Anda di halaman 1dari 4

LEARNING JOURNAL ANTI KORUPSI

Pelatihan Dasar CPNS Golongan II


BPSDM Prov. Kalimantan Tengah 2021

Angkatan : II Kelompok 4
Nama : Thio Gifarno, A.Md. Rad
NDH : 35
Instansi : Pemerintah Kota Palangka Raya
Tutor : Ade Setiadi, ST., M.Si

A. Pokok Pikiran
Corruptio atau Corruptus berasal dari bahasa latin yang berarti kerusakan, kebobrokan,
dan kebusukan, perbuatan yang tidak baik, curang, dapat disuap dan tidak bermoral. Secara
harfiah korupsi berarti kebusukan, keburukan, kebejatan, dapat disuap, tidak bermoral,
penyimpangan dari kesucian, kata-kata/ucapan menghina dan memfitnah. Menurut Kamus
Umum Bahasa Indonesia korupsi adalah perbuatan buruk seperti penggelapan uang,
penerimaan uang sogok, dan lain sebagainya. Sementara menurut Kamus Lengkap Inggris-
Indonesia, Indonesia-Inggris bahwa korupsi adalah kejahatan, kebusukan, dapat disuap, tidak
bermoral, kebejatan, ketidakjujuran. Jadi, dari berbagai definisi korupsi adalah suatu tindakan
atau perbuatan yang dapat merugikan sehingga perlu dilakukan pencegahan dan harus ditindak
secara tegas. Menurut UU no. 31 tahun 1999 yang diperbaharui menjadi UU no. 20 tahun 2001
tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi pada Pasal 2 ayat (1), korupsi adalah perbuatan
untuk memperkaya diri sendiri atau korporasi yang dapat merugikan keuangan atau
perekonomian negara. Sehingga dapat disimpulkan bahwa korupsi adalah kegiatan yang secara
melawan hukum merugikan negara untuk memperkaya diri sendiri atau orang lain atau
korporasi sehingga dapat dikatakan perbuatan tindak pidana.
Menurut UU no. 31 tahun 1999 yang diperbaharui menjadi UU no. 20 tahun 2001 tentang
Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi, terdapat 7 kelompok tindak pidana korupsi yang terdiri
dari :
1. Kerugian keuangan negara,
2. Suap-menyuap,
3. Pemerasan,
4. Perbuatan Curang,
5. Penggelapan dalam Jabatan,
6. Benturan Kepentingan, dan
7. Gratifikasi.
Korupsi dapat terjadi manakala bertemunya unsur-unsur :
1. Niat untuk melakukan (desire to act),
2. Kemampuan untuk melakukan (ability to act),
3. Peluang /kesempatan (opportunity), dan
4. Target yang cocok (suitable target)

Profil Tokoh

Nama : Jenderal Polisi (Purn.) Drs. Hoegeng


Imam Santoso
Tempat Lahir : Pekalongan, Jawa Tengah
Tanggal Lahir : 14 Oktober 1921
Kebangsaan : Indonesia

Kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia ke-5


1986 - 1971

Tokoh yang menurut saya yang menjadi inspirasi saya sebagai seorang ASN dalam
penerapan nilai Anti Korupsi adalah Jenderal Polisi (Purn.) Drs. Hoegeng Imam Santoso atau
dikenal dengan Jenderal Hoegeng. Beliau adalah salah satu tokoh Kepolisian Indonesia yang
pernah menjabat sebagai Kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia ke-5 yang bertugas dari
tahun 1968 - 1971. Beliau dikenal sebgai Polisi yang bersih, tegas, sederhana dan jujur. Berbeda
dengan polisi lainnya di masa itu, Hoegeng tidak mempan disuap. Baginya, lebih baik hidup
melarat dari pada menerima suap atau korupsi.
Saat dilantik sebagai Kepala Jawatan Imigrasi, Hoegeng meminta istrinya yang saat itu
membuka usaha toko bunga untuk menutup usahanya. Hal ini dilakukannya untuk mengurangi
benturan kepentingan antara pihak yang berurusan dengan imigrasi dengan memesan kembang
pada toko bunga istrinya. Dia pernah dirayu seorang pengusaha yang terlibat kasus
penyelundupan. Pengusaha itu meminta Hoegeng agar kasus yang dihadapinya tak dilanjutkan
ke pengadilan. Dia tidak peduli siapa beking penyelundup tersebut, semua pasti disikatnya.
Pengusaha tersebut berusaha mengajak damai Hoegeng. Berbagai hadiah mewah dikirim ke
alamat Hoegeng. Tentu saja Hoegeng menolak mentah-mentah. Hadiah ini langsung
dikembalikan oleh Hoegeng.
Pada saat mendapat perintah pindah tugas ke Sumatera Utara tahun 1955, Hoegeng
mendapat tugas berat untuk memberantas penyeludupan dan perjudian di daerah tersebut.
ironisnya, baru saja Hoegeng mendarat di Pelabuhan Belawan, utusan seorang bandar judi
sudah mendekatinya dan menyampaikan selamat datang untuk Hoegeng. Tak lupa, dia juga
mengatakan sudah ada mobil dan rumah untuk Hoegeng hadiah dari para pengusaha. Hoegeng
menolak dengan halus. Dia memilih tinggal di Hotel De Boer menunggu sampai rumah
dinasnya tersedia. Bahkan saat rumah dinasnya sudah tersedia, rumah dinasnya sudah penuh
barang-barang mewah. Mulai dari kulkas, piano, tape hingga sofa mahal. Dia memerintahkan
polisi pembantunya dan para kuli angkut mengeluarkan barang-barang itu dari rumahnya.
Diletakkan begitu saja di depan rumah. Bagi Hoegeng itu lebih baik daripada melanggar
sumpah jabatan dan sumpah sebagai polisi Republik Indonesia.
Hoegeng telah membuktikan dirinya memang tidak bisa dibeli. Sejak menjadi perwira
polisi di Sumatera Utara, Hoegeng terkenal karena keberanian dan kejujurannya. Dia tak sudi
menerima suap sepeser pun. Barang-barang hadiah pemberian penjudi dilemparkannya keluar
rumah. Kata-kata mutiara yang terkenal dari Hoegeng adalah, “Baik menjadi orang penting,
tapi lebih penting menjadi orang baik."
Sumber : https://www.djkn.kemenkeu.go.id/kanwil-rsk/baca-artikel/13723/Tokoh-Inspiratif-
Pegiat-Anti-korupsi-Jenderal-Hoegeng-Sang-Polisi-Jujur.html

B. Penerapan Nilai-nilai
Penerapan Nilai-nilai Anti Korupsi sebagai seorang ASN khusus nya tenaga medis yang
dapat saya terapkan dilingkungan kerja saya diantaranya sebagai berikut :
1. Taat melapor dan membayar pajak
2. Menolah uang terima kasih yang diberikan pasien.
3. Tidak menggunakan fasilitas negara untuk kepentingan diluar urusan dinas.
4. Selalu datang tepat waktu saat bekerja
5. Tidak berbohong dalam biaya pengajuan permintaan peralatan medis, misalnya pada
pembelian alat CT-Scan harga yang tercantum 100 juta tetapi kita minta pengajuan 150
juta.
6. Tidak memperjual belikan bahan medis yang disediakan rumah sakit (obat-obatan,
masker, sarung tangan medis, dan peralatan medis)
7. Selalu melakukan pembukuan kwitansi-kwitansi pembayaran medis
8. Memberikan nomor antrian kepada pasien agar semua pasien bisa dilayani berurutan
sesuai dengan nomor antrian sehingga tidak terjadi perbedaan dalam memberikan
pelayanan.
9. Memasang kotak saran dan memberikan kontak sms/ email center untuk layanan
pengaduan, maupun saran yang diberikan kepada pemberi layanan kesehatan.
10. Memasang atau menampilkan daftar harga pelayanan medis yang telah ditetapkan baik
dari pemerintah maupun dari direktur rumah sakit agar masyarakat mengetahui biaya
pengobatannya sehingga tidak terjadi pemalsuan biaya.
11. Selalu menanamkan sikap bahwasanya korupsi adalah tindakan tercela yang bisa
menimbulkan hukum pidana.
12. Membiasakan diri untuk tidak melakukan pelanggaran sekecil apa pun dalam kehidupan
sehari-hari, agar menjadi pribadi yang berintegritas.
13. Selalu mengawasi dan melaporkan apabila terjadi tindak pidana korupsi dalam pelayanan
publik di kehidupan kita sehari-hari.
Dengan adanya sikap Anti Korupsi di dalam diri kita maka kita bisa menjadi Aparatur
Sipil Negara yang mampu memberikan layanan publik secara efektif, efisien, jujur, bersih, dan
bermutu sehingga tercapainya kepuasan publik.

Anda mungkin juga menyukai