Anda di halaman 1dari 13

KATA PENGANTAR

Puji Syukur kehadirat Allah SWT atas rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat
menyelesaikan penyusunan makalah yang berjudul “ISLAM DAN KEBUDAYAAN”.
Penulisan makalah merupakan salah satu tugas yang diberikan dalam mata kuliah Agam
Islam II Universitas Madura.
Dalam Penulisan makalah ini penulis merasa masih banyak kekurangan baik pada teknis
penulisan maupun materi, mengingat akan kemampuan yang penulis miliki. Untuk itu kritik dan
saran dari semua pihak sangat diharapkan, demi penyempurnaan pembuatan makalah ini.
Dalam penulisan makalah ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih yang tak
terhingga kepada semua pihak yang membantu dalam menyelesaikan makalah ini, khususnya
kepada :
1. Kedua orang tua tercinta yang telah banyak membimbing dalam penyelesaian
Makalah dan pemberian motivasi terhadap penulis.
2. Bapak Syaiful Anam, S.Pd. I. M.Pd.I yang sudah memberikan tugas dan petunjuk
kepada penulis, sehingga penulis dapat meneyelesaikan tugas ini
3. Teman-teman yang sudah membantu, dan
4. Semua pihak yang turut membantu dalam penyelesaian Makalah ini.

Akhirnya penulis berharap semoga Allah memberikan imbalan yang setimpal pada
mereka yang telah memberikan bantuan dan dapat menjadikan semua bantuan ini sebagai ibadah,
Amiin Yaa Robbal ‘Alamiin.

Pamekasan, 14 Maret 2017

Penulis

i
BAB I
PENDAHULUAN
           
            Islam adalah agama Islam yang universal dan mempunyai ajaran yang masih bersifat
global. Islam merupakan salah satu agama terbesar di dunia, yang pada saat ini sedang mendapat
ujian yang sangat berat. Oleh sebab itu, berbicara tentang budaya tidak dapat dilepaskan dari
peradaban budaya yang sangat luas, yakni budaya Indonesia yang terbentuk dengan budaya yang
menganut system budaya terbuka. Sehingga budaya yang masuk yang bisa diterima.

            Ajaran-ajaran yang penuh dengan kemaslahatan bagi manusia ini, tentunya mencakup
segala aspek kehidupan manusia. Tidak ada satu ucapan pun bentuk kegiatan yang dilakukan
manusia, kecuali Allah telah meletakkan aturan-aturannya dalam Islam ini. Kebudayaan adalah
salah satu dari sisi penting dalam kehidupan manusia, dan Islam pun telah mengatur dan
memberikan batasan-batasannya. Budaya cakupannya lebih luas yang masyarakatnya sudah
mempunyai kepercayaan tertentu. Berikut Pembahasannya:

1
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Kebudayaan
Kata kebudayaan berasal dari kata budh dalam bahasa Sansekerta yang berarti akal, kemudian
menjadi kata budhi (tunggal) atau budhaya (majemuk), sehingga kebudayaan diartikan sebagai hasil
pemikiran atau akal manusia. Ada pendapat yang mengatakan bahwa kebudayaan berasal dari kata
budi dan daya. Budi adalah akal yang merupakan unsure rohani dalam kebudayaan, sedangkan daya
berarti perbuatan atau ikhtiar sebagai unsure jasmani sehingga kebudayaan diartikan sebagai hasil
dari akal dan ikhtiar manusia.
Kebudayaan = cultuur (bahasa belanda)=culture (bahasa inggris)=tsaqafah (bahasa arab),
berasal dari perkataan latin : “colere” yang artinya mengolah, mengerjakan, menyuburkan dan
mengembangkan, terutama mengolah tanah atau bertani. Dari segi arti ini berkembanglah arti culture
sebagai “segala daya dan aktivitas manusia untuk mengolah dan mengubah alam”.
Dalam disiplin ilmu antropologi budaya, kebudayaan dan budaya itu diartikan sama
(Koentjaraningrat, 1980:195). Namun dalam IBD dibedakan antara budaya dan kebudayaan, karena
IBD berbicara tentang dunia idea tau nilai, bukan hasil fisiknya. Secara sederhana pengertian
kebudayaan dan budaya dalam IBD mengacu pada pengertian sebagai berikut :

1. Kebudayaan dalam arti luas, adalah keseluruhan sistem gagasan, tindakan dan hasil karya
manusia dalam rangka kehidupan masyarakat yang dijadikan milik diri manusia dengan
belajar.
2. Kebudayaan dalam arti sempit dapat disebut dengan istilah budaya atau sering disebut kultur
yang mengandung pengertian keseluruhan sistem gagasan dan tindakan.

