Anda di halaman 1dari 32

LAPORAN PENDAHULUAN PRAKTIK KEBIDANAN FISIOLOGIS

HOLISTIK KEHAMILAN

OLEH :

A.A. SAGUNG DIAH ASTARINI P07124220048 ( KELAS A)


COK ISTRI INTAN KUSUMA SARI P07124220049 (KELAS A)
LUH PUTU DIANTINI P07124220084 (KELAS A)
JABA P.RAHGUSLYANI BUDARSANA P07124220103 (KELAS B)
LUH PUTU EKA TRESNADEWI P07124220106 (KELAS B)
NI PUTU RAHAYU HENDRAWATI P07124220127 (KELAS B)
NI KADEK OMASTI P07124220149 (KELAS C)
DEWA AYU KETUT MARIANI P07124220167 (KELAS C)
PUTU NANDA KARTIKA SARI P07124217023 (KELAS D)
PUTU SEZY SUTRIAWATI DEWI P07124217024 (KELAS D)
NI KADEK SUASTINI P07124217035 (KELAS D)

KEMENTRIAN KESEHATAN R.I POLITEKNIK KESEHATAN


KEMENKES DENPASAR JURUSAN KEBIDANAN PRODI
PROFESI BIDAN 2021

I
PRAKATA

Puji Syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena
berkat rahmat-NYA lah kami dapat menyelesaikan laporan pendahuluan praktik
holistik mata kuliah “Praktik Kebidanan Fisiologis Holistik Kehamilan”. Tidak
lupa juga penulis ucapkan terimkasih kepada semua pihak yang telah membantu
dalam penulisan laporan ini, adapun yang terhormat :
1. Ibu Dr. Ni Nyoman Budiani, M. Biomed, selaku ketua jurusan Kebidanan
Poltekkes Kemenkes Denpasar
2. Ibu Ni Wayan Armini, SST., M.Keb selaku Ketua Prodi Profesi Jurusan
Kebidanan Poltekkes Kemenkes Denpasar dan pembimbing di lahan praktik
yang telah memberikan izin dalam pelaksanaan praktik.
3. Ibu Made Widhi Gunapria Darmapatni, SST., M. Keb selaku PJMK dari
praktik kebidanan fisiologis holistik kehamilan
4. Ibu Ni Luh Putu Sri Erawati,S.Si.T.,MPH selaku pembimbing Institusi Praktik
Kebidanan Fisiologis Holistik Kehamilan
5. Semua pihak yang terlibat yang tidak dapat kami sebutkan satu per satu yang
telah membantu dalam penyusunan laporan pendahuluan praktik terintegrasi
ini.
Penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun
terhadap laporan pendaluhuan yang kami susun ini guna perbaikan kedepannya.
Demikianlah kiranya para pembaca, apabila ada hal-hal yang kurang berkenan
kami mohon maaf. Semoga laporan ini bermanfaat untuk semua pihak. Akhir kata
kami ucapkan terimaksih.

Denpasar, Agustus 2021

Penulis

I
DAFTAR ISI

PRAKATA.................................................................................................................................i

DAFTAR ISI..............................................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang.....................................................................................................................1

B. Tujuan Praktik......................................................................................................................2

C. Manfaat Praktik...................................................................................................................3

BAB II KAJIAN TEORI

A. Adaptasi Fisiolgis Kehamilan........................................................................................4

B. Adaptasi Psikologis Kehamilan.....................................................................................5

C. Kebutuhan Fisik Ibu Hamil............................................................................................6

D. Kebutuhan Psikologis Ibu hamil...................................................................................8

E. Pelayanan Antenatal Terpadu........................................................................................9

F. Evidence Based dalam Kebidanan Kehamilan.........................................................23

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan..........................................................................................................................26

B. Saran......................................................................................................................................26

DAFTAR PUSTAKA

II
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pelayanan kebidanan merupakan bagian integral dari pelayanan kesehatan,
yang diarahkan untuk mewujudkan kesehatan keluarga dalam rangka tercapainya
keluarga yang berkualitas. Layanan kebidanan diberikan oleh bidan sesuai
kewenangan yang diberikan dengan maksud untuk meningkatkan kesehatan ibu
dan anak dalam rangka tercapainya keluarga yang berkualitas, bahagia dan
sejahtera. Dalam praktik kebidanan, pemberian asuhan kebidanan yang
berkualitas sangat dibutuhkan. Kualitas kebidanan ditentukan dengan cara
membina hubungan, baik sesama rekan sejawat ataupun dengan orang yang diberi
asuhan. Upaya meningkatkan kualitas pelayanan juga ditentukan oleh
keterampilan bidan untuk berkomunikasi secara efektif dan melakukan konseling
yang baik kepada klien (Hikmawati 2011)
Bidan merupakan ujung tombak dalam memberikan pelayanan yang
berkualitas dan sebagai tenaga kesehatan yang professional, bekerja sebagai mitra
masyarakat, khususnya keluarga sebagai unit terkecilnya. Bidan memiliki posisi
strategis untuk memberikan pelayanan kesehatan yang bersifat holistik
komprehensif (berkesinambungan, terpadu dan paripurna), yang mencakup upaya
promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif dalam upaya mencapai terwujudnya
paradigma sehat. Seorang bidan dituntut untuk menjadi individu yang handal dan
profesional dalam memberikan pelayanan yang berkualitas karena konsep
kerjanya berhubungan dengan nyawa manusia. Selain harus profesional dalam
pelayanan dan berkomunikasi, bidan juga harus sabar dan telaten agar klien
merasa aman dan nyaman di saat mendapatkan asuhan kehamilan, persalinan,
nifas, keluarga berencana dan sebagainya oleh bidan (Meilani, 2015)
Menurut hasil penelitian Widyawati (2018 ) Tingkat kinerja bidan dalam
memberikan pelayanan kebidanan dapat dihubungkan dengan berbagai faktor
yang ada di sekitarnya. Faktor yang berhubungan dengan kinerja yaitu variabel
individu, psikologis dan organisasi. Faktor individu yang berhubungan dengan
kinerja adalah pengetahuan, masa kerja, keterampilan, tingkat sosial, keluarga,
dan demografis. Faktor psikologis yang berhubungan dengan kinerja bidan adalah
persepsi terhadap imbalan, motivasi kerja, sikap, kepribadian, dan belajar. Faktor
organisasi yang berhubungan dengan dengan kinerja bidan adalah sumber daya,
kepemimpinan, penghargaan, struktur, desain pekerjaan, fasilitas kerja, dan iklim
organisasi.
Mahasiswa bidan perlu meningkatkan kompetensinya dalam memberikan
pelayanan kebidanan yang sesuai standar dan kebutuhan masyarakat dengan
melaksanakan praktik langsung di klinik dengan pendekatan holistik kepada
pasien. Dalam hal ini, wahana praktik seperti klinik, puskesmas dan rumah sakit
dapat menjadi tempat yang tepat. Dengan demikian, mahasiswa dapat
memperoleh pengalaman, mengetahui perbedaan teori dan kondisi di lapangan,
dan meningkatkan kompetensinya.
Oleh karena pentingnya mahasiswa bidan melakukan praktik langsung
pada pasien nyata di wahana praktik, maka dilaksanakan Praktik Kebidanan
Fisiologis Holistik Kehamilan. Melalui praktik ini mahasiswa diharapkan mampu
mengaplikasikan teori yang diperoleh saat proses belajar mengajar di wahana
praktik, memperoleh pengalaman dan meningkatkan kompetensinya sehingga
dapat memberikan asuhan yang menyeluruh.

