Anda di halaman 1dari 4

05/10/13 Konspirasi

Mainstream Media Indonesia


Peran Pater Beek, Freemason dan CIA Terhadap G-30-S/PKI (Bag.III - Habis)

Peran Penting Pater Beek dalam Gerakan 30 September

Dalam menjankan misi-misinya di Indonesia, Pater Beek tidak sendirian. Sedikitnya ada dua pastur
yang membantunya, yaitu Pastur Melchers dan Djikstra. Hal ini diungkap peneliti asal Australia
Richard Tanter. Dalam salah satu tulisannya yang dikutip Sembodo dalam buku "Pater Beek,
Freemason dan CIA", Tanter menyatakan begini;

“(Pater) Beek mengawali proyeknya di tahun 1950-an, bersama dengan sejumlah kecil (anggota
Ordo) Jesuit lainnya, termasuk Pastur Melchers dan Djikstra; kesemuanya ini memiliki pengaruh
cukup besar dalam percaturan politik di Indonesia. Di mana masing-masing menata jaringan yang
serupa dengan ‘kerajaan’ personal, tetapi dalam wilayah yang berbeda dan tetap saling
berkoordinasi”.

Tentang adanya Pastur Djikstra di Indonesia, dibenarkan Mujiburrahman dalam desertasinya. Tapi,
menurut dia, cara kerja Pater Beek dan Pastur Djikstra berbeda. Meski mengemban misi dan tujuan
yang sama. Jika Pater Beek lebih mengedepankan aspek politik, dimana Katolik harus dapat
mengontrol Indonesia agar kristenisasi dapat berjalan dengan lancar. Sedang Pastur Djikstra lebih
mengedepankan aspek ekonomi, sehingga Katolik dapat menjadi penguasa, sekaligus pengendali
jalannya perekonomian negara dan hasil-hasilnya.

Meski dibantu pastur-pastur dari Ordo Jesuit, Beek tetap menggunakan banyak orang untuk
membentuk sebuah jaringan yang amat kuat. Jaringan itu adalah orang-orang yang berada di
sekitarnya, yang note bene orang Indonesia, dan di antaranya bahkan beragama Islam. Orang-
orang ini ia atur dan ia kendalikan sedemikian rupa, sehingga bekerja sesuai dengan apa yang ia
inginkan.

Cara yang tepat untuk hal ini tentu saja cara yang biasa digunakan intelijen. Maka, CIA pun diberi
kepercayaan untuk menyusun rencana penggulingan ini, dan CIA melibatkan semua agennya,

https://m.facebook.com/photo.php?fbid=574031955967629&set=a.465936693443823.94924.455842827786543&type=1&relevant_count=1 1/4
05/10/13 Konspirasi

terutama Pater Beek.

Semula, keterlibatan Beek dalam penggulingan Soekarno hanya dianggap sebagai fiksi belaka,
namun setelah Aad van den Heuval, mantan presenter radio dan televise KRO, merilis laporan
berjudul ‘Dit was Bradpunt, Goedenavond' (Demikianlah, Fokus Kali Ini, Selamat Malam) pada 2005,
publik Eropa sekalipun langsung percaya kalau Beek memang terlibat dalam G-30-S/PKI yang
berujung pada penggulingan Soekarno.

Dalam laporan yang didasari hasil penelitian itu, Heuvel dengan yakin memaparkan bahwa
penggulingan terhadap Soekarno merupakan hasil kerja sama Beek dengan Soeharto dan dua
orang terdekatnya; Ali Murtopo dan Soedjono Hoemardani. Tulisan Heuval ini layak diyakini
keakuratannya karena juga didasari hasil wawancara dengan Beek.

Selama kurun waktu antara 1965-1973, Aad van den Heuvel kerap wara-wiri ke Indonesia untuk
meliput gejolak politik di Indonesia. Dalam kurun waktu inilah Heuvel bertemu Pater Beek dan
mewawancarainya.

