Anda di halaman 1dari 2

HIKAYAT ITBA’ ROSUL

(Ahlaktul Pemberian dari Seseorang, Dari Kisah Nabi Muhammad SAW)


Pada suatu siang yang terik, seorang petani miskin menghampiri Nabi Muhammad
SAW. Waktu itu, Rasulullah SAW sedang duduk-duduk bersama beberapa sahabatnya.
Mereka berteduh di bawah rindang pohon kurma. Begitu melihat seseorang mendekat, Nabi
SAW berdiri dari tempatnya. Dengan ramah, beliau menjawab salam lelaki tersebut.
Kemudian, petani itu dipersilakannya duduk. Rupanya, orang itu membawa sekantong kecil
yang penuh buah anggur. Ia pun menyerahkan buah-buahan itu kepada Nabi SAW. “Wahai
Rasulullah,” katanya, “terimalah pemberianku yang tidak seberapa ini. Aku membawanya
dari kebun tempatku bekerja.”
Beliau menerima hadiah tersebut dengan khidmat sambil mengucapkan terima kasih.
Setelah duduk kembali, Rasul SAW menaruh sekantong buah itu di atas meja. Sebutir anggur
lalu diambilnya, untuk kemudian dimakan oleh beliau. Para sahabat yang hadir menatap
makanan itu dengan penuh harap. Di luar dugaan, Nabi SAW tidak menawarkan satu pun dari
buah tersebut kepada mereka. Tangan beliau terus mengambil setiap butir anggur itu. Setiap
memakannya, wajah Rasulullah SAW tampak berbinar. Bibirnya juga tersenyum.
Melihatnya, petani miskin itu menjadi sangat senang. Apalagi, beliau menghabiskan seluruh
anggur pemberiannya tanpa sisa.
Si pemberi merasa bahagia karena melihat Nabi SAW dengan lahap menghabiskan
hadiahnya. Ia berpikir, anggur itu pastilah terasa sangat nikmat. Begitu enaknya, sampai-
sampai beliau “lupa” menawarkan buah tersebut kepada para sahabat yang lain. Sesudah itu,
si petani pamit. “Aku harus kembali ke kebun, ya Rasulullah! Terima kasih telah menerima
hadiah anggur dariku,” katanya. Maka, pergilah lelaki itu dengan hati yang lapang. Bukan
main sukacitanya, sebab ia melihat sendiri bagaimana sosok semulia baginda Nabi SAW
menikmati pemberiannya yang hanya sekantong buah anggur.
Sesudah petani itu menjauh dari pandangan, para sahabat bertanya kepada Rasulullah
SAW. Mereka merasa sangat heran. Sebab, jarang-jarang beliau berbuat begitu. Biasanya,
Nabi SAW membagikan apa saja hadiah yang diterimanya kepada kaum Muslimin yang
membutuhkan. Apalagi, mereka yang membersamainya saat itu sedang agak lapar. Di tengah
terik matahari siang, tentu mulut akan terasa segar kalau mengunyah beberapa butir anggur.
“Ya Rasulullah,” kata seorang dari mereka memberanikan diri, “mengapa engkau makan
sendirian buah anggur tadi? Mengapa sama sekali engkau tidak menawarkannya kepada
kami?”
Rasulullah SAW tersenyum. Beliau lalu menjelaskan kepada mereka, “Aku memakan
semuanya karena anggur-anggur itu terasa masam. Jika menawarkannya kepada kalian, aku
khawatir nanti wajah kalian akan menunjukkan kesan tidak suka. Bila sampai begitu, tentu
perasaan lelaki tadi akan tersinggung.” Begitulah akhlak mulia Nabi SAW. Dari kisah
tersebut, setidaknya kita dapat memetik beberapa hikmah. Pertama, jadilah seorang Muslim
yang menghargai perbuatan baik orang lain. Walaupun tidak sesuai harapan, ikhtiarnya untuk
berbagi kebaikan patut diapresiasi.
Kedua, jangan mencela makanan. Dalam sebuah hadis yang diriwayatkan Abu
Hurairah, diterangkan bahwa Rasulullah SAW tidak pernah satu kali pun mencerca makanan.
Jika suka, beliau akan memakannya. Bila tidak suka, sajian itu tidak dicicipinya.Nabi SAW
pun mengonsumsi apa saja yang disediakan untuknya selama itu halal dan baik. Perkara
selera tidak sampai menyusahkannya. Jabir berkata, “Rasulullah SAW pernah menanyakan
lauk pauk kepada keluarganya, tetapi mereka menjawab, ‘Kami hanya mempunyai cuka.’
Lantas, beliau memintanya dan makan dengannya seraya bersabda, ‘Lauk yang paling lezat
adalah cuka, lauk yang paling lezat adalah cuka.’
Imam Nawawi dalam Riyadh ash-Shalihin mengatakan, “Mencela makanan
merupakan tanda keangkuhan dan kemewahan.” Seorang Muslim tentunya harus
menghindari sifat sombong. Makan dan minum apa adanya dan sewajarnya, itu juga menjadi
tanda syukur ke hadirat Allah SWT. Ketiga, menjaga martabat sesama Muslimin. Dalam
cerita di atas, Rasulullah SAW memakan semua anggur masam itu bukan lantaran tamak atau
rakus. Beliau hanya ingin mencegah para sahabat untuk menunjukkan wajah tidak suka
terhadap anggur pemberian itu.

Anda mungkin juga menyukai