B. Tujuan Praktik
1. Tujuan Umum
Pada akhir Kepaniteraan Klinik diharapkan lulusan profesi bidan mampu
memberikan asuhan kehamilan dengan pendekatan holistic pada kehamilan
trimester I, II dan III baik pada kunjungan awal dan ulang.
2. Tujuan Khusus
Praktik Kebidanan Fisiologi Holistik Kehamilan bertujuan agar
mahasiswa mampu mengaplikasikan asuhan kebidanan secara holistik sesuai
evidence based dengan memanfaatkan IPTEKS, meliputi:
a. Melakukan pengkajian pada kehamilan dengan pendekatan holistik pada
kehamilan trimester I, II, dan III pada kunjungan awal maupun kunjungan
ulang.
b. Melakukan analisa data pada kehamilan dengan pendekatan holistik pada
kehamilan trimester I, II, dan III pada kunjungan awal maupun kunjungan
ulang
c. Melakukan perencanaan asuhan kehamilan dengan pendekatan holistik
kehamilan trimester I, II, dan III pada kunjungan awal maupun kunjungan
ulang
d. Melakukan implementasi asuhan kehamilan dengan pendekatan holistik
kehamilan trimester I, II, dan III pada kunjungan awal maupun kunjungan
ulang
e. Melakukan evaluasi asuhan kehamilan dengan pendekatan holistik kehamilan
trimester I, II, dan III pada kunjungan awal maupun kunjungan ulang
f. Melakukan pendokumentasian asuhan kehamilan dengan pendekatan holistik
g. Melakukan kajian kasus-kasus kehamilan fisiologis, patologis maupun
kegawatdaruratan
h. Melakukan reflektif praktik

C. Manfaat Penulisan Laporan


1. Bagi Mahasiswa
Dapat menerapkan ilmu yang diperoleh serta mendapatkan pengalaman
dalam melaksanakan asuhan kebidanan secara langsung pada Ibu hamil sehingga
dapat digunakan sebagai berkas penulis didalam melaksanakan tugas sebagai
bidan
2. Bagi Institusi Pendidikan
Sebagai tambahan sumber kepustakaan dan perbandingan pada asuhan
fisiologi holistic kehamilan
3. Bagi Lahan Praktik
Sebagai masukan dalam meningkatkan pelayanan kesehatan bagi
masyarakat.
BAB II
KAJIAN TEORI

A. Adaptasi Fisiologis Kehamilan


Proses adaptasi fisiologis ibu hamil adalah proses untuk menyesuaikan diri
terhadap perubahan-perubahan fisik normal yang terjadi pada ibu selama masa
kehamilan. Adaptasi fisiologis dalam kehamilan meliputi adaptasi anatomi,
fisiologi dan metabolisme. Menurut (Asrinah 2010 ) Salah satu adaptasi fisiologis
yang terjadi adalah adanya perubahan pada sistem reproduksi selama kehamilan,
seperti:
1. Uterus
Pada kehamilan, rahim yang semula beratnya 30 gram akan mengalami
hipertrofi dan hiperplasia, sehingga beratnya bertambah mencapai 1.000 gram
saat akhir kehamilan, otot rahim mengalami hiperplasia dan hipertrofi menjadi
lebih besar, lunak dan dapat mengikuti pembesaran rahim karena pertumbuhan
janin. Pembesaran uterus disebabkan karena: meningkatnya dilatasi pembuluh
darah dan vaskularisasi, hiperplasia serabut-serabut otot dan jaringan fibroelastik
dan perkembangan dari desidua karena pertumbuhan fetus.
2. Vagina dan Vulva
Pada kehamilan, vagina dan vulva mengalami perubahan akibat hormon
estrogen. Adanya hipervaskularisasi mengakibatkan vagina dan vulva tampak
lebih merah dan kebiru-biruan. Jaringan otot pada vagina dan vulva akan
mengalami hipertrofi. Terjadi peningkatan pengeluaran pervaginam.
3. Ovarium
Dalam kehamilan, fungsi ovarium diambil alih oleh plasenta, terutama
fungsi untuk produksi progesteron dan estrogen. Selama kehamilan, ovarium
tenang dan beristirahat, sehingga tidak terjadi pembentukan dan pematangan
folikel baru, tidak terjadi ovulasi dan tidak terjadi siklus menstruasi.
4. Servik
Akibat peningkatan vaskular serta perubahan pada jaringan ikat di bawah
pengaruh estrogen, servik dalam kehamilan menjadi lunak. Terjadi sekresi
kelenjar dan lendir servik menjadi kental sehingga dapat berperan sebagai
pelindung yang menyumbat ostium uteri.

B. Adaptasi Psikologi Kehamilan


Selama kehamilan berlangsung, terdapat rangkaian proses psikologis
khusus yang jelas, yang terkadang tampak berkaitan erat dengan perubahan
biologis yang sedang terjadi. Secara umum, emosi yang dirasakan oleh wanita
hamil memiliki reaksi yang ekstrem. Adaptasi psikologi dalam kehamilan dapat
diidentifikasi berdasarkan periode kehamilan. Kadar hormon progesteron dan
estrogen dalam tubuh akan meningkat setelah konsepsi. Banyak ibu yang
merasakan kekecewaan, penolakan, kecemasan dan kesedihan (Ajeng 2012).
1. Ketidakyakinan/Ketidakpastian
Pada awal kehamilan, wanita akan merasa tidak yakin dengan
kehamilannya dan berusaha untuk mengkonfirmasikan kehamilan tersebut. Hal ini
disebabkan karena tanda-tanda fisik akan kehamilannya tidak begitu jelas atau
sedikit berbeda. Wanita akan mengobservasi seluruh bagian tubuhnya untuk
memastikan perubahan yang mengindikasikan tanda-tanda kehamilan.
2. Ambivalen
Beberapa wanita merasa bahwa ini kehamilan yang dialami tidak nyata
atau bukan saat yang tepat untuk hamil, walaupun kehamilan telah direncanakan.
Wanita yang telah merencanakan kehamilan sering berpikir bahwa dirinya
membutuhkan waktu lama untuk menerima kehamilan, karena akan bertambahnya
tanggung jawab dan perasaan akan ketidakmampuan untuk menjadi orang tua
yang baik.
3. Fokus Pada Diri Sendiri
Pada awal kehamilan, pusat pikiran ibu berfokus pada dirinya sendiri,
bukan pada janin. Ibu merasa bahwa janin merupakan bagian yang tidak
terpisahkan dari diri ibu. Ibu juga mulai berkeinginan untuk mengehentikan
rutinitasnya yang penuh tuntutan sosial dan tekanan agar dapat menikmati waktu
tanpa beban.
4. Perubahan Seksual
Pada awal kehamilan, keinginan seksual wanita mengalami penurunan.
Hal ini terjadi karena ketakutan akan keguguran, apalagi wanita tersebut pernah
mengalami keguguran sebelumnya.