Kebudayaan terdiri atas berbagai pola, bertingkah laku mantap, pikiran, perasaan dan reaksi
yang diperoleh dan terutama diturunkan oleh symbol-simbol yang menyusun pencapaiannya secara
tersendiri dari kelompok-kelompok manusia, termasuk di dalamnya perwujudan benda-benda materi,
pusat esensi kebudayaan terdiri atas tradisi cita-cita atau paham, dan terutama keterikatan terhadap
nilai-nilai. Ketentuan-ketentuan ahli kebudayaan itu sudah bersifat universal, dapat diterima oleh
pendapat umum meskipun dalam praktek, arti kebudayaan menurut pendapat umum ialah suatu yang
berharga atau baik (Bakker, 1984:21).
a. Ki Hajar Dewantara
Kebudayaan menurut Ki Hajar Dewantara berarti buah budi manusia adalah hasil
perjuangan manusia terhadap dua pengaruh kuat, yakni alam dan zaman (kodrat dan masyarakat)
yang merupakan bukti kejayaan hidup manusia untuk mengatasi berbagai rintangan dan kesukaran
di dalam hidup dan penghidupannya guna mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang pada
lahirnya bersifat tertib dan damai.

b. Koentjaraningrat
Mengatakan bahwa kebudayaan berarti keseluruhan gagasan dan karya manusia yang
harus dibiasakannya dengan belajar serta keseluruhan dari hasil budi pekertinya.

c. A.L. Kroeber dan C.Kluckhohn (1952:34)


Dalam bukunyan Culture, a critical review of concepts and definitions mengatakan bahwa
kebudayaan adalah manifestasi atau penjelmaan kerja jiwa manusia dalam arti seluas-luasnya.

1
d. Malinowski
Malinowski menyebutkan bahwa kebudayaan pada prinsipnya berdasarkan atas berbagai
system kebutuhan manusia. Tiap tingkat kebutuhan itu menghadirkan corak budaya yang khas.
Misalnya, guna memenuhi kebutuhan manusia akan keselamatannya maka timbul kebudayaan
yang berupa perlindungan, yakni seperangkat budaya dalam bentuk tertentu, seperti lembaga
kemasyarakatan.

e. E.B Taylor (1873:30) dalam bukunya Primitive Culture


kebudayaan adalah suatu satu kesatuan atau jalinan kompleks, yang meliputi
pengetahuan, kepercayaan, kesenian, susila, hokum, adat-istiadat dan kesanggupan-kesanggupan
lain yang diperoleh seseorang sebagai anggota masyarakat.

B. Unsur-Unsur Budaya
Mempelajari unsur-unsur yang terdapat dalam sebuah kebudayaan sangat penting untuk
memahami kebudayaan manusia. Kluckhon dalam bukunya yang berjudul Universal Categories of
Culture membagi kebudayaan yang ditemukan pada semua bangsa di dunia dari sistem kebudayaan
yang sederhana seperti masyarakat pedesaan hingga sistem kebudayaan yang kompleks seperti
masyarakat perkotaan. Kluckhon membagi sistem kebudayaan menjadi tujuh unsur kebudayaan
universal atau disebut dengan kultural universal. Menurut Koentjaraningrat, istilah universal
menunjukkan bahwa unsur-unsur kebudayaan bersifat universal dan dapat ditemukan di dalam
kebudayaan semua bangsa yang tersebar di berbagai penjuru dunia. Ketujuh unsur kebudayaan
tersebut adalah :

1. Sistem Bahasa
Bahasa merupakan sarana bagi manusia untuk memenuhi kebutuhan sosialnya untuk
berinteraksi atau berhubungan dengan sesamanya. Dalam ilmu antropologi, studi mengenai
bahasa disebut dengan istilah antropologi linguistik. Menurut Keesing, kemampuan manusia
dalam membangun tradisi budaya, menciptakan pemahaman tentang fenomena sosial yang
diungkapkan secara simbolik, dan mewariskannya kepada generasi penerusnya sangat bergantung
pada bahasa. Dengan demikian, bahasa menduduki porsi yang penting dalam analisa kebudayaan
manusia.
Menurut Koentjaraningrat, unsur bahasa atau sistem perlambangan manusia secara lisan
maupun tertulis untuk berkomunikasi adalah deskripsi tentang ciri-ciri terpenting dari bahasa yang
diucapkan oleh suku bangsa yang bersangkutan beserta variasivariasi dari bahasa itu. Ciri-ciri
menonjol dari bahasa suku bangsa tersebut dapat diuraikan dengan cara membandingkannya
dalam klasifikasi bahasa-bahasa sedunia pada rumpun, subrumpun, keluarga dan subkeluarga.
Menurut Koentjaraningrat menentukan batas daerah penyebaran suatu bahasa tidak mudah karena
daerah perbatasan tempat tinggal individu merupakan tempat yang sangat intensif dalam
berinteraksi sehingga proses saling memengaruhi perkembangan bahasa sering terjadi.

