Anda di halaman 1dari 5

KISAH NU’AIMAN SAHABAT RASUL

YANG USIL DAN JENAKA

Disusun Oleh:

1. Ahmad Kusdarmanto (2)


2. Eno Agissa Elfariani (9)
3. Maya Farida (16)
4. Tellin Ellysa Putri (29)
5. Wahyuni Eka Sari (34)
Al-Nuayman bin Amr an-Najjari; dijuluki Himaar dan Abdullah; adalah sahabat Nabi Muhammad SAW. Ia
menikah dengan saudara perempuan Abd al-Rahman bin Auf, tanggal lahirnya tidak diketahui. Dia
meninggal pada tahun 652 M. Al-Nuayman dikenal sebagai orang yang mempunyai watak usil, jahil,
kreatif dan juga sering membuat Rasulullah tertawa dengan tingkah laku dan lawakannya. Sehingga
terdapat riwayat yang menyatakan bahwa Rasulullah SAW bersabda:

 ‫يدخل الجنة وهو يضحك‬  “Dia (Nuaiman) akan masuk surga dengan tertawa.”

Disamping itu beliau merupakan seorang Mujahid sejati, beliau tercatat sebagai Ashabul Badr
( Pejuang yang pernah mengikuti Perang Badar bersama Rasulullah).

Kisah Nu'aiman 'Menjual' Temannya


Kisah ini diceritakan dari Ibnu Majah, bahwa suatu hari Nu'aiman pernah diajak berdagang oleh
Abu Bakar Ash-Shiddiq bersama sahabat yang lain untuk pergi ke negeri Syam (daerah maju
pada masanya). Salah satunya ada Suwaibith bin Harmalah.Saat hari mulai menjelang siang,
Nu'aiman yang sudah lapar menghampiri Suwaibith yang saat itu ditugaskan untuk menjaga
makanan. Suwaibith dengan sikap penuh amanahnya tentu menolak saat Nu'aiman hendak
meminta satu potong roti untuknya.Hingga Nu'aiman berkata, "Kalau memang begitu, artinya
kamu setuju saya buat ulah,"Nu'aiman pun berjalan ke pasar dan mencari-cari wilayah yang
menjual hamba sahaya.
Pada zaman nabi dulu, hamba sahaya biasanya dijual untuk menjadi pekerja. Hingga kemudian
Nu'aiman berkata kepada orang-orang di sana bahwa ia memiliki hamba sahaya dengan harga
yang sangat murah.Nu'aiman juga menyebutkan, hamba sahaya yang dimilikinya hanya
memiliki satu kekurangan yakni berteriak bahwa dirinya orang yang merdeka bukanlah hamba
sahaya. Mendengar itu, orang-orang di sana pun tertarik dan Nu'aiman mengajaknya mengadap
Suwaibith."Itu ada orang yang berdiri sedang menjaga makanan, itu hamba sahaya saya," kata
Nu'aiman pada mereka. Mereka pun memberikan uang pada Nu'aiman dan menghampiri
Suwaibith untuk menangkapnya.Suwaibith yang terkejut kemudian berkata, "Saya bukan
hamba sahaya, saya orang merdeka," yang hanya dibalas oleh orang-orang tersebut bahwa
mereka sudah tahu kekurangannya itu.Selang berapa waktu, Abu Bakar Ash-Shiddiq pun
kembali dan mencari-cari Suwaibith yang dijawab oleh Nu'aiman kemudian, "Sudah saya jual,
wahai Abu Bakar,"Nu'aiman pun menceritakan dengan jujur apa yang terjadi pada Abu Bakar,
kemudian Suwaibith kembali ditebus oleh Abu Bakar dari orang-orang Syam itu. Sampailah
kisah tersebut ke telinga Rasulullah SAW. Kisah ini yang membuat Rasulullah tertawa hingga
menunjukkan gigi gerahamnya di depan para sahabat.Perawi hadits mengatakan, bahkan
setelah satu tahun berlalu, Rasulullah SAW pun selalu menceritakan kisah Nu'aiman dan
Suwaibith ini kepada para tamunya.