C. Kebutuhan Fisik Ibu Hamil


1. Nutrisi
Gizi selama hamil lebih tinggi dibandingkan dengan kondisi pra-hamil.
Makin bertambah usia kehamilan, makin tinggi jumlah zat gizi yang dibutuhkan.
Untuk mencapai kehamilan yang sehat dibutuhkan asupan gizi yang optimal
sesuai dengan usia kehamilan. Kuantitas, kualitas dan ketepatan waktu pemberian
makanan pada ibu hamil perlu disesuaikan dengan kecepatan pertumbuhan janin
pada masing-masing trimester. Proses ini perlu didukung dengan asupan gizi
terutama protein, asam folat, vitamin B12, zinc dan yodium (Astuti, M 2010)
2. Oksigen
Kebutuhan oksigen berkaitan dengan sistem pernafasan pada masa
kehamilan. Kebuthan oksigen meningkat sebagai respon tubuh terhadap akselerasi
metabolisme rate, untuk menambah masa jaringan pada payudara hasil konsepsi
dan masa uterus. Wanita hamil bernafas lebih dalam, karena meningkatnya
volume tidal paru-paru, dan jumlah pertukaran gas pada setiap kali bernafas.
Meningkatnya volume tidal dihubungkan dengan meningkatnya volume
respiratori kira-kira 26% per menit. Hal ini menyebabkan menurunnya
konsentrasi CO2 alveoli (Astuti, M 2010)
3. Personal Hygiene
Pada masa kehamilan, personal hygiene berkaitan dengan perubahan
sistem tubuh, seperti:
a. Peningkatan PH vagina, akibatnya vagina mudah terkena infeksi.
b. Peningkatan kadar estrogen meningkatkan fluor albus.
c. Peningkatan sirkulasi perifer meningkatkanproduksi keringat.
d. Ukuran uterus membesar menekan kandung kemih, sehingga kapasitas
kandung kemih menurun dan ibu lebih sering berkemih.
Wanita hamil harus melakukan gerakan membersihkan diri dari depan ke
belakang ketika selesai berkemih atau buang air besar, menggunakan tissue yang
bersih, lembut dan menyerap air, berwarna putih dan tidak mengandung pewangi.
Wanita hamil harus lebih sering mengganti pelapis atau pelindung celana dalam,
karena bakteri dapat berkembang biak pada pelapis yang kotor. Bahan celana
dalam sebaiknya katun, dan tidak menggunakan celana ketat dalam jangka waktu
lama karena dapat menyebabkan panas dan meningkatnya kelembaban vagina
yang mempermudah pertumbuhan bakteri. Selain itu menjaga kebersihan mulut
dan gigi juga penting untuk menghindari karies dan ginggivitis dengan melakukan
pemeriksaan gigi (Hani, U 2010)
4. Pakaian
Beberapa hal yang perlu diperhatikan tentang pakaian yang tepat
digunakan oleh ibu hamil, adalah:
a. Ibu sebaiknya menggunakan pakaian yang longgar dan nyaman, karena pada
saat hamil tubuh ibu membesar sehingga pakaian yang digunakan harus
nyaman dan tidak terlalu ketat.
b. Pakaian yang digunakan oleh ibu hamil sebaiknya pakaian yang mudah dicuci,
seperti katun.
c. Bra dan ikat pinggang ketat, celana pendek ketat, ikat kaos kaki, pelindung
lutut yang ketat, korset dan pakaian ketat lainnya harus dihindari untuk
mencegah terjadinya ruam panas.
d. Kontruksi bra untuk ibu hamil dibuat untuk mengakomodasi peningkatan berat
payudara (di bawah lengan).
e. Kaos kaki penyokong dapat sangat membantu memberi kenyamanan pada
wanita yang mengalami varises atau pembengkakan tungkai bawah.
f. Sepatu yang nyaman dan memberi sokongan yang mantap serta membuat
postur tubuh lebih baik sangat dianjurkan. Sepatu dengan tumit yang sangat
tinggi tidak dianjurkan karena pusat gravitasi wanita berubah. Nyeri dan kram
kaki diperburuk oleh sepatu yang tidak memberi sokongan.
5. Imunisasi
Imunisasi Tetanus Toxoid (TT) pada ibu hamil telah dimulai dari tahun
1976. Diberikan 2 kali suntikan kehamilan. Sejak tahun 1998 dengan mulai
diperkenalkannya kebijakan TT 5 dosis, maka pemberian imunisasi pada ibu
hamil diberikan berdasarkan hasil skrining (tidak selalu harus mendapatkan
suntikan imunisasi TT pada saat pemeriksaan antenatal) (Astuti,M 2010)

D. Kebutuhan Psikologi Ibu Hamil


Dukungan selama masa kehamilan sangat dibutuhkan bagi seorang wanita
yang sedang hamil, terutama dari orang terdekat apalagi bagi ibu yang baru
pertama kali hamil. Seorang wanita akan merasa tenang dan nyaman dengan
adanya dukungan dan perhatian dari orang-orang terdekat.
1. Dukungan Suami
Dukungan dan peran serta suami dalam masa kehamilan terbukti
meningkatkan kesiapan ibu hamil dalam menghadapi kehamilan dan proses
persalinan, bahkan juga memicu produksi ASI. Suami sebagai seorang yang
paling dekat, dianggap paling tahu kebutuhan istri. Saat hamil wanita mengalami
perubahan fisik dan psikologis. Tugas penting suami yaitu untuk memberikan
perhatian dan membina hubungan baik dengan istri, sehingga istri dapat
mengkonsultasikan setiap masalah yang dialaminya dalam menghadapi kesulitan-
kesulitasn selama kehamilan (Marmi 2011).
2. Dukungan Keluarga
Lingkungan keluarga yang harmonis ataupun lingkungan tempat tinggal
yang kondusif sangat berpengaruh terhadap keadaan emosi ibu hamil. Wanita
hamil seringkali mempunyai ketergantungan terhadap orang lain di sekitarnya
terutama pada wanita yang pertama kali hamil. Keluarga harus menjadi bagian
dalam mempersiapkan pasangan menjadi orang tua (Marmi 2011).

3. Support Lingkungan
Dukungan lingkungan dapat berupa:
a. Doa bersama untuk keselamatan ibu dan bayi dari kegiatan yang berhubungan
dengan sosial atau keagamaan.
b. Membicarakan dan menasehati tentang pengalaman hamil dan melahirkan.
c. Menunggui ibu ketika melahirkan.
d. Mereka dapat menjadi teman seperti saudara bagi ibu hamil.

Tenaga kesehatan dapat memberikan peranannya melalui dukungan:


a. Aktif : Melalui kelas antenatal.
b. Pasif : Memberikan kesempatan kepada ibu hamil yang mengalami masalah
untuk berkonsultasi.

E. Pelayanan Antenatal Terpadu


1. Konsep Pelayanan
Pelayanan kesehatan pada ibu hamil tidak dapat dipisahkan dengan
pelayanan persalinan, pelayanan nifas dan pelayanan kesehatan bayi baru lahir.
Kualitas pelayanan antenatal yang diberikan akan mempengaruhi kesehatan ibu
hamil dan janinnya, ibu bersalin dan bayi baru lahir serta ibu nifas. Dalam
pelayanan antenatal terpadu, tenaga kesehatan harus dapat memastikan bahwa
kehamilan berlangsung normal, mampu mendeteksi dini masalah dan penyakit
yang dialami ibu hamil, melakukan intervensi secara adekuat sehingga ibu hamil
siap untuk menjalani persalinan normal.
Setiap kehamilan, dalam perkembangannya mempunyai risiko mengalami
penyulit atau komplikasi. Oleh karena itu, pelayanan antenatal harus dilakukan
secara rutin, sesuai standar dan terpadu untuk pelayanan antenatal yang
berkualitas. Menurut (Kemenkes 2010) Pelayanan antenatal terpadu dan
berkualitas secara keseluruhan meliputi hal-hal sebagai berikut:
a. Memberikan pelayanan dan konseling kesehatan termasuk gizi agar kehamilan
berlangsung sehat;
b. Melakukan deteksi dini masalah, penyakit dan penyulit/komplikasi
kehamilan c. Menyiapkan persalinan yang bersih dan aman;
d. Merencanakan antisipasi dan persiapan dini untuk melakukan rujukan jika
terjadi penyulit/komplikasi.
e. Melakukan penatalaksanaan kasus serta rujukan cepat dan tepat waktu bila
diperlukan.
f. Melibatkan ibu dan keluarganya terutama suami dalam menjaga kesehatan dan
gizi ibu hamil, menyiapkan persalinan dan kesiagaan bila terjadi
penyulit/komplikasi.