2. Sistem Pengetahuan
Sistem pengetahuan dalam kultural universal berkaitan dengan sistem peralatan hidup dan
teknologi karena sistem pengetahuan bersifat abstrak dan berwujud di dalam ide manusia. Sistem
pengetahuan sangat luas batasannya karena mencakup pengetahuan manusia tentang berbagai
unsur yang digunakan dalam kehidupannya
Masyarakat pedesaan yang hidup dari bertani akan memiliki sistem kalender pertanian
tradisional yang disebut system pranatamangsa yang sejak dahulu telah digunakan oleh nenek

2
moyang untuk menjalankan aktivitas pertaniannya. Menurut Marsono, pranatamangsa dalam
masyarakat Jawa sudah digunakan sejak lebih dari 2000 tahun yang lalu. Sistem pranatamangsa
digunakan untuk menentukan kaitan antara tingkat curah hujan dengan kemarau. Melalui sistem
ini para petani akan mengetahui kapan saat mulai mengolah tanah, saat menanam, dan saat
memanen hasil pertaniannya karena semua aktivitas pertaniannya didasarkan pada siklus peristiwa
alam. Sedangkan Masyarakat daerah pesisir pantai yang bekerja sebagai nelayan menggantungkan
hidupnya dari laut sehingga mereka harus mengetahui kondisi laut untuk menentukan saat yang
baik untuk menangkap ikan di laut. Pengetahuan tentang kondisi laut tersebut diperoleh melalui
tanda-tanda atau letak gugusan bintang di langit
Banyak suku bangsa yang tidak dapat bertahan hidup apabila mereka tidak mengetahui
dengan teliti pada musim-musim apa berbagai jenis ikan pindah ke hulu sungai. Selain itu,
manusia tidak dapat membuat alat-alat apabila tidak mengetahui dengan teliti ciriciri bahan
mentah yang mereka pakai untuk membuat alat-alat tersebut. Tiap kebudayaan selalu mempunyai
suatu himpunan pengetahuan tentang alam, tumbuh-tumbuhan, binatang, benda, dan manusia yang
ada di sekitarnya. Menurut Koentjaraningrat, setiap suku bangsa di dunia memiliki pengetahuan
mengenai, antara lain:
a. alam sekitarnya;
b. tumbuhan yang tumbuh di sekitar daerah tempat tinggalnya;
c. binatang yang hidup di daerah tempat tinggalnya;
d. zat-zat, bahan mentah, dan benda-benda dalam lingkungannya;
e. tubuh manusia;
f. sifat-sifat dan tingkah laku manusia;
g. ruang dan waktu.

3. Sistem Kekerabatan dan Organisasi Sosial


Unsur budaya berupa sistem kekerabatan dan organisasi social merupakan usaha
antropologi untuk memahami bagaimana manusia membentuk masyarakat melalui berbagai
kelompok sosial. Menurut Koentjaraningrat tiap kelompok masyarakat kehidupannya diatur oleh
adat istiadat dan aturan-aturan mengenai berbagai macam kesatuan di dalam lingkungan di mana
dia hidup dan bergaul dari hari ke hari. Kesatuan sosial yang paling dekat dan dasar adalah
kerabatnya, yaitu keluarga inti yang dekat dan kerabat yang lain. Selanjutnya, manusia akan
digolongkan ke dalam tingkatantingkatan lokalitas geografis untuk membentuk organisasi social
dalam kehidupannya.
Kekerabatan berkaitan dengan pengertian tentang perkawinan dalam suatu masyarakat
karena perkawinan merupakan inti atau dasar pembentukan suatu komunitas atau organisasi
sosial.

4. Sistem Peralatan Hidup dan Teknologi


Manusia selalu berusaha untuk mempertahankan hidupnya sehingga mereka akan selalu
membuat peralatan atau benda-benda tersebut. Perhatian awal para antropolog dalam memahami
kebudayaan manusia berdasarkan unsur teknologi yang dipakai suatu masyarakat berupa benda-
benda yang dijadikan sebagai peralatan hidup dengan bentuk dan teknologi yang masih sederhana.
Dengan demikian, bahasan tentang unsur kebudayaan yang termasuk dalam peralatan hidup dan
teknologi merupakan bahasan kebudayaan fisik.

3
5. Sistem Ekonomi / Mata Pencaharian Hidup
Mata pencaharian atau aktivitas ekonomi suatu masyarakat menjadi fokus kajian penting
etnografi. Penelitian etnografi mengenai sistem mata pencaharian mengkaji bagaimana cara mata
pencaharian suatu kelompok masyarakat atau sistem perekonomian mereka untuk mencukupi
kebutuhan hidupnya. Sistem ekonomi pada masyarakat tradisional, antara lain

a. berburu dan meramu;


b. beternak;
c. bercocok tanam di ladang;
d. menangkap ikan;
e. bercocok tanam menetap dengan sistem irigasi.

Pada saat ini hanya sedikit sistem mata pencaharian atau ekonomi suatu masyarakat yang
berbasiskan pada sektor pertanian. Artinya, pengelolaan sumber daya alam secara langsung untuk
memenuhi kebutuhan hidup manusia dalam sektor pertanian hanya bisa ditemukan di daerah
pedesaan yang relatif belum terpengaruh oleh arus modernisasi.
Pada saat ini pekerjaan sebagai karyawan kantor menjadi sumber penghasilan utama
dalam mencari nafkah. Setelah berkembangnya sistem industri mengubah pola hidup manusia
untuk tidak mengandalkan mata pencaharian hidupnya dari subsistensi hasil produksi
pertaniannya. Di dalam masyarakat industri, seseorang mengandalkan pendidikan dan
keterampilannya dalam mencari pekerjaan.