Soal pertemuannya dengan Beek, Heuvel memaparkan begini;

“Pada perjalanan saya yang pertama ke Indonesia, saya berkenalan dengan dia (Pater Beek),
bersama-sama rekan Ed van Westerloo. Kami melakukan kontak dengan dia melalui seorang
misionaris-Pater Wolbertus Daniels, yang telah menyelesaikan masa magangnya di KRO dan akan
mendirikan radio di Indonesia. Pater Wolbertus meminta kepada kami untuk langsung bertanya
kepada pastur yang mengetahui, bila ingin mengetahui kondisi politik, yang bertempat tinggal di
Gunung Sahari, Jakarta. Di sana kami mendengar cerita dalam kejutan yang terus bertambah.
Selanjutnya, setiap tahun kami mengunjunginya. Bisa dikatakan dia sudah menjadi informan kami
yang terpenting. Pada kenyataannya, dia adalah wakil pihak ketiga”.

Bagi wartawan KRO itu, bertemu Pater Beek bagaikan sebuah berkah karena darinya, dia
mendapatkan informasi-informasi maha penting dan eksklusif. Ini diakui sendiri oleh Heuvel dengan
pernyataannya sebagai berikut : “Bagi para wartawan KRO, sang pastur (Beek) benar-benar
merupakan berkah yang jatuh dari langit. Ia dapat menyingkapkan masalah-masalah tidak hanya
sekedarnya saja. Sepanjang pertemuan-pertemuan tersebut, kami menandai bahwa dia adalah otak
dari pembalikan itu. Misalnya, apabila kami ingin bicara dengan Opsus-sejenis dinas rahasia- maka
dia dapat membuatnya menjadi mungkin”.

Maka, sejak laporan-laporan Heuvel mengudara di Belanda, dan kemudian dituangkan dalm buku,
kekejian dan kelicikan Pater Beek dalam tragedi G-30S/PKI, tragedi paling mengenaskan dalam
sejarah Indonesia, serta kejadian-kejadian yang mengikutinya, mulai terkuak. Tak ayal, buku Heuvel
menjadi pergunjingan di Belanda. Sayang, pemerintah Indonesia hingga kini sama sekali tidak
meneliti secara lebih mendalam isi buku itu agar sejarah bangsa ini menjadi terang benderang.
Entah, apakah karena setelah era Orde Baru tumbang pada 1998, pemerintah memutuskan untuk
tetap menyembunyikan identitas orang itu, atau ada alasan lainnya. Bahkan buku-buku tentang G-
30S/PKI yang telah diterbitkanpun semuanya tidak ada yang menyinggung secara detil dan
komprehensif soal peranan Beek dalam tragedi yang menewaskan ribuan orang itu, termasuk
sejumlah jenderal yang mayatnya dibenamkan dalam sebuah sumur di Lubang Buaya, Jakarta

https://m.facebook.com/photo.php?fbid=574031955967629&set=a.465936693443823.94924.455842827786543&type=1&relevant_count=1 2/4
05/10/13 Konspirasi

Timur.

Saat diwawancarai Heuvel, Beek mengaku kalau ia sangat prihatin terhadap Komunisme dan Islam
di Indonesia yang menurutnya sudah membahayakan. Oleh karena itu, ia berniat “menyelamatkan”
minoritas Katolik di Indonesia.

Dari pernyataan ini saja sulit membantah bahwa Beek tidak memiliki peranan apa-apa dalam tragedi
G-30S/PKI yang berujung pada penggulingan Soekarno dan naiknya Soeharto menjadi presiden
kedua RI. Apalagi karena dalam buku berjudul ‘Tionghoa dalam Pusaran Politik’, Benny G. Setiono
antara lain menulis begini;

"Pater Beek, menurut pengakuannya sendiri kepada Oei Tjoe Tat, menjadi otak dan konseptor
pendongkelan Presiden Soekarno karena ia sangat membenci Komunisme …”

Tak perlu meragukan kelicikan, kecerdasan dan kehebatan Pater Beek dalam menyusun sebuah
strategi. Serpak terjang Partai Komunis Indonesia (PKI) yang begitu intens untuk menjadikan
Indonesia sebagai ‘saudara’ China dan Uni Soviet, membuat semua agen CIA, termasuk Beek,
mencari momentum untuk memukul balik partai yang keberadaannya didukung Presiden Soekarno
itu. Terlebih karena pada awal 1965, para buruh yang telah direkrut PKI menyita perusahaan-peru
sahaan karet dan minyak milik Amerika Serikat.

