Anda di halaman 1dari 6

Nama : Amalia Husna

NIM : 2014401039

Kelas : Reguler 1 Tingkat 2 DIII Keperawatan

MATA KULIAH : Keperawatan Medikal Bedah 1

Dosen Matakuliah : Ns. Ririn Sri Handayani, M.Kep.,Sp.Kep. MB

Seorang pasien wanita usia 18 tahun dirujuk ke RS karena Demam Berdarah Dengue (DBD).
Hasil pemeriksaan Rumple Leed di puskesmas dinyatakan positif DBD/DHF. Keluhan utama
pasien saat masuk RS adalah lemas, demam tinggi, tidak bisa makan, mimisan (keluar darah dari
hidung) dan gusi berdarah. Hasil pemeriksaan fisik tampak pasien lemah, kulit kemerahan,
hangat, bibir pecah-pecah, mukosa mulut kering, ujung kaki dan tangan dingin. Pemeriksaan
tanda vital TD 100/70 mmHg, Nadi 90 x/menit, suhu 39 derajat celcius, respirasi 18 x/menit.

1. Apakah yang dimaksud dengan Demam Berdarah Dengue ? Penyebab dan Cara
Penularannya ?
Jawab :
Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) bahasa medisnya disebut Dengue
Hemorrhagic Fever (DHF) adalah penyakit yang disebabkan oleh virus dengue yang
ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes aegypti dan Aedes albopictus, yang mana
menyebabkan gangguan pada pembuluh darah kapiler dan pada sistem pembekuan darah,
sehingga mengakibatkan perdarahan-perdarahan. DBD disebabkan oleh virus dengue dari
kelompok Arbovirus B, dan disebarkan oleh artropoda. Virus Dengue yang menjadi
penyebab penyakit ini termasuk dalam kelompok B Airthopod Borne Virus (Arboviroses)
yang sekarang dikenal sebagaigenus Flavivirus, Famili Flaviviradae dan mempunyai 4
jenis serotipe yaitu DEN-1, DEN-2, DEN-3, DEN-4.
Beberapa faktor yang mempengaruhi kejadian penyakit Demam Berdarah Dengue, antara
lain faktor host, lingkungan (environment) dan faktor virusnya sendiri. Faktor host yaitu
kerentanan (susceptibility)dan respon imun. Faktor lingkungan (environment) yaitu
kondisi geografi (ketinggian dari permukaan laut, curah hujan, angin, kelembaban,
musim),Kondisi demografi (kepadatan, mobilitas, perilaku, adat istiadat, sosial ekonomi
penduduk). Untuk penularannya Virus dengue masuk ke dalam tubuh nyamuk pada saat
menggigit manusia yang sedang mengalami viremia, kemudian virus dengue ditularkan
kepada manusia melalui gigitan nyamuk Aedes aegypti danAedes albopictusyang
infeksius.

Seseorang yang di dalam darahnya memiliki virus dengue (infektif) merupakan sumber
penular DBD. Virus dengueberada dalam darah selama 4-7 hari mulai 1-2 hari sebelum
demam (masa inkubasi instrinsik). Bila penderita DBD digigit nyamuk penular, maka
virus dalam darah akan ikut terhisap masuk ke dalam lambung nyamuk. Selanjutnya virus
akan berkembang biak dan menyebar ke seluruh bagian tubuh nyamuk, dan juga dalam
kelenjar saliva. Kira-kira satu minggu setelah menghisap darah penderita (masa inkubasi
ekstrinsik), nyamuk tersebut siap untuk menularkan kepada orang lain. Virus ini akan
tetap berada dalam tubuh nyamuk sepanjang hidupnya. Oleh karena itu nyamukAedes
aegyptiyang telah menghisap virus dengue menjadi penular (infektif) sepanjang
hidupnya.
Penularan ini terjadi karena setiap kali nyamuk menggigit (menusuk), sebelum
menghisap darah akan mengeluarkan air liur melalui saluran alat tusuknya (probosis),
agar darah yang dihisap tidak membeku. Bersama air liur inilah virus dengue
dipindahkan dari nyamuk ke orang lain.. Nyamuk betina mempunyai kebiasaan
menghisap darah berpindah-pindah berkali-kali dari satu individu ke individu lain
(multiplebiter).Hal ini disebabkan karena pada siang hari manusia yang menjadi sumber
makanan darah utamanya dalam keadaan aktif bekerja/bergerak sehingga nyamuk tidak
bisa menghisap darah dengan tenang sampai kenyang pada satu individu. Keadaan inilah
yang menyebabkan penularan penyakit DBD menjadi lebih mudah terjadi.

2. Apa yang dimaksud dengan pemeriksaan Rumple Leed ? Bagaimana SOP


pemeriksaannya ? Bagaimana interpretasi hasil pemeriksaannya ?
Jawab:
Test rumple leed atau yang biasa dikenal dengan tes kerapuhan kapiler merupakan
metode diagnostik klinis untuk menentukan kecenderungan perdarahan pada pasien. Tes
ini menilai kerapuhan dinding kapiler dan digunakan untuk mengidentifikasi
trombositopenia.
SOP PEMERIKSAAN RUMPLE LEED
A. Definisi
Rumple leed test adalah pemeriksaan bidang hematologi dengan melakukan
pembendungan pada bagian lengan atas selama 10 menit untuk uji diagnostik
kerapuhan vaskuler dan fungsi trombosit.