6. Sistem Religi
Koentjaraningrat menyatakan bahwa asal mula permasalahan fungsi religi dalam
masyarakat adalah adanya pertanyaan mengapa manusia percaya kepada adanya suatu kekuatan
gaib atau supranatural yang dianggap lebih tinggi daripada manusia dan mengapa manusia itu
melakukan berbagai cara untuk berkomunikasi dan mencari hubungan-hubungan dengan
kekuatan-kekuatan supranatural tersebut.
Dalam usaha untuk memecahkan pertanyaan mendasar yang menjadi penyebab lahirnya
asal mula religi tersebut, para ilmuwan sosial berasumsi bahwa religi suku-suku bangsa di luar
Eropa adalah sisa dari bentuk-bentuk religi kuno yang dianut oleh seluruh umat manusia pada
zaman dahulu ketika kebudayaan mereka masih primitif.

7. Kesenian
Perhatian ahli antropologi mengenai seni bermula dari penelitian etnografi mengenai
aktivitas kesenian suatu masyarakat tradisional. Deskripsi yang dikumpulkan dalam penelitian
tersebut berisi mengenai benda-benda atau artefak yang memuat unsur seni, seperti patung, ukiran,
dan hiasan. Penulisan etnografi awal tentang unsur seni pada kebudayaan manusia lebih mengarah
pada teknikteknik dan proses pembuatan benda seni tersebut. Selain itu, deskripsi etnografi awal
tersebut juga meneliti perkembangan seni musik, seni tari, dan seni drama dalam suatu
masyarakat.
Berdasarkan jenisnya, seni rupa terdiri atas seni patung, seni relief, seni ukir, seni lukis,
dan seni rias. Seni musik terdiri atas seni vokal dan instrumental, sedangkan seni sastra terdiri atas
prosa dan puisi. Selain itu, terdapat seni gerak dan seni tari, yakni seni yang dapat ditangkap
melalui indera pendengaran maupun penglihatan. Jenis seni tradisional adalah wayang, ketoprak,
tari, ludruk, dan lenong. Sedangkan seni modern adalah film, lagu, dan koreografi.

4
C. Kebudayaan Menurut Pandangan Islam
Islam datang untuk mengatur dan membimbing masyarakat menuju kepada kehidupan yang
baik dan seimbang. Dengan demikian Islam tidaklah datang untuk menghancurkan budaya yang telah
dianut suatu masyarakat, akan tetapi dalam waktu yang bersamaan Islam menginginkan agar umat
manusia ini jauh dan terhindar dari hal-hal yang yang tidak bermanfaat dan membawa madlarat di
dalam kehidupannya, sehingga Islam perlu meluruskan dan membimbing kebudayaan yang
berkembang di masyarakat menuju kebudayaan yang beradab dan berkemajuan serta mempertinggi
derajat kemanusiaan.

a) Islam Dan Kebudayaan Indonesia


Islam masuk ke Indonesia melalui jalur perdagangan, salah satunya, yang di sebarkan oleh para
pedagang Gujarat India. Sebelum Islam masuk, di Indonesia telah ada agama Budha, Hindu, serta
penganut kepercayan terhadap nenek moyang dinamisme serta aninmisme.
Perkembangan yang sekarang terjadi, muncul sebagian amalan agama-agama tersebut menjadi
dakwah didalam menyebarkan Islam. Yang sesungguhnya media tersebut bukan dari Islam. Untuk
memberi pengertian kepada masyarakat yang telah memeluk Islam adalah kontuinitas dakwah dan
taklim, serta estaveta para ulama didalam menanamkan Islam secara kafah. Bila kontuinitas dan
estaveta itu mengalami stagnasi, maka akan berakibat lain yang fatal bagi pengalaman Islam dalam
suatu masyarakat. Kemandegan kontuinitas dan estaveta dakwah, mengakibatkan mapannya
sinkretisme (percampuran pengamalan Islam dengan upacara-upacara kepercayaan sebelumnya) di
kalangan masyarakat turun temurun. Sehingga masyarakat akan menganggap bahwa Islam yang
sebenarnya adalah bentuk sinkretisme itu sedangkan bila disodori Islam yang sebenarnya (menurut
sumber aslinya), yang mungkin akan bertentangan dengan sinkretisme yang sudah melembaga/mapan
dikalangan masyarakat itu, akan menyebabkan kecanggungan, bahkan mungkin akan menimbulkan
benturan-benturan.
Menurut Uka Tjandrasasmita, saluran-saluran Islamisasi yang berkembang ada enam :
I. Saluran Perdagangan
II. Saluran Perkawinan
III. Saluran Tasawuf
IV. Saluran Pendidikan
V. Saluran Kesenian
VI. Saluran Politik