Dalam melakukan pemeriksaan antenatal, tenaga kesehatan harus


Memberikan pelayanan yang berkualitas sesuai standar terdiri dari:
a. Timbang berat badan
Penimbangan berat badan pada setiap kali kunjungan antenatal dilakukan
untuk mendeteksi adanya gangguan pertumbuhan janin. Penambahan berat badan
yang kurang dari 9 kilogram selama kehamilan atau kurang dari 1 kilogram setiap
bulannya menunjukkan adanya gangguan pertumbuhan janin. b. Ukur lingkar
lengan atas (LiLA).
Pengukuran LiLA hanya dilakukan pada kontak pertama untuk skrining
ibu hamil berisiko kurang energi kronis (KEK). Kurang energy kronis disini
maksudnya ibu hamil yang mengalami kekurangan gizi dan telah berlangsung
lama (beberapa bulan/tahun) dimana LiLA kurang dari 23,5 cm. Ibu hamil dengan
KEK akan dapat melahirkan bayi berat lahir rendah (BBLR). c. Ukur tekanan
darah.
Pengukuran tekanan darah pada setiap kali kunjungan antenatal dilakukan
untuk mendeteksi adanya hipertensi (tekanan darah e”140/90 mmHg) pada
kehamilan dan preeklampsia (hipertensi disertai edema wajah dan atau tungkai
bawah; dan atau proteinuria)
d. Ukur tinggi fundus uteri
Pengukuran tinggi fundus pada setiap kali kunjungan antenatal dilakukan
untuk mendeteksi pertumbuhan janin sesuai atau tidak dengan umur kehamilan.
Jika tinggi fundus tidak sesuai dengan umur kehamilan, kemungkinan ada
gangguan pertumbuhan janin. Standar pengukuran menggunakan pita pengukur
setelah kehamilan 24 minggu.
e. Hitung denyut jantung janin (DJJ)
Penilaian DJJ dilakukan pada akhir trimester I dan selanjutnya setiap kali
kunjungan antenatal. DJJ lambat kurang dari 120/menit atau DJJ cepat lebih dari
160/menit menunjukkan adanya gawat janin.
f. Tentukan presentasi janin
Menentukan presentasi janin dilakukan pada akhir trimester II dan
selanjutnya setiap kali kunjungan antenatal. Pemeriksaan ini dimaksudkan untuk
mengetahui letak janin. Jika, pada trimester III bagian bawah janin bukan kepala,
atau kepala janin belum masuk ke panggul berarti ada kelainan letak, panggul
sempit atau ada
masalah lain.
g. Skrining imunisasi Tetanus Toksoid (TT)
Untuk mencegah terjadinya tetanus neonatorum, ibu hamil harus mendapat
imunisasi TT. Pada saat kontak pertama, ibu hamil diskrining status imunisasi TT-
nya. Pemberian imunisasi TT pada ibu hamil, disesuai dengan status imunisasi ibu
saat ini.
h. Beri tablet tambah darah (tablet besi)
Untuk mencegah anemia gizi besi, setiap ibu hamil harus mendapat tablet
zat besi minimal 90 tablet selama kehamilan diberikan sejak kontak pertama. i.
Periksa laboratorium (rutin dan khusus)
Pemeriksaan laboratorium dilakukan pada saat antenatal meliputi:
1). Pemeriksaan golongan darah,
Pemeriksaan golongan darah pada ibu hamil tidak hanya untuk mengetahui
jenis golongan darah ibu melainkan juga untuk mempersiapkan calon pendonor darah
yang sewaktu-waktu diperlukan apabila terjadi situasi kegawatdaruratan.
2). Pemeriksaan kadar hemoglobin darah (Hb)
Pemeriksaan kadar hemoglobin darah ibu hamil dilakukan minimal sekali
pada trimester pertama dan sekali pada trimester ketiga. Pemeriksaan ini ditujukan
untuk mengetahui ibu hamil tersebut menderita anemia atau tidak selama
kehamilannya karena kondisi anemia dapat mempengaruhi proses tumbuh
kembang janin dalam kandungan.
3). Pemeriksaan protein dalam urin
Pemeriksaan protein dalam urin pada ibu hamil dilakukan pada trimester
kedua dan ketiga atas indikasi. Pemeriksaan ini ditujukan untuk mengetahui
adanya proteinuria pada ibu hamil. Proteinuria merupakan salah satu indikator
terjadinya preeclampsia pada ibu hamil.
4). Pemeriksaan kadar gula darah.
Ibu hamil yang dicurigai menderita Diabetes Melitus harus dilakukan
pemeriksaan gula darah selama kehamilannya minimal sekali pada trimester
pertama, sekali pada trimester kedua, dan sekali pada trimester ketiga (terutama
pada akhir trimester ketiga).
5). Pemeriksaan darah Malaria
Semua ibu hamil di daerah endemis Malaria dilakukan pemeriksaan darah
Malaria dalam rangka skrining pada kontak pertama. Ibu hamil di daerah non
endemis Malaria dilakukan pemeriksaan darah Malaria apabila ada indikasi.
6). Pemeriksaan tes Sifilis
Pemeriksaan tes Sifilis dilakukan di daerah dengan risiko tinggi dan ibu
hamil yang diduga Sifilis. Pemeriksaaan Sifilis sebaiknya dilakukan sedini
mungkin pada kehamilan.
7). Pemeriksaan HIV
Pemeriksaan HIV terutama untuk daerah dengan risiko tinggi kasus HIV
dan ibu hamil yang dicurigai menderita HIV. Ibu hamil setelah menjalani
konseling kemudian diberi kesempatan untuk menetapkan sendiri keputusannya
untuk menjalani tes HIV.
8). Pemeriksaan BTA
Pemeriksaan BTA dilakukan pada ibu hamil yang dicurigai menderita
Tuberkulosis sebagai pencegahan agar infeksi Tuberkulosis tidak mempengaruhi
kesehatan janin. Selain pemeriksaaan tersebut diatas, apabila diperlukan dapat
dilakukan pemeriksaan penunjang lainnya di fasilitas rujukan.
j. Tatalaksana/penanganan Kasus
Berdasarkan hasil pemeriksaan antenatal di atas dan hasil pemeriksaan
laboratorium, setiap kelainan yang ditemukan pada ibu hamil harus ditangani
sesuai dengan standar dan kewenangan tenaga kesehatan. Kasus-kasus yang tidak
dapat ditangani dirujuk sesuai dengan sistem rujukan.
k. KIE Efektif
KIE efektif dilakukan pada setiap kunjungan antenatal yang meliputi:

1). Kesehatan ibu


Setiap ibu hamil dianjurkan untuk memeriksakan kehamilannya secara
rutin ke tenaga kesehatan dan menganjurkan ibu hamil agar beristirahat yang
cukup selama kehamilannya (sekitar 9- 10 jam per hari) dan tidak bekerja berat.
2). Perilaku hidup bersih dan sehat
Setiap ibu hamil dianjurkan untuk menjaga kebersihan badan selama
kehamilan misalnya mencuci tangan sebelum makan, mandi 2 kali sehari dengan
menggunakan sabun, menggosok gigi setelah sarapan dan sebelum tidur serta
melakukan olah raga ringan.
3). Peran suami/keluarga dalam kehamilan dan perencanaan persalinan
Setiap ibu hamil perlu mendapatkan dukungan dari keluarga terutama
suami dalam kehamilannya. Suami, keluarga atau masyarakat perlu menyiapkan
biaya persalinan, kebutuhan bayi, transportasi rujukan dan calon donor darah. Hal
ini penting apabila terjadi komplikasi kehamilan, persalinan, dan nifas agar segera
dibawa ke fasilitas kesehatan.
4).Tanda bahaya pada kehamilan, persalinan dan nifas serta kesiapan menghadapi
komplikasi
Setiap ibu hamil diperkenalkan mengenai tanda-tanda bahaya baik selama
kehamilan, persalinan, dan nifas misalnya perdarahan pada hamil muda maupun
hamil tua, keluar cairan berbau pada jalan lahir saat nifas, dsb. Mengenal tanda-
tanda bahaya ini penting agar ibu hamil segera mencari pertolongan ke tenaga
kesehtan kesehatan.
Asupan gizi seimbang Selama hamil, ibu dianjurkan untuk mendapatkan
asupan makanan yang cukup dengan pola gizi yang seimbang karena hal ini
penting untuk proses tumbuh kembang janin dan derajat kesehatan ibu. Misalnya
ibu hamil disarankan minum tablet tambah darah secara rutin untuk mencegah
anemia pada kehamilannya.
5). Gejala penyakit menular dan tidak menular.
Setiap ibu hamil harus tahu mengenai gejala-gejala penyakit menular
(misalnya penyakit IMS, Tuberkulosis) dan penyakit tidak menular (misalnya
hipertensi) karena dapat mempengaruhi pada kesehatan ibu dan janinnya.
6). Penawaran untuk melakukan konseling dan testing HIV di daerah tertentu
(risiko tinggi).
Konseling HIV menjadi salah satu komponen standar dari pelayanan
kesehatan ibu dan anak. Ibu hamil diberikan penjelasan tentang risiko penularan
HIV dari ibu ke janinnya, dan kesempatan untuk menetapkan sendiri
keputusannya untuk menjalani tes HIV atau tidak.
Apabila ibu hamil tersebut HIV positif maka dicegah agar tidak terjadi
penularan HIV dari ibu ke janin, namun sebaliknya apabila ibu hamil tersebut
HIV negatif maka diberikan bimbingan untuk tetap HIV negatif selama
kehamilannya, menyusui dan seterusnya.
7). Inisiasi Menyusu Dini (IMD) dan pemberian ASI ekslusif
Setiap ibu hamil dianjurkan untuk memberikan ASI kepada bayinya segera
setelah bayi lahir karena ASI mengandung zat kekebalan tubuh yang penting untuk
kesehatan bayi. Pemberian ASI dilanjutkan sampai bayi berusia 6 bulan.
8). KB pasca persalinan
Ibu hamil diberikan pengarahan tentang pentingnya ikut KB setelah
persalinan untuk menjarangkan kehamilan dan agar ibu punya waktu merawat
kesehatan diri sendiri, anak, dan keluarga.
9). Imunisasi
Setiap ibu hamil harus mendapatkan imunisasi Tetanus Toksoid (TT)
untuk mencegah bayi mengalami tetanus neonatorum.
10). Peningkatan kesehatan intelegensia pada kehamilan (Brain booster)
Untuk dapat meningkatkan intelegensia bayi yang akan dilahirkan, ibu
hamil dianjurkan untuk memberikan stimulasi auditori dan pemenuhan nutrisi
pengungkit otak (brain booster) secara bersamaan pada periode kehamilan.

2. Jenis Pelayanan
Pelayanan antenatal terpadu diberikan oleh tenaga kesehatan yang
kompeten yaitu dokter, bidan dan perawat terlatih, sesuai dengan ketentuan yang
berlaku. Pelayanan antenatal terpadu terdiri dari :
a. Anamnesa
Dalam memberikan pelayanan antenatal terpadu, ada beberapa hal yang
perlu diperhatikan ketika melakukan anamnesa, yaitu:
1) Menanyakan keluhan atau masalah yang dirasakan oleh ibu saat ini.
2) Menanyakan tanda-tanda penting yang terkait dengan masalah kehamilan dan
penyakit yang kemungkinan diderita ibu hamil
3) Menanyakan status kunjungan (baru atau lama), riwayat kehamilan yang
sekarang, riwayat kehamilan dan persalinan sebelumnya dan riwayat penyakit
yang diderita ibu.
4) Menanyakan status imunisasi Tetanus Toksoid.
5) Menanyakan jumlah tablet Fe yang dikonsumsi.
6) Menanyakan obat-obat yang dikonsumsi seperti: antihipertensi, diuretika, anti
vomitus, antipiretika, antibiotika, obat TB, dan sebagainya.
7) Di daerah endemis Malaria, tanyakan gejala Malaria dan riwayat pemakaian
obat Malaria.
8) Di daerah risiko tinggi IMS, tanyakan gejala IMS dan riwayat penyakit pada
pasangannya. Informasi ini penting untuk langkahlangkah penanggulangan
penyakit menular seksual.
9) Menanyakan pola makan ibu selama hamil yang meliputi jumlah, frekuensi
dan kualitas asupan makanan terkait dengan kandungan gizinya.
10) Menanyakan kesiapan menghadapi persalinan dan menyikapi kemungkinan
terjadinya komplikasi dalam kehamilan
b. Pemeriksaan
Pemeriksaan dalam pelayanan antenatal terpadu, meliputi berbagai jenis
pemeriksaan termasuk menilai keadaan umum (fisik) dan psikologis (kejiwaan)
ibu hamil.
Jenis-Jenis Pemeriksaan Pelayanan Antenatal Terpadu.

Pemeriksaan laboratorium/penunjang dikerjakan sesuai tabel di atas.


