PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Di Indonesia insiden DMG sekitar 1,9-3,6% dan sekitar 40-60% wanita yang pernah
mengalami DMG pada pengamatan lanjut pasca persalinan akan mengidap diabetes mellitus atau
gangguan toleransi glukosa. Pemeriksaan penyaring dapat dilakukan dengan pemeriksaan
glukosa darah sewaktu dan 2 jam post prandial (pp). Bila hasilnya belum dapat memastikan
diagnosis DM, dapat diikuti dengan test toleransi glukosa oral. DM ditegakkan apabila kadar
glukosa darah sewaktu melebihi 200 mg%. Jika didapatkan nilai di bawah 100 mg% berarti
bukan DM dan bila nilainya diantara 100-200 mg% belum pasti DM. Pada wanita hamil, sampai
saat ini pemeriksaan yang terbaik adalah dengan test tantangan glukosa yaitu dengan
pembebanan 50 gram glukosa dan kadar glukosa darah diukur 1 jam kemudian. Jika kadar
glukosa darah setelah 1 jam pembebanan melebihi 140 mg% maka dilanjutkan dengan
pemeriksaan test tolesansi glukosa oral. Gangguan DM terjadi 2 % dari semua wanita hamil,
kejadian meningkat sejalan dengan umur kehamilan, tetapi tidak merupakan kecenderungan
orang dengan gangguan toleransi glokusa , 25% kemungkinan akan berkembang menjadi DM.
DM gestasional merupakan keadaan yang perlu ditangani dengan professional, karena dapat
mempengaruhi kehidupan janin/ bayi dimasa yang akan datang, juga saat persalinan.
1.3 TUJUAN
1. Untuk Mengetahui pengertian Diabetes Melitus
2. Untuk Mengetahui pengertian Diabetes Melitus pragestasi
3. Untuk Mengetahui pengertian Diabetes Melitus gestasional
4. Untuk Mengetahui skrining diabetes melitus gestasional
5. Untuk Mengetahuietiologi,patofisiologi,klasifikasi,manifestasiklinis,danpenaganandiabetes
melitus
6. Untuk Mengetahui Asuhan kebidanan pada ibu hamil dengan Diabetes mielitus
BAB II
PEMBAHASAN
Puasa < 95
Jam 1 < 180
Jam 2 < 155
Jam 3 < 140
Tabel 1. Tes Beban Glukosa Oral (American Diabetes Association,2005)
Bila ditemukan 2 nilai abnormal maka ibu tersebut menderita diabetes melitus. Tes
tersebut dilakukan pada awal kehamilan kemudian diulangi lagi pada usia kehamilan 34
minggu.
B. World Health Organization (WHO)
Merekomendasikan kriteria diagnostik menggunakan tes beban glukosa oral 75 g.
Diabetes gestasional didiagnosis bila:
Pemeriksaan Kadar Gula darah (mg/dl)
Puasa > 126
Jam 2 > 140
Tabel 2. Tes Beban Glukosa Oral (WHO)
Pencarian diabetes gestational dilakukan untuk meningkatkan kewaspadaan ibu hamil
dan meyakinkan seorang ibu untuk melakukan pemeriksaan skrining untuk tes setelah
melahirkan.
(Metzger dan Coustan ,1998)
Diabetes mellitus dapat diwariskan dari orang tua kepada anak. Gen penyebab diabetes
mellitus akan dibawa oleh anak jika orang tuanya menderita diabetes mellitus. Pewarisan gen ini
dapat sampai ke cucunya bahkan cicit walaupun resikonya sangat kecil.
Secara klinis, penyakit DM awalnya didominasi oleh resistensi insulin yang disertai
defect fungsi sekresi. Tetapi, pada tahap yang lebih lanjut, hal itu didominasi defect fungsi
sekresi yang disertai dengan resistensi insulin. Kaitannya dengan mutasi DNA mitokondria yakni
karena proses produksi hormon insulin sangat erat kaitannya dengan mekanisme proses oxidative
phosphorylation (OXPHOS) di dalam sel beta pankreas. Penderita DM proses pengeluaran
insulin dalam tubuhnya mengalami gangguan sebagai akibat dari peningkatan kadar glukosa
darah. Mitokondria menghasilkan adenosin trifosfat (ATP). Pada penderita DM, ATP yang
dihasilkan dari proses OXPHOS ini mengalami peningkatan. Peningkatan kadar ATP tersebut
otomatis menyebabkan peningkatan beberapa senyawa kimia yang terkandung dalam ATP.
Peningkatan tersebut antara lain yang memicu tercetusnya proses pengeluaran hormon insulin.
Berbagai mutasi yang menyebabkan DM telah dapat diidentifikasi. Kalangan klinis menyebutnya
sebagai mutasi A3243G yang merupakan mutasi kausal pada DM. Mutasi ini terletak pada gen
penyandi ribo nucleid acid (RNA). Pada perkembangannya, terkadang para penderita DM
menderita penyakit lainnya sebagai akibat menderita DM. Penyakit yang menyertai itu antara
lain tuli sensoris, epilepsi, dan stroke. Hal itu telah diidentifikasi sebagai akibat dari mutasi DNA
pada mitokondria. Hal ini terjadi karena makin tinggi proporsi sel mutan pada sel beta pankreas
maka fungsi OXPHOS akan makin rendah dan defect fungsi sekresi makin berat.
Prevalensi mutasi tersebut biasanya akan meningkat jumlahnya bila penderita DM itu
menderita penyakit penyerta tadi.