Kedatangan Islam ke Indonesia datang dengan cara damai dan penyebarannya kepada rakyat
umum serta para bangsawan. Para ulama dalam menyebarkan Islam mempunyai kajian terhadap
situasional dimana setting akan disebarkan Islam itu. Sehingga dengan metode itulah, secara cepat-
meskipun belum sempurna Islamnya dapat menarik masyarakat untuk memeluk Islam (mungkin baru
menyentuh kulitnya). Metode yang dipergunakan oleh ulama masih harus diperbaiki sampai kepada
pegamalan Islam secara sempurna. Hanya karena dibatasi oleh waktu dan ulama tersebut meninggal
maka untuk melakukan perbaikan tersebut menjadi mandeg dan hal itu menjadikan metode tersebut
sebagai bagian dari Islam oleh generasi selanjutnya.

b) Islam Dan Kebudayaan Jawa


Islam sebagai agama samawi dimaksudkan sebagai petunjuk manusia dan sebagai rahmat bagi
seru sekalian alam. Berangkat daari sistem keyakinan ini maka umat Islam meyakini kewajiban
menyebarluaskan misi di masyarakat untuk mencapai kebaikan universal daaan terciptanya tatanan
hidup masyarakat yang berbudaya dan berperadaban. Artinya bagaimana nilai-nilai luhur agama itu

5
termanifestasi dalam realitas kehidupan tanpa harus dibarengi dengan gaya puritan yang ekstrim. Apa
yang menjadi persoalan adalah bagaimana ajaran agama dapat bergumul dengan budaya local dan
ditafsirkannya sesuai bahasa dan tradisi local. Dalam perspektif anthropologi budaya, setiap manusia
dan masyarakat tidak dapat menghindarkan diri dari upaya menafsirkan obyek yang disandarkan pada
kondisi histories yang mempengaruhinya. Hal ini berarti bahwa manusia dan masyarakat memiliki
kemampuan memahami dan menginterpretasikan suatu obyek (termasuk agama) dengan berbekal
pada kondisi histories dan tradisi yang melingkupinya. Apalagi penafsiran obyek itu terkait dengan
ajaran Islam yang diakui sebagai ajaran universal yaitu ajaran yang kontekstual baik dari sisi waktu
maupun tempat. Dalam kesejarahan Islam, agama ini menyebar dengan mendapat banyak tantangan-
tantangan yang berbeda-beda antara daerah yang satu dengan yang lainnya disebabkan perpedaan
kulturr-kultur masyaraakat yang berbeda. Tantangan-tantangan tidak harus ditanggapi secara
konfrontatif tetapi dapat mengambil jalan adaptif-kompromis.
Di Jawa, tantangan-tantangan muncul dari tradisi mistik Jawa dan budaya Jawa-Hindu. Namun
demikian, atas kepekaan intelektual dan kultural para wali, Islam dihadirkan di Jawa dengan wajah
yang santun , adaptif dan tidak konfrontatif dengan budaya kejawen asli maupun Jawa-Hindu. Islam
dimunculkan dengan metode adaptasi kultural sehginggga secara sosiologis akan lebih muidaah
diterima masyarakt Jawa. Dengan menunjuk fakta historis demikian, maka dakwah Wali dalam
pribumisasi Islam dianggab berhasil karena Islam berkembang pesat di Jawa secara alamiah dan
melalui proses kultural yang kompromis. Begitu juga dalam menyampaikan ajaran Islam, para daI
awal juga menggunakan logika dan tradisi yang sudah berkembang di jawa, sehingga Islam lebih
mudah diterima. Hal ini juga didukung kultur Jawa yang inklusif dan mampu menerima berbagai
tradisi dari luar.
Pergumulan Islam dengan kebudayaan Jawa merupakan pergumulan mutualistikMasyarakat
Jawa dikenal sebagai masyarakat yang sangat toleran dengan busaya asing yang masuk ke wilayah
kebudayaan jawa. Wong Jowo memiliki kecakapan cultural dalam beradabtasi dengan berbagai
bentuk busaya asing, termasuk salah satunya adalah islam. Hal ini terjadi karena sikap mental
masyarakat Jawa berbasis pada moralitas harmonisasi kehidupan.Kharakter masyarakat Jawa yang
adaptif dan kompromis terhadap berbagai bentuk busaya ini juga diperankan ketika menganggapi
masuknya Islam dalam masyarakat jawa. Apalagi para daI awal di pulau Jawa  memiliki sikap yang
tidak konfrontatif, sehingga akulturasi Islam dalam kebudayaan Jawa semakin memperoleh tempat
yang luas. Hasil dari proses adaptasi ini kemudian memunculkan sikap-sikap yang mutualistik, dan
bahkan sinkretik. Relasi hubungan mutualistik antara Islam dan kebudayaan Jawa ini berlangsung
hingga dewasa ini.
Di Jawa, salah satu strategi dan taktik dakwah Islam yaitu melalui sistem pendidikan yang ada
yang telah berjalan diberikan warna Islami. Jadi, bentuk lembaganya tetap, namun isinya mengalami
perubahan. Suatu contoh, sistem padepokan dengan Begawan sebagai gurunya, dan Cantrik sebagai
siswanya, setelah Islam masuk, sistem ini tetap berjalan. Sedang perubahannya antara lain; nama
padepokan berubah menjadi pondok, Begawan menjadi Kyai dan Cantrik menjadi Santri. Disamping
itu materi pelajaran sedikit demi sedikit berubah dari ajaran Hindu ke ajaran Islam. Pelopor
perubahan dan pendirian pendidikan Islam di Jawa di kerjakan oleh Sunan Ampel.
Selain dari pendidikan, ulama menggunakan sekaten yang mengandung unsur seni. Latar
belakang sekaten yaitu sebagai perhatian sosial sultan kepada masyarakat supaya terjalin kedekatan
antara sultan dan masyarakat.
Sekaten dimulai sejak pemerintahan Raden Patah di Demak yang diadakan setiap maulid Nabi
Muhammad. Didalam sekaten ditampilkan gamelan sebagai alat musik seni yang populer pada
masyarakat jawa.

