itu saling terkait. Bahasa
Indonesia baku berciri seragam, sedangkan ciri bahasa Indonesia nonbaku beragam.
Pemakaian bahasa yang mengikuti kaidah bahasa yang dibakukan atau yang dianggap
baku adalah pemakaian bahasa baku dan benar. Dengan demikian, pemakaian bahasa
Indonesia baku dengan benar adalah pemakaian bahasa yang mengikuti kaidah bahasa atau
gramatikal bahasa baku.
Sebaliknya pemakaian bahasa Indonesia nonbaku dengan benar adalah pemakaian
bahasa yang tidak mengikuti kaidah bahasa atau gramatikal baku, melainkan gramatikal
nonbaku.
Pemakaian bahasa Indonesia baku dengan baik adalah pemakaian bahasa Indonesia
yang mengikuti atau sesuai dengan fungsi pemakaian bahasa baku. Pemakaian bahasa
Indonesia nonbaku dengan baik adalah pemakaian bahasa yang tidak mengikuti atau sesuai
dengan fungsi pemakaian bahasa Indonesia nonbaku.
Pemakain bahasa Indonesia baku dengan baik dan benar adalah pemakain bahasa
yang sesuai dengan fungsi dan ciri kode bahasa Indonesia baku. Pemakaian bahasa nonbaku
dengan baik dan benar adalah pemakaian bahasa yang sesuai dengan fungsi pemakaian dan
ciri bahasa Indonesia nonbaku.
Konsep yang baik dan benar dalam pemakaian bahasa Indonesia baik baku maupun
nonbaku aling mendukung, saling berkait. Tidaklah logis ada pemakaian bahasa Indonesia
yang baik, tetapi tidak benar. Atau tidaklah logis ada pemakaian bahasa yang benar, tetapi
tidak baik. Oleh karena itu, konsep yang benar adalah pemakaian bahasa yang baik harus juga
merupakan pemakaian bahasa yang benar, atau sebaliknya.
Harimurti Kridalaksana memperjelas bahwa adanya bahasa baku atau bahasa standar
dan bahasa nonbaku atau bahasa nonstandard bukan berarti bahawa bahasa baku atau bahasa
standar tidak baik, lebih benar, atau lebih betul, daripada bahasa nonbaku atau bahasa
nonstandard. Bukan d isitu permasalahannya. Kita memakai secara benar atau baik bila kita
menggunakan bahasa baku sesuai dengan fungsinya. Demikian juga, kita mempergunakan
bahasa secara benar atau baik bila kita mempergunakan bahasa nonbaku atau bahasa
nonstandar sesuai dengan fungsinya. Kita menggunakan bahasa secara salah atau tidak benar
bila kita menggunakan bahasa standar untuk fungsi bahasa nonstandar. Oleh karena itu,
memakai bahasa baku tidak dengan sendirinya berarti memakai bahasa yang baik dan benar.
Bahasa baku tida sama dengan bahasa yang baik dan benar (1981 :19).

Anda mungkin juga menyukai