Apabila di fasilitas tidak tersedia, maka tenaga kesehatan harus merujuk ibu hamil
ke fasilitas pelayanan kesehatan yang lebih tinggi.
c. Penanganan dan Tindak Lanjut kasus.
Berdasarkan hasil anamnesa, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan
laboratorium/ penunjang lainnya, dokter menegakkan diagnosa kerja atau
diagnosa banding, sedangkan bidan/perawat dapat mengenali keadaan normal dan
keadaan bermasalah/tidak normal pada ibu hamil. Berikut ini adalah penanganan
dan tindak lanjut kasus pada pelayanan antenatal terpadu. Tabel Penanganan dan
Tindak Lanjut Kasus
Pada setiap kunjungan antenatal, semua pelayanan yang meliputi
anamnesa, pemeriksaan dan penanganan yang diberikan serta rencana tindak-
lanjutnya harus diinformasikan kepada ibu hamil dan suaminya. Jelaskan tanda-
tanda bahaya dimana ibu hamil harus segera datang untuk mendapat pertolongan
dari tenaga kesehatan.Apabila ditemukan kelainan atau keadaan tidak normal pada
kunjungan antenatal, informasikan rencana tindak lanjut termasuk perlunya
rujukan untuk penanganan kasus, pemeriksaan laboratorium/penunjang,
USG,konsultasi atau perawatan, dan juga jadwal kontrol berikutnya, apabila
diharuskan datang lebih cepat.
Ibu hamil yang mengalami kekerasan dalam rumah tangga adalah ibu
hamil yang mengalami segala bentuk tindak kekerasan yang berakibat, atau
mungkin berakibat, menyakiti secara fisik, seksual, mental atau penderitaan;
termasuk ancaman dari tindakan tersebut,pemaksaan atau perampasan semena-
mena kebebasan, baik yang terjadi di lingkungan masyarakat maupun dalam
kehidupan pribadi. Pusat Pelayanan Terpadu (PPT) terhadap korban kekerasan
merupakan tempat dilaksanakannya pelayanan kepada korban kekerasan baik di
rumah sakit umum pemerintah dan swasta termasuk rumah sakit POLRI secara
komprehensif oleh multidisipliner dibawah satu atap (one stop services).

d. Pencatatan hasil pemeriksaan antenatal terpadu.


Pencatatan hasil pemeriksaan merupakan bagian dari standar pelayanan
antenatal terpadu yang berkualitas. Setiap kali pemeriksaan, tenaga kesehatan wajib
mencatat hasilnya pada rekam medis, Kartu Ibu dan Buku KIA. Pada saat ini
pencatatan hasil pemeriksaan antenatal masih sangat lemah, sehingga data-datanya
tidak dapat dianalisa untuk peningkatan kualitas pelayanan antenatal. Dengan
menerapkan pencatatan sebagai bagian dari standar pelayanan, maka kualitas
pelayanan antenatal dapat ditingkatkan.
e. Komunikasi, informasi dan edukasi (KIE) yang efektif.
KIE yang efektif termasuk konseling merupakan bagian dari pelayanan
antenatal terpadu yang diberikan sejak kontak pertama untuk membantu ibu hamil
dalam mengatasi masalahnya.

3. Pedoman Pelayanan Antenatal, Persalinan, Nifas dan Bayi Baru Lahir di Era
Adaptasi Kebiasaan Baru, Pelayanan Kesehatan Ibu Di Era Adaptasi Baru
a. Pelayanan Kesehatan Ibu di FKTP
1) Pelayanan Antenatal
a) Pelaksanaan program berdasarkan zona wilayah
b. Pelayanan antenatal (Antenatal Care/ANC) pada kehamilan normal minimal
6x dengan rincian 2x di Trimester 1, 1x di Trimester 2,dan 3x di Trimester 3.
Minimal 2x diperiksa oleh dokter saat kunjungan 1 di Trimester 1 dan saat
kunjungan ke 5 di Trimester 3.
1) ANC ke-1 di Trimester 1 :
skrining faktor risiko dilakukan oleh Dokter dengan menerapkan protokol
kesehatan. Jika ibu datang pertama kali ke bidan, bidan tetap melakukan
pelayanan antenatal seperti biasa, kemudian ibu dirujuk ke dokter untuk
dilakukan skrining. Sebelum ibu melakukan kunjungan antenatal secara tatap
muka, dilakukan janji temu/ teleregistrasi dengan skrining anamnesa melalui
media komunikasi (telepon)/secara daring untuk mencari faktor risikodan gejala
COVID-19.
 Jika ada gejala COVID-19, ibu dirujuk ke RS untuk dilakukan swab atau jika sulit
untuk mengakses RS Rujukan maka dilakukan Rapid Test.Pemeriksaan skrining
faktor risikokehamilan dilakukan di RS Rujukan.
 Jika tidak ada gejala COVID-19, maka dilakukan skrining oleh Dokter di FKTP.
2) ANC ke-2 di Trimester 1, ANC ke-3 di Trimester 2, ANC ke-4 di Trimester 3,
dan ANC ke-6 di Trimester 3 : Dilakukan tindak lanjut sesuai hasil skrining.
Tatap muka didahului dengan janji temu/teleregistrasi dengan skrining anamnesa
melalui media komunikasi (telepon)/secara daring untuk mencari faktor risiko
dan gejala COVID-19.
 Jika ada gejala COVID-19, ibu dirujuk ke RS untuk dilakukan swab atau jika sulit
mengakses RS Rujukan maka dilakukan Rapid Test
√ Jika tidak ada gejala COVID-19, maka dilakukan pelayanan antenatal di FKTP.
3) ANC ke-5 di Trimester 3
Skrining faktor risiko persalinan dilakukan oleh Dokter dengan menerapkan
protocol kesehatan. Skrining dilakukan untuk menetapkan :
1. faktor risiko persalinan,
2. menentukan tempat persalinan, dan
3. menentukan apakah diperlukan rujukan terencana atau tidak.
Tatap muka didahului dengan janji temu/teleregistrasi dengan skrining anamnesa
melalui media komunikasi(telepon)/secara daring untuk mencari faktor risiko dan
gejala COVID-19. Jika ada gejala COVID-19, ibu dirujuk ke RS untuk dilakukan
swab atau jika sulit mengakses RS Rujukan maka dilakukan Rapid Test.
c. Rujukan terencana diperuntukkan bagi:
 Ibu dengan faktor risiko persalinan.
Ibu dirujuk ke RS untuk tatalaksana risiko atau komplikasi persalinan. Skrining
COVID-19 dilakukan di RS alur pelayanan Ibu dengan faktor risiko COVID-19.
Skrining faktor risiko persalinan dilakukandi RS Rujukan. Jika tidak ada faktor
risiko yang membutuhkan rujukan terencana, pelayanan antenatal selanjutnya
dapat dilakukan di FKTP.
d. Janji temu/teleregistrasi adalah pendaftaran ke fasilitas pelayanan kesehatan
untuk melakukan pemeriksaan antenatal, nifas, dan kunjungan bayi baru lahir
melalui media komunikasi (telepon/SMS/WA) atau secara daring. Saat
melakukan janji temu/teleregistrasi, petugas harus menanyakan tanda, gejala, dan
factor risiko COVID-19 serta menekankan pemakaian masker bagi pasien saat
datang ke Fasilitas Pelayanan Kesehatan.
e. Skrining faktor risiko (penyakit menular, penyakit tidak menular, psikologis
kejiwaan, dll) termasuk pemeriksaan USG oleh Dokter pada Trimester 1
dilakukan sesuai Pedoman ANC Terpadu dan Buku KIA.
√ Jika tidak ditemukan faktor risiko, maka pemeriksaan kehamilan ke 2, 3, 4, dan
6 dapat dilakukan di FKTP oleh Bidan atau Dokter. Demikian pula untuk ibu
hamil dengan faktor risiko yang bisa ditanganioleh Dokter di FKTP.
√ Jika ditemukan ada faktor risiko yang tidak dapat ditangani oleh Dokter di
FKTP,maka dilakukan rujukan sesuai dengan hasil skrining untuk dilakukan
tatalaksana secara komprehensif (kemungkinan juga dibutuhkan penanganan
spesialistik selain oleh Dokter Sp.OG)
f. Pada ibu hamil dengan kontak erat, suspek,probable, atau terkonfirmasi
COVID-19,pemeriksaan USG ditunda sampai ada rekomendasi dari episode
isolasinya berakhir.Pemantauan selanjutnya dianggap sebagai kasus risiko tinggi.
g. Ibu hamil diminta mempelajari dan menerapkan buku KIA dalam kehidupan
sehari-hari.
1) Mengenali TANDA BAHAYA pada kehamilan. Jika ada keluhan atau tanda
bahaya, ibu hamil harus segera memeriksakan diri ke Fasilitas Pelayanan
Kesehatan.
2) Ibu hamil harus memeriksa kondisi dirinya sendiri dan gerakan janinnya. Jika
terdapat risiko/tanda bahaya (tercantum dalam buku KIA), seperti mual-muntah
hebat, perdarahan banyak, gerakan janin berkurang, ketuban pecah, nyeri kepala
hebat, tekanan darah tinggi, kontraksi berulang, dan kejang atau ibu hamil dengan
penyakit diabetes mellitus gestasional, pre eklampsia berat, pertumbuhan janin
terhambat, dan ibu hamil dengan penyakit penyerta lainnya atau riwayat obstetri
buruk, maka ibu harus memeriksakan diri ke Fasilitas Pelayanan Kesehatan.
3) Pastikan gerak janin dirasakan mulai usia kehamilan 20 minggu. Setelah usia
kehamilan 28 minggu, hitunglah gerakan janin secara mandiri (minimal 10
gerakan dalam 2 jam). Jika 2 jam pertama gerakan janin belum mencapai 10
gerakan, dapat diulang pemantauan 2 jam berikutnya sampai maksimal dilakukan
hal tersebut selama 6x (dalam 12 jam). Bila belum mencapai 10 gerakan selama
12 jam, ibu harus segera datang ke Fasilitas Pelayanan Kesehatan untuk
memastikan kesejahteraan janin.
4) Ibu hamil diharapkan senantiasa menjaga kesehatan dengan mengkonsumsi
makanan bergizi seimbang, menjaga kebersihan diri dan tetap melakukan
aktivitas fisik berupa senam ibu hamil/ yoga/pilates/peregangan secara mandiri di
rumah agar ibu tetap bugar dan sehat.
5) Ibu hamil tetap minum Tablet Tambah Darah (TTD) sesuai dosis yang
diberikan oleh tenaga kesehatan.
h. Pemberian Tablet Tambah Darah (TTD) bagi ibu hamil dengan status suspek,
probable, atau terkonfirmasi positif COVID-19 dilakukan dengan pertimbangan
dokter yang merawat.
i. Pada ibu hamil suspek, probable, dan terkonfirmasi COVID-19, saat pelayanan
antenatal mulai diberikan KIE mengenai pilihan IMD, rawat gabung, dan
menyusui agar pada saat persalinan sudah memiliki pemahaman dan keputusan
untuk perawatan bayinya.
j. Konseling perjalanan untuk ibu hamil. Ibu hamil sebaiknya tidak melakukan
perjalanan ke luar negeri atau ke daerah dengan transmisi lokal/ zona merah
(risiko tinggi) dengan mengikuti anjuran perjalanan (travel advisory) yang
dikeluarkan pemerintah. Dokter harus menanyakan riwayat perjalanan terutama
dalam 14 hari terakhir dari daerah dengan penyebaran COVID-19 yang luas.