6
Gambaran lain dari adanya akulturasi unsur Islam dan Jawa pada akhirnya melahirkan budaya
sintesis.:
Inilah sejarah kerajaan tanah Jawa, mulai dengan Nabi Adam yang berputrakan Sis. Sis
berputrakan Nur-cahyo, nur-cahyo berputrakan nur-rasa, nur-rasa berputrakan sang hyang tunggal….
Istana batara guru disebut Sura laya (nama taman firdaus Hindu).
Dari kutipan naskah Babad Tanah Djawi di atas, tampak jelas adanya akulturasi timbal-balik
antara Islam dengan budaya Jawa dengan mengakomodir kepentingan masing-masing. Dalam proses
interaksi ini, masuknya Islam di Jawa tidaklah membentuk komunitas baru yang sama sekali berbeda
dengan masyarakat sebelumnya. Sebaliknya, Islam mencoba untuk masuk ke dalam struktur budaya
Jawa dan mengadakan infiltrasi ajaran-ajaran kejawen dengan nuansa islami.
Pementasan wayang, sering disimbolkan sebagai gambaran kehidupan manusia dalam
menemukan Tuhannya. Lakon-lakon yang ditampilkan merupakan ajaran-ajaran syari’at untuk
membawa penonton pada nuansa yang religius. Oleh karena itu, wayang dianggap sebagai bagian
dari acara religius untuk mengajarkan ajaran-ajaran ilahi. Seorang dalang dipersonifikasikan sebagai
‘Tuhan’ yang dapat memainkan peran dan nasib orang (wayang).

c) Islam Dan Kebudayaan Melayu


Dalam konteks masyarakat Melayu pasca-Islam, hampir kesemuanya beragama Islam hasil
penyesuaian Islam yang meluas dan bersifat tradisi. Contoh dapat dilihat melalui nama-nama anak,
azan, upacara adat, kenduri doa selamat dan sebagainya.
Begitu juga dengan penerapan sahsiah anak-anak Melayu yang menggalakkan anak-anak
mengaji dan belajar ilmu agama, syair-syair pahlawan Islam, pantun, gurindam dan lain-lain.
Instrumen budaya masyarakat Melayu dilihat mempunyai satu wadah aplikasi keagamaan yang
kelihatan lebih teratur iaitu rites de’ passage dan ritual calenderical. Rites de’ passage lebih
menjurus kepada satu proses peningkatan tahap seseorang seperti adat/upacara bercukur, berkhatan,
perkahwinan, pengkebumian jenazah, etika pemakaian, makanan dan ketatasusilaan. Manakala ritual
de’ passage pula berkaitan dengan festival atau upacara yang diadakan secara berkelompok mengikut
bulan-bulan Islam seperti Hari Raya Puasa, Aidil ‘Adha, Maulidur-rasul, Sya’aban dan lain-lain.
Matlamat akhir dalam Islam yang ingin dicoraki ialah ‘konsep insan kamil’ iaitu keperibadian
manusia yang sempurna dan memanifestasikan nama-nama Allah sebagai nilai yang ideal. Justeru,
manusia akan dapat melaksanakan tugas hakiki kewujudannya sebagai khalifah Allah di bumi.
Terjadinya tarnsformasi kebudayaan (peradaban) dari sistem keagamaan lokal kepada sistem
keagamaan Islam bisa disebut revolusi agama. Tranformasi masyarakat melayu kepada Islam terjadi
berbarengan dengan “masa perdagangan”, masa ketika Asia Tenggara mengalami peningkatan posisi
dalam perdagangan Timur dan Barat. Kota-kota wilayah pesisir muncul dan berkembang menjadi
pusat-pusat perdagangan, kekayaan dan kekuasaan. Masa ini mengantarkan wilayah Nusantara
kedalam Internasionalisasi perdagangan dan kosmopolitanisme kebudayaan yang tidak pernah
dialami masyarakat ini pada masa-masa sebelumnya.
Konversi massal masyarakat Nusantara kepada Islam pada masa perdagangan terjadi karena
beberapa sebab sebagai berikut:
a.       Umat Islam yang datang ke Indonesia mayoritas adalah pedagang (orang sipil, bukan
pejabat pemerintahan) yang tentu orientasinya adalah datang untuk sementara dan untuk
mencari keuntungan untuk dibawa ke negerinya. Datang untuk sementara inilah yang
menyebabkan mereka mencari hal-hal yang praktis. Kalaupun ada ulama atau sufi yang
datang untuk berdakwah, mereka juga sufi yang pergi berdakwah dari satu ketempat yang
lain, sehingga tidak terpikir untuk membuat sesuatu yang abadi.