Kisah Nu'aiman dan Hadiah Madu


Dikisahkan, sahabat nabi Nu'aiman melihat penjual madu yang kepanasan setelah berkeliling
menjajakan dagangannya. Namun sayangnya, tidak ada yang terjual. Nu'aiman kemudian
menghampir sang penjual madu tersebut dan mengajaknya ke kediaman Rasulullah SAW.Ia
hendak memberi hadiah kepada Rasulullah dengan madu tersebut. Nu'aiman pun
meninggalkan penjual madu tersebut setelah menitipkan beberapa pesan kepadanya,"Aku akan
pergi karena masih ada urusan. Sebentar lagi penghuni rumah itu akan keluar dan membayar
kepadamu harga madu itu,"Lantas, sang penjual madu itu pun mengetuk rumah Rasulullah dan
memberikan madu tersebut kepadanya. Tentunya, Rasulullah merasa tersentuh dengan madu
yang dianggapnya adalah hadiah untuknya.

Hingga Rasulullah pun membagikan madu-madu itu kepada para sahabatnya yang lain. Ketika
beliau sedang membagikan madunya, sang penjual madu berteriak, "Wahai Rasul! Bayarlah
madu itu!". Rasulullah yang mendengar itu sedikit terkejut dan langsung memahami situasi,"Ini
pasti perbuatan Nu'aiman," kata beliau sembari menggeleng-gelengkan kepalanya. Tidak lama
setelah kejadian itu, Rasulullah pun memanggil Nu'aiman untuk menemuinya. Beliau meminta
penjelasan maksud di balik perilaku dari Nu'aiman tersebut.Namun, justru jawaban yang datang
dari Nu'aiman lagi-lagi mengukirkan senyum di wajah Rasulullah SAW. Nu'aiman berkata,"Aku
ingin berbuat baik kepadamu, Ya Rasul. Tapi aku tidak punya apa-apa,"
Melalui cerita ini, Rasulullah SAW seakan memaklumu sifat Nu'aiman yang suka mengusilinya,
namun sesungguhnya memiliki hati yang baik.Hal serupa juga pernah dikisahkan saat Rasulullah
sedang duduk-duduk dengan para sahabat. Nu'aiman membagikan sejumlah makanan pada
mereka. Setelah makanan tersebut habis disantap oleh Rasulullah dan yang lain, tiba-tiba
Nu'aiman berkata,"Ya Rasulullah, ini penjualnya, tolong engkau yang bayar,
Rasulullah,"Rasulullah yang mendengar itu pun bingung dan terkejut. Hingga pada akhirnya,
Rasulullah memakluminya dan mengajak para sahabat yang lain untuk ikut menebus bersama
makanan yang telah mereka santap tersebut.

Kisah Nu'aiman Dikejar Rasulullah Sampai Masuk Sumur


Alkisah, suatu hari Rasulullah SAW pernah kedatangan asraf/para tamu yang ingin mengenal
lebih dekat tentang agama Islam. Para tamu itu datang dengan mengendarai unta-unta mewah,
besar dan mahal harganya. Setelah sampai di depan rumah Rasulullah, unta-unta mereka diikat
agar tidak lepas. Para tamu-tamu itu lalu disambutramah oleh Rasulullah SAW. Mereka
kemudian diajak masuk ke dalam rumah untuk berbincang-bincang tentang seputar agama
Tauhid. Kala itu, rumah Rasulullah dijaga oleh beberapa sahabat di antaranya Sayyidina Hamzah
, Umar bin Khattab , Ali bin Abi Thalib , dan Sa’ad bin Abi Waqash . Mereka berjaga di depan
rumah Rasulullah sambil duduk-duduk dan ngobrol bersama. Tidak berselang lama, datanglah
Nu’aiman menghampiri mereka. Tidaklah heran bila Nu’aiman sering mendatangi rumah
Rasulullah, karena dia sangat dekat dengan Rsulullah SAW. Nu’aiman bergabung, duduk
bersama keempat sahabat tadi dan ngobrol sambil bercanda ria. Sayyidina Hamzah berkata
”Hei Nu’aiman, kamu lihat unta tamu yang datang dari luar Arab itu?" Nu’aiman lalu melihat ke
arah unta tersebut.