F. Evidence Based dalam Kebidanan Kehamilan


1. Aromateraphy
Aromaterapi adalah pendekatan non-farmakologis yang paling umum.
Aromaterapi mengacu pada penggunaan minyak esensial atau aroma yang
diekstrak dari tanaman aromatik untuk tujuan terapeutik, yang diberikan melalui
pijatan dan inhalasi. Manfaat aromaterapi yang dapat digunakan pada ibu hamil
trimester I dan II cenderung untuk mengatasi mual muntah, mengurasi stress dan
menenangkan pikiran seperti aromaterapi citrus, lavender, ginger, lemon,
peppermint. Penggunaan aromaterapi saja tidak cukup efektif digunakan untuk
mengurangi mual muntah pada ibu hamil, akan lebih efektif apabila di
kombinasikan dengan massase sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh
Fattah. A, dkk (2019)menyatakan bahwa aromaterapi tidak menunjukkan efek
yang menguntungkan pada mual dan muntah di antara wanita hamil.
2. Akupresure
Akupresur merupakan perkembangan terapi pijat yang berlangsung seiring
dengan perkembangan ilmu akupuntur karena teknik pijat akupresur adalah
turunan dari ilmu akupuntur. Teknik dalam terapi ini menggunakan jari
tangansebagai pengganti jarum tetapi dilakukan pada titik-titik yang sama seperti
yang digunakan pada terapi akupuntur. Untuk mengurangi mual muntah dapat
melakukan tekanan pada titik-titik tertentu pada tubuh. Di dalam pengobatan
Tiongkok, titik perikardium 6 dianggap kunci dalam mengurangi gejala mual
muntah.
Gejala pada mual muntah tersebut dapat dikurangi dengan tekanan
langsung atau memakai gelang tangan (Wrist Band) pada 3 jari di bawah
pergelangan tangan (Rajin et al, 2015) Penelitian Sulistiarini. U, dkk(2018)
dengan mengenai pengurangan mual muntah dengan akupresur dan aromaterapi
menyatakan bahwa penggunaan metode acupressure pericardium dan
aromatherapy pada ibu hamil dalam mengurangi mual muntah menunjukkan
keefektifannya.
Penelitian di atas menunjukkan hasil yang signifikan antara sebelum terapi
akupresur dengan sesudah terapi akupresur, hal tersebut berbeda dengan hasil
yang didapatkan dalam penelitian yang dilaksanakan di Department of Obstetrics
and Gynecology, Faculty of Medicine, Chulalongkorn University Bangkok,
Thailand menyatakan bahwa terapi akupresur tidak lebih efektif dibandingkan
dengan vitamin B6 dalam mengurangi mual dan muntah pada perempuan di
trimester pertama kehamilan.
3. Nyeri punggung
Pertambahan berat badan yang ada dalam kandungan memberikan tekanan
pada otot belakang punggung sehingga memicu rasa sakit dan nyeri. Keluhan ini
dapat di atasi dengan cara mengikuti senam hamil (Yosefa, dkk. 2013), yoga
hamil (Gutke, dkk. 2015) dan masase untuk ibu hamil. Hasil penelitian (Jiang,
dkk. 2015) bahwa yoga hamil efektif dilakukan selama 20 menit dalam sekali
untuk meredakan nyeri punggung dan kaki.
4. Pernafasan
Perubahan hormonal yang mempengaruhi aliran darah ke paru-paru, pada
kehamilan 33-36 minggu, banyak ibu hamil yang susah bernapas. Ini juga
didukung oleh adanya tekanan Rahim yang membesar yang berada di bawah
diafragma (yang membtasi perut dan dada). Hasil penelitian dari Islami (2019)
menunjukkan bahwa latihan yoga pada kehamilan dapat membantu pernafasan
ibu, keseimbangan tubuh dan membuat otot-otot menjadi kuat yang mendukung
proses kehamilan berlangsung dengan baik serta mempersiapkan proses
persalinan.
5. Bengkak dan kram pada kaki
Perut dan bayi yang kian membesar selama kehamilan akan meningkatkan
tekanan pada daerah kaki dan pergelangan kaki ibu hamil dan kadang membuat
tangan membengkak. Pembengkakan ini disebut oedema yang disebabkan oleh
perubahan hormonal yang menyebabkan retensi cairan. Selain membengkak, ibu
juga sering mengalami kram pada kaki. Menurut Sun, et al., (2010), yoga juga
mengurangi rasa dan menghilangkan beberapa ketidaknyamanan dalam
kehamilan, meningkatkan kekuatan otot yang khususnya sangat bermanfaat dalam
mencegah back pain, dapat membantu wanita merasa lebih lincah dan gesit, serta
keseimbangan berat badan dan memfasilitasi perubahan gaya gravitasi saat
kehamilan. Latihan yoga dalam penelitian ini tidak hanya menguatkan kelompok
otot-otot bahu, belakang dan kaki. Tetapi juga membantu memperoleh posisi
tubuh yang benar, dimana hal-hal tersebut dapat mengurangi bengkak dan kram
kaki pada wanita hamil.
BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan
Proses adaptasi fisiologis ibu hamil adalah proses untuk menyesuaikan diri
terhadap perubahan-perubahan fisik normal yang terjadi pada ibu selama masa
kehamilan. Proses psikologis khusus yang jelas, yang terkadang tampak berkaitan
erat dengan perubahan biologis yang sedang terjadi. Secara umum, emosi yang
dirasakan oleh wanita hamil memiliki reaksi yang ekstrem. Adaptasi psikologi
dalam kehamilan dapat diidentifikasi berdasarkan periode kehamilan. Dukungan
selama masa kehamilan sangat dibutuhkan bagi seorang wanita yang sedang
hamil, terutama dari orang terdekat apalagi bagi ibu yang baru pertama kali hamil.
Seorang wanita akan merasa tenang dan nyaman dengan adanya dukungan dan
perhatian dari orang-orang terdekat. Pandemi covid-19 sangat mempengaruhi
kualitas layanan antenatal care, baik bagi ibu hamil maupun bidan selaku tenaga
kesehatan. Pendekatan secara holistik pada ibu hamil diharapkan dapat membantu
ibu hamil dalam mengatasi kebutuhan yang benar – benar diperlukan oleh ibu
hamil.