7
b.      Ketika sudah ada umat Islam pribumi, kebanyakan keturunan pedagang atau sufi
pengembara yang kemudian menjadi Raja Islam di Nusantara dan mulai membangun
kebudayaan Islam, datang bangsa Barat yang sejak awal kedatangannya sudah bersikap
memusuhi umat Islam (sisa-sisa dendam Perang Salib), sehingga raja-raja Islam pribumi
belum sempat membangun.
c.       Islam yang datang ke Indonesia coraknya adalah Islam tasawuf yang lebih mementingkan
olah rohani daripada masalah dunia.
d.      Nusantara adalah negeri yang merupakan jalur perdagangan internasional, sehingga
penduduknya lebih mementingkan masalah perdagangan dari pada kesenian.
e.       Islam datang ke Indonesia dengan jalan damai, maka terjadilah asimilasi, yaitu asal tidak
melanggar aturan-aturan agama, Oleh sebab itu tidak heran, jika asapek seni budaya Islam
Indonesia tidak hebat seperti di Negara Islam yang lain

Ada tiga jenis kebudayaan dalam pandangan islam, yaitu :


1. Kebudayaan yang tidak bertentangan dengan islam
Dalam kaidah fiqh disebutkan  “ al adatu muhkamatun “ artinya “adat kebiasaan dapat
dijadikan sebagai hukum” bahwa adat istiadat dan kebiasaan suatu masyarakat, yang merupakan
bagian dari budaya manusia, mempunyai pengaruh di dalam penentuan hukum. Tetapi yang perlu
dicatat, bahwa kaidah tersebut hanya berlaku pada hal-hal yang belum ada ketentuannya dalam
syareat.
 Salah satu contoh kebudayaan yang tidak bertentangan dengan islam seperti  kadar besar
kecilnya mahar dalam pernikahan, di dalam masyarakat Aceh, umpamanya, keluarga wanita
biasanya, menentukan jumlah mas kawin sekitar 50-100 gr emas. Dalam Islam budaya itu syah-syah
saja, karena islam tidak menentukan besar kecilnya mahar. Menentukan bentuk bangunan Masjid,
dibolehkan memakai arsitektur Persia, ataupun Jawa yang berbentuk Joglo.
Untuk hal-hal yang sudah ditetapkan ketentuan dan kreterianya di dalam Islam, maka adat
istiadat dan kebiasaan suatu masyarakat tidak boleh dijadikan standar hukum. Sebagai contoh adalah
menikah antar agama adalah dibolehkan dalam Islam karena nikah antar agama sudah menjadi
budaya suatu masyarakat, maka dibolehkan dengan dasar kaidah di atas. Pernyataan seperti itu tidak
benar, karena Islam telah menetapkan bahwa seorang wanita muslimah tidak diperkenankan menikah
dengan seorang kafir.

2. Kebudayaan yang sebagian unsurnya bertentangan dengan islam.


Contohnya, kebudayaan masyarakat yang melaksanakan upacara tujuh hari orang
meninggal ataupun empat puluh hari orang meninggal. Upacara semacam itu tidak ada tuntunannya
dalam Islam, tetapi Islam mencoba merekonstruksi upacara-upacara tersebut agar menjadi lebih
Islami, yaitu dengan pembacaan kitab suci Alquran pada saat pelaksanaan upacara-upacara tersebut.
Islam datang untuk merekonstruksi budaya tersebut menjadi bentuk “ibadah” yang telah ditetapkan
aturan-aturannya.
“Dari Abu Hurairah r.a. katanya: Abu Bakar Siddik ditugaskan oleh Rasulullah SAW
sebelum haji wada untuk memimpin satu kaum pada hari Nahar melakukan haji, kemudian
memberitahukan kepada orang banyak, suatu pemberitahuan: Ketahuilah! Sesudah tahun ini orang-
orang Musyrik tidak boleh lagi haji dan tidak boleh thawaf di Ka'bah dalam keadaan telanjang.
Sebelum Islam, orang-orang musyrik Arab telah melakukan juga pekerjaan haji menurut cara mereka
sendiri. Antara lain ialah thawaf di Ka'bah dalam keadaan telanjang bulat sambil bertepuk
tangan.” (Hadits Shahih Bukhari no. 843). Sebelum Islam datang tawaf dilakukan oleh orang-orang

8
kafir secara telanjang, namun setelah kedatangan Islam hal tersebut di rekonstruksi  menjadi lebih
islami.

