Anda di halaman 1dari 3

Sejarah Tentang Sa’id bin Zaid

Said bin Zaid Radhiallahu „Anhu

Sa'id bin Zaid (bahasa Arab: ‫ ;سعيد بن زيد‬wafat 51 H (671)) adalah seorang
sahabat nabi dari golongan Muhajirin. Nama lengkapnya adalah Sa'id bin Zaid bin
Amr bin Nufail al-Adawi. Sa'id termasuk sepuluh orang yang dijanjikan masuk
surga.

Dia adalah suami dari Fatimah binti al-Khattab, yaitu adik Umar bin
Khattab. Dia termasuk orang yang awal masuk Islam dan dia sangat menjunjung
tingi adab Islam. Sebelum dia masuk Islam dia mengikuti agama ayahnya, Zaid bin
Amr bin Nufail, yang mengikuti agama Nabi Ibrahim.
Sa'id mengikuti semua peperangan yang disertai Muhammad kecuali Perang
Badar. Saat itu, Nabi mengutusnya untuk mengintai kafilah Quraisy. Ketika kembali
dari tugasnya, perang sudah selesai. Meskipun begitu, Sa'id tetap dianggap ikut
perang dan mendapat harta rampasan perang.
Sa'id ikut dalam Perang Yarmuk, yaitu penaklukan Damaskus (di Syam).
Sa'id meninggal di Aqiq. Jenazahnya dimakamkan di Madinah.
Zaid bin Amr bin Nufail megikuti agama tauhid dan mencela agama
kaum Quraisy, yaitu menyembah berhala. Dia melindungi bayi-bayi perempuan yang
akan dikubur hidup-hidup oleh orang tua mereka.
Dia adalah satu dari empat orang di antara suku Quraisy yang tidak mau
menyembah berhala dan memilih untuk memisahkan diri dari sukunya pada hari
raya mereka. Empat orang itu adalah Zaid sendiri, Waraqah bin Naufal, Ubaidullah
bin Jahsy, dan Utsman bin al-Huwairits.
Zaid bin Amr bin Nufail menjelajahi Jazirah, Maushil, hinggal Syam untuk
mempelajari agama Ibrahim, agama yang lurus, dengan belajar dari
rahib Nasrani dan rabi Yahudi. Di Syam, tepatnya di Mifa'ah, dia bertemu seorang
rahib dan menanyainya tentang agama yang lurus. Rahib itu menjawab, "Kamu
mencari agama yang kini tidak lagi ada penganut murninya. Namun, sudah dekat
waktu kemunculan seorang nabi di negeri yang kamu tinggalkan. Nabi itu diutus oleh
Allah atas dasar ajaran Ibrahim yang lurus (al-hanafiyyah). Maka kembalilah ke
sana, karena dia diutus sekarang, pada zaman ini."
Zaid mengikuti saran Rahib ini dan segera kembali ke Mekkah. Namun, di
pertengahan negeri Lakham dia dianiaya dan dibunuh. Dia sempat berdoa, "Ya
Allah, jika Engkau menghalangiku untuk mendapatkan kebaikan ini, maka janganlah
Engkau menghalangi anakku dari mendapatkannya."
Sahabat Nabi shallallahu „alaihi wa sallam adalah orang-orang mulia. Bahkan
yang termulia di tengah umat ini. Jumlah mereka lebih dari seratus ribuan. Tapi yang
paling mulia di antara mereka ada sepuluh orang. Kita mengenal kesepuluh orang ini
dengan sebutan al-mubasyiruna bil jannah (orang-orang yang diberitakan masuk
surga). Di antara sepuluh orang itu tersebutlah nama Said bin Zaid radhiallahu
„anhu.

Said bin Zaid tak seterkenal al-mubasyiruna bil Jannah yang lain. Seperti Abu
Bakar, Umar, Utsman, Ali, dan Abdurrahman bin Auf. Tapi hal itu tidak mengurangi
kemuliaannya. Kali ini kita akan menyimak catatan ringkas tentang biografi Said bin
Zaid radhiallahu „anhu. Agar kita lebih mengenal sahabat yang mulia ini.