B. Tujuan
1. Untuk mendeteksi adanya perdarahan di bawah kulit (petekie) sebagai tanda
demam berdarah.
2. Untuk mengetahui ketahan/kerapuhan dinding pembuluh darah derta jumlah dan
fungsi trombosit.

C. Persiapan
1. Persiapan Alat
 Tensimeter lengkap dengan manset

2. Persiapan Klien
 Ucapkan salam.Bina hubungan saling percaya perawat dengan klien.
 Klien diberitahu maksud, tujuan danlangkah-langkah pemeriksaan status kaki.
 Buat kontrak waktu pemeriksaan denganklien.
 Atur posisi kaki klien dengancara meluruskan kaki klien di tempat tidur.

3. Persiapan Lingkungan
 Jaga privacy
Klien dengan cara memasang sampiran atau menutup hordeng pembatas kamar
 Atur pencahayaan ruangan.
 Ciptakan lingkungan yang tenang dan nyaman.

D. Prosedur
1. Mendekatkan alat -alat ke sekitar klien.
2. Lakukan cuci tangan.
3. Jelaskan prosedur yang akan di lakukan
4. Atur posisi dalam keadaan berbaring
5. Lakukan pengukuran tekanan darah
6. Hitung batas tekanan sistolik dan tekanan diastolik kemudian jumlahkan batas
kedua tekanan tersebut dan bagi dua dengan rumus

MAP:

7. Lakukan pengukuran MAP dengan mempertahankan tekanan hasil pengukuran


MAP sampai kurang lebih 5 menit.
8. Setelah itu turunkan tekanan secara perlahan – lahan
9. Baca hasil positiif :
- : Tidak ditemukan petekie (<20)
+ : adanya petekie (> 20)
10. Catat hasil pengukuran
11. Bereskan alat - alat yang telah dipergunakan
12. Rapihkan Kembali klien
13. Ucapkan salam.
14. Buka sarung tangan, lalu buang ke dalam bengkok.
15. Lakukan cuci tangan.
16. Dokumentasikan seluruh hasil pengumpulan data pada format yang telah
disiapkan.

Hasil dan pembahasan :


Pada hasil pemeriksaan seorang wanita dengan tekanan sistol 100 mmHg dan
tekanan dastol 70 mmHg sehingga pada pemeriksaan rumple leed ini digunakan
tekanan 85 mmHg. Pada rumple leed test tekanan 85 mmHg dipertahankan
selama 10 menit, kemudian setelah 10 menit tekanan diturunkan secara perlahan
dan didapatkan peteki yang berjumlah lebih dari 20 peteki. Maka dapat
disimpulkan bahwa klien positif mengalami perdarhan atau kerapuhan kapiler
darah yang disebabkan oleh trombositopenia.

3. Bagaimana mekanisme patofisiologi terjadinya perdarahan pada pasien DBD ? dan


bahaya apakah yang mengancam pasien jika terjadi perdarahan ? Dan bagaimana
penatalaksanaannya ?
Jawab :
Patofisiologi utama DBD adalah meningginya permeabilitas dinding pembuluh darah,
menurunnya volume plasma, terjadinya hipotensi, trombositopenia dan diatesis
hemoragik. Plasma merembes selama perjalanan penyakit mulai dari permulaan masa
demam dan mencapai puncaknya pada masa renjatan. Nilai hematokrit meningkat
bersamaan dengan menghilangnya plasma melalui endotel dinding pembuluh darah.
Meningginya nilai hematokrit menimbulkan dugaan bahwa renjatan terjadi sebagai
akibat kebocoran plasma ke daerah ekstra vaskuler melalui kapiler yang rusak.
Trombositopenia merupakankelainan hematologis yang sering ditemukan.
Trombositopenia diduga akibat meningkatnya destruksi trombosit dan depresi fungsi
megakariosit. Trombositopenia dan gangguan fungsi trombosit dianggap sebagai
penyebab utama terjadinya pendarahan pada DBD. Selain trombositopenia, kelainan
sistem koagulasi juga berperan dalam perdarahan penderita DBD. Perdarahan kulit
pada penderita DBD umumnya disebabkan oleh faktor kapiler, gangguan fungsi
trombosit dan trombositopenia, sedangkan perdarahan masif terjadi akibat kelainan
mekanisme yang lebih kompleks lagi, yaitu trombositopenia, gangguan faktor
pembekuan dan kemungkinan besar oleh faktor Disseminated Intravascular
Coagulation. Bahaya yang dapat mengancam pasien DBD bisa terjadi seperti Gusi
berdarah, hidung berdarah, sampai perdarahan vagina. Apabila perdarahan tidak
segera dilakukan maka akan berakibat terjadinya syok dan kematian.
Tata Laksana DBD Pada Dewasa :
Protokol 1 Penanganan Tersangka ( Probable ) DD/DBD dewasa tanpa syok
Protokol 2 Pemberian cairan pada tersangka DBD dewasa di ruang rawat Protokol 3
Penatalaksanaan DBD dengan peningkatan Ht > 20 %
Protokol 4 Penatalaksanaan Perdarahan Spontan pada DBD dewasa
Protokol 5 Tatalaksana sindroma syok Dengue pada dewasa

4. Sebutkan 1 masalah keperawatan UTAMA untuk pasien diatas, Gunakan SDKI


Jawab :
Hipertermia b.d proses penyakit (mis.infeksi,kanker)

Anda mungkin juga menyukai