Anda di halaman 1dari 15

BAB I

PENDAHULUAN

1.1   LATAR BELAKANG

Di Indonesia insiden DMG sekitar 1,9-3,6% dan sekitar 40-60% wanita yang pernah
mengalami DMG pada pengamatan lanjut pasca persalinan akan mengidap diabetes mellitus atau
gangguan toleransi glukosa. Pemeriksaan penyaring dapat dilakukan dengan pemeriksaan
glukosa darah sewaktu dan 2 jam post prandial (pp). Bila hasilnya belum dapat memastikan
diagnosis DM, dapat diikuti dengan test toleransi glukosa oral. DM ditegakkan apabila kadar
glukosa darah sewaktu melebihi 200 mg%. Jika didapatkan nilai di bawah 100 mg% berarti
bukan DM dan bila nilainya diantara 100-200 mg% belum pasti DM. Pada wanita hamil, sampai
saat ini pemeriksaan yang terbaik adalah dengan test tantangan glukosa yaitu dengan
pembebanan 50 gram glukosa dan kadar glukosa darah diukur 1 jam kemudian. Jika kadar
glukosa darah setelah 1 jam pembebanan melebihi 140 mg% maka dilanjutkan dengan
pemeriksaan test tolesansi glukosa oral. Gangguan DM terjadi 2 % dari semua wanita hamil,
kejadian meningkat sejalan dengan umur kehamilan, tetapi tidak merupakan kecenderungan
orang dengan gangguan toleransi glokusa , 25% kemungkinan akan berkembang menjadi DM.
DM gestasional merupakan keadaan yang perlu ditangani dengan professional, karena dapat
mempengaruhi kehidupan janin/ bayi dimasa yang akan datang, juga saat persalinan.

1.2       RUMUSAN MASALAH


1.    Mengetahui pengertian Diabetes Melitus
2.    Mengetahui pengertian Diabetes Melitus pragestasi
3.    Mengetahui pengertian Diabetes Melitus gestasional
4.    Mengetahui skrining diabetes melitus gestasional
5.   Mengetahuietiologi,patofisiologi,klasifikasi,manifestasi klinis,dan penaganan diabetes melitus
6.    Mengetahui Asuhan kebidanan pada ibu hamil dengan Diabetes mielitus

1.3 TUJUAN
1.    Untuk Mengetahui pengertian Diabetes Melitus
2.   Untuk Mengetahui pengertian Diabetes Melitus pragestasi
3.   Untuk Mengetahui pengertian Diabetes Melitus gestasional
4.  Untuk  Mengetahui skrining diabetes melitus gestasional
5.  Untuk Mengetahuietiologi,patofisiologi,klasifikasi,manifestasiklinis,danpenaganandiabetes
melitus
6.   Untuk Mengetahui Asuhan kebidanan pada ibu hamil dengan Diabetes mielitus
BAB II
PEMBAHASAN

2.1    Pengertian Diabetes Melitus


Diabetes Mellitus (DM) adalah kelainan metabolisme karbohidrat, di mana glukosa darah
tidak dapat digunakan dengan baik, sehingga menyebabkan keadaan hiperglikemia. DM
merupakan kelainan endokrin yang terbanyak dijumpai. Yang paling sering terjadi yaitu:
diabetes mellitus yang diketahui sewaktu hamil yang disebut DM gestasional dan DM yang telah
terjadi sebelum hamil yang dinamankan DM pragstasi. Diabetes mellitus merupakan ganguan
sistemik pada metabolisme karbohidrat, protein dan lemak. Diabetes mellitus ditandai dengan
hiperglikemia atau peningkatan glukosa darah yang diakibatkan produksi insulin yang tidak
adekuat atau penggunaan insulin secara tidak efektif pada tingkat seluler. (Bobak. Lowdermilk,
Jensen.2004)