Para sahabat berkata kepada Nu’aiman bahwa sudah lama tidak makan daging unta “Itu unta
gemuk-gemuk," ucap salah seorang sahabat kemudian. "Iya, gemuk dan besar. Kalau
disembelih tentu dagingnya banyak dan lezat," balas Nu'aiman terkekeh. "Emang kamu berani
menyembekih?” tanya Sayyidina Hamzah. ”Beranilah...! Syaratnya kalian jangan ngomong
kepada Rasulullah..?” jawab Nu’aiman yakin. Para sahabat pun tertawa. Mereka menganggap
omongan itu hanyalah candaan belaka. Hingga pada saat para sahabat masih dalam
candaannya, Nu'aiman, beranjak dengan menenteng pedang. Ia sembelih salah satu unta tamu
Rasulullah. “Wahai Hamzah, ini untanya sudah saya potong. Saya mau pergi dulu sebentar ya.
Tolong jika nanti Rasulullah mencari-cari saya tolong jangan beritahu beliau di mana saya
berada. Nanti kalau keadaan sudah aman, ayo kita masak dan makan berasama,” ujar
Nua'aiman diikuti sikap para sahabat yang terkejut. Selanjutnya, Nu’aiman pergi begitu saja.
Para sahabat yang berjaga di depan rumah Rasulullah semakin kebingungan. Mereka
bingungharus berkata apa kepada Rasulullah apabila beliau keluar. Mereka khawatir nanti
dibilang tidak bisa menjaga kendaraan unta milik tamu Rasulullah SAW. Benar saja, ketika para
tamu hendak pulang, maka mereka mereka terkejut karena salah satu unta mereka sudah
disembelih. Mereka pun mengadu kepada Rasulullah. Para sahabat terdiam ketika ditatap oleh
Rasulullah SAW. "Itu ulah Nu’aiman, ya Rasul,” ucap mereka. Selanjutnya Rasulullah SAW
memerintahkan Umar bin Khattab untuk mencari pengganti unta milik tamunya dengan ganti
rugi yang sepadan. Setelah urusan dengan tamu selesai, Rasulullah dan para sahabat kemudian
kompak untuk membalas perbuatan Nu’aiman. Mereka pergi mencari keberadaan Nu’aiman ke
berbagai penjuru kota Madinah.
Sedangkan Nu'aiman berlari mendekati perbatasan Kota Madinah. Dalam pelariannya itu
Nu'aiman bertemu dengan sahabat Nabi, Al-Miqdad Ibnu Aswad. Pada saat itu Al-Miqdad
sedang menggali sumur. Nu’aiman datang dengan memberi segala puji-pujian kepada Al-
Miqdad. “Wahai Sahabat Rasul, kamu orang yang pernah ikut perang Badar, kamu orang yang
hebat,” ujar Nu’aiman merayu. Al-Miqdad tersenyum keheranan, namun begitu Nu'aman
berbicara manis lagi, ia sadar bahwa Nu'aman ada maunya. "Tolong, aku ini lagi dikejar-kejar
orang jahat! Tolong selamatkan saya. Aku mau sembunyi di dalam sumur ini," pintanya. Al-
Miqdad tidak keberatan dan mempersilakan Nu'aman masuk ke dalam sumur. "Silakan masuk,"
ujarnya. “Nanti kalau ada orang yang mencari saya tolong jangan diberitahu ya. Siapapun
orangnya, walaupun itu Rasulullah sekalipun," pintanya. Al-Miqdad mengiyakan saja. Dia
berpikir mana mungkin juga Rasulullah datang ke tempatnya itu. Nu’aiman lalu masuk ke dalam
sumur untuk bersembunyi dari kejaran Rasulullah dan sahabatnya. Tidak berselang lama,
datanglah Rasulullah SAW dan para sahabat. Sudah barang tentu Al-Miqdad kebingunan. "Ya,
Rasulullah ada apa ini,” tanyanya. “Kami sedang mencari Nu’aiman. Di mana dia, tahukah
kamu?” jawab Rasulullah. Al-Miqdad lantas kebingungan, namun tidak bisa berbohong. "Wahai
Rasulullah, mata saya tidak melihat kepada Nu’aiman,” ujar Al-Miqdad sembari memberikan
isyarat kepada Rasulullah ke arah sumur. Maka tertangkaplah Nuaiman yang sedang meringkuk
dalam sumur. Saat ditanya Rasulullah mengapa melakukan itu, jawaban Nu’aiman malah
membuat Rasulullah tersenyum. “Tanyakan saja kepada orang yang menunjukkan kepadamu
tempat persembunyianku,” jawab Nu’aiman.

PELAJARAN YANG DAPAT DIAMBIL DARI KISAH


NU’AIMAN
Meskipun nu’aiman seorang pemabuk tetapi beliau sering membuat Rasulullah tertawa dengan
hal konyol yang dilakukannya. Tetapi kekonyolan itu bukanlah hal yang sengaja dibuat-buat
melainkan sikap alami Nu’aiman yang sangat polos dan selalu mengerjakan semua dengan hati

SEKIAN TERIMAKASIH 

Anda mungkin juga menyukai