Lalu beredar beragam isu yang membuat politik Indonesia makin membara. Yang signifikan adalah
isu pembentukan Dewan Jendral, isu tentang ketidakpuasan beberapa petinggi Angkatan Darat
terhadap Soekarno, dan berniat untuk menggulingkannya. Soekarno disebut-sebut sempat
memerintahkan pasukan Cakrabirawa untuk menangkap dan mengadili para jenderal itu. Namun
siapa sangka, isu inilah yang menjadi pemantik peristiwa dahsyat dalam sejarah Indonesia; G-30/S
PKI pada 30 September 1965 malam hingga 1 Oktober 1965 dinihari.

Dalam kejadian ini, enam jenderal dibunuh dan mayatnya dicemplungkan ke dalam sumur tua di
Lobang Buaya, Jakarta Timur. Dalam buku-buku sejarah yang diterbitkan saat era Orde Baru,
disebutkan bahwa PKI lah pelaku utama peristiwa itu dalam rangka mengambil alih kekuasaan.
Apalagi karena menjelang kasus itu meledak, semua anggota PKI, termasuk yang di daerah-daerah,
telah mengetahui akan adanya kejadian itu.

Namun, jika merujuk pada artikel Jos Hagers yang diterbitkan De Telegraaf, jelas sekali kalau kasus
ini bisa jadi akibat ulah Beek. Apalagi karena selain Beek telah memiliki pion di Angkatan Darat, isu
Dewan Jenderal juga menyebut-nyebut kesatuan itu.

Soeharto, Ali Murtopo, dan Soedjono Hoemardani, menurut Sembodo, hanyalah pion-pion yang
dimainkan Pater Beek untuk menyukseskan misi yang diembannya, karena kebetulan kala itu
Soeharto memang berambisi menggantikan Soekarno, sehingga dimana kini Surat Perintah Sebelas
Maret (Supersemar) yang diberikan Soekarno kepada Soeharto, juga menjadi misteri.

TNI AD yang kala itu terlibat pun sebenarnya pada posisi yang sama karena pada era 1960-an, TNI
AD merupakan pasukan Tentara Nasional Indonesia (TNI) yang sangat anti-Komunis, namun juga
tidak mendukung Islam. Ini terlihat dari kiprah politik pasukan ini yang menumpas gerakan Negara

https://m.facebook.com/photo.php?fbid=574031955967629&set=a.465936693443823.94924.455842827786543&type=1&relevant_count=1 3/4
05/10/13 Konspirasi

Islam Indonesia (NII) yang dipelopori DII/TII pimpinan Kartosuwiryo dan Kahar Muzakar.

Dan PKI jelas merupakan korban konspirasi antara Freemason, CIA dan Pater Beek demi
kepentingan mereka sendiri, bukan kepentingan bangsa Indonesia. Terbukti, setelah Soekarno
terguling, Indonesia makin kuat dicengkeram Amerika dan antek-anteknya, sehingga lahan tambang
yang begitu berharga di Papua pun dikuasai Amerika melalui PT Freeport, sementara BUMN yang
seharusnya dikelola dengan baik demi memakmurkan rakyat, satu demi satu juga jatuh ke tangan
pengusaha asing.

http://mengenalsecretsocieties.blogspot.com/2013/03/pater-beek-freemason-dan-cia-terhadap-
g.html#.UknG-H-bHIw 04
Konspirasi · 1 Oktober pukul 2:33 ·
Tampilkan Ukuran Penuh · Kirim sebagai Pesan · Laporkan Foto

Suka · Komentari · Bagikan · Ikuti

6 orang menyukai ini.

Tulis komentar...

Chris Lachey
Bukannya vatican (katolik)
sangat memusuhi sepak terjang freemason yg notabenenya juga kelompok illuminaty ?
Suka · Balas · 1 Oktober pukul 16:03

https://m.facebook.com/photo.php?fbid=574031955967629&set=a.465936693443823.94924.455842827786543&type=1&relevant_count=1 4/4

Anda mungkin juga menyukai