Anda di halaman 1dari 16

LAPORAN PENDAHULUAN (LP)

KEBERSIHAN DAN PERAWATAN DIRI

Disusun Oleh:
DHEA ANANDA NUR AFIFAH
Nim:

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JAKARTA
2021
A. KONSEP DASAR PENYAKIT

1. Definisi Personal Hygiene


Personal Hygiene berasal dari bahasa Yunani yaitu personal yang artinya
perorangan dan hygiene berarti sehat. Jadi personal hygiene merupakan suatu tindakan
untuk memelihara kebersihan dan kesehatan seseorang untuk kesejahteraan fisik dan
psikis. Perawatan diri adalah salah satu kemampuan dasar manusia dalam memenuhi
kebutuhan guna mempertahankan kehidupannya, kesehatan, kesejahteraan, sesuai dengan
kondisi kesehatan, klien dinyatakan terganggu keperawatan dirinya jika tidak dapat
melakukan perawatan diri (Depkes 2000). Ukuran kebersihan atau penampilan seseorang
dalam pemenuhan kebutuhan Personal Hygiene berbeda pada setiap orang sakit karena
terjadi gangguan pemenuhan kebutuhan. Perawat dapat memberikan informasi-informasi
tentang personal hygiene yang lebih baik terkait dengan waktu atau frekuensi aktifitas,
dan cara yang benar dalam melakukan perawatan diri.
Cara perawatan diri manusia untuk memelihara kesehatan mereka disebut hygiene
perorangan (Potter & Perry. 2005). Personal hygiene adalah upaya seseorang dalam
memelihara kebersihan dan kesejahteraan dirinya untuk memperoleh kesejahteraan fisik
(Muhammad, 2007).
Jadi personal hygiene adalah upaya seseorang dalam memelihara kebersihan dan
kesehatan dirirnya.
Tujuan perawatan personal hygiene, yaitu:
a. Meningkatkan derajat kesehatan seseorang.
b. Memelihara kebersiahn diri seseorang.
c. Memperbaiki personal hygiene yang kurang.
d. Pencegahan penyakit.
e. Meningkatkan percaya diri seseorang
f. Menciptakan keindahan.

2. Klasifikasi
Menurut KDM Tarwoto Wartonah, macam-macam personal hygiene, yaitu:
a. Perawatan kulit kepala dan rambut.
b. Perawatan mata.
c. Perawatan hidung.
d. Perawatan telinga.
e. Perawatan kuku kaki dan tangan.
f. Perawatan genetalia.
g. Perawatan kulit seluruh tubuh.
Sedangkan menurut KDM Wahit Iqbal Mubarak, SKM dan Ns. Nurul Chayatin,
S.Kep, sama dengan macan personal hygiene menurut KDM Tarwoto Wartonah hanya
saja ditambah dengan perawatan gigi dan mulut.

3. Epidemiologi
Pemenuhan kebutuhan personal hygine biasanya menyangkut tentang kebutuhan
untuk kebersihan diri secara mandiri. Gangguan pada personal hygine dapat terjadi pada
semua tingkat umur. Pasien yang tidak bisa bangun sendiri atau hanya tidur dirumah sakit
biasanya yang mengalami gangguan personal hygine.