2.2    Pengertian diabetes melitus pragestasi


Diabetes pragestasi, artinya sudah diketahui diabetes mellitus kemudian hamil. Mereka
tanpa komplikasi atau dengan komplikasi yang ringan. mereka dengan komplikasi berat,
khususnya retinopati, nefropati dan hipertensi.Diabetes Pragestasi Adalah diabetes yang terjadi
sebelum konsepsi dan terus berlanjut setelah masa hamil. Diabetes pragestasi dapat berupa
diabetes tipe 1 (tergantung insulin) dan tipe II (tidak tergantung insulin), yang mungkin disertai
atau tidak disertai penyakit vaskuler, retinopati, nefropati, dan komplikasi diabetic lainnya.
Kondisi diabetogenik kehamilan pada sistem metabolic yang terganggu selama masa pragestasi
memiliki implikasi yang signifikan. Adapun hormone yang normal terhadap kehamilan
mempengaruhi kontrol glikemia pada pasien diabetic pragestasi. Kehamilan juga dapat
mempercepat kemajuan komplikasi vaskuler diabetes. Selama trimester pertama, sementara
kadar glukosa darah maternal dalam kondisi normal menurun, dan respon insulin terhadap
glukosa meningkat, kontrol glikemia meningkat. Dosis insulin untuk klien diabetic yang
terkontrol baik perlu disesuaikan untuk menghindari hipoglikemi. Episode hipoglikemia tidak
umum terjadi pada klien diabetic tipe 1 selama awal kehamilan (Mayer, palmer, 1990)
2.3 Pengertian Diabetes Melitus Gestasional
Intoleransi terhadap karbohidrat dengan berbagai tingkat keparahan atau pertama kali
dikenali pada masa hamil. Diagnosis GDM ditegakkan tampa memperhatikan kebutuhan akan
insulin atau kontrol diet atau apakah ada kemungkinan diabetes atau tidak, yang pasti belum
pernah terdiagnosis sebelum kehamilan berlangsung (Varney, 2007)

2.4    Tanda dan gejala


Tanda awal yang dapat diketahui bahwa seseorang menderita DM atau kencing manis
yaitu dilihat langsung dari efek peningkatan kadar gula darah, dimana peningkatan kadar gula
dalam darah mencapai nilai 160 - 180 mg/dL dan air seni (urine) penderita kencing manis yang
mengandung gula (glucose), sehingga urine sering dilebung atau dikerubuti semut.
Penderita kencing manis umumnya menampakkan tanda dan gejala dibawah ini meskipun
tidak semua dialami oleh penderita :
1.      Jumlah urine yang dikeluarkan lebih banyak (Polyuria)
2.      Sering atau cepat merasa haus/dahaga (Polydipsia)
3.      Lapar yang berlebihan atau makan banyak (Polyphagia)
4.      Frekwensi urine meningkat/kencing terus (Glycosuria)
5.      Kehilangan berat badan yang tidak jelas sebabnya
6.      Kesemutan/mati rasa pada ujung syaraf ditelapak tangan & kaki
7.      Cepat lelah dan lemah setiap waktu
8.      Mengalami rabun penglihatan secara tiba-tiba
9.      Apabila luka/tergores (korengan) lambat penyembuhannya
10.  Mudah terkena infeksi terutama pada kulit.
Kondisi kadar gula yang drastis menurun akan cepat menyebabkan seseorang tidak
sadarkan diri bahkan memasuki tahapan koma. Gejala kencing manis dapat berkembang dengan
cepat waktu ke waktu dalam hitungan minggu atau bulan.(www.auliaikrar.com)(diakses tanggal
23september 2012)
2.5    Perubahan metabolic selama dan setelah masa kehamilan
Kehamilan normal dikatakan sebagai suatu kondisi diabetogenik, dimana kebutuhan akan
glukosa meningkat. Metabolisme maternal mengalami perubahan untuk memastikan suplai
glukosa yang adekuat dan konstan untuk perkembangan janin. Glukosa maternal ditransfer ke
janin melalui proses difusi-difasilitasi. Insulin ibu tidak menembus plasenta. Pada usia gentasi
sepuluh minggu, janin mensekresi insulinnya sendiri dengan kadar yang adekuat, yang
memungkinnya menggunankan glukosa yang diperoleh dari ibu.
Pada trimester pertama kehamilan, kadar glukosa ibu menurun dengan cepat dibawah
kadar glukosa tidak hamil sampai antara 55 dan 65 mg/dl. Akibat pengaruh estrogen dan
progesterone, pancreas meningkatkan produksi insulin, yang meningkatkan penggunaan glukosa.
Pada saat yang sama, penggunaan glukosa oleh janin meningkat, sehingga menurunkan kadar
glukosa ibu. Selain itu, trimester pertama juga ditandai dengan nausea, vomitus, dan penurunan
asupan makanan sehingga kadar glukosa ibu semakin menurun dan selama tri mester kedua dan
ketiga peningkatan kadar laktogen plasental human, estrogen, progesterone, kortisol,prolaktin,
dan insulin meningkatkan resistansi insulin melalui kerjanya sebagai suatu antagonis. Resistansi
insulin merupakan suatu mekanisme penghematan glukosa yang memastikan suplai glukosa yang
berlimpah untuk janin. Kebutuhan ibu akan insulin meningkat sejak trimester ke 2. Kebutuhan
insulin dapat meningkat 2-4 kali lipat pada kehamilan cukup bulan.
Pada saat bayi lahir, lepasnya plasenta menyebabkan penurunan mendadak kadar
hormone plasenta, kortisol dan insulin yang bersirkulasi. Ke jaringan maternal dengan cepat
kembali peka terhadap insulin seperti pada periode sebelum hamil. Pada ibu yagn tidak menyusui
bayi, keseimbangan insulin – karbohidrat prakehamilan biasanya dicapai kembali dalam sekitar
7-10 hari. Dalam laktasi, glukosa maternal digunakan sehinggu kebutuhan insulin ibu yang
menyusui ibu tetap rendah selama 9 bulan. Setelah penyapihan berakhir, kebutuhan insulin ibu
kembali ke kebutuhan insulinnya sebelum hamil.