B. Saran
Semoga laporan ini dapat memberikan pengetahuan dan motivasi bagi
pembaca dalam meningkatkan pengetahuan mengenai kehamilan.
DAFTAR PUSTAKA

Asrinah, 2010. Asuhan Kebidanan Masa Kehamilan. Yogyakarta: Graha Ilmu

Astuti, M. 2010 . BukuPintarKehamilan. Jakarta: EGC .

Ambarwati, Wulandari. 2010.Asuhan Kebidanan Nifas Yogyakarta: Nuha Medika

Ajeng, N. 2012.Perubahan Adaptasi Fisiologis Ibu Hamil Trimester


III.Yogyakarta.

Aisyrah, S. 2012. Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Kejadian Anemia


pada Ibu Hamil Di Wilayah Kerja Puskesmas Bajeng Kecamatan
Bajeng Kabupaten Gowa Tahun 2012. Jakarta. FKM UI

Adolphus, K.,Clare L. L., and Louise D.2013.The Effects of Breakfast on


Behavior and Academic Performance in Children and
Adolescents.Front.Hum. Neurosci.

A., Hesarinejad, Z., Gharai, R.N., Nasibi. M. 2019. The Effect of Aromatherapy
on Nausea and Vomiting during Pregnancy: A Systematic Review and
Meta –Analysis. Vol 7. N3. No.63. International Journal Pediatri

Aisyrah, S. 2012. Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Kejadian Anemia


pada Ibu Hamil Di Wilayah Kerja Puskesmas Bajeng Kecamatan
Bajeng Kabupaten Gowa Tahun 2012. Jakarta. FKM UI

Bamanikar, S.,Kee, L. K. 2013. Knowledge, Attitude and Practice of Oral and


Dental Healthcare in Pregnant Women. Oman Medical Journal. 28(4) :
288-291.

Fattah, A., Hesarinejad, Z., Gharai, R.N., Nasibi. M. 2019. The Effect of
Aromatherapy on Nausea and Vomiting during Pregnancy: A Systematic
Review and Meta –Analysis. Vol 7. N3. No.63. International Journal
Pediatri

Hani, U. Asuhan Kebidanan Pada Kehamilan Fisiologis.Jakarta : Salemba


Medika; 2010.

Hikmawati, Isna . 2011. Buku Ajar Epidemiologi. Yogyakarta : Nuha Medika

Hannan, M, 2012. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kejadian Anemia Pada Ibu


Hamil di Puskesmas Pasean Pamekasan. Jurnal Kesehatan Wiraraja
Medika.Program Studi Ilmu Keperawatan UNIJA Sumenep, 47-54

Hutahaean, Serri. 2013.Perawatan Antenatal. Jakarta: Salemba Medika


Islami, T.A. 2019. Prenatal Yoga dan Kondisi Kesehatan Ibu Hamil. Jurnal Ilmu
Keperawatan dan KebidananVol.10 No.1 (2019) 49-56.

Johnson, TraciC. Anemia In Pregnancy. 2014 July. WebMD. LLC. Tersedia di:
www.m.webmed.com/baby/guide/anemia-in-pregnancy. Diakses pada
tanggal 14 Agustus 2020.

Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. (2010). Pedoman


PelayananAntenatal Terpadu. Tersedia di https://hanibalhamidi.files.
AntenatalCare.com/2014/04/pedoman-anc-terpadu.pdf

Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.(2020).Pedoman pelayanan Antenatal,


Persalinan, Nifas, Dan Bayi Baru Lahir Di Era Adaptasi Kebiasaan Baru

Kuswanti, Ina.S. Si. T, M. Kes. 2014. Asuhan kehamilan. Yogyakarta : PT


Pustaka Pelajar

Kakakhel Rahman, W. 2014. Impact of human resource management practices on


employees’ outcomes. Life Science Journal, 11(4), 68-77.

Manuaba. 2010. Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan, dan KB. Jakarta: EGC

Marmi., 2011. Asuhan Kebidanan Pada Masa Antenatal. Yogyakarta: Pustaka


Pelajar

Meilani, N., Niken S., Dwiana E., Sumarah. 2015. Kebidanan Komunitas.
Cetakan pertama I. Jakarta: Fitramaya.

Prawirohardjo. 2010. Ilmu Kebidanan. Jakarta : Bina Pustaka Sarwono


Prawirohardjo

Pantikawati, Ika dan Saryono. 2010. “Asuhan Kebidanan I (Kehamilan)‘’ Cetakan


I. Yogyakarta : Nufia Medika.

Proverawati, A. 2013. Anemia dan Anemia Kehamilan.Yogyakarta. Nuha Medika

Rustam, Mochtar. 2012. Sinopsis Obstetri: Obstetri Fisiologi, Obstetri Patologi.


Jakarta: EGC.

Rajin, Muhammad, Masruroh dan Abdul Ghotar. 2015. Panduan Babon


Akupuntur. Yogyakarta: Indoliterasi.

Sun, Y. C., Hung, Y. C., Chang, Y., & Kuo, S. C. 2010. Effects of a prenatal yoga
programme on the discomforts of pregnancy and maternal childbirth
selfefficacy in Taiwan. Midwifery, 26(6), e31e36.

Sulistiarini, U., Melyana, N. W., Dyah, L. R ., 2018. Studi Literatur: Acupressure


Pericardium Dan Aromatherapy Citrus Untuk Mengurangi Mual
Muntah Ibu Hamil. Jurnal Kebidanan 8 (2)

Anda mungkin juga menyukai