4. Etiologi
a. Gangguan kognitif
b. Penurunan motivasi
c. Kendala lingkungan (ketidaksediaan sarana dan prasarana)
d. Kelemahan
e. Karena sakit, sehingga tidak mampu melakukan sendiri
f. Kurangnya pengetahuan dan informasi
g. Keterbatasan biaya
h. Lingkungan yang tidak mendukung
i. Tidak adanya fasilitas yang memadai
Menurut Tarwoto Wartonah factor-factor yang mempengaruhi personal hygiene adalah:
a. Citra tubuh
Citra tubuh merupakan konsep subjektif seseorang tentang penampilan fisiknya.
Personal hygiene yang baik akan mempengaruhi terhadap peningkatan citra tubuh
individu. Gambaran individu terhadap dirinya sangat mempengaruhi kebersihan diri
misalnya karena adanya perubahan fisik sehingga individu tidak peduli terhadap
kebersihannya.
b. Praktik sosial
Kebiasaan keluarga, jumlah orang di rumah, dan ketersediaan air panas atau air
mengalir hanya merupakan beberapa faktor yang mempengaruhi perawatan personal
hygiene. Praktik personal hygiene pada lansia dapat berubah dikarenakan situasi
kehidupan, misalnya jika mereka tinggal dipanti jompo mereka tidak dapat
mempunyai privasi dalam lingkungannya yang baru. Privasi tersebut akan mereka
dapatkan dalam rumah mereka sendiri, karena mereka tidak mempunyai kemampuan
fisik untuk melakukan personal hygiene sendiri.
c. Status sosio ekonomi
Personal hygiene memerlukan alat dan bahan seperti sabun, pasta gigi, sikat gigi,
shampo dan alat mandi yang semuanya memerlukan uang untuk menyediakannya.
d. Pengetahuan
Pengetahuan personal hygiene sangat penting karena pengetahuan yang baik dapat
meningkatkan kesehatan. Kendati demikian, pengetahuan itu sendiri tidaklah cukup.
Seseorang harus termotivasi untuk memelihara perawatan diri. Seringkali
pembelajaran tentang penyakit atau kondisi yang mendorong individu untuk
meningkatkan personal hygiene. Misalnya pada pasien penderita Diabetes Melitus
selalu menjaga kebersihan kakinya.
e. Budaya Kepercayaan kebudayaan dan nilai pribadi mempengaruhi personal hygiene.
Orang dari latar kebudayaan yang berbeda mengikuti praktik perawatan diri yang
berbeda. Disebagian masyarakat jika individu sakit tertentu maka tidak boleh
dimandikan
f. Kebiasaan seseorang Setiap individu mempunyai pilihan kapan untuk mandi,
bercukur dan melakukan perawatan rambut. Ada kebiasaan orang yang menggunakan
produk tertentu dalam perawatan diri seperti penggunaan shampo, dan lain-lain.
g. Kondisi fisik Pada keadaan sakit, tentu kemampuan untuk merawat diri berkurang
dan perlu bantuan untuk melakukannya.

5. Faktor Predisposisis
Menurut Potter dan Perry (2005), sikap seseorang melakukan personal hygiene
dipengaruhi oleh sejumlah faktor antara lain:
a. Citra Tubuh
Penampilan umum klien dapat menggambarkan pentinya hygiene pada orang
tersebut. Citra tubuh merupakan konsep subjektif seseorang tentang penampilan
fisiknya. Citra tubuh ini dapat sering berubah. Citra tubuh mempengaruhi cara
mempertahankan hygiene.
b. Praktik social.
Kelompok-kelompok social wadah seorang klien berhubungan dapat
mempengaruhi praktik hygiene pribadi. Selama masa kanak-kanak, kanak-kanak
mendapatkan praktik hygiene dari orang tua mereka.
c. Status sosio-ekonomi
Sumber daya ekonomi seeorang mempengruhi jenis dan tingkat praktik
kebersihan yang digunakan. Perawat harus menentukan apakah klien dapat
menyediakan bahan-bahan yang penting seperti deodorant, sampo, pasta gigi dan
kometik. Perawat juga harus menentukan jika penggunaan produk-produk ini
merupakan bagian dari kebiasaan social yang dipraktikkan oleh kelompok social
klien.
d. Pengetahuan
Pengetahuan tentang pentingnya hygiene dan implikasinya bagi kesehatan
mempengaruhi praktik hygiene. Kendati demikian, pengetahuan itu sendiri tidaklah
cukup. Klien juga harus termotivasi untuk memelihara perawatan-diri. Seringkali,
pembelajaran tentang penyakit atau kondisi mendorong klien untuk meningkatkan
hygiene. Pembelajaran praktik tertentu yang diharapkan dan menguntungkan dalam
mngurangi resiko kesehatan dapat memotifasi seeorang untuk memenuhi perawatan
yang perlu.
e. Variable Kebudayaan
Kepercayaan kebudayaan klien dan nilai pribadi mempengaruhi perawatan
hygiene. Orang dari latar kebudayaan yang berbeda mengikuti praktik keperawatan
diri yang berbeda pula. Di asia kebersihan dipandang penting bagi kesehatan.
f. Pilihan pribadi
Setiap klien memiliki keinginan individu dan pilihan tentang kapan untuk mandi,
bercukur, dan melakukan perawatan rambut . klien memilih produk yang berbeda
(mis. Sabun, sampo, deodorant, dan pasta gigi) menurut pilihan pribadi.
g. Kondisi Fisik.
Orang yang menderita penyakit tertentu (mis. Kanker tahap lanjut) atau menjalani
operasi sering kali kekurangan energi fisik atau ketangkasan untuk melakukan
hygiene pribadi.