2.6    Skrining Diabetes Melitus gestasional


Skrining selektif seharusnya digunakan pada diabetes gestasional seperti skrining
diabetes pada umumnya. Teknik skrining dianjurkan bagi semua wanita hamil menurut:
A.  American Diabetes Association (2005) dengan menggunakan :
1.    Pasien diberikan 50 g beban glukosa oral, dan kadar gula darahnya diperiksa 1 jam
kemudian.Bila kadar glukosa plasma > 140 mg/dl maka perlu dilanjutkan dengan tes
toleransi glukosa 3 jam. Tes ini cukup efektif untuk mengidentifikasikan wanita dengan
diabetes gestational
2.    Tes toleransi glukosa oral adalah tes dimana pasien diberikan 100 g beban glukosa
oral,kemudian diperiksa kadar gula darahnya dengan hasil pada pasien normal :
Pemeriksaan Kadar Gula darah (mg/dl)

Puasa < 95
Jam 1 < 180
Jam 2 < 155
Jam 3 < 140
Tabel 1. Tes Beban Glukosa Oral (American Diabetes Association,2005)
Bila ditemukan 2 nilai abnormal maka ibu tersebut menderita diabetes melitus. Tes
tersebut dilakukan pada awal kehamilan kemudian diulangi lagi pada usia kehamilan 34
minggu.
B.     World Health Organization (WHO)
Merekomendasikan kriteria diagnostik menggunakan tes beban glukosa oral 75 g.
Diabetes gestasional didiagnosis bila:
Pemeriksaan Kadar Gula darah (mg/dl)
Puasa > 126
Jam 2 > 140
Tabel 2. Tes Beban Glukosa Oral (WHO)
Pencarian diabetes gestational dilakukan untuk meningkatkan kewaspadaan ibu hamil
dan meyakinkan seorang ibu untuk melakukan pemeriksaan skrining untuk tes setelah
melahirkan.
(Metzger dan Coustan ,1998)

Nilai normal gula darah pada ibu hamil


Untuk mengetahui kadar gula darah dalam tubuh ibu hamil maka dilakukan tes sebagai berikut :
1. Tes toleransi glukosa oral
Tes ini dimaksudkan untuk mendiagnosis diabetes gestasional dengan mengukur respons
glukosa darah terhadap pemberian karbohidrat. Setelah berpuasa semalaman 8-14 jam darah
diambil untuk diperiksa kadar gula darah puasa. Wanita lalu diminta meminum cairan yang
mnegandung glukosa. Setelah dua jam, kembali dilakukan pengambilan darah untuk
memperkirakan glukosa darah. Diagnosis ditegakkan biasanya jika kadar gula darah puasa ≥
6,1 mmol/l dan gula darah 2 jam minum cairan ≥7-8 mmol/l.
2. Tes toleransi glukosa oral mini
Pemeriksaan ini digunakan sebagai alat skrining baik secara rutin maupun untuk kategori
beresiko. Larutan glukosa diminum oleh wanita lalu gula darahnya diperiksa satu jam
kemudian. Hasil yang abnormal adalah >7,7 mmol/l
3. Gula darah sewaktu
Pemeriksaan ini untuk menskrining diabetes tipe 2 yang tidak terdiagnosis. Kadar gula
darah 5,8 – 6,4 mmol/l tergantung pada kapan makan terakhirnya harus dilanjutkan dengan tes
toleransi glukosa oral.

