Anda di halaman 1dari 3

KISAH NUAIMAN, SAHABAT NABI PALING JENAKA

Perjalanan hidup Nabi Muhammad saw bersama para sahabat memang penuh dengan
suka dan duka. Ada kalanya mereka merasakan lelah dan kerasnya berperang, kadang pula
Nabi Muhammad dan para sahabat merasa terhibur karena berbagai hal.

Hiburan yang datang, kerap kali berasal dari sesuatu yang tidak terduga salah satunya
adalah kelakuan sahabat Nuaiman yang sedikit agak nyeleneh.

Kisah tentang Nuaiman ini termaktub di dalam syarah kitab Ihya’


Ulumuddin karangan Imam Al-Ghazali. Dikisahkan, Nuaiman adalah sahabat Nabi saw yang
setiap harinya selalu mabuk-mabukan. Perbuatannya itu bahkan sering secara terang-terangan
di hadapan Nabi Muhammad saw. Berbekal keberanian itu pula Nuaiman sering bercanda
bahkan menjahili Rasulullah saw.

Kisah 1

Suatu ketika, Nuaiman merasa kelaparan sesaat setelah ia sadar dari mabuknya. Tanpa
banyak pertimbangan, Nuaiman yang melihat penjual lewat di depan masjid lantas mencegat
dan memesan dua bungkus makanan.

Sambil menanti penjual itu mempersiapkan makanannya, Nuaiman masuk ke halaman masjid
dan langsung mengajak Rasulullah untuk makan bersama.

Akhirnya, keduanya pun menikmati makanan itu dan ketika sudah habis, Rasulullah langsung
beranjak hendak kembali ke masjid. Akan tetapi, niat Rasulullah saw tersebut tiba-tiba
dihentikan oleh Nuaiman yang menahan langkahnya.

"Mau ke mana engkau Ya Rasul? Habis makan kok tidak bayar?" kata Nuaiman.

Rasul pun menjawab, "Kan yang memesan kamu."

"Memang betul ya Rasul, tetapi di mana-mana raja itu melayani, mengayomi, dan bos itu
yang mentraktir karyawannya, masak saya yang harus bayar ya Rasul?”

Tanpa pikir panjang, Rasulullah pun mengambil sejumlah uang untuk diserahkan kepada
Nuaiman sembari tersenyum merasa terhibur dengan tingkah laku Nuaiman.

Di kemudian hari, kebiasaan mabuknya tidak berhenti dan ia sempat ditegur oleh beberapa
sahabat yang tidak senang dengan kebiasaan Nuaiman.
Ketika Nuaiman kedapatan sedang mabuk, para sahabat lantas memarahi dan mencaci
Nuaiman sebelum akhirnya dibubarkan Rasulullah saw.

Rasulullah yang saat itu kebetulan, lewat langsung menanyakan apa yang sedang terjadi.
Sahabat pun menceritakan kejadian yang sebenarnya. Akan tetapi, pembenaran yang
diceritakan para sahabat tidak lantas membuat Rasul memihak mereka.

Rasul justru berkata, “Jangan pernah lagi kalian menghujat dan melaknat Nuaiman, meski
dia seperti ini tapi dia selalu membuat aku tersenyum, dia masih mencintai Allah dan Aku,
dan tidak ada hak bagi kalian melarang Nuaiman mencintai Allah dan mencintaiku sebagai
Rasul.”

Atas kejadian itu, para sahabat akhirnya membubarkan diri dan tidak lagi memarahi
Nuaiman. Wallahu a'lam.

Kisah 2

Suatu kisah, ketika Nuaiman melihat penjual madu yang kepanasaan dan kelihatan letih
setelah berkeliling menjajahkan madunya di Madinah. Setelah seharian berkeliling, tak
satupun daganganya terjual. Nuaiman menjumpai penjual madu itu. Ia mengajaknya dan
menyuruh mengantarkan madunya itu menuju rumah Rasulullah SAW.

“Nanti kamu minta juga uang harganya,” kata Nuaiman kepada penjual madu.

Penjual madu gembira karena barang dagangannya laku. Ia akhirnya menuruti apa yang
diucapkan Nuaiman. Ia datang mengahadap Rasulullah dengan membawa seguci madu,
hadiah dari Nuaaiman. Ketika itu Rasulullah senang karena mendapatakan hadiah madu dari
sahabatnya. 

Namun keriangan Rasulullah itu langsung berubah menjadi sebuah keterkejutan ketika
penjual madu juga menyodorkan tagihan. “ Ini madunya Rasulullah. Harganya sekian,” Kata
pejual madu.

Rasulullah langsung sadar memang seperti itulah kelakua Nuaiman. Memberi hadiah, tapi
beliau malah yang harus membayarnya. Mau tidak mau, beliau akhirnya memberikan
sejumlah uang kepada penjual madu itu. Jadilah Rasulullah mendapatkan hadiah madu,
sekaligus tagihan harganya.

Beberapa saat setelah kejadian itu, Rasulullah memanggil Nuaiman. Ia bertanya kepada
sahabatnya itu mengaapa melakukan hal itu.
“Saya ingin berbuat baik kepada Anda ya Rasulullah. Tetapi saya tidak punya apa-
apa,”  jawab Nuaiman. Rasulullah lalu tersenyum setelah mendengar jawaban sahabatnya itu.
Nabi tidak pernah tersinggung atau merasa diremehkan dengan ulah Nuaiman. 

Kisah 3

suatu saat Nuaiman berangkat bersama Abu Bakar ke Basrah untuk berniaga. Bersama
mereka ikut pula Suwaibith, yang bertugas membawa perbekalan. Nuaiman meminta kepada
Suwaibith agar diberi makanan, tapi ditolaknya karena bos mereka sedang tidak di tempat.

“Tunggulah sampai Abu Bakar datang,”  katanya. Nuaiman jengkel, lalu mengeluarkan
‘ancaman’, “Tunggu pembalasanku!”

Nuaiman lantas menemui beberapa orang, menawarkan budaknya dengan harga sangat
murah, sambil membocorkan kelemahannya, yaitu budaknya sering mengaku dirinya seorang
merdeka. Yang ditawari setuju, lalu bersama Nuaiman mereka menuju ke tempat Suwaibith.
Nuaiman langsung menunjuk kepadanya.”itu dia orangnya”. Tentu saja Suwaibith berontak
sambil mengatakan dirinya bukan budak. Tapi si pembeli berkeras mengikatnya dan
berkata, “Kami sudah paham sifatmu.” Untung Abu Bakar segera datang dan urusan jadi
gamblang.

Ketika peristiwa tersebut diceritakan kepada Nabi, beliau tertawa, bahkan sepanjang tahun
setiap beliau ingat atau diingatkan. Nuaiman adalah pembawa kegembiraan. Mungkin karena
itu, Nabi pernah berkata, “Nuaiman akan masuk surga sambil tertawa, karena ia sering
membuatku tertawa.”

Anda mungkin juga menyukai