6. Patofisiologis
Pengaturan kegiatan sehari-hari seseorang meningkat kualitas seseorang sehingga
permasalahan – permasalahan yang tadinya terjadi dapat berangsur-angsur berkurang.
PATHWAY
ETIOLOGI

Gangguan Kognitif

Penurunan Motivasi

Kendala lingkungan (ketidaksediaan sarana dan prasarana)

Kelemahan

Karena sakit, sehingga tidak mampu melakukan sendiri

Kurangnya pengetahuan dan informasi

Keterbatasan biaya
Lingkungan yang tidak mendukung

Tidak adanya fasilitas yang memadai

PATOFISIOLOGI

Pengaturan kegiatan sehari-hari seseorang


meningkatkan kualitas seseorang sehingga permasalahan-permasalahan
yang tadinya terjadi dapat terangsur-angsur berkurang

TANDA DAN GEJALA

Fisik

Badan bau Rambut dan kulit kotor kuku panjang dan kotor gigi kotor dan mulut bau

Psikologi

Malas, tidak ada inisiatif menarik diri merasa rendah diri

Social

Interaksi kurang, cara makan berantakan dan BAB sembarangan

DEFICIT KEPERAWATAN DIRI


7. Tanda dan Gejala
Adapun gejala klinis dari personal hygiene adalah sebagai berikut :
a. Kulit kepala kotor dan rambut kusam,acak-acakan
b. Hidung kotor dan telinga juga kotor
c. Gigi kotor disertai mulut bau
d. Kulit panjang dan tidak terawatt
e. Kuku panjang-panjang dan tidak terawat
f. Badan kotor dan pakaian kotor
g. Penampilan tidak rapi

8. Pemeriksaan Fisik
a. Rambut
1) Amati kondisi rambut.
2) Keadan rambut yang mudah rontok.
3) Keadaan rambut yang kusam.
4) Tekstur rambut.
b. Kepala
1) Amati dengan benar kebersihan kulit kepala
2) Normosepal
3) Ketombe
4) Berkutu
5) Kebersihan
6) Apakah ada nyeri tekan
c. Mata
1) Apakah mata kanan dan kiri simetris
2) Konjungtiva ananemis
3) Sclera aninterik
4) Seklera pada kelopak mata.
d. Hidung
1) Apakah pilek
2) Apakah ada perubahan penciuman
3) Kebersihan hidung
4) Keadaan membrana mukosa apakah ada septum deviasi
e. Mulut
1) Keadaan mukosa mulut
2) Kelembapan
3) Adanya lesi
4) Kebersihan
f. Gigi
1) Amati kondisi mukosa mulut dan kelembaban mulut
2) Apakah ada karang gigi
3) Apakah ada carries
4) Kebersihan.
g. Telinga
1) Amati telinga kanan kiri apa simetris
2) Apakah ada lesi
3) Perhatikan adanya serumen atau kotoran pada telinga.
h. Kulit
1) Amati kondisi kulit (tekstur,turgon,kelembaban)
2) Apakah ada lesi
3) Apakah ada luka.
i. Kuku, Tangan, dan Kaki
1) Amati kebersihan kuku
2) Perhatikan adanya luka
j. Tubuh secara umum
1) Amati kondisi dan kebersihan badan secara umum.
2) Perhatikan adanya klainan pada kulit pasien.

9. Prognosis
Rentan terhadap penyakit karena kuman – kuman menumpuk dibadan yang
merupakan sumber penyakit. Kurang percaya diri akibat timbul bau badan yang
menyengat dari metabolisme kuman.

10. Terapi
a. Meningkatkan kesadaran dan percaya diri klien, dengan cara:
1) Bina hubungan saling percaya
2) Bicarakan tentang pentingnya kebersihan diri
3) Kuatkan kemampuan pasien untuk merawat diri
b. Membimbing dan mendorong klien merawat diri
1) Bantu pasien merawat diri
2) Ajarkan keteraampilan secara bertahap
3) Buat kegiatan harian setiap hari
4) Ingatkan setiap kegiatan
5) Berikan pujian serta kegiatan positif
c. Ciptakan lingkungan yang mendukung, seperti:
1) Sediakan perlengkapan yang dibutuhkan (sabun, pasta gigi, dll)
2) Sediakan tempat yang aman dan nyaman bagi pasien
d. Sikap keluarga
1) Sabar dan selalu siap membantu
2) Menerima dan memuji setiap upaya pasien saat merawat diri
3) Tidak mencela/menghina pasien saat merawat diri