2.7    Etiologi DMG (Diabetes Melitus Gestasional)


1.       Faktor autoimun setelah infeksi mumps, rubella dan coxsakie B4.
2.       Genetik

Diabetes mellitus dapat diwariskan dari orang tua kepada anak. Gen penyebab diabetes
mellitus akan dibawa oleh anak jika orang tuanya menderita diabetes mellitus. Pewarisan gen ini
dapat sampai ke cucunya bahkan cicit walaupun resikonya sangat kecil.
Secara klinis, penyakit DM awalnya didominasi oleh resistensi insulin yang disertai
defect fungsi sekresi. Tetapi, pada tahap yang lebih lanjut, hal itu didominasi defect fungsi
sekresi yang disertai dengan resistensi insulin. Kaitannya dengan mutasi DNA mitokondria yakni
karena proses produksi hormon insulin sangat erat kaitannya dengan mekanisme proses oxidative
phosphorylation (OXPHOS) di dalam sel beta pankreas. Penderita DM proses pengeluaran
insulin dalam tubuhnya mengalami gangguan sebagai akibat dari peningkatan kadar glukosa
darah. Mitokondria menghasilkan adenosin trifosfat (ATP). Pada penderita DM, ATP yang
dihasilkan dari proses OXPHOS ini mengalami peningkatan. Peningkatan kadar ATP tersebut
otomatis menyebabkan peningkatan beberapa senyawa kimia yang terkandung dalam ATP.
Peningkatan tersebut antara lain yang memicu tercetusnya proses pengeluaran hormon insulin.
Berbagai mutasi yang menyebabkan DM telah dapat diidentifikasi. Kalangan klinis menyebutnya
sebagai mutasi A3243G yang merupakan mutasi kausal pada DM. Mutasi ini terletak pada gen
penyandi ribo nucleid acid (RNA). Pada perkembangannya, terkadang para penderita DM
menderita penyakit lainnya sebagai akibat menderita DM. Penyakit yang menyertai itu antara
lain tuli sensoris, epilepsi, dan stroke. Hal itu telah diidentifikasi sebagai akibat dari mutasi DNA
pada mitokondria. Hal ini terjadi karena makin tinggi proporsi sel mutan pada sel beta pankreas
maka fungsi OXPHOS akan makin rendah dan defect fungsi sekresi makin berat.
Prevalensi mutasi tersebut biasanya akan meningkat jumlahnya bila penderita DM itu
menderita penyakit penyerta tadi.
3.       Kerusakan / kelainan pangkreas sehingga Kekurangan produksi insulin
Infeksi mikroorganisme dan virus pada pankreas juga dapat menyebabkan radang
pankreas yang otomatis akan menyebabkan fungsi pankreas turun sehingga tidak ada sekresi
hormon-hormon untuk proses metabolisme tubuh termasuk insulin. Penyakit seperti kolesterol
tinggi dan dislipidemia dapat meningkatkan resiko terkema diabetes mellitus.
4.       Meningkatnya hormon antiinsulin seperti GH, glukogen, ACTH, kortisol, dan epineprin.
5.       Obat-obatan.

Bahan-bahan kimia dapat mengiritasi pankreas yang menyebabkan radang pankreas,


radang pada pankreas akan mengakibatkan fungsi pankreas menurun sehingga tidak ada sekresi
hormon-hormon untuk proses metabolisme tubuh termasuk insulin. Segala jenis residu obat yang
terakumulasi dalam waktu yang lama dapat mengiritasi pankreas. Contohnya Minum soda dalam
keadaan perut kososng (misalnya stelah berpuasa atau waktu bangun tidur dipagi hari) juga harus
dihindari. Sirup dengan kadar fruktosa tinggi, soda, dan pemanis buatan yang terdapat dalam
minuman soda dapat merusak pangkreas yang menyebabkan meningkatnya berat badan, jika
kebiasaan ini diteruskan, lama kelamaan akan menderita penyakit DM. Penelitian membuktikan
bahwa perempuan yang mengkonsumsi soda lebih dari 1 kaleng per hari memiliki resiko 2 kali
terkena diabeters tipe 2 dalam jangka waktu 4 tahun kedepannya.
6.       Wanita obesitas
Sebenarnya DM bisa menjadi penyebab ataupun akibat. Sebagai penyebab, obesitas
menyebabkan sel beta pankreas penghasil insulin hipertropi yang pada gilirannya akan kelelahan
dan “jebol” sehingga insulin menjadi kurang prodeksinya dan terjadilah DM. Sebagai akibat
biasanya akibat penggunaan insulin sebagai terapi DM berlebihan menyebabkan penimbunan
lemak subkutan yang berlebihan pula.( Kapita Selekta Jilid III, 2006)

