Anda di halaman 1dari 1

Malam Para pejuang Mimpi

Malam ini adalah malam panjang bagi para pejuang, banyak hal yang sudah dikorbankan,
waktu, materi, kerja keras, semua itu akan terbayar dengan sebait kata yang menentukan masa
depan mereka. Ini adalah ajang kompetisi paling prestise yang di ikuti oleh pemuda di berbagai
pelosok negeri. Sang penguasa waktupun turut serta mengamini doa – doa yang dipanjatkan oleh
mereka setiap hari.

Tahukah kamu kawan, aku adalah salah satu dari sekian ribu yang mengikuti ajang tersebut.
Tak terpungkiri peraasaanku sekarang, resah, gelisah menyelimuti relung hati, detak jantungku
berirama terlalu cepat seperti melodi yang tak karuan nadanya “deg deg deg deg”..posisi dudukku
tak ubahnya seperti cacing kepanasan, menggeliat liat…sambil menatap laptop yang udah usang,
mulutku tak henti – hentinya berkomat kamit memanjatkan mantra kepada sang maha pencipta.

Waktupun terus berjalan, hingga sampailah waktu yang ditunggu-tunggu, aku menghitung
dalam hitungan mundur, 3 2 1. “click”, suara mouse pun terasa begitu merdu di gendang telingaku.
seketika itu aku langsung menutup wajah dengan kedua tangan, perlahan-lahan aku merekahkan
sedikit jari tengah,tapi apa yang terjadi?! aku mendapati layar laptopku berubah menjadi gelap. tapi
itu bukan pertanda buruk. Hanya saja usia laptopku memang sudah begitu tua, meskipun demikian,
banyak kenangan yang terjadi, dengan sedikit sentuhan, akhirnya laptopku hidup kembali dan
tampilah halaman web yang orang – orang berharap bait kata-katanya sama dengan halamanku,
yang aku saja tidak percaya hal itu.

“SELAMAT ANANDA HENDRA SAPUTRA DITERIMA DI UNIVERSITAS A. “Alhamdulillah,iii


ibuuuk bapaaak” aku tak sengaja berteriak sangking senangnya, tiba – tiba orang tuaku terbangun
dari tidurnya dan berlari kencang ke arah kamarku.

“hen….hen….ada apa le, kok teriak-teriak” panggil ibuku rada cemas sambil mengetok pintu,
aku melangkah keluar kamar, posisiku sekarang sudah ada di depan orang tuaku, aku menatap lamat
-lamat mereka berdua, uban putih menghiasi rambut mereka berdua, kulit keriput, kaki yang sudah
tidak kokoh, dan berkata “ibuk bapak…anakmu ini akan merantau jauh di sebrang pulau”

Anda mungkin juga menyukai