11. Penatalaksanaan
Tindakan keperawatan dengan melakukan perawatan pada kulit yang mengalami
atau beresiko terjadi kerusakan jaringan lebih lanjut khususnya pada daerah yang
mengalami tekanan (tonjolan). Dengan tujuan mencegah dan mengatasi terjadinya luka
dekubitus akibat tekanan lama dan tidak hilang. Tindakan keperawatan pada pasien
dengan cara mencuci dan menyisir rambut. Tujuannya adalah membersihkan kuman yang
ada pada kulit kepala, menambah rasa nyaman, membasmi kutu atau ketombe yang
melekat pada kulit dan memperlancar sistem peredaran darah di bawah kulit. Tindakan
keperawatan pada pasien dengan cara membersihkan dan menyikat gigi dan mulut secara
teratur. Tujuan perawatan ini mencegah infeksi pada mulut akibat kerusakan pada daerah
gigi dan mulut, membantu menambah nafsu makan dan menjaga kebersihan gigi dan
mulut. Tindakan keperawatan pada pasien yang tidak mampu merawat kuku secara
sendiri. Tujuannya adalah menjaga kebersihan kuku dan mencegah timbulnya luka atau
infeksi akibat garukan dari kuku.

B. KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN


1. Pengkajian
a. Riwayat Keperawatan
Tanyakan tentang pola kebersihan individu sehari-hari, sarana dan prasarana yang
dimiliki, serta factor-faktor yang mempengaruhi hygiene personal individu baik factor
pendukung maupun factor pencetus.
b. Pemeriksaan Fisik
Pada pemeriksaan fisik, kaji hygiene personal individu, mulai dari ekstermitas atas
sampai bawah. Catat perubahan-perubahan pada area membrane mukosa, kulit,
mulut, hidung, telinga, kuku kaki dan tangan, dan rabut akibat terapi. Lakukan
inspeksi dan palpasi, catat adanya lesi dan kondisi lesi. Observasi kondisi membrane
mukosa kulit, mulut, hidung, telinga, kuku kaki dan tangan dan rambut (warna,
tekstur)
2. Diagnosa Keperawatan
Menurut NANDA 2013, diagnosa keperawatan umum untuk klien dengan masalah
personal hygiene adalah defisit perawatan diri. Diagnosa tersebut dibagi menjadi 4 yaitu:
a. Defisit perawatan diri : makan
Kemungkinan berhubungan dengan:
1) Gangguan kognitif
2) Penurunan motivasi
3) Kendala lingkungan
4) Ketidaknyamanan
Ditandai dengan:
1) Ketidakmampuan menagmbil makanan dan memasukan kemulut
2) Ketidakmampuan mengunyah makanan
3) Ketidakmampuan menghabiskan makanan
4) Ketidakmampuan menelan makanan

b. Defisit perawatan diri : mandi


Kemungkinan berhubungan dengan:
1) Gangguan kognitif
2) Penurunan motivasi
3) Kendala lingkungan
4) Nyeri

Ditandai dengan:
1) Ketidakmampuan untuk mengakses ke kamar mandi
2) Ketidakmampuan mengambil perlengkapan mandi
3) Ketidakmampuan mengeringkan tubuh
4) Ketidakmampuan menjangkau sumber air

c. Defisit perawatan diri : berpakaian/berhias


Kemungkinan berhubungan dengan:
1) Gangguan kognitif
2) Penurunan motivasi
3) Kendala lingkungan
4) Keletihan dan kelemahan
Ditandai dengan:
1) Ketidakmampuan mengancingkan pakaian
2) Ketidakmampuan mengenakan sepatu
3) Ketidakmampuan mengenakan atribut pakaian
4) Hambatan memilih pakaian

d. Defisit perawatan diri : eliminasi


Kemungkinan berhubungan dengan:
1) Gangguan kognitif
2) Penurunan motivasi
3) Kendala lingkungan
4) Keletihan dan kelemahan
Ditandai dengan:
1) Ketidakmampuan melakukan hygiene eleminasi yang tepat
2) Ketidakmampuan naik ke toilet atau commode
3) Ketidakmampuan untuk duduk di toilet atau commode

3. Rencana Keperawatan
Diagnosa yang dapat diangkat:
1. Defisit perawatan diri: berpakaian b/d penurunan motivasi ditandai dengan
penampilan tidak rapi
2. Defisit perawatan diri: eleminasi b/d hambatan mobilitas ditandai dengan tidak
mampu ke toilet sendiri
3. Defisit perawatan diri: mandi berhubungan dengan gangguan muskuloskeletal
ditandai dengan badan kotor dan bau
4. Defisit perawatan diri: makan b/d nyeri ditandai dengan tidak mampu menelan
makanan