2.8      Patofisiologi GDM


Diabetes terjadi karena produksi insulin tidak ada atau tidak cukup, insulin adalah
hormon yang diproduksi oleh sel beta pulau langerhans di dalam pankreas, fungsi insulin adalah
mengangkut glukosa kedalam sel, keberadaan sel bergantung pada jumlah glukosa yang masuk
yang kemudian diubah menjadi energi, pada diabetes tidak terjadi kekurangan glukosa didalam
darah, melainkan glukosa tak dapat diangkut kedalam sel tampa persediaan insulin yang cukup
keadaan ini pada akhirnya akan mengakibatkan hiperglikemia.
Diabetes kehamilan dalam hal ini memiliki persediaan insulin akan tetapi perubahan
hormon selama kehamilan akan mengubah kemampuan toleransi tubuh terhadap insulin. Pada
kehamilan dini (sebelum usia 20 minggu), sel-sel sangat responsif terhadap insulin dan kadar
glukosa di dalam darah akan lebih rendah dari biasanya hal ini juga menjadi alasan beberapa
wanita hamil mengalami mual dan muntah jika tidak ada asupan makanan selama kurun waktu
yang lama misalnya sepanjang malam.
Seiring perkembangan plasenta, produksi hormon kehamilan meningkat, terutama HPL.
Peningkatan HPL akan meningkatkan resistensi sel terhadap insulin sehingga muncul kondisi
diabetes. Efek puncak HPL terjadi pada usia kehamilan sekitar 26 minggu hingga 28 minggu dan
waktu tersebut merupakan saat yang tepat untuk melakukan penapisan (Varney, Asuhan
Kebidanan,2007)
Diabetes mellitus ditandai dengan hiperglikemia (peningkatan glukosa darah) diakibatkan
karena Produksi  insulin yang tidak adekuat atau penggunaan insulin secara tidak efektif pada
tingkat seluler.  Insulin– insulin yang diproduksi sel– sel beta pulau langerhans di prankeas
bertanggung jawab mentranspor glukosa ke dalam sel . apabila insulin tidak cukup / tidak efektif,
glukosa berakumulasi dalam aliran darah dan terjadi hiperglikemia. Hiperglikemia 
menyebabkan hiperosmolaritas dalam darah yang menarik cairan intarsel ke dalam sisitem
vaskular sehingga terjadi dehidrasi dan peningkatan volume darah. Akibatnya ginjal menyekresi
urine dalam volume besar (poliuria) sebagai upaya untuk mengatur kelebihan volume darah  dan
menyekresi glukosa yang tidak digunakan (gliousuria). Dehidrasi seluler, menimbulkan rasa haus
berlebihan (polidipsi). Penurunan berat badan akibat pemecahan lemak dan jaringan otot,
pemecahan jaringan ini menimbulkan rasa lapar yang membuat individu makan secara
berlebihan (polifalgia). Setelah jangka waktu tertentu, diabetes menyebabkan perubahan vaskuler
yang bermakna. Perubahan ini terutama mempungaruhi jantung, mata dan ginjal. Komplikasi
akibat diabetes mencakup aterosklerosis, premature, retinopati dan nefropati. Diabetes tipe I dan
II biasanysa dikenal sebagai sindrom yang disebabkan oleh factor genetic. Diabetes biasanya
diwariskan sebagai sifat resesif, tetapi muncul sebagai sifat dominan pada beberapa keluarga.
Pewarisan sifat genetik (genotip) diabetes mellitus tidak selalu berarti bahwa individu akan
mengalami intoleransi glukosa diabetik (fenotip). Banyak individu yang memiliki genotip, tidak
memperlihatkan satupun gejala diabetes sampai mereka mengalami satu atau lebih stressor atau
faktor presipitasi. Contoh stressor tersebut adalah peningkatan usia, periode perkembangan
normal, perubahan hormonal yang cepat, obesitas, infeksi, pembedahan, krisis emosi dan tumor
atau infeksi pangkreas. Diabetes Gestasional (diabetes kehamilan) intoleransi glukosa selama
kehamilan, tidak dikelompokkan kedalam NIDDM pada pertengahan kehamilan meningkat
sekresi hormon pertumbuhan dan hormon chorionik somatomamotropin (HCS). Hormon ini
meningkat untuk mensuplai asam amino dan glukosa ke fetus.
Dalam kehamilan terjadi perubahan metabolism endokrin dan karbohidrat yang
menunjang pemasokan makanan bagi janin serta persiapan untuk menyusui. Glukosa dapat
berdifusi secara tetap melalui plasenta kepada janin sehingga kadarnya dalam darah janin hampir
menyerupai kadar darah ibu. Insulin ibu tak dapat mencapai janin, sehingga kadar gula ibu yang
mempengaruhi kadar pada janin. Pengendalian kadar gula terutama dipengaruhi oleh insulin,
disamping beberapa hormone lain seperti estrogen, steroid dan plasenta laktogen. Akibat
ambatnya resorpsi makanan maka terjadi hiperglikemia yang relatif lama dan ini menuntut
kebutuhan insulin. Menjelang aterm kebutuhan insulin meningkat sehingga mencapai 3 kali dari
adaan normal. Hal ini disebut sebagai tekanan diabetojenik dalam kehamilan. Secara fisiologik
telah terjadi resistensi insulin yaitu bila ia ditambah dengan insulin eksogen ia tidak mudah njadi
hipoglikemi. Akan tetapi, bila ibu tidak mampu meningkatkan produksi insulin, sehingga ia
relative hipoinsulin yang menyebabkan hiperglikemia atau diabetes kehamilan.
Pada DMG, selain perubahan-perubahan fisiologi tersebut, akan terjadi suatu keadaan di
mana jumlah/fungsi insulin menjadi tidak optimal. Terjadi perubahan kinetika insulin dan
resistensi terhadap efek insulin. Akibatnya, komposisi sumber energi dalam plasma ibu
bertambah (kadar gula darah tinggi, kadar insulin tetap tinggi). Melalui difusi terfasilitasi dalam
membran plasenta, dimana sirkulasi janin juga ikut terjadi komposisi sumber energi abnormal.
(menyebabkan kemungkinan terjadi berbagai komplikasi). Selain itu terjadi juga
hiperinsulinemia sehingga janin juga mengalami gangguan metabolik (hipoglikemia,
hipomagnesemia, hipokalsemia, hiperbilirubinemia
(www.ainicahayamata.wordpress.com) (diakses tanggal 23 september 2012)