Said bin Zaid adalah seorang yang pertama-tama memeluk Islam. Ia


memeluk Islam sebelum Nabi berdakwah di rumah al-Arqam bin Abi al-Aqram. Ia
turut serta dalam semua peperangan Rasulullah. Bahkan ia turut ambil bagian juga
dalam Perang Yarmuk dan pengepungan Damaskus.

Nasab dan Kedudukannya

Nama dan nasabnya adalah Said bin Zaid bin Amr bin Nufail bin Abdul Uzza
al-Adawi. Satu kabilah dengan Umar bin al-Khattab radhiallahu „anhu. Ia dilahirkan di
Mekah 22 tahun sebelum hijrah. Termasuk salah seorang yang pertama-tama
memeluk dengan perantara dakwah Abu Bakar ash-Shiddiq radhiallahu „anhu.

Said bin Zaid menikah dengan adik Umar, Fatimah binti al-Khattab
radhiallahu „anha. Sementara Umar menikahi saudarinya, yaitu Atikah binti Zaid.
Ayahnya, Zaid bin Amr bin Nufail, adalah seorang yang hanif. Meskipun hidup di
masa jahiliyah ia tak pernah sujud kepada selain Allah. Di tengah kegelapan
jahiliyah, menjelang wafat ayahnya berkata, “Ya Allah, jika Engkau memang tidak
menghendaki kebaikan ini (agama Islam) untukku, maka janganlah Engkau halangi
anakku (Sa‟id) darinya.” Ia tidak tahu harus mengikuti siapa. Karena di zaman itu
belum ada Rasul yang diutus.

Jaminan Surga Sejak Masih Tinggal di Dunia

Rasulullah shallallahu „alaihi wa sallam menyebutkan ada sepuluh orang


sahabatnya yang paling utama. Mereka semua dijamin surga. Sejak mereka hidup di
dunia. Beliau shallallahu „alaihi wa sallam bersabda,

: : “

”.

Dari Abdurrahman bin Auf, Rasulullah shallallahu „alaihi wa sallam bersabda,


“Abu Bakar di surga. Umar di surga. Utsman di surga. Ali di surga. Thalhah (bin
Ubaidillah) di surga. Az-Zubair (bin al-Awwam) di surga. Abdurrahman bin Auf di
surga. Saad (bin Abil Waqqash) di surga. Said (bin Zaid) di surga. Dan Abu Ubaidah
bin al-Jarrah di surga.” (HR. Ahmad dan at-Turmudzi).
Seorang Yang Mustajab Doanya

Di antara keutamaan Said bin Zaid adalah ia memiliki doa yang mustajab. Ini
menunjukkan kedekatannya dengan Allah Subhanahu wa Ta‟ala. Suatu hari ada
seorang wanita yang memfitanah Said. Ia mengatakan bahwa Said telah mencuri
tanahnya dan memasukkan tanah itu ke bagian miliknya. Fitnah tersebut benar-
benar menyakitkan Said. Hingga ia mendoakan orang tersebut,

“Ya Allah, kalau dia dusta, buatlah matanya buta. Dan jadikanlah tempat wafatnya,
tanahnya sendiri.”

Selang beberapa hari, wanita tersebut mengalami kebutaan. Ia meraba-raba


berjalan di dinding. Wanita itu berkata, “Aku telah tertimpa musibah dengan sebab
doanya Said bin Zaid.” Saat ia berjalan di tanahnya, ia melewati sumur dan terjatuh
di dalamnya. Di situlah kuburnya.

Selain turut serta bersama Rasulullah dalam semua perang setelah Perang
Badar. Said juga memiliki keutamaan sebagai periwayat hadits. Memang tidak
banyak hadits yang ia riwayatkan. Ia meriwayatkan sejumlah 48 hadits.

Wafat

Said bin Zaid wafat di daerah Aqiq pada tahun 50-an Hijriyah. Kemudian jenazahnya
dibawa ke Madinah. Saat wafat usianya 70-an tahun.

Sumber: https://islamstory.com/ar/artical/33895/ ‫يز_ ب_ يعس_يب ص‬

Nama : Moh. Lintar Al-Atsary


Stambuk : F111 19 016

Anda mungkin juga menyukai