3. Kebudayaan yang bertentangan dengan islam


Seperti, budaya “ ngaben “ yang dilakukan oleh masyarakat Bali. Yaitu upacara
pembakaran mayat yang diselenggarakan dalam suasana yang meriah dan gegap gempita, dan secara
besar-besaran. Ini dilakukan sebagai bentuk penyempurnaan bagi orang yang meninggal supaya
kembali kepada penciptanya. Upacara semacam ini membutuhkan biaya yang sangat besar. Hal yang
sama juga dilakukan oleh masyarakat Kalimantan Tengah dengan budaya “tiwah“ , sebuah upacara
pembakaran mayat. Bedanya, dalam “ tiwah” ini dilakukan pemakaman jenazah yang berbentuk
perahu lesung lebih dahulu. Kemudian kalau sudah tiba masanya, jenazah tersebut akan digali lagi
untuk dibakar. Upacara ini berlangsung sampai seminggu atau lebih. Pihak penyelenggara harus
menyediakan makanan dan minuman dalam jumlah yang besar , karena disaksikan oleh para
penduduk dari desa-desa dalam daerah yang luas. Di daerah Toraja, untuk memakamkan orang yan
meninggal, juga memerlukan biaya yang besar. Biaya tersebut digunakan untuk untuk mengadakan
hewan kurban yang berupa kerbau. Lain lagi yang dilakukan oleh masyarakat Cilacap, Jawa tengah.
Mereka mempunyai budaya “ Tumpeng Rosulan “, yaitu berupa makanan yang dipersembahkan
kepada Rosul Allah dan tumpeng lain yang dipersembahkan kepada Nyai Roro Kidul yang menurut
masyarakat setempat merupakan penguasa Lautan selatan (Samudra Hindia).
Hal-hal di atas merupakan sebagian contoh kebudayaan yang bertentangan dengan ajaran
Islam, sehingga umat Islam tidak dibolehkan mengikutinya. Islam melarangnya, karena kebudayaan
seperti itu merupakan kebudayaan yang tidak mengarah kepada kemajuan adab, dan persatuan, serta
tidak mempertinggi derajat kemanusiaan

9
BAB IV
PENUTUP

            A.Kesimpulan
Islam adalah sebagai agama yang universal dan mempunyai ajaran yang masih
bersifat global. Islam merupakan salah satu agama terbsar di dunia, yang pada saat ini
sedang mendapat ujian yang sangat berat. Sedangkan pengertian kebudayaan menurut
bahasa adalah kegiatan, dan penciptaan batin (akal budi) manusia seperti kepercayaan
kesenian dan adat istiadat.

            Sebagai umat Islam yang taat kita punya keyakinan bahwa Islam itu bukan kebudayaan
akan tetapi orientalis barat menganggap bahwa agama Islam adalah kebudayaan, mereka
beralasan bahwa agama Islamini merupakan hasil kreasi dari Muhammad bin Abdullah yang
merasa jenuh terhadap keadan spiritual masyarakat mekah pada waktu itu.

B. Saran
Makalah ini masih memiliki berbagai jenis kekurangan olehnya itu kritik yang sifatnya
membangun sangat kami harapkan.

10
DAFTAR PUSTAKA

Tim Penyusun Kamus. 1999. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Edisi kedua. Cetakan 10. Jakarta :
Balai Pustaka.

Effendi, DR. Ing. Abdurrahman Riesdam & DR. Ing. Gina Puspita. 2007. Membangun Sains &
Teknologi Menurut Kehendak Tuhan. Jakarta : Giliran Timur

http://www.scribd.com/doc/20248408/Dialektika-Islam-Dengan-Budaya-Jawa-txt, diakses pada


13 Maret 2017

Hasan, Reno.2010. Islam dan Kebudayaan, (Online), (http://renoldhasan.blogspot.com


/2010/10/islam-dan-kebudayaan-indonesia.html, diakses pada 13 Maret 2017).

Aziz, Abdul.2015.Pengertian Kebudayaan, (Online), (https://abdulaziz96.wordpress.com/2015/


03/22/pengertian-kebudayaan/, diakses pada 13 Maret 2017)

Karno. 2013. Unsur-unsur kebudayaan, (Online), http://mbahkarno.blogspot.co.id/2013/09/


unsur-unsur-kebudayaan-beserta.html, diakses 13 Maret 2017)

Maulana Muhammad Ali,  Islamologi ( Dinul Islam )( Jakarta: Ikhstiar Baru-vaHouve, Harun


Nasution, Islam Ditinjau Dari Berbagai Aspeknya ,Jilid I ,( Jakarta :UI
Press,1997),hlm 9.

(HR. Al Bukhari dalam Al ‘Ilal Al Kabir369, (Lihat Ibnul Mandzur) (Lihat Lisaanul Arab)

Buletin “SUARA MA’HAD” IAIN Walisongo/ Laporan Utama/ Edisi ke-4/ Juni 2012 Hailkal, 
Husain, Sejarah Hidup Muhammad, Drs.Hasanuddin. Sejarah kebudayaan islam  .
1994.Tohaputra.

(http://kangalif16.blogspot.co.id/2016/05/makalah-islam-dan-kebudayaan-indonesia.html,
diakses pada 15 Maret 2017)

(http://ki-stainsamarinda.blogspot.co.id/2012/09/islam-dan-kebudayaan.html, diakses pada 15


Maret 2017)

11

Anda mungkin juga menyukai