Nod Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi Rasional


x
1. Setelah dilakukan asuhan 1. Kaji hambatan 1. Menyiapkan untuk
keperawatan selama 3 x 24 partisipasi dalam meningkatkan
jam, pasien mampu perawatan diri kemandirian
mempertahankan
kebersihan diri dan 2. Bantu pasien 2. Pasien mungkin
kerapian, dengan KH: memilih pakaian membutuhkan berbagai
1. Penampilan rapi bantuan dalam
2. Rambut rapi dan persiapan memilih
bersih pakaian
3. Mampu memakai 3. Jelaskan tentang
pakaian dan berhias cara – cara personal 3. Menambah
secara mandiri hygiene yang tepat pengetahuan pasien dan
keluarga mengenai
perawatan diri yang
tepat
4. Libatkan keluarga
4. Memberikan
kesempatan kepada
keluarga untuk
membantu pasien dan
memberikan motivasi
2 Setelah dilakukan asuhan 1. Kaji budaya 1. Mngetahui kebiasaan
keperawatan selama 3 x 24 pasien ketika pasien dalam toileting
jam, pasien mampu mempromosikan
melakukan aktivitas aktivitas perawatan
eleminasi secara tepat, diri
dengan KH:
1. Pasien mampu duduk 2. Bantu pasien ke 2. Hambatan mobilitas
dan turun dari toilet toilet menyebabkan pasien
2. Pasien mampu tidak mampu melakukan
membersihkan diri perawatan diri secara
setelah eleminasi secara mandiri
mandiri/dibantu
3. Berikan 3. Mengetahui
pengetahuan pentingnya personal
tentang personal hygiene bagi pasien
hygiene
4. Memberikan
4. Libatkan keluarga kesempatan kepada
keluarga untuk
membantu pasien
3 Setelah dilakukan asuhan 1. Pantau integritas 1. Mengetahui kondisi
keperawatan selama 3 x 24 kulit pasien kulit secara umum
jam, pasien merasa nyaman
dan bersih dengan KH: 2. Bantu pasien 2. Agar pasien merasa
1. Kulit pasien tidak mandi lebih nyaman dan segar
kotor
2. Tidak ada bau badan 3. Menambah wawasan
3. Kuku pasien tidak 3. Berikan pasien dan keluarga
panjang dan kotor pendidikan tentang pentingnya
4. Rambut bersih kesehatan tentang perawatan diri
perawatan diri
4. Memberikan
kesempatan kepada
4. Libatkan keluarga untuk
keluarga membantu pasien

4 Setelah dilakukan asuhan 1. Identifikasi diet 1. 1. Makanan disesuaikan


keperawatan selama 3 x 24 yang diresepkan dengan kondisi klien
jam, pasien mampu makan
secara mandiri dan tepat, 2. Bantu pasien 2. Pasien mungkin
dengan KH: menyiapkan kesulitan mengambil
1. Pasien mampu makanan yang makanan sendiri
mengambil makanan lunak
sendiri
2. Pasien mampu makan 3. Jelaskan tentang 3. Menambah wawasan
sendiri dengan rapi personal hygiene pasien dan keluarga
3. Pasien mampu tentang pola makan tentang persoal hygiene:
mengungkapkan makan
kepuasan makan
4. Kolaborasikan 4. Memberikan
dengan keluarga kesempatan kepada
keluarga untuk
membantu pasien

4. Implementasi Keperawatan
Merupakan tindakan-tindakan yang dilaksanakan untuk mengatasi keluhan pasien
berdasarkan intervensi-intervensi yang telah dibuat.
5. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi asuhan keperawatan pada pasien dengan gangguan personal hygiene
berdasarkan kriteria hasil pada tujuan keperawatan yaitu:
a. Pasien mampu berpakaian dan berpenampilan rapo secara mandiri
b. Kebutuhan personal hygiene pasien : eleminasi terpenuhi
c. Pasien mampu mempertahankan mobilitas yang diperlukan untuk ke kamar mandi
dan menyediakan perlengkapan mandi
d. Pasien mampu makan secara mandiri/dibantu

DAFTAR PUSTAKA

Dwi Widiarti. 2010. Buku Ajar Fundamental Keperawatan. Jakarta : Buku Kedokteran
EGC.
Perry & Potter. 2005. Fundamental keperawatan edisi 4, volume 1. Jakarta : Buku
Kedokteran EGC.
Tarwoto, Wartona. 2002. Kebutuhan Dasar Manusia dan Proses Keperawatan.
Jakarta: Salemba Medika.
Musrifatul Uliyah. 2012. Buku Ajar Kebutuhan Manusia edisi 1. Surabaya : Health-
Books Publishing.
Nanda Internasional 2013. Diagnosa keperawatan Definisi dan klasifikasi 2012-2014.
Jakarta ; EGC

Anda mungkin juga menyukai