3. Kerusakan / kelainan pangkreas sehingga Kekurangan produksi insulin
Infeksi mikroorganisme dan virus pada pankreas juga dapat menyebabkan radang
pankreas yang otomatis akan menyebabkan fungsi pankreas turun sehingga tidak ada sekresi
hormon-hormon untuk proses metabolisme tubuh termasuk insulin. Penyakit seperti kolesterol
tinggi dan dislipidemia dapat meningkatkan resiko terkema diabetes mellitus.
4. Meningkatnya hormon antiinsulin seperti GH, glukogen, ACTH, kortisol, dan epineprin.
5. Obat-obatan.
2.9 Klasifikasi diabetes melitus gdi pankreas Autoimun, idiopatikn atau berkurangnya daya
kerja insulin atau keduanya
DM pada masa kehamilan = Gestasional
Diabetes Pada DM dengan kehamilan, ada 2 kemungkinan yang dialami oleh si Ibu:
1. Ibu tersebut memang telah menderita DM sejak sebelum hamil
2. Si ibu mengalami/menderita DM saat hamil
Klasifikasi DM dengan Kehamilan menurut Pyke:
Klas I : Gestasional diabetes, yaitu diabetes yang timbul pada waktu hamil dan menghilang
setelah melahirkan.
Klas II : Pregestasional diabetes, yaitu diabetes mulai sejak sebelum hamil dan berlanjut
setelah hamil.
Klas III : Pregestasional diabetes yang disertai dengan komplikasi penyakit pembuluh
darah seperti retinopati,nefropati, penyakit pemburuh darah panggul dan pembuluh darah
perifer.
Tipe Diabetes Melitus
1. Diabetes mellitus tipe 1 disebabkan oleh kurangnya insulin. Penyebab tersering diabetes
tipe 1 adalah kerusakan autoimun sel-sel beta. Factor genetic dan lingkungan juga
memengaruhi kerusakan ini. Diabetes mellitus Tipe 1 biasanya terjadi pada usia yang
lebih muda dan wanita hamil penderita diabetes tipe 1 biasanya telah terbiasa mengatur
kondisinya selama bertahun-tahun. Gejala tipe 1 yang tidak terdiagnosis dapat sangat
berat dan memiliki awitan tiba-tiba. Diabetes mellitus tipe 1 diatasi dengan injeksi insulin
untuk mengontrol kadar glukosa darah tetap dalam kisaran normal dan mengontrol
mengonsumsi makanan yang mengandung karbohidrat.
2. Diabetes mellitus tipe 2 dan diabetes mellitus gestasional
Diabetes mellitus tipe 2 dianggap sebagai jenis diabetes yang lebih ringan, tetpi ini tidak
benar pada kehamilan, karena angka mortalitas perinatal dan insiden malformasi
kongenital yang terjadi sama seperti pada diabetes tipe 1. Terdapat juga insidensi
hipertensi, preeklampsi, pelahiran operatif, dan perdarahan pasca partum terkait diabetes
tipe 2. Diabetes tipe 2 dan DMG memiliki factor resiko, prevalensi dan kerentanan
genetic yang sama.
Kehamilan dengan DMG menggambarkan tingginya resistensi insulin disertai gangguan
produksi insulin. Jika diabetes tipe 2 baru terdiagnosis saat pasien hamil (sangat jarang
sekali), pasien ini akan mengalami gejala diabetes yang berat dan ketoasidosis.
90% dari wanita hamil yang menderita Diabetes termasuk ke dalam kategori DM
Gestasional (Tipe II) dan DM yang tergantung pada insulin (Insulin Dependent Diabetes
Mellitus = IDDM, tipe I).
(pdf.http//.diabetesmelitus,wordperss.com) (diakses tanggal 23 september 2012)
Tujuan adalah untuk mencapai dan memepertahankan kadar glukosa darah puasa <95 mg/dl dan
kadar glukosa 2 jam sesudah makan <120 mg/dl
Pengaturan diet perlu dilakukan untuk semua pasien :
Tentukan berat badan ideal :
BB ideal =90% x (TB – 100)
Kebutuhan kalori = (BB ideal x 25) + 10 – 30% tergantung aktivitas fisik + 300 kal untuk
kehamilan
Bila kegemukan kalori dikurangi 20-30% tergantung tingkatnya.
Bila kurus ditambah sekitar 20- 30% sesuai kebutuhan
Asuhan protein yang dianjurkan adalah 1-1,5 g/kgBB
Pemeberian insulin dilakukan di rumah sakit dan dimulai dengan dosis yang kecil. Pemantauan
ibu dan janin dilakukan dnegan pemeriksaan TFU, USG dan kardiotokografi.
Terapi Obstetrik
Pada penderita diabetes gestational yang tidak berat, dapat dikendalikan gula darah melalui diet
saja,tidak memiliki riwayat melahirkan bayi makrosomia, maka ibu dapat melahirkan secara
normal dalam usia kehamilan 37 – 40 minggu selama tidak ada komplikasi lain. Apabila
diabetesnya lebih berat dan memerlukan pengobatan dengan insulin , maka sebaiknya kehamilan
diakhiri lebih dini pada kehamilan 36 – 38 minggu terutama bila kehamilannya diikuti oleh
komplikasi lain seperti makrosomia, preekalmpsia,atau kematian janin. Pengakhiran kehamilan
lebih baik lagi dengan induksi (perangsangan)atau operasi Caesar.
Wanita dengan diabetes gestasional memiliki risiko meningkat untuk mengalami diabetes tipe 2
setelah melahirkan. Kadar glukosa darah ibu harus diperiksa 6 minggu setelah melahirkan dan
setiap 3 tahun ke depan. (pdf.http//.diabetesmelitus,wordperss.com) (diakses tanggal 23
september 2012)