2.9   Klasifikasi diabetes melitus gdi pankreas Autoimun, idiopatikn atau berkurangnya daya
kerja insulin atau keduanya
DM pada masa kehamilan = Gestasional
Diabetes Pada DM dengan kehamilan, ada 2 kemungkinan yang dialami oleh si Ibu:
1. Ibu tersebut memang telah menderita DM sejak sebelum hamil
2. Si ibu mengalami/menderita DM saat hamil
Klasifikasi DM dengan Kehamilan menurut Pyke:
Klas I : Gestasional diabetes, yaitu diabetes yang timbul pada waktu hamil dan menghilang
setelah melahirkan.
Klas II : Pregestasional diabetes, yaitu diabetes mulai sejak sebelum hamil dan berlanjut
setelah hamil.
Klas III : Pregestasional diabetes yang disertai dengan komplikasi penyakit pembuluh
darah seperti retinopati,nefropati, penyakit pemburuh darah panggul dan pembuluh darah
perifer.
Tipe Diabetes Melitus

1. Diabetes mellitus tipe 1 disebabkan oleh kurangnya insulin. Penyebab tersering diabetes
tipe 1 adalah kerusakan autoimun sel-sel beta. Factor genetic dan lingkungan juga
memengaruhi kerusakan ini. Diabetes mellitus Tipe 1 biasanya terjadi pada usia yang
lebih muda dan wanita hamil penderita diabetes tipe 1 biasanya telah terbiasa mengatur
kondisinya selama bertahun-tahun. Gejala tipe 1 yang tidak terdiagnosis dapat sangat
berat dan memiliki awitan tiba-tiba. Diabetes mellitus tipe 1 diatasi dengan injeksi insulin
untuk mengontrol kadar glukosa darah tetap dalam kisaran normal dan mengontrol
mengonsumsi makanan yang mengandung karbohidrat.
2. Diabetes mellitus tipe 2 dan diabetes mellitus gestasional
Diabetes mellitus tipe 2 dianggap sebagai jenis diabetes yang lebih ringan, tetpi ini tidak
benar pada kehamilan, karena angka mortalitas perinatal dan insiden malformasi
kongenital yang terjadi sama seperti pada diabetes tipe 1. Terdapat juga insidensi
hipertensi, preeklampsi, pelahiran operatif, dan perdarahan pasca partum terkait diabetes
tipe 2. Diabetes tipe 2 dan DMG memiliki factor resiko, prevalensi dan kerentanan
genetic yang sama.
Kehamilan dengan DMG menggambarkan tingginya resistensi insulin disertai gangguan
produksi insulin. Jika diabetes tipe 2 baru terdiagnosis saat pasien hamil (sangat jarang
sekali), pasien ini akan mengalami gejala diabetes yang berat dan ketoasidosis.

90% dari wanita hamil yang menderita Diabetes termasuk ke dalam kategori DM
Gestasional (Tipe II) dan DM yang tergantung pada insulin (Insulin Dependent Diabetes
Mellitus = IDDM, tipe I).
(pdf.http//.diabetesmelitus,wordperss.com) (diakses tanggal 23 september 2012)

2.10  Komplikasi pada Ibu dan Bayi


Pada Perinatal :
a.              Kematian perinatal bayi dengann ibu DMG ( BIDMG ) sangat tergantung dari keadaan
hiperglikemia ibu. Di klinik yang maju sekalipun angka kematian di laporkan 3-5%. Angka
kejadian komplikasi BIDMG di Subbagian Perinatologi FKUI/RSUPNCM dari tahun 1994-1995
adalah 5/10.000 kelahiran.
b.      Makrosomia
Ibu dengan DMG 40% akan melahirkan bayi dengan BB berlebihan pada semua usia
kehamilan. Makrosomia mempertinggi terjadinya trauma lahir, sinhdrom aspirasi mekoneum dan
hipertensi pulmonal persisten. Trauma lahir biasanya terjadi akibat distosia bahu, sehingga dapat
menyebabkan fraktur humerus, klavikula, palsi Erb syaraf frenikus, bahkan kematian janin.
Sekitar 20-50% bayi dengan ibu DMG mengalami hipoglikemia (GD < 30 mg/dl) pada 24 jam
pertama setelah lahir dan biasanya terjadi pada bayi makrosomia. 
c.       Hambatan pertumbuhan janin Ibu DMG dengan komplikasi vaskular akan memberikan bayi
dengan BB rendah pada kehamilan 37-40 minggu. Hal ini dapat terjadi juga karena adanya
perubahan metabolik ibu selama masa awal persalinan. 
d.      Cacat bawaan Kejadian cacat bawaan adalah 4,1% BIDMG. Cacat bawaan terjadi paling
banyak pada kehamilan dengan DMG yang tidak terpantau sebelum kehamilan dan pada
trimester pertama. Lima puluh persen kematian perinatal disebabkan kelainan jantung (TAB,
VSD, ASD), kelainan ginjal (agenesis ginjal), kelainan saluran cerna (situs inversus, syndrome
kolon kiri kecil), kelainan neurologi dan skelet. Kekerapan cacat bawaan ringan lebih besar,
mencapai sekitar 20%. 
e.       Hipokalsemi dan hipomagnesemia Bayi dikatakan hipokalsemia bila kadar kalsium darahnya
< 7 mg/dl (kalsium ion < 3 mg/dl). Beratnya hipokalsemia berhubungan dengan tingkat
terkendalinya kadar glukosa ibu DMG. Bayi mengidap hipomagnesemia bila kadar magnesium <
1,5 mg/dl. Biasanya hipomasgnesemia terjadi bersamaan dengan hipokalsemia. 
f.       Hiperbilirubinemia Meningkatnya kadar bilirubin indirect pada 20-25% BIDMG, akibat
pengrusakan eritrosit yang mungkin terjadi karena perubahan pada membran eritrosit. 
g.      Polisitemia hematologis 
h.      Asfiksia perinatal Asfiksia perinatal terjadi pada 25% BIDMG, mungkin disebabkan oleh
makrosomia, prematuritas, penyakit vaskulat ibu yang menyebabkan hipoksia intrauterin atau
pada bayi yang lahir dengan seksio sesarea. 
i.      Syndrom gawat nafas neonatal Kejadian sindrom gawat nafas neonatal berkolerasi dengan
tingkat pengendalin kadar glukosa ibu DMG. Angka kejadian sindrom gawat nafass jelas sekali
menurun pada ibu DMG dengan kadar glukosa darah yang terkendali baik. Sebagian lagi gawat
nafas ini disebabkan karena prematuritas, dengan produksi surfaktan paru belum cukup atau bayi
dilahirkan dengan sseksio sesarea.
Pada ibu :
a.       Hipertensi
Gestational diabetes akan meningkatkan resiko ibu untuk mengalami tekanan darah yang
tinggi selama kehamilan. Hal tersebut juga akan meningkatkan resiko ibu untuk terkena
preeclampsia dan eclampsia, yaitu 2 buah komplikasi serius dari kehamilan yang menyebabkan
naiknya tekanan darah & gejala lain, yang dapat membahayakan ibu maupun sang buah hati.
b.      Preeklampsia
c.       Peningkatan resiko operasi caesar (www.nevi musriyenti.com) (diakses tanggal 23
september 2012)
11. Penaganan
Pengawasan sendiri kadar gula darah sangat dianjurkan pada wanita dengan diabetes
dalam kehamilan.Tujuan utama monitoring adalah mendeteksi konsentrasi glukosa yang tinggi
yang dapat menyebabkan peningkatan angka kejadian kematian janin. Selain monitoring, terapi
diabetes dalam kehamilan
adalah :
1.      Diet
Terapi nutrisi adalah terapi utama di dalam penatalaksanaan diabetes. Tujuan utama
terapi diet adalah menyediakan nutrisi yang cukup bagi ibu dan janin, mengontrol kadar glukosa
darah, dan mencegahterjadinya ketosis (kadar keton meningkat dalam darah). Penderita diabetes
menurut Lokakarya LIPI/NAS (1968) dengan berat badan rata-rata cukup diberi diet 1200 –
1800 kalori sehari selama kehamilan. Pada wanita diabetes gestasional dengan berat badan
normal dibutuhkan 30kkal/kg/hari.Pada wanita dengan obesitas (Indeks Massa Tubuh > 30
kg/m2) dibutuhkan 25 kkal/kg/hari
Pola makan 3 kali makan besar diselingi 3 kali makanan kecil dianjurkan dalam sehari.
Pembatasan jumlah karbohidrat 40% dari jumlah makanan dalam sehari dapat menurunkan kadar
glukosa darah postprandial (2 jam setelah makan)
2. Olahraga
Bersepeda dan olah tubuh bagian atas direkomendasikan pada wanita dengan diabetes
gestasional. Para wanita dianjurkan meraba sendiri rahimnya ketika berolahraga, apabila terjadi
kontraksi maka olahraga segera dihentikan. Olahraga berguna untuk memperbaiki kadar glukosa
darah
3.      Pengobatan insulin
Penderita yang sebelum kehamilan memerlukan insulin diberikan insulin dengan dosis
yang sama seperti sebelum kehamilan sampai didapatkan tanda-tanda perlu ditambah atau
dikurangi. Terapi insulin direkomendasikan oleh The American Diabetes Association (1999)
ketika terapi diet gagal untuk mempertahankan kadar gula darah puasa < 95 mg/dl atau 2 jam
setelah makan kadar gula darah < 120 mg/dl
Tatalaksana Diabetes mellitus

Tujuan adalah untuk mencapai dan memepertahankan kadar glukosa darah puasa <95 mg/dl dan
kadar glukosa 2 jam sesudah makan <120 mg/dl
Pengaturan diet perlu dilakukan untuk semua pasien :
Tentukan berat badan ideal :
BB ideal =90% x (TB – 100)
Kebutuhan kalori = (BB ideal x 25) + 10 – 30% tergantung aktivitas fisik + 300 kal untuk
kehamilan
Bila kegemukan kalori dikurangi 20-30% tergantung tingkatnya.
Bila kurus ditambah sekitar 20- 30% sesuai kebutuhan
Asuhan protein yang dianjurkan adalah 1-1,5 g/kgBB
Pemeberian insulin dilakukan di rumah sakit dan dimulai dengan dosis yang kecil. Pemantauan
ibu dan janin dilakukan dnegan pemeriksaan TFU, USG dan kardiotokografi.

Terapi Obstetrik
Pada penderita diabetes gestational yang tidak berat, dapat dikendalikan gula darah melalui diet
saja,tidak memiliki riwayat melahirkan bayi makrosomia, maka ibu dapat melahirkan secara
normal dalam usia kehamilan 37 – 40 minggu selama tidak ada komplikasi lain. Apabila
diabetesnya lebih berat dan memerlukan pengobatan dengan insulin , maka sebaiknya kehamilan
diakhiri lebih dini pada kehamilan 36 – 38 minggu terutama bila kehamilannya diikuti oleh
komplikasi lain seperti makrosomia, preekalmpsia,atau kematian janin. Pengakhiran kehamilan
lebih baik lagi dengan induksi (perangsangan)atau operasi Caesar.
Wanita dengan diabetes gestasional memiliki risiko meningkat untuk mengalami diabetes tipe 2
setelah melahirkan. Kadar glukosa darah ibu harus diperiksa 6 minggu setelah melahirkan dan
setiap 3 tahun ke depan. (pdf.http//.diabetesmelitus,wordperss.com) (diakses tanggal 23
september 2012)

Anda